Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

Nama : Halimatus Sa’diah


NIM : 161810301029
Kelompok : 4
Asisten : Aditiyan Andriyanto

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua komponen atau lebih.
Larutan yang terdiri dari dua komponen disebut larutan biner, larutan yang terdiri dari tiga
komponen disebut larutan tersier (terner) dan larutan yang terdiri dari empat komponen
disebut larutan kuartener. Larutan mempunyai fase yang berbeda-beda, yaitu berupa gas,
cairan atau padatan. Fase yang dimiliki oleh larutan ini mempengaruhi sifatnya larutan.
Larutan memiliki sifat koligatif yang ditentukan oleh konsentrasi zat terlarutnya. Sifat
koligatif larutan ini terdiri dari penurunan tekanan uap jenuh (ΔP), kenaikan titik didih larutan
(ΔTb), penurunan titik beku larutan (ΔTf), dan tekanan osmotik larutan (Purba, 1987).
Praktikum kali ini dilakukan dengan dua tahapan. Tahapan yang pertama yaitu
menentukan tetapan penurunan titik beku molal dan tahapan yang kedua menentukan berat
molekul zat yang belum diketahui. Prosedur pertama dilakukan dengan cara menambahkan
garam pada pelarut murni. Penentuan tetapan penurunan titik beku larutan akibat dari
penambahan zat terlarut berupa garam kemudian dihitung. Prosedur kedua dilakukan dengan
menambah zat terlarut garam pada pelarut yang belum diketahui, sehingga tetapan penurunan
titik bekunya dapat diketahui dan perhitungan berat molekul dapat dilakukan.
Praktikum ini banyak ditemukan dalam kehidupan sehari – hari, salah satunya yaitu
penurunan titik beku dalam pembuatan es krim. Konsep terkait penurunan titik beku ini
banyak dipakai antibeku pada radiator mobil, mencairkan salju, mengawetkan ikan dan masih
banyak lagi. Salju yang menumpuk dijalan dapat dicairkan dengan menambahkan garam.
Percobaaan penentuan titik beku ini dengan menggunakan bahan air dan NaCl.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari percobaan penentuan titik beku adalah
1. Bagaimana menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut ?
2. Bagaimana menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan penentuan titik beku larutan adalah
1. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut.
2. Menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa yang mempunyai keadaan fisik dan penampilan
berbentuk cair. Bahan ini tidak berbau dan mempunyai berat molekul 18,02 gram/mol.
Senyawa ini tidak berwarna dan mempunyai pH netral. Akuades mempunyai titik didih 100
o
C (212 oF) dan mempunyai berat jenis 1 g/cm3. Senyawa ini memiliki tekanan uap 2,3 kPa
dan densitas uap 0,62 g/cm3. Bahan ini tidak korosif untuk kulit, tidak berbahaya apabila
terhirup, tidak korosif terhadap mata, dan berbahaya apabila terjadi penyerapan. Akuades
yang tumpah dapat dibersihkan dengan kain yang mudah menyerap atau langsung dibuang
dalam pembuangan yang tepat (Sciencelab,2018).
2.1.2. Natrium klorida (NaCl)
Natrium klorida merupakan senyawa yang mempunyai keadaan fisik dan penampilan
berbentuk padat. Bahan ini sedikit berbau, asin dan berwarna putih. Senyawa ini memiliki
berat molekul 58,44 gram/mol dan mempunyai massa jenis 2,16 gram/cm 3. Bahan ini
mempunyai titik leleh 801 oC (1473,8 oF) dan titik didih 1413 oC (2575,4 oF). Senyawa ini
memiliki berat jenis sebesar 2,165 g/cm3. Natrium klorida sangat mudah larut dalam air
dingin, air panas, gliserol dan amonia, tetapi tidak dapat larut dalam HCl. Natrium klorida
sedikit berbahaya apabila terjadi kontak mata, kontak kulit, dan inhalasi. Penannganan untuk
bahan ini apabila terjadi kontak mata dan kulit dengan membasuh menggunakan air
sedikitnya 15 menit dan apabila tertelan dengan mendapatkan bantuan deri medis dengan
menunjukkan wadah atau labelnya (Sciencelab,2018).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Sifat koligatif larutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua komponen atau lebih.
Larutan yang terdiri dari dua komponen disebut larutan biner, larutan yang terdiri dari tiga
komponen disebut larutan tersier (terner) dan larutan yang terdiri dari empat komponen
disebut larutan kuartener. Larutan mempunyai fase yang berbeda-beda, yaitu berupa gas,
cairan atau padatan. Fase yang dimiliki oleh larutan ini mempengaruhi sifatnya larutan
(Purba, 1987).
Interaksi yang terjadi diantara komponen dalam larutan menyebabkan terjadi perubahan
fisik pada komponen setiap larutan. Konsentrasi suatu zat terlarut menentukan sifat dari
larutan, sedangkan jenis zat terlarut tidak menentukan sifat dari suatu larutan. Hal tersebut
disebut dengan sifat koligatif larutan. Sifat fisik pelarut akan berubah apabila dilakukan
penambahan zat terlarut dan besarnya perubahan tersebut berbanding lurus dengan molalitas
zat terlarut yang ditambahkan (Dogra, 1894).
Sifat koligatif larutan berasal dari kata colligare yang dalam bahasa latin mempunyai
arti mengumpul bersama, hal tersebut dikarenakan sifat-sifat ini bergantung pada efek kolektif
jumlah partikel. Sifat larutan encer berdasarkan hukum Raoult terdiri dari empat jenis.
Keempat sifat tersebut disebut sifat koligatif larutan, diantaranya yaitu penurunan tekanan uap
jenuh (ΔP), kenaikan titik didih larutan (ΔTb), penurunan titik beku larutan (ΔTf), dan
tekanan osmotik larutan (π) (Dogra, 1894).
2.1.1 Penurunan Titik Beku Larutan
Temperatur yang mengakibatkan terjadinya perubahan fasa dari wujud cair menjadi
padat dengan pelarut tertentu disebut dengan titik beku. Pembekuan air terjadi pada
temperatur 0°C denngan tekanan 1 atm, kondisi tersebut disebabkan karena pada temperatur
tersebut tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Pengurangan antara titik beku pelarut
dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (ΔTf). Penurunan titik beku adalah
Pengurangan antara titik beku pelarut dan titik beku larutan, yang mana titik beku larutan
lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut. Penurunan titik beku tidak tergantung
dari jenis zat terlarut, tetapi tergantung pada konsentrasi partikel yang terdapat pada larutan
(Atkins, 1994).
Titik beku pada zat murni yang akan menjadi pelarut merupakan titik beku pelarut
murni. Air misalnya memiliki titik beku pelarut muni yakni 0oC, disebabkan karena zat
terlarut seperti gula yang dimasukkan ke dalam air mengakibatkan titik beku larutan tersebut
berbeda dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah dari 0 oC. Kondisi inilah yang
mengakibatkan adanya penurunan titik beku yang diakibatkan oleh masuknya suatu zat
terlarut sehingga pelarut tersebut menjadi tidak murni dan titik bekunya akan berubah menjadi
berkurang. Penurunan titik beku atau peningkatan titik didih, sama dengan penurunan tekanan
uap sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya (Chang, 2004).
Penurunan titik beku larutan merupakan salah satu contoh dari sifat koligatif.
Temperatur yang mana tekanan uap pada cairan sama seperti tekanan uap pada padatan
disebut dengan titik beku.Titik beku pelarut murni lebih tinggi dibandingan titik beku larutan.
Kondisi tersebut disebabkan karena zat pelarutnya harus terlebih dahulu membeku, kemudian
zat terlarutnya selanjutnya yang membeku. Titik beku ini menunjukkan temperatur setimbang
dari larutan dan pelarut padatannya. Larutan akan membeku ketika temperatur lebih rendah
dari pelarutnya. Tekanan uap pelarut murni selalu lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
uap larutan (Soekardjo,1989).
Zat terlarut yang bersifat tidak mudah menuap atau non volatil mengakibatkan
menurunnya titik beku pelarutnya. Kondisi tersebut terjadi diakibatkan zat terlarut bersifat
tidak mudah menguap yang menyebabkan pada temperatur 0oC diperoleh larutan belum
membeku. Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm,
yang mengakibatkan larutan harus dibekukan dengan tekanan 1 atm dalam menurunkan suhu
larutannya. Penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarutnya disebut penurunan titik
beku (Dogra, 1894).
Penurunan titik beku adalah pengurangan antara titik beku larutan dan titik beku
pelarut murni. Penurunan titik beku larutan akan semakin besar apabila banyak zat yang
semakin dilarutkan pada suatu larutan. Roult menyatakan bahwa besarnya penurunan titik
beku akan sebanding dengan konsentrasi molal dan tidak bergantung pada jenis zat yang akan
dilarutkan (Sumardjo, 2006).
Perbedaan titik beku yang terjadi karena danya partikel zat terlarut disebut penurunan
tiik beku (∆ Tf ¿. Penurunan titik beku larutan merupakan selisih dari titik beku pelarut
dengan titik beku larutan. Titik beku dari larutan selalu lebih rendah dibandingkan pelarut
murni. Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan
tetapan penurunan titik beku pelarut (kf). Persamaan secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut.
∆ Tf = Kf m , atau .........................................(2.1)
Kf
∆ Tf = ...............................................(2.2)
n x 1000/ p
Penurunan titik beku pada larutan elektrolit, maka harus menambahkan faktor van hoff.
Persamaan secara matematis da
pat ditulis sebagai berikut.
∆ Tf = Kf m i......................................................(2.3)

Tf = Tf° - ∆ Tf .............................................(2.4)
Keterangan :
∆ Tf : penurunan titik beku
Kf : tetapan penurunan titik beku molal
n : jumlah mol zat terlarut
p : massa pelarut
(Reis,1999).
Pelarut memiliki harga tetapan Kf tertentu. Tetapan Kf ini menyatakan besarnya
penurunan titik beku larutan 1 molal. Air pada tekanan 1 atm memiliki harga Kf sebesar 1.86
dan titik beku sebesar 0°C. Tetapan Kf hanya bergantung pada jenis besarnya penurunan titik
beku untuk larutan 1 molal. Efek penurunan titik beku akan lebih besar dari pada efek
kenaikan titik didih atau penurunan tekanan uap. Penurunan titik beku relatif lebih banyak
digunakan dalam penentuan berat molekul (Pratiwi, 2013).
Penurunan titik beku molal merupakan penurunan titik beku yang disebabkan oleh satu
mol zat terlarut dalam satu kilogram pelarut. Penurunan titik beku molal ini dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul zat terlarut. Zat terlarut sebanyak g gram memiliki berat
molekul M, menghasilkan penurunan titik beku sebesar ∆ Tf dan tetapan penurunan titik beku
molal kf, maka berat molekulnya dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.
g x 1000 x Kf
M= .........................................................(2.5)
P ∆ Tf
(Pratiwi, 2013).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
 Beaker glass
 Pengaduk kaca
 Sensor termometer
 Ball pipet
 Pipet volume
 Botol semprot
 Gelas ukur
 Pipet tetes
3.2 Bahan
 Akuades (H2O)
 Garam dapur (NaCl)
 Zat x
 Es batu
3.2. Skema Kerja
3.2.1 Persiapan
Air
- diisi tabung gelas I dengan campuran air, es dan garam secukupnya
- diisi tabung gelas II dengan 20 mL akuades

Hasil
3.2.2 Penentuan Tetatapan Penurunan Titik Beku Molal

Air

 dicatat suhu pada temperatur tiap menitnya setelah tabung gelas B diisi 20
mL larutan
 diamati pelarut (sudah membeku atau belum) saat suhu telah konstan
(tetap)
 dibiarkan pelarut mencair kembali, kemudian ditambahkan 0,3 gram NaCl
sebagai zat terlarut.
 ditentukan nilai Tf nya

Hasil

3.2.3 Penentuan Berat Molekul zat

Zat X

 ditambahkan sebanyak 2 gram kedalam larutan yang telah mencair (larutan


pada percobaan 3.2.2)
 diamati perubahan suhunya
 dihitung nilai ∆ T f nya
 dihitung berat molekulnya

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

∆ Tf1 Kf
0
m (1) △Tf2 (0 K) m (2) Mr zat x (g/mol)
( K)

2,15 2,56 x 10−1 4,2 1,85 0,22 75


4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu untuk menentukan menentukan tetapan penurunan titik beku
molal pelarut (Kf) dan menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui. Titik
beku pada zat murni yang akan menjadi pelarut merupakan titik beku pelarut murni. Air
misalnya memiliki titik beku pelarut muni yakni 0 oC, disebabkan karena zat terlarut seperti
gula yang dimasukkan ke dalam air mengakibatkan titik beku larutan tersebut berbeda dengan
0oC melainkan akan menjadi lebih rendah dari 0 oC. Kondisi inilah yang mengakibatkan
adanya penurunan titik beku yang diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut sehingga
pelarut tersebut menjadi tidak murni dan titik bekunya akan berubah menjadi berkurang.
Penurunan titik beku atau peningkatan titik didih, sama dengan penurunan tekanan uap
sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya (Chang, 2004).
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan ice bath yang akan digunakan pada
percobaan ini. Cara membuat ice bath yaitu gelas beker besar dimasukkan es batu dan
tambahan garam. Fungsi penambahan garam yaitu untuk menurunkan titik beku pada es,
sehingga es batu tidak cepat mencair. Es berguna untuk menurunkan temperatur karena es
akan menyerap kalor pada dinding-dinding gelas. Alat yang digunakan sebagai pengukur suhu
pada saat larutan tersebut membeku adalah dengan sensor suhu. Aplikasi yang digunakan
dalam pengukuran suhu adalah loggerlite.
Perlakuan kedua yaitu menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut (Kf). Zat
pertama yang digunakan yaitu akuades, dimana akuades diletakkan di dalam gelas beker kecil
lalu dimasukkan ke dalam es dan campuran garam lalu diukur menggunakan sensor sampai
airnya membeku. Titik beku akuades yaitu sebesar 0 oC, sedangkan rata-rata titik beku yang
diperoleh dalam percobaan ini adalah 0,05 oC, hal ini sudah sesuai pada literatur sciencelab
dimana titik beku akuades 0 oC. Nilai yang dipeoleh cukup jauh dengan nilai pada referensi.
Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali supaya hasil yang didapatkan mempunyai tingkat
keakuratan yang baik. Pelarut air tersebut membeku karena pada temperatur pada sistem terus
mengalami penurunan yang mengakibatkan akuades membeku. Suhu pada pengulangan
kedua lebih cepat turun dibandingkan dengan pengulangan pertama, hal ini disebabkan karena
zat telarutnya lebih banyak dibandingkan dengan pengulangan pertama. Perlakuan ini
dilakukan sebanyak dua kali, hal ini bertujuan agar data yang diperoleh lebih akurat.
Perlakuan yang selanjutnya yaitu akuades yang membeku di biarkan mencair, lalu
ditambahkan dengan NaCl. Larutan NaCl selanjutnya dimasukkan edalam ice bath dan diukur
titik bekunya menggunakan sensor suhu. Titik beku setelah penambahan NaCl menjadi -2,1
o
C, titik beku lebih rendah ketika ditambahkan NaCl. Hal ini karena terdapat penambahan zat
terlarut berupa NaCl yang mengakibatkan energi bebas pelarut berkurang yang
mengakibatkan kemampuan pelarut menjadi fase uapnya berkurang. Kondisi tersebut
mengakibatkan tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah apabila dibandingkan
dengan tekanan uap pelarut yang sama di dalam keadaan murninya. Nilai dari penurunan
tekanan uap akan sebanding dengan penurunan titik beku yang mengakibatkan apabila
tekanan uap menurun menyebabkan titik beku larutan akan mengalami penurunan.
Penyebab lainnya yang menyebabkan penurunan titik beku yaitu di dalam larutan NaCl
terkandung suatu zat terlarut yang berupa molekul-molekul NaCl yang mengakibatkan
terhalangnya molekul-molekul air untuk membeku sehingga diperlukan suhu yang lebih
rendah dalam membuat larutan NaCl membeku. di dalam larutan NaCl terkadung suatu zat
terlarut yang berupa molekul-molekul NaCl yang mengakibatkan terhalangnya molekul-
molekul air untuk membeku sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah dalam membuat
larutan NaCl membeku. Percobaan ini dilakukan pengulangan sebanyak dua kali, hal ini
dilakukan untuk memperoleh data yang akurat.
Perlakuan yang selanjutnya yaitu laruan NaCl dibiarkan mencair, kemudian ditambahkan
zat x.

Anda mungkin juga menyukai