Anda di halaman 1dari 12

1

MASALAH PENELITIAN

Sugiyono (2012: 32) menjelaskan masalah sebagai penyimpangan antara

yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dan praktek,

antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dan pelaksanaan.

Lebih lanjut menurut Muri Yusuf (2013: 84)

Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya dengan


apa yang terjadi; atau antara apa yang akan terjadi dengan apa yang
menjadi kenyataan. Kesenjangan itu hendaklah merupakan sesuatu yang
dapat dimanipulasi (manipulate) dan dipecahkan dengan pendekatan
ilmiah. Ini berarti pula, bahwa tidak semua hal perlu diselidiki dan didekati
melalui penelitian karena sifat masalah yang berbeda-beda dan tidak dapat
dipecahkan secara ilmiah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masalah
penelitian hendaklah jelas, berarti, dan dapat dikerjakan dengan baik dan
mudah.

I. MEMILIH MASALAH PENELITIAN

Muri Yusuf (2013: 86) menjelaskan beberapa kriteria yang dapat

digunakan dalam memilih masalah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Masalah harus jelas dan tidak meragukan

Masalah adalah titik pangkal penelitian. Sebagai awal dari kegiatan ilmiah,

masalah itu harus jelas dan dapat didekati dengan pendekatan ilmiah.

Masalah yang kanur akan membawa kerancuan dan akan memberikan

dampak negatif pada hasil penelitian.

Contoh : Orang Kaya Baru

Kaya Mendadak

Kehidupan Malam “Keluarga Jet Set”

Ketiga contoh tersebut, secara konseptual-teoritis sulit ditemukan

aturannya secara kuat.


2

b. Masalah hendaklah berarti, baik bagi diri sendiri, institusi, masyarakat

ataupun perkembangan ilmu pengetahuan

c. Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan

jangkauan peneliti

d. Masalah itu manarik minat peneliti

e. Dalam penelitian kuantitatif, masalah itu hendaknya menyatakan

hubungan dua variabel atau lebih, sedangkan dalam penelitian kualitatif

hendaknya menyatakan keputusan sesuatu objek dalam konteksnya.

f. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan faktor biaya yang

digunakan

g. Data dapat dikumpulkan secara cepat, tepat, dan benar

h. Masalah itu hendaklah sesuatu yang aktual dan hangat pada waktu

penelitian diadakan.

i. Ynag dijadikan masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang

tersedia

j. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang tersedia

k. Untuk peneliti pemula sebaiknya lebih hati-hati dalam memilih masalah

II. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN

Sugiyono (2012: 35) “ Rumusan masalah itu berbeda dengan masalah.

Kalau masalah itu kesenjangan antara yang diharapkan dengan apa yang

terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan

dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian, terdapat


3

kaitan erat antara masalah dengan rumusan masalah, karena setiap rumusan

masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.

A. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kuantitatif

Perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif mencakup latar

belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian. Namun kami menngutip

dari Sedarmayanti dan Hidayat (2011; 36) dalam bukunya Metodologi

Penelitian, bahwa perumusan masalah itu meliputi beberapa hal berikut:

“1) Latar belakang masalah, 2) identifikasi masalah. 3) pembatasan

masalah/ruang lingkup, dan 4) rumusan masalah.”

Adapun penjelasan per poinnya adalah sebagai berikut.

1. Latar Belakang Masalah

Faisal (1999) menyatakan bahwa istilah latar belakang

masalah kadang-kadang dinyatakan dengan beberapa istilah lain (yang

kesemuanya mempunyai arti yang sama), seperti “Latar Belakang

Penelitian”, “Latar Belakang Pemilihan Masalah Penelitian”, “Alasan

Pemilihan Judul Penelitian”, dan “Alasan  Pemilihan Masalah

Penelitian”. Semua istilah tersebut memiliki makna yang sama, namun

yang lebih umum digunakan adalah “Latar Belakang Masalah”.

Sukandarumidi (2006) menjelaskan bahwa cakupan latar

belakang meliputi uraian berikut:

a. Perumusan masalah

Perumusan masalah berisikan penjelasan mengenai alasan

mengapa masalah yang dikemukakan dalam usul penelitian ini


4

menarik, penting dan perlu diteliti ditinjau dari berbagai aspek

misalnya ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan, teknologi, sosial

dan budaya masyarakat.

b. Keaslian penelitian

Keaslian penelitian memuat pernyataan bahwa masalah yang

dihadapi/diteliti ini belum pernah dipecahkan oleh para peneliti

terdahulu, atau pun dinyatakan dengan tegas mengenai perbedaan

penelitian milik kita dengan penelitian yang sudah pernah

dilaksanakan oleh para peneliti lain. Nah, uraian yang tersebut

terakhir ini harus merujuk dari pustaka yang dipakai.

c. Faedah yang didapatkan

Latar belakang juga harus memuat penjelasan mengenai  faedah

(manfaat) penelitian untuk pembangunan masyarakat luas baik

untuk masayarakat akademi maupun non akademi.

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi artinya adalah memerinci masalah sehingga dapat

diketahui dengan jelas. Identifikasi masalah sebaiknya disertai dengan

data yang mendukungnya.Dari berbagai gejala yang memperlihatkan

adanya masalah menimbulkan pertanyaan yang dapat memunculkan

masalah baru dan dapat dihimpun sebagai masalah alternatif, meskipun

masih memperlihatkan adanya atau luasnya permasalahan. Dalam hal

ini kita perlu melakukan identifikasi masalah.

Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:


5

a. Membaca literatur sebanyak-banyaknya.

b. Menghadiri berbagai seminar yang terkait.

c. Mengadakan pengamatan dari dekat.

d. Mengadakan penelitian kecil dan mencatat hasilnya.

e. Menyusun penelitian dengan penekanan pada isi dan metodologi

nya.

f. Mengunjungi berbagai perpustakaan, dll.

3. Pembatasan Masalah

Dengan luasnya permasalahan yang timbul dari pertanyaan-

pertanyaan yang muncul, maka diadakan kemungkinan untuk

mempersempit  lingkup pada fokus perhatian sang peneliti.

4. Rumusan Masalah

Dalam membuat rancangan penelitian, diharuskan bagi peneliti

untuk menegaskan dan merumuskan masalah yang sedang diteliti

secara jelas dan tegas. Hal itu dilakukan dengan maksud agar

keseluruhan proses penelitian bisa benar-benar terarah dan terfokus

pada tujuan yang jelas. Jikalah diajukan rumusan umum yang

mencerminkan pokok permasalahan yang diteliti, maka ia perlu dirinci

ke dalam rumusan-rumusan yang lebih spesifik dan operasional.

Rumusan masalah yang spesifik dan operasional itulah yang

hendaknya disejalankan dengan “wujud jawaban” yang bakal disajikan

dan disimpulkan dalam laporan hasil penelitian.


6

Setelah memfokuskan perhatian pada masalah yang lebih

spesifik, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pertanyaan

mengenai masalah tersebut. Pertanyaan tersebut dapat berupa: apakah,

bagaimana, mengapa, dimana, dll.

Contoh:

Bagaimanakah gambaran jumlah pasangan usia subur yang

menjadi akseptor KB dan yang tidak menjadi akseptor KB, menurut

tingkat pendidikan suami, pekerjaan suami, lama usia perkawinan, dan

jumlah anak kandung yang mereka miliki?

Contoh di atas cukup menunjukkan bahwa rumusan penelitian

hendaknya bisa sekaligus memberikan “bayangan” tentang bagaimana

masalah tersebut akan dijawab dalam penyajian hasil penelitian

nantinya; hal itu merupakan salah satu ukuran dari jelas atau tidaknya

suatu rumusan masalah penelitian; juga baru bisa dikatakan perumusan

yang jelas dan tegas, ketika dapat menjadi “penuntun” yang jelas untuk

keperluan penyusunan instrument pengumpulan data.

B. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif

Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif masalah itu

bertumpu pada suatu fokus. Fokus disini dalam penelitian kualitatif itu

berarti pembatasan masalah itu sendiri yaitu suatu usaha pembatasan

dalam sebuah penelitian yang bertujuan agar mengetahui secara jelas

tentang batasan-batasan mana saja atau untuk mengetahui ruang lingkup

yang akan diteliti supaya sasaran penelitian tidak terlalu luas.


7

Sebenarnya ada dua maksud yang ingin dicapai dengan

merumuskan masalah penelitian melalui fokus. Pertama, penetapan fokus

itu dapat membantu dalam membatasi penyelidakan atau penelitian,

artinya jika fokus itu sudah ditentukan, maka secara pasti kita sudah

mendapatkan batasan-batasan tentang yang akan diteliti, dan yang lainya

kita sudah tidak perlu lagi menelitinya. Kedua, penetapan fokus dapat

membantu dalam mengidentifikasi data-data mana yang dibutuhkan dan

mana yang tidak dibutuhkan atau sudah memenuhi bidang inklusi-ekslusi

atau kriteria masuk-keluar informasi yang baru didapatkan, maksudnya

peneliti sudah mengetahui data-data mana yang relevan bagi penelitiannya

dengan adanya penetapan fokus tersebut.

Terdapat lima kriteria dalam menentukan fokus dalam penelitian

kualitatif yang mana diungkapkan oleh Bungin (dalam Andi

Prastowo,2011: 137) yakni:

1) Interesting. Artinya tentukanlah fokus masalah yang akan diteliti yang

menarik baik bagi peneliti ataupun bagi masyarakat, agar bisa menarik

semua kalangan.

2) Aktual. Maksudnya fokus masalah yang kita pilih itu bersifat kekinian,

atau yang terjadi sekarang atau saat ini. Agar penelitian bisa

memberikan solusi bagi permasalahan yang sedang dihadapi.

3) Monumental. Yaitu masalah yang bisa selalu bisa diingat oleh

masyarakat. Seperti masalah tentang sosial, agama dan sebagainya.


8

4) Spektakuler. Maksudnya masalah yang dipilih itu masalah yang

menakjubkan yang mana akan menarik perhatian banyak kalangan.5)

Fokus pada tema tertentu. Yaitu fokus masalah itu pada tema tertentu

saja agar tidak melebar dan meluas sehingga menyulitkan bagi peneliti

untuk meneliti tentang apa yang mau diteliti.

Pada akhirnya penetapan fokus masalah dalam penelitian kualitatif

itu akan ditetapkan ketika sudah berada di lapangan penelitian. Maksudnya

kepastiannya akan ditentukan di lapangan penelitian, walaupun rumusan

masalah telah dilakukan dengan baik namun mungkin saja terjadi bahwa

peneliti tidak bisa meneliti tentang fokus itu ketika sudah di lapangan

penelitian. Contoh; peneliti pada awalnya ingin meneliti tentang pengaruh

filsafat Rene Descartes di universitas A, karena universitas A tersebut

terdapat jurusan filsafat barat dan peneliti sudah melakukan studi

kepustakaan bahwa Descartes itu mempunyai pengaruh besar terhadap

dunia. Namun setelah peneliti sudah terjun ke universitas A, ternyata

mahasiswa-mahasiswa di universitas A itu justru terpengaruh oleh

filsafatnya David Hume. Maka dengan ini, peneliti harus mengganti fokus

masalahnya.

Dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah melalui fokus itu

bersifat tentatif dan ini sudah jelas jika melihat dari contoh diatas.

Terdapat tiga kemungkinan dalam penelitian kualitatif tentang masalah

yang akan kita teliti yang mana ini dikemukakan oleh Sugiyono (dalam

Andi Prastowo, 2011: 112)


9

1) Masalah tetap. Yaitu masalah yang kita teliti itu tetap dan tidak

berubah karena apa yang mau kita teliti itu ada atau sesuai dengan di

latar penelitian. Dengan demikian masalahnya akan tetap dan tidak

berubah. Contoh: dari awal memang kita akan meneliti tentang

pengaruh metode dialektika dalam metode belajar-mengajar di

universitas A. setelah diselidiki atau setelah peneliti mengetahui

keadaan dilapangan bahwa memang universitas A itu menggunkan

metode dialektika dalam metode belajar-mengajar, maka peneliti tidak

usah mengganti fokus masalahnya.

2) Masalah berkembang. yaitu masalah bisa berkembang jika ketika kita

telah di latar penelitian ternyata ada hal-hal atau data-data baru yang

sebelumnya tidak kita duga atau justru kita menduga ada ternyata tidak

ada. Contoh: kita sudah menentukan tentang apa yang mau kita teliti

yaitu metode dialektika dalam metode belajar-mengajar di universitas

A. ternyata ketika sudah mengetahui situasi lapangan, universitas A

tidak hanya menggunakan metode dialektika tetapi juga menggunakan

metode yang lainya. berarti masalah bisa berkembang misalnya

menjadi metode dalam belajar-mengajar di universitas A.

3) Masalah berubah total. Masalah bisa berubah total jika si peneliti

sudah mengetahui kenyataan dilapangan yang bertentang atau tidak

sesuai dengan fokus masalahnya. Contoh: kita mau meneliti tentang

metode dialektika dalam metode belajar-mengajar di universitas A.

ternyata setelah mengetahui kenyataan dilapangan yang bertentangan


10

bahwa universitas A sama sekali tidak menggunakan metode dialektika

dalam metode belajar-mengajar, maka fokus masalah tentu akan

berubah secara total.

C. Perumusan Masalah Penelitian Mixed

Penelitian gabungan, atau lebih dikenal dengan istilah

multimedtodologi dalam operations research, merupakan pendekatan

penelitian yang memadukan penjaringan dan analisis data kuantitatif dan

kualitatif (Wikipedia, 2008). Pendekatan ini cenderung didasarkan pada

paradigma pragmatik (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masalah,

dan pluralistik).

Pendekatan metode gabungan dibedakan ke dalam dua bentuk:

penelitian metode gabungan (mixed method research) dan penelitian

model gabungan (mixed model research). Dalam penelitian metode

gabungan peneliti menggunakan strategi kualitatif pada satu tahapan dan

strategi kuantatif pada tahapan lain, atau sebaliknya. Sebagai contoh,

seorang peneliti melakukan eksperimen (kuantitatif) dan setelah itu

melakukan wawancara terhadap partisipan mengenai pandangan mereka

terhadap eksperimen tersbut dan mencari tahu apakah mereka setuju

dengan hasilnya.

Dalam penelitian model gabungan peneliti memadukan strategi

kuantitatif dan kualitatif dalam satu atau dua tahapan yang sama. Sebagai

contoh, seorang peneliti dapat melakukan sebuah survei dan menggunakan

sebuah kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan tertutup dengan


11

jawaban berganda (kuantitatif) dan beberapa pertanyaan terbuka

(kualitatif). Sebagai contoh lain, peneliti dapat menjaring data kualitatif

yang kemudian dirubah menjadi data kuantitatif.


12

DAFTAR RUJUKAN

Muri, Y. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Padang: UNP Press

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung:


Alfabeta

Buku kerja. Com.” Prinsip-Prinsip Penelitian Kualitatif”. 01 September 2016.


http://www.bukukerja.com/2016/31/prinsip-prinsip-penelitian-
kualitatif.html.

https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodolog-penelitian.pdf

http://pasca.undiksha.ac.id/media/1228.pdf

https://hidrosita.wordpress.com/2013/02/17/masalah-dan-perumusan-masalah-da-
lam-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/

Anda mungkin juga menyukai