I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan sosial
yang dilakukan baik oleh individu, kelompok, komunitas maupun organisasi
pendamping untuk mencapai lingkungan perubahan dan kualitas hidup yang
lebih layak (Peterson & Hughey, 2004). Perawat komunitas memandang upaya
pemberdayaan sebagai fokus utama dalam intervensi komunitas, bahkan
seringkali faktor pemberdayaan dianggap sebagai variabel antara (mediating
variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran program kesehatan
(Minkler, 2001).
Keperawatan Komunitas memberikan pelayanan kesehatan profesional
yang berfokus pada masyarakat sehat maupun sakit, dengan menekankan upaya
preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif,
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan oleh seluruh lapisan masyarakat
dan melibatkan peran aktif masyarakat (CHS, 1997).
Masalah kesehatan komunitas adalah masalah bersama yang
memerlukan pemecahan secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai
element yang ada di masyarakat tersebut. Upaya penyelesaian masalah
kesehatan yang terjadi di lingkungan masyarakat diperlukan adanya peran serta
yang baik dari masyarakat dengan melibatkan seluruh perangkat desa meliputi
Pokjakes, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Karang
Taruna yang ada.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan saat
ini adalah terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular. Tingginya prevalensi penyakit tidak menular membawa
dampak terhadap menurunnya produksitivitas dan gangguan pada pemenuhan
aktivitas sehari-hari. Laporan dari WHO menunjukkan bahwa PTM sejauh ini
merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili 63% dari semua
kematian tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun.
Kematian akibat penyakit kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh PTM
yaitu sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta),
penyakit pernafasan (4,2 juta), dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok jenis
penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM. Penyakit
tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat disebarkan dari
seseorang terhadap orang lain. Pola hidup modern telah mengubah sikap dan
perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-
obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita penyakit degeneratif (penyakit
karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin meningkat dan mengancam
kehidupan. (Kemenkes, 2019)
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan oleh mahasiswa dari
pengumpulan data di lingkungan Desa Sukoharjo diperoleh data : 15%
masyarakat mengalami penyakit kronis ( Diabetes Melitus, hipertensi, dan lain-
lain), 30% masyarakat memiliki berat badan tidak ideal (obesitas), wawancara
dengan kader mengatakan kegiatan Posbindu tidak ada, masyarakat jarang
melakukan kontrol kesehatan, dan datang ke puskesmas hanya ketika sakit saja,
serta kegiatan senam dilakukan sebanyak 2x seminggu.
Penyakit kronis atau dikenal dengan Penyakit tidar menular (PTM)
merupakan penyakit yang sering tidak bergejala dan tidak memiliki tanda klinis
secara khusus. Hal ini menyebabkan seseorang tidak mengetahui dan
menyadari kondisi tersebut sejak awal perjalanan penyakit. Keterlambatan
penanganan akibat tidak adanya gejala atau tanda-tanda tersebut akan
mengakibatkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Bila
seseorang sudah menyandang penyakit tidak menular, maka akan sulit diobati
dan dikembalikan pada kondisi normal. (Departemen Kesehatan 2015).
Kejadian ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya.
Dengan diketahui atau dideteksinya faktor risiko PTM seperti merokok, kurang
aktifitas fisik, diet tidak seimbang, konsumsi alcohol, tekanan darah tinggi, gula
darah tinggi, berat badan lebih dan obesitas, serta adanya sumbatan jalan napas
dan lain-lain diharapkan masyarakat menjadi mawas diri untuk mengendalikan
faktor risikonya dan segera mencari pertolongan pada petugas kesehatan di
puskesmas, klinik swasta maupun praktek dokter swasta. Kegiatan monitoring
dan deteksi dini faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini ini dapat dilakukan
oleh masyarakat melalui kegiatan posbindu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka mahasiswa program studi S1
Keperawatan STIKes Al Insyirah Pekanbaru ingin mengadakan kegiatan
program pengabdian masyarakat berupa penyuluhan dan sosialisasi kegiatan
posbindu berupa screening kesehatan pemeriksaan faktor risiko dari penyakit
tidak menular dari Desa Sukoharjo. Melalui kegiatan penyuluhan dan skrining
kesehatan ini diharapkan tokoh masyarakat dapat berpartisipasi dalam bersama-
sama memprioritaskan masalah keperawatan komunitas yang kelompok
temukan dan bersama-bersama dalam mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat dan dapat memotivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat status kesehatan dan kualitas kehidupan masyarakat serta
deteksi dini dan mencegah komplikasi dari penyakit PTM.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan diharapkan tokoh masyarakat dan mahasiswa
mampu:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan/keperawatan di Desa Sukoharjo
b. Mendiskusikan prioritas masalah keperawatan bersama-sama dengan tokoh
masyarakatDesa Sukoharjo
c. Mendiskusikan Rencana Tindak Lanjut atau Intervensi Keperawatan
Komunitas bersama-sama dengan tokoh masyarakat Desa Sukoharjo.
d. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat, lintas program, dan lintas
sektoral terkait.
1 2 3
9 9 9 9 9
6 6
4 4 4 4 4
6 4 54 5 5 5 7
7 8
5 5 5 5 5 6
Keterangan :
1. Moderator
2. Penyaji 1
3. Notulen
4. AudiensLaki-Laki
5. Audiens Perempuan
6. Fasilitator
7. Observer
8. Dokumentasi
9. Meja posbindu
b. Susunan Acara
N
WAKTU KEGIATAN PEMBICARA METODE
O
1. 5 menit Pembukaan mhs Ceramah