Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“OTITIS EKSTERNA”

Oleh :
NADA DWI RANITA
1911311043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
Landasan Teori

1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman
maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak diliang
telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kekambuhan.
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang
seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai
bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang
(swimmer's ear). Otitis Eksterna adalah radang telinga eksterna. (Kamus saku
Kedokteran DORLAND. 2002)
Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan bakteri.
Sering kali timbul dengan penyebab lain seperti jamur, alergi, atau virus. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2003).

2. Klasifikasi
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi:
a Otitis Eksterna Ringan: kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
b Otitis Eksterna Sedang: liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat
positif.
c Otitis Eksterna Komplikasi: Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak.
d Otitis Eksterna Kronik: Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.

3. Etiologi
Etiologi otitis eksterna dibagi menjadi:
a Otitis Eksterna Sirkumskripta
Etiologi: Staphylococus aureus, staphylococus albus.
b Otitis Eeksterna Difus
Etiologi: Pseudomonas, Staphylococus Albus, Eschericia coli dan Enterobacter
Aerogenes. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis.
c Otomikosis
Etiologi: Jamur Aspergillus, Candida Albican
d Otitis Eksterna Maligna
Etiologi: Pseudomonas

4. Faktor Predisposisi
a. Faktor Eksogen
 Udara yang hangat dan lembab
 PH liang telinga
 Trauma ringan
 Berenang.
 Alergi
 Benda asing dalam telinga. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)
b. Faktor Endogen
 Diabetes Melitus
 Irigasi Telinga
 Imunodefisiensi/ imunosupresi

5. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel
kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme
pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga
sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air
yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan
lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen
membentuk furunkel.

6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
b. Gangguan pendengaran
c. Rasa penuh pada telinga
d. Gatal
e. Terdapat secret yang berbau
f. Liang telinga tampak bengkak
g. Hiperemis
h. Adanya edema

7. Komplikasi
Komplikasinya meliputi :
 Kondritis
 Parotitis
 Penyempitan saluran telinga
 Otitis kronik
 Defisit pendengaran
 Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii
 Kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain
 Kematian

8. Prognosis
Otitis eksterna ini adalah kondisi yang dapat diobati yang biasanya sembuh dengan
cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis eksterna dapat dengan
mudah dengan obat tetes telinga antibiotik. Tapi, otitis eksterna kronik masih
mungkin dijumpai kembali.

9. Penatalaksanaan
a. Prinsip penatalaksanaan otitis eksterna
 Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-
hati.
 Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani
bilamana mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk
mengoleskan obat.
 Pemilihan pengobatan lokal.
b. Acute localized external otitis/otitis eksterna sirkumskripta
 Bila sudah jadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya
 Berikan antibiotika baik oral maupun topikal, selama ± 5 hari. Antibiotika
yang digunakan biasanya sensitif kuman Staphylococcus aureus, yaitu
neomycin atau polymixin B yang dikombinasi dengan kortikosteroid.
 Pemanasan
 Analgetika (mis : asam mefenamat dan antalgin)
c. Penatalaksanaan Otitis Eksterna
 Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
 Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan
Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan
terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit
mengeluarkan).
 Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap
basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti dengan
tetes telinga yang mengandung steroid dan antibiotik
 Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang
mengandung neomycine dan hydrocortisone.
 Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-5%
dalam alkohol 20%.
 Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone 0,25%
krim/salep atau dexamethasone 0,1%.
 Antibiotik oral tidak perlu diberikan. (Rukmini, 2005).
d. Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan :
 Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga.
Bersihkan dan keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas kering.
 Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung
antibiotik ke dalam liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut
dan ulserasi. Berikan juga antibiotik sistemik jika perlu.
 Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan
kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
 Menghilangkan rasa tidak enak.
 Memulihkan pendengaran
 Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal
untuk menghindari infeksi jamur.
 Terapi antialergi dan antiparasit.
 Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi liang
telinga.

10. Pemeriksaan Penunjang dan Penegakan Diagnosis


a. pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan sediaan langsung jamur dengan KOH
untuk otomikosis
b. Penegakan diagnosis : diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang

11. WOC
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Biodata
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dandiagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada
telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau
busuk
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau
perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan
memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit
seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi,
kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton
buds sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang.
5. Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang
menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita
penyakit DM.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada
MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke
membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien,
maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.

Pemeriksaan Fisik Otitis Eksterna

 Nyeri tekan pada tragus


 Nyeri tarik daun telinga
 Kelenjer getah bening regional dapat membesar dan nyeri
 Pada pemeriksaan liang telinga
1. pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul
serta liang telinga sempit
2. pada otitis eksterna difusa liang telinga sempit, kulit liang telinga
terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas serta sekret
sedikit
3. pada otomikosis dapat terlihat jamus seperti serabut kapas dengan
warna yang bervariasi (putih kekuningan)
4. pada herpes zoster otikus tampak lesi kulit vesikuler disekitar liang
telinga
5. pada pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif
7. Pemenuhan kebutusan dasar manusia
a. Pola pemenuhan nutrisi metabolic
 Intake makanan dan cairan
b. Pola Persepsi Konsep Diri
 Pandangan klien tentang sakitnya
 Kecemasan
 Konsep Diri
c. Pola peran dan hubungan
 Komunikasi hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut Berhubungan dengan proses inflamasi


2. Gangguan persepsi pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi organ
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri atau
Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam ketidaknyamanan pada
proses inflamasi diharapkan klien tidak klien pada skala 0-10
mengalami nyeri dengan R/: Karakteristik nyeri
kriteria hasil : dapat menunjukkan
1. Mampu mengontrol nyeri derajat berat/ ringannya
( tahu penyebab nyeri, penyakit
mampu menggunakan b. Lakukan manajemen nyeri
teknik non farmakologi dengan teknik
untuk mengurangi nyeri, nonfarmakologis misalnya
mencari bantuan ) kompres hangat atau
2. Melaporkan bahwa nyeri dingin dan masase pada
berkurang dengan saat sebelum, setelah dan
menggunakan manajemen jika memungkinkan
nyeri selama aktivitas yang
3. Mampu mengenali nyeri menimbulkan nyeri.
skala dan intensitas, R/: Meningkatkan
frekuensi dan tanda nyeri. relaksasi, memfokuskan
4. Menyatakan rasa nyaman kembali perhatian, dan
setelah nyeri berkurang meningkatkan
5. Tanda vital dalam rentang kemampuan koping
normal. c. Anjurkan pasien untuk
menginformasikan kepada
perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
R/: Mencoba untuk
mentolenransi nyeri,
daripada meminta
analgetik
d. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik.
R/:nyeri bervariasi dari
ringan sampai berat dan
perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat
adekuat dan
penyembuhan.

Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan a. Berbicara dengan suara


pendengaran b.d keperawatan selama 2 x 24 yang jelas
penurunan fungsi jam,gagguan persepsi sensori R/ : memudahkan klien
organ dapat teratasi dengan kriteria untuk mendengar dan
hasil : memhami komunikasi
1. Mampu menunjukan terkait dengan tindakan
pemahaman / sinyal yang akan dilakukan.
respon b. Menggunakan kalimat
atau bahasa yang mudah
dimengerti
R/: membantu pasien
untuk memahami
informasi terkait dengan
penyakitnya.
c. Berdiri dihadapan klien
saat berbicara
R/: menjaga kelangsunan
proses komunikasi selama
pemberian tindakan

Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a. Pantau tekanan


berhubungan dengan keperawatan selama 2 kali 24 darah,suhu, denyut nadi
proses inflamasi jam suhu tubuh klien dan frekuensi pernapasan.
normal,dengan criteria hasil : R/: tanda-tanda vital
1. Pasien akan menunjukkan merupakan acuan untuk
Termoregulasi ditandai mengetahui keadaan
dengan suhu normal tubuh umum pasien.
36 -37 C. b. Anjurkan asupan cairan
oral, sedikitnya 2 liter
sehari, dengan tambahan
cairan selama aktivitas
yang berlebihan atau
aktivitas sedang dalam
cuaca panas.
R/: Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak.
c. Ajarkan pasien/keluarga
dalam mengukur suhu
tubuh.
R/: Untuk mencegah dan
mengenali secara dini
hipertermia (misalnya,
sengatan panas, dan
keletihan akibat panas)
d. Kolaboratif: Berikan obat
antipiuretik,jika perlu.
R:/Pemberian terapi
penting bagi pasian
dengan suhu tinggi.

Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan dokumentasikan


dengan koping mal keperawatan selama 2 kali 24 tingkat kecemasan pasien.
adaptif jam,cemas klien dapat R/ : faktor ini
berkurang dengan criteria hasil mempengaruhi persepsi
1. Ansietas berkurang, pasien terhadap ancaman
dibuktikan oleh bukti diri, potensial siklus
tingkat ansietas hanya ansietas, dan dapat
ringan sampai sedang, dan mempengaruhi upaya
selalu menunjukkan medik untuk mengontrol
pengendalian diri terhadap ansietas.
ansietas, konsentrasi dan b. Berikan informasi faktual
koping. menyangkut diagnosis,
terapi,dan prognosis.
R/: menurunkan ansietas
sehubungan dengan
ketidaktahuan/harapan
yang akan datang dan
memberikan dasar fakta
untuk membuat pilihan
informasi tentang
pengobatan.
c. Jelaskan semua prosedur,
termasuk sensasi yang
biasanya di alami selama
prosedur.
R/: memberikan dasar
pengetahuan sehingga
pasien dapat membuat
pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan
dapat meningkatkan
kerjasama dalam program
terapi, kerjasama penuh
penting untuk
keberhasilan hasil setelah
prosedur
d. Ajarkan teknik relaksasi
misalnya imajinasi
terbinbing, visualisasi.
R/ : memfokuskan
perhatian pasien,
membantu menurunkan
Ansietas dan
meningkatkan proses
penyembuhan
e. Kolaborasi pemberian
obat untuk menurunkan
ansietas, jika perlu.
f. R/: dapat digunakan untuk
menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat
Kurang pengetahuan Setelah melakukan tindakan a. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan dengan keperawatan selama 2 kali 24 klien saat ini dan
kurang informasi, jam klien mengerti: Proses pemahaman terhadap
kesalahan interpretasi penyakit otitis eksterna dengan proses penyakitnya.
kriteria hasil : R/: Mengetahui sejauh
1. klien mampu memahami mana pasien paham
proses penyakitnya tingkat penyakitnya
b. Tentukan motivasi pasien
untuk mempelajari
informasi tentang proses
penyakitnya.
R/: Pengetahuan pasien
tentang penyakitnya dapat
dikendalikan dengan
informasi penyakit
c. Berikan penyuluhan
tentang proses
penyakitnya sesuai dengan
tingkat pemahaman
pasien, ulangi informasi
bila diperlukan
R/: Pengetahuan pasien
tentang penyakitnya dapat
dikendalikan dengan
informasi penyakit
d. Gunakan berbagai
pendekatan penyuluhan,
redemonstrasi, dan
berikan umpan balik
secara verbal dan tertulis.
R/: pasien mengetahui
sesuatu yang berhubungan
dengan penyakitnya
e. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang terkait
dalam pemberian
informasi sumber-sumber
komunitas yang dapat
menolong pasien dalam
mempertahankan program
terapi.
R/: dengan kolaborasi
pencegahan otitis dapat di
lakukan dengan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol.3.Ed 8 : Jakarta. EGC

Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 39 No.3. Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Sosialisman, Helmi. 2007. Kelainan Telinga luar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 6 th ed. Jakarta: FK UI, 58

Anda mungkin juga menyukai