Laporan Diskusi Pendidikan Agama Islam
Laporan Diskusi Pendidikan Agama Islam
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Oleh
Disusun Oleh:
NIM : 411421031
T.A 2021/2022
Selasa, 19 Oktober 2021
NIM : 411421031
Pemateri :
BAB 7
Pluralitas, Multikulturalitas dan Kerukunan Hidup Beragama
Dalam sejarahnya, multikulturalisme diawali dengan teori melting pot yang sering
diwacanakan oleh J Hector seorang imigran asal Normandia. Dalam teorinya Hector
menekankan penyatuan budaya dan melelehkan budaya asal, sehingga seluruh imigran
Amerika hanya memiliki satu budaya baru yakni budaya Amerika, walaupun diakui
bahwa monokultur mereka itu lebih diwarnai oleh kultur White Anglo Saxon Protestant
(WASP) sebagai kultur imigran kulit putih berasal Eropa. Dalam sejarahnya,
multikulturalisme diawali dengan teori melting pot yang sering diwacanakan oleh J
Hector seorang imigran asal Normandia. Dalam teorinya Hector menekankan penyatuan
budaya dan melelehkan budaya asal, sehingga seluruh imigran Amerika hanya memiliki
satu budaya baru yakni budaya Amerika, walaupun diakui bahwa monokultur mereka
itu lebih diwarnai oleh kultur White Anglo Sxon Protestant (WASP) sebagai kultur
imigran kulit putih berasal Eropa. Kemudian, ketika komposisi etnik Amerika semakin
beragam dan budaya mereka semakin majemuk, maka teori melting pot kemudian
dikritik dan muncul teori baru yang populer dengan nama salad bowl sebagai sebuah
teori alternatif dipopulerkan oleh Horace Kallen. Berbeda dengan melting pot yang
melelehkan budaya asal dalam membangun budaya baru yang dibangun dalam
keragaman, Teori salad bowl atau teori gado-gado tidak menghilangkan budaya asal,
tapi sebaliknya kultur-kultur lain di luar White Anglo Saxon Protestant (WASP)
diakomodir dengan baik dan masing-masing memberikan kontribusi untuk membangun
budaya Amerika, sebagai sebuah budaya nasional.
Multikulturalisme dan Pluralisme adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini.
Allah menciptakan alam ini di atas sunnah multikultural dan pluralitas dalam sebuah
kerangka kesatuan. Isu multikulturalisme dan pluralisme adalah setua usia manusia dan
selamanya akan ada selama kehidupan belum berakhir, hanya saja bisa terus menerus
berubah, sesuai perkembangan zaman.
Multikultural dan Pluralitas pada hakikatnya merupakan realitas kehidupan itu
sendiri, yang tidak bisa dihindari dan ditolak. Karena multikultural dan pluralitas
merupakan sunnatullah, maka eksistensi atau keberadaanya harus diakui oleh setiap
manusia. Namun pengakuan ini dalam tataran realitas belum sepenuhnya seiring dengan
pengakuan secara teoritik dan kendala-kendala masih sering dijumpai di lapangan.
Wacana tersebut sering dijumpai di dalam Al-Qur'an ketika berbicara tentang
kemajemukan masyarakat. seperti dalam QS al-Hujurat : 13 Artinya: “Wahai umat
manusia, sesungguhnya, Kami ciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan
Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang bertaqwa”.
Karena pluralitas merupakan bagian dari multikumultikultiral, maka pluralisme
diartikan sebagai "menerima perbedaan" atau "menerima perbedaan yang banyak".
Dalam konteks penggunaan kata pluralitas dalam tulisan ini penulis mengartikannya
sebagai keberagamaan termasuk keberagaman agama. Dalam kehidupan sehari-hari
sebelum dicampuri dengan kepentingan ideologis, ekonomis, sosial-politik, agamis dan
lainnya, manusia menjalani kehidupan yang bersifat pluralitas secara ilmiah, tanpa
begitu banyak mempertimbangkan sampai pada tingkat "benar tidaknya" realitas
pluralitas yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Baru ketika manusia dihadapkan
dengan berbagai kepentingannya (organisasi, politik, agama, budaya dan lainnya) mulai
mengangkat isu pluralitas pada puncak kesadaran mereka dan menjadikannya sebagai
pusat perhatian. Maka pluralitas yang semula bersifat wajar, alamiah berubah menjadi
hal yang sangat penting.
Cara-cara yang dilakukan lembaga-lembaga pendidikan untuk menginternalisasikan
nilai-nilai multikultural dan pluralitas dalam pendidikan agama agar tercipta kerukunan
antar umat beragama dengan melalui berbagai usaha, di antaranya:
▪ Mengembangkan rasionalisasi pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan dengan
pendidikan agama, sejak dari soal manajemen, penggalangan dana, pembuatan
kurikulum, silabus hingga pelaksanaan program-program;
▪ Membuka kerja sama dengan mereka yang sebelumnya dianggap sebagai
saingan atau musuh;
▪ Membuat standarisasi ajaran-ajaran agama sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang dilayaninya;
▪ Memberikan peran yang lebih luas kepada mereka yang selama ini dianggap
tergolong awam dalam soal-soal agama (Mujiburrahman, 2008: 70-71).
Ada juga tiga model strategi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan
untuk memasukkan konsep multikultural dan pluralistik ke ranah pendidikan agama
agar tercipta kerukunan antar umat beragama dalam skala mikro dan makro, yaitu: (1)
strategi revolusi, (2) strategi pengasingan diri; (3) strategi dialog.
Multikulturalisme berasal dari kata multi (plural) dan cultural (tentang budaya),
multi-kulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap realitas keragaman kultural,
yang berarti mencakup baik keberagaman tradisional seperti keberagaman suku, ras,
ataupun agama, maupun keberagaman bentukbentuk kehidupan (sub-kultur) yang terus
bermunculan di setiap tahap sejarah kehidupan masyarakat. Lahirnya paham
multikulturalisme berlatar belakang kebutuhan akan pengakuan (the need of
recognition) terhadap kemajemukan budaya, yang menjadi realitas sehari-hari banyak
bangsa, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, sejak semula multikulturalisme harus
disadari sebagai suatu ideologi, menjadi alat atau wahana untuk meningkatkan
penghargaan atas kesetaraan semua manusia dan kemanusiaannya yang secara
operasional mewujud melalui pranata-pranata sosialnya, yakni budaya sebagai pemandu
kehidupan sekelompok manusia sehari-hari. Dalam konteks ini, multikulturalisme
adalah konsep yang melegitimasi keanekaragaman budaya.
Esensi makna pluralisme tidak hanya diartikan sebagai sebuah pengakuan terhadap
keberagaman suatu bangsa, akan tetapi disamping itu pluralisme juga mempunyai
implikasi-implikasi politis, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu secara praktis
pluralisme selalu dikaitkan dengan prinsip-prisip demokrasi, hal ini dapat
diartikulasikan bahwa pluralisme berkenaan dengan hak hidup kelompok-kelompok
yang hidup dalam suatu komunitas.
BAB 8
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai sebuah
bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula dengan penerapan syariah di bidang
ekonomi bertujuan sebagai transformasi masyarakat yang berbudaya Islami. Adapun
sumber hukum Ekonomi Islam yaitu:
▪ Al-Qur'an,
▪ As-Sunnah,
▪ Ijma’,
▪ Qiyas dan
▪ Ijtihad
▪ tauhid (keimanan),
▪ ‘adl (keadilan),
▪ nubuwwah (kenabian),
▪ khilafah (pemerintah) dan
▪ ma’ad (hasil).
Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi Islam.
Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan menjadikan
ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa memberi dampak pada kehidupan
ekonomi. Islam Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk:
▪ Memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia.
▪ Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim saja tetapi seluruh
makluk hidup dimuka bumi.
▪ Esensi proses ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang
berlandaskan nilai-nlai Islam guna mencapai pada tujuan agama (falah)
Yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan pada Alquran dan Sunnah ialah:
Masyarakat madani atau civil society merupakan bagian masyarakat yang memiliki
adab dalam membangun, memaknai, dan menjalani kehidupannya. Masyarakat madani
seringkali diartikan dengan makna yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu
konsep berwayuh wajah.
8. Dalam 3 konsep pada kerukunan terdapat “kerukunan intern umat dalam satu
agama”. Jelaskan maksud dari pernyataan tersebut dan berikan contohnya!
(Defriyanti Abd. Bobihu)
Jawaban :
▪ Kerukunan internal umat beragama adalah kerukunan yang terjalin antara
sesama pemeluk agama di dalam lingkungannya, islam dengan sesama
islam, kristen dengan sesama kristen dan sebagainya. Dimana yang dijadikan
pedoman dasar untuk melakukannya adalah ajaran agama masing-masing.
(Enjelina Zees)
9. Mengapa lima nilai universal yakni tauhid, adl, nubuwwah, khilafah, dan ma’ad
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi islam? (Fandaria
Palilati)
Jawaban :
▪ karena ke lima nilai uneversal tersebut merupakan dasar dari pembangunan
ekonomi islam sehingga kelima nilai tersebut dapat dijadikan inspirasi untuk
menyusun teori-teori ekonomi islam (Wahyuni Akuba)
11. Strategi apa yang harus kita lakukan untuk menjaga kerukunan antar umat
beragama? (Ririn Umar)
Jawaban :
1. Membimbing umat beragama agar makin meningkatkan keimanan dan
ketakwaan mereka kepada Tuhan yang Maha Esa dalam suasana rukun baik
intern maupun antar umat beragama.
2. Melayani dan menyediakan kemudahan beribadah bagi para penganut
agama.
3. tidak mencampuri urusan akidah dan ibadah suatu agama/ agama lain
4. Mendorong peningkatan pengalaman dan pemahaman ajaran agama
5. Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan. (Yulia Agustina
Hasan)
12. Bagaimana yang harus kita lakukan untuk menjalin kerukunan hidup antar umat
beragama? (Lia Nur Anisa)
Jawaban :
▪ Saling Menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya
Saling hormat menghormati
Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban (Gindastri
Angkareda)
18. Apa saja perkembangan ekonomi islam yang ada di Indonesia saat ini? (Yusni T.
Iti)
Jawaban :
▪ ada banyak perkembangan ekonomi islam di indonesia diantaranya:
1. Perkembangan saham syariah mengalami kenaikan. Hingga November
2018, Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia di Jakarta Islamic Index
mencapai 2.065.369,10, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan capaian
tahun 2010 sebesar 1.134.632,00.
2. Perkembangan lembaga keuangan syariah juga ditunjukkan dengan
tingginya jumlah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang saat ini
diperkirakan mencapai 4500 buah. BMT sendiri merupakan lembaga
keuangan syariah yang memberikan layanan pembiayaan syariah pada
usaha mikro bagi anggotanya. Keberadaan BMT menjadi strategis,
terutama untuk menjangkau wilayah perdesaan (sektor pertanian dan
sektor informal).
3. Perkembangan ekonomi syariah juga nampak dengan berdirinya Bank
Wakaf Mikro, yang berfungsi memberikan layanan penyediaan akses
pembiayaan bagi masyarakat yang belum terhubung dengan lembaga
keuangan formal khususnya di lingkungan pondok pesantren. Hingga
Desember 2018, OJK mencatat sebanyak 41 Bank Wakaf Mikro telah
berdiri di Indonesia
4. Pengelolaan zakat dan wakaf juga mengalami kemajuan. Upaya
penguatan pengelolaan zakat terus dilakukan pemerintah, misalnya
dengan diterbitkannya UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat. Tujuan diterbitkannya Undang-undang tersebut adalah untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
5. Berkaitan dengan pengelolaan wakaf, pemerintah telah mengeluarkan
UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Undang-undang tersebut
melahirkan paradigma baru tentang pengelolaan wakaf di Indonesia,
terutama pengelolaan wakaf uang. Hal ini merubah paradigma publik
bahwa obyek harta wakaf tidak hanya tanah, namun juga meliputi
barang-barang bergerak, seperti uang dan surat berharga lainnya.
Kemajuan-kemajuan tersebut, tidak bisa dilepaskan dari geliat
perkembangan filantropi Islam di Indonesia. Menurut analisis Hilman Latief,
munculnya filantropi Islam di Indonesia merupakan fenomena kepedulian
masyarakat muslim kelas menengah ke atas terhadap persoalan
kemanusiaan. (Moh. Farhan Moisdean)