1258 2483 1 SM
1258 2483 1 SM
Abstrak
Studi ini melihat penafsiran al
al-Quran tentang ayat-ayat
ayat pernikahan beda Agama di
Indonesia. Fenomena sosial m masyarakat
asyarakat Muslim Indonesia yang multikultural.
Adanya peningkatan toleransi dan penerimaan antar pemeluk agama yang berbeda,
memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi, termasuk dalam bentuk jalinan
pernikahan. Hal ini didorong pula oleh minimnya penget
pengetahuan,
ahuan, pemahaman dan
pengamalan agama dan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan
persoalan diatas, penelitian ini berupaya menyingkap penafsiran ayatayat-ayat
ayat terkait
pernikahan beda agama dalam hubungannya dengan hukum positif yang berlaku di
Indonesia.
donesia. Studi ini mengambil metode analitis-komparatif
komparatif sebagai langkah awal
untuk menelusuri jejak pemahaman pernikahan beda agama dalam al al-Quran
Quran dan
hukum positif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya sinergi antara pemahaman
ayat dan hukum positif ya
yang berlaku di Indonesia dengan ayat-ayat tentang.
267
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 268
Data-data yang hendak diteliti wanita, selama tidak ada faktor yang
terdiri dari data primer dan data menghalangi sahnya pernikahan
sekunder. Data primer dalam hal ini tersebut dari segi syar’i.7
adalah ayat-ayat al-Quran yang terkait Menurut Malikiyah, nikah
dengan pernikahan beda agama dan adalah akad yang mengandung
Undang-undang Republik Indonesia ketentuan hukum semata-mata untuk
No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. membolehkannya wathi’ (bersetubuh),
Sementara data sekunder adalah bersenang-senang, dan menikmati apa
diambil dari kitab-kitab tafsir dan yang ada pada diri seorang wanita yang
buku-buku yang relevan terhadap boleh nikah dengannya.8 Menurut
pernikahan beda agama. Untuk Hanabilah, nikah adalah akad yang
kebutuhan pembacaan data, penulis menjadikan dibolehkannya bersenang-
menggunakan pendekatan analisis senang dengan seorang wanita dengan
deskriptif-historis-filosofis. lafaz yang menyatakan kehendak
menikah.9
HASIL PENELITIAN Wahbah al-Zuhailiy
Pernikahan dalam bahasa Arab mendefinisikan nikah dengan akad
disebut dengan kata “al-nikah” secara yang membolehkan terjadinya al-
etimologis mempunyai beberapa arti, istimta`’(persetubuhan) dengan seorang
yaitu berkumpul, bersatu, bersetubuh wanita, atau melakukan wathi’, dan
dan akad.4 Pada hakikatnya, makna berkumpul selama wanita tersebut
nikah adalah persetubuhan, kemudian bukan wanita yang diharamkan, baik
secara majaz diartikan akad, karena sebab keturunan atau sepersusuan.10
termasuk pengikatan sebab akibat.5 Muhammad Abu Zahrah
Secara terminologi, pengertian mendefinisikan nikah sebagai akad
pernikahan dapat dilihat dari beberapa yang menimbulkan akibat hukum
pandangan dan sumber. Menurut berupa halalnya melakukan
Syafi`’iyah, nikah yaitu akad yang persetubuhan antara laki-laki dan
dengannya menjadikan halal hubungan perempuan, saling tolong menolong
seksual antara pria dan wanita.6 serta menimbulkan hak dan kewajiban
Menurut Hanafiyah, nikah adalah akad di antara keduanya.11
(perjanjian) yang menjadikan halal Definisi yang dikemukakan
hubungan seksual sebagai suami istri oleh ulama fikih di atas, sangat seksi
antara seorang pria dengan seorang
7
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh
`ala al-Mazahib al-Arba`ah …, h. 2.
4 8
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh
`ala al-Mazahib al-Arba`ah,(Mesir: al- `ala al-Mazahib al-Arba`ah …, h. 2.
9
Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1969), Jilid 4, Muhammad Jawadmughniyah, Fiqh
h.1 Lima Mazhab: Ja`far, Hanafi, Maliki, Syafi`’i,
5
Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin Hambali, Terj. oleh MasykurA.b, Afis
Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Ahyar Muhammad, dan Idrus al-Kaff, (Jakarta:
(Bandung: Syirkah al-Ma`arif li al-Thaba` wa LinteraBasritama, 2002), Cet. ke- 8, h. 311
10
al-Nasyr, t.th.), Juz 2, h. 36 Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami
6
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh waAdilatuhu, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 1989),
`ala al-Mazahib al-Arba`ah …, h. 2.Lihat juga, Juz VII, h. 29
11
Mohd. Idris Mulyono, Hukum Perkawinan Muhammad Abu Zahrah, al-Ahwal al-
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), Cet. ke-1, Syakhsiyyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi,
h.1 1957), h.19
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 270
dan bernuansa biologis. Nikah dilihat perdata saja, lepas sama sekali dari
hanya sebagai akad yang menyebabkan agama atau hukum agama.15
kehalalan melakukan persetubuhan. Undang-undang perkawinan
Hal ini semakin tegas karena menurut yang termaktub dalam UU No 1 tahun
al-Azhari makna asal kata nikah dalam 1974 berasaskan agama. Artinya, sah
bahasa Arab adalah al-wath’ tidaknya perkawinan seseorang
(persetubuhan).12 ditentukan oleh hukum agamanya. Ini
Berbeda dengan pengertian sesuai dengan cita hukum bangsa
yang dikemukakan oleh para ulama Indonesia: Pancasila dan salah satu
fikih, dalam UU No. 1 tahun 1974 kaedah fundamental Negara yaitu
dinyatakan bahwa perkawinan ialah Ketuhanan Yang maha Esa yang
ikatan lahir batin, antara seorang pria disebutkan dalam pembukaan dan
dengan seorang wanita sebagai suami dirumuskan dalam Batang tubuh UUD
istri dengan tujuan membentuk 1945 pasal 29 ayat (1) BAB
keluarga (rumah tangga) yang bahagia Agama.Pasal 2 ayat (1) Undang-
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang undang Perkawinan dengan jelas
Maha Esa.13Dalam Kompilasi hukum menyatakan bahwa “Perkawinan
Islam dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
menurut hukum Islam adalah masing-masing agamanya dan
pernikahan, yaitu akad yang sangat kepercayaannya itu”.16
kuat atau "mitsaqan gholiidhan" untuk
mentaati perintah Allah dan Pernikahan beda agama menurut
melaksanakannya merupakan ibadah.14 hukum positif di Indonesia
Undang-undang Perkawinan Sebelum berlakunya UU
yang mulai berlaku secara efektif No.1/1974 tentang perkawinan
tanggal 1 Oktober 1975 mempunyai (selanjutnya di sebut UU Perkawinan),
ciri khas kalau dibandingkan dengan keadaan hukum perkawinan di
hukum perkawinan sebelumnya, Indonesia beragam. Setiap golongan
terutama dengan undang-undang atau penduduk berlaku hukum perkawinan
peraturan perkawinan yang dibuat oleh yang berbeda dengan golongan
dan diwariskan oleh pemerintah penduduk lainnya.17 Persoalan ini
kolonial Belanda dahulu yang
menganggap perkawinan antara 15
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam
seorang pria dan wanita hanyalah dan Peradilan Agama,(Jakarta: Raja Grafindo
hubungan sekuler, hubungan sipil atau Persada, 2002), Cet. ke-2, h. 66
16
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam …,
h. 66-67.
17
Pelaksanaan hukum perkawinan di
Indonesia pada wktu itu sebagai berikut: 1.
Bagi orang-orang Indonesia asli yang baragama
12
Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Ahyar…, Islam berlaku hukum Islam yang telah
h. 36 diresipiir hukum adat.2. bagi orang Indonesia
13
Undang-undang Republik Indonesia No. asli lainnya berlaku hukum adat. 3. Bagi Orang
1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1. Juga Indonesia asli yang beragama Kristen berlaku
lihat: Sri Wahyuni, Nikah Beda Agama Kenapa Huwelijksordonantie christen Indonesia. 4,
ke Luar Negeri?, (Jakarta: PT Pustaka Alvabet, Bagi orang-orang timur asing cina dan WNI
2016), h.1 keturunan china berlaku Kitab UU hukum
14
Kompilasi Hukum Islam(KHI) Bab II perdata dengan sedikit perubahan 5. Bagi
Pasal 2 orang-orang Timur asing lainnya berlaku
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 271
(non-Islam). Beberapa artis lain yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
telah lebih dahulu menikah beda agama walaupun dia menarik hatimu.Mereka
antara lain Jamal Mirdad (Islam) mengajak ke neraka, sedang Allah
dengan Lidya Kandau (non-Islam), mengajak ke surga dan ampunan
Katon Bagaskara (non-Islam) dengan dengan izin-Nya.Dan Allah
Ira Wibowo (Islam), Dewi Yul (Islam) menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
dengan Ray Sahetapi (non-Islam), Rio perintah-Nya) kepada manusia supaya
Febrian (non-Islam) dengan Sabria mereka mengambil pelajaran.”[QS. Al-
Kono (Islam), dan masih banyak yang Baqarah(2): 221]
lainnya. Sebagian besar dari keluarga Kedua, Dalam surat al-
tersebut akhirnya menyelesaikan Mumtahanah (60): 10 Allah
jalinan pernikahan mereka dengan menegaskan bahwa baik pria muslim
perceraian. maupun wanita muslimah tidak
diperkenankan menikah dengan orang
Pernikahan Beda Agama dalam kafir. Allah SWT berfirman:
ِ ِﱠ
ُ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إِ َذا َجﺎءَ ُﻛ ُﻢ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ
ﺎت َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ
Perspektif al-Quran
Dalam al-Quran, pernikahan
beda agama setidaknya dapat ﻮه ﱠﻦ ا ﱠُ أ َْﻋلَ ُﻢ ِِﳝَﺎ ِِ ﱠﻦ فَِإ ْن ِ ٍ ِ
ُ ُُﻣ َﻬﺎجَﺮات فَ ْﺎﻣﺘَﺤﻨ
ditemukan dalam tiga surat; Pertama,
ﻮه ﱠﻦ إِ َﱃ اﻟْ ُﻜفﱠﺎ ِر َﻻ ِ ٍ ِ ِ
Dalam surat al-Baqarah (2): 221 yang ُ ﻮه ﱠﻦ ُﻣ ْﺆﻣﻨَﺎت فَ َﻼ ﺗَـْﺮج ُﻌُ َﻋل ْﻤﺘُ ُﻤ
berbicara tentang ketidak bolehan pria ِ ِ
muslim menikah dengan wanita ُ ُُه ﱠﻦ ﺣﻞﱞ َﳍُْﻢ َوَﻻ ُه ْﻢ َﳛلﱡﻮ َن َﳍُ ﱠﻦ َوآﺗ
ﻮه ْﻢ َﻣﺎ أَنْـ َف ُﻘﻮا
ِ
ُ ﻮه ﱠﻦ إِ َذا آﺗَـْﻴـﺘُ ُﻤ
ﻮه ﱠﻦ ُ ﺎح َﻋلَْﻴ ُﻜ ْﻢ أَ ْن ﺗَـْﻨﻜ ُﺤ
َ ََوَﻻ ُجﻨ
musyrik, begitu juga sebaliknya
ketidak bolehan wanita muslimah
ِ ِ ِ
dinikahkan dengan pria musyrik. Allah اﺳﺄَﻟُﻮا َﻣﺎ َ ﻮرُه ﱠﻦ َوَﻻ ﲤُْﺴ ُﻜﻮا ﺑِﻌ
ْ ﺼ ِﻢ اﻟْ َﻜ َﻮاف ِﺮ َو َ ُج ُأ
SWT berfirman:
ِ أَنْـ َف ْﻘﺘﻢ وﻟْﻴﺴﺄَﻟُﻮا ﻣﺎ أَنْـ َف ُﻘﻮا َذﻟِ ُﻜﻢ ﺣﻜ
ﺎت َﺣ ﱠﱴ ﻳـُ ْﺆِﻣ ﱠﻦ َوَﻷ ََﻣﺔٌ ُﻣ ْﺆِﻣﻨَ ٌﺔ ِ ْﻢ ا ﱠ َْﳛ ُﻜ ُﻢ وَﻻ ﺗَـْﻨ ِﻜﺤﻮا اﻟْﻤ ْﺸ ِﺮَﻛ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُْ
ُ ُ َ
ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ َوا ﱠُ َﻋلِ ٌﻴﻢ َﺣﻜِ ٌﻴﻢ ]اﳌﻤﺘﺤﻨﺔ
َﺧْﻴـٌﺮ ِﻣ ْﻦ ُﻣ ْﺸ ِﺮَﻛ ٍﺔ َوﻟَ ْﻮ أ َْﻋ َﺠﺒَـْﺘ ُﻜ ْﻢ َوَﻻ ﺗُـْﻨ ِﻜ ُﺤﻮا
[١٠:﴾٦٠﴿
ﲔ َﺣ ﱠﱴ ﻳُـ ْﺆِﻣﻨُﻮا َوﻟَ َﻌْﺒ ٌﺪ ُﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ َﺧْﻴـٌﺮ ِﻣ ْﻦ ِ
َ اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ Hai orang-orang yang beriman,
ك ﻳَ ْﺪ ُﻋﻮ َن إِ َﱃ اﻟﻨﱠﺎ ِر َوا ُﱠ ِ
ئ ﻟ
َو ُ
أ ﻢ ﻜ
ُ
َ ْ ََ ْ ْ َ ْ ُ ﺒﺠ َﻋأ ﻮَﻟ
و ٍ
ك ِ
ﺮ ﺸ ﻣ apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman,
ِ ﲔ آ َ ﺗِِه ﻟِلﻨ
ﱠﺎس ِ ـ ﺒـ
ُ ّ َُ َ ﻳو ِِاﳉﻨ ِﱠﺔ واﻟْﻤ ْغ ِفﺮةِ ِِ ْذن
ه َ َ َ َ ْ ﱃ َ ِ
إ ﻮ ﻋﺪْ ﻳ
ُ َ maka hendaklah kamu uji (keimanan)
[٢٢١:﴾٢﴿ ﻟَ َﻌلﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـﺘَ َﺬ ﱠﻛُﺮو َن ]اﻟﺒﻘﺮةmereka.Allah keimanan mereka; maka jika kamu
lebih mengetahui tentang
ﺎن فَـ َﻘ ْﺪ َﺣﺒِ َط َﻋ َﻤلُهُ َوُه َﻮ ِ َْفﺮ ِ ِْﻹﳝ ٍ أyang dikehendaki-Nya (untuk diberi)
ْ ُ َﺧ َﺪان َوَﻣ ْﻦ ﻳَﻜ ْ
[٥:﴾٥﴿ﻳﻦ ]اﳌﺎﺋﺪة ِ
ﺮ ِ َاﳋ
ﺎﺳ ْ ﻦ ِ ِ ِﰲ ْاﻵ ِﺧﺮةrahmat-Nya
ﻣ
(kenabian); dan Allah
َ َ َ mempunyai karunia yang besar.”[QS.
“Pada hari ini dihalalkan Al-Baqarah(2): 105]
bagimu yang baik-baik.Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi ِ ِ ََﱂْ ﻳ ُﻜ ِﻦ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ َﻛ َفﺮو ِاﻣﻦ أ َْه ِﻞ اﻟْ ِﻜﺘ
َ ﺎب َواﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ
ﲔ
Al Kitab itu halal bagimu, dan ْ ُ َ َ
makanan kamu halal (pula) bagi [١:﴾٩٨﴿ ﲔ َﺣ ﱠ ٰﱴ َْﺗِﻴَـ ُﻬ ُﻢ اﻟْﺒَﻴِّﻨَﺔُ]اﻟﺒﻴﻨﺔ ِ
َ ُﻣﻨ َف ّﻜ
mereka. (Dan dihalalkan mengawini) “Orang-orang kafir yakni ahli
wanita yang menjaga kehormatan Kitab dan orang-orang musyrik
diantara wanita-wanita yang beriman (mengatakan bahwa mereka) tidak
dan wanita-wanita yang menjaga akan meninggalkan (agamanya)
kehormatan di antara orang-orang sebelum datang kepada mereka bukti
yang diberi Al Kitab sebelum kamu, yang nyata.”[QS. Al-Bayyinah (98): 1]
bila kamu telah membayar mas kawin
mereka dengan maksud menikahinya, Jadi berdasarkan ayat di atas,
tidak dengan maksud berzina dan orang kafir ada dua macam. Pertama,
tidak (pula) menjadikannya gundik- Ahl al-Kitab; dan kedua, orang-orang
gundik. Barangsiapa yang kafir musyrik. Itu istilah yang digunakan al-
sesudah beriman (tidak menerima Quran untuk satu subtansi yang sama,
hukum-hukum Islam) maka hapuslah yakni kekufuran dengan dua nama
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 278
yang berbeda, yaitu Ahl al-Kitab dan dengan menggunakan kata penghubung
al-musyrikun. wauw ( )وyang berarti “dan”.
Bervariasi pendapat para ulama ِ َاﻟْ ِﻜﺘ
ﺎب أ َْه ِﻞ ﻳﻦ َﻛ َفُﺮو ِاﻣ ْﻦ ِﱠ
dalam menetapkan batasan kedua َ ﱠﻣﺎﻳـَ َﻮدﱡاﻟﺬ
ِ
istilah ini. Ada yang memasukkan Ahl
al-Kitab kedalam kategori musyrik,
َ َوَﻻاﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ
…ﲔ
“Orang-orang kafir dari Ahli
dan ada pula yang membedakan
Kitab dan orang-orang musyrik
keduanya secara tegas. Perbedaan
tiada menginginkan…”
pemahaman ini berimplikasi kepada
boleh atau tidaknya menikahi wanita
Kata penghubung semacam ini
Ahl al-Kitab itu.
mengandung makna adanya perbedaan
Ibnu Umar, misalnya menganut
antara kedua hal yang dihubungkan itu.
pendapat yang pertama, sebagaimana
Ini berarti ada perbedaan antara
ditegaskan: “saya tidak melihat syirik
musyrikun dan Ahl al-Kitab.32
yang lebih berat dari perkataan wanita
2. Al-Quran sendiri telah
itu bahwa Tuhannya ialah Isa atau
menguraikan sekian banyak keyakinan.
salah seorang dari hamba-hamba
Ahl al-Kitab, yang pada hakikatnya
Allah.30 Dengan demikian, semua
merupakan kemusyrikan seperti
yang mempersekutukan-Nya dari
keyakinan trinitas, atau bahwa Uzair
sudut pandang tinjauan ini adalah
demikian juga Isa adalah anak Allah,
musyrik. Orang-orang Kristen yang
dan sebagainya. Namun demikian,
percaya tentang trinitas adalah
seperti terlihat dalam butir pertama di
musyrik, sehingga haram bagi laki-laki
atas, al-Quran membedakan mereka
muslim menikahi wanita Ahl al-Kitab
dan tetap menamai kedua kelompok
karena syirik nya.31 Larangan itu
tersebut sebagai Ahl al-Kitab, bukan
sebagaimana tercantum dalam firman
musyrikun.33
Allah surat al-Baqarah ayat 221 di
Al-Shabuni mengomentari
atas.
pendapat Ibn Umar itu dengan
Pendapat Ibnu Umar tidak
mengatakan bahwa Ibn Umar
sejalan dengan pendapat sekaligus
nampaknya khawatir, si suami yang
praktik sahabat-sahabat Nabi SAW
muslim akan terpengaruh oleh istrinya
lainnya seperti Utsman bin Affan, Ibnu
yang bukan muslim, lalu ia dapat
Abbas, Thalhah, Jabir, dan Khuzaifah.
menjadi murtad. Kecuali itu,
Demikian pula para pakar-pakar
pembinaan anak-anak akan sukar
hukum dengan berbagai alasan, antara
dilaksanakan secara Islami, sebab
lain:
biasanya anak-anak cenderung
1. Dalam sekian banyak ayat, al-
meneladani ibu ketimbang ayah
Quran menyebut istilah al-musyrikun
mereka. Namun bila kekhawatiran itu
berdampingan dengan Ahl al-Kitab,
30
Muhammad Ali al-Shabuni, Tafsir Ayat
32
al-Ahkam, (Kairo: Dar al-Shabuni, 2008), jilid M. Quraish Shihab, Wawasan al-
1, h.221. Quran: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai
31
NashruddinBaidan, Tafsir Maudhu’i: Persoalan Umat,(Bandung: Mizan, 1996), Cet.
Solusi Qurani atas Masalah Sosial ke-3, h. 369-370
33
Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, M. Quraish Shihab, Wawasan al-
2001), h. 28 Quran…, h. 370
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 279
53 55
ZuhairiMisrawi, al-Quran Kitab Nuryamin, Penelitian tentang
Toleransi…, h. 212 Implementasi UU Perkawinan (tidak
54
Siti Musdah Mulia, Muslimah dipublikasikan), PSW, IAIN Jakarta, 1990
56
Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan, Siti Musdah Mulia, Muslimah
(Bandung: Mizan, 2005), h. 68 Reformis…, h.69
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 285
seorang suami tidak Islam, maka ia muslim dengan perempuan Ahl al-
tidak akan bisa mentolelir istri dan Kitab karena pengaruh perempuan
anaknya apabila tetap dalam (istri) sudah tidak jarang mengalahkan
keislamnnya. Kedua, nilai universalitas pengaruh suami, dan karena unsur
ajaran Islam dan keterbatasan ajaran dakwah islamiyah dalam perkawinan
agama lain. Di sana kita dapat melihat tersebut telah memudar, bahkan
adanya kesempatan untuk saling sebaliknya yang terjadi.59
mengerti dan memahami. Bahkan tidak Musda Mulia lebih setuju
jarang, si istri akan ikut masuk Islam, apabila pelarangan pernikahan beda
setelah mengetahui bahwa kitab agama berdasarkan alasan
sucinyapun memerintahkan hal itu.57 mempertimbangkan kondisi objektif
M. Quraish Shihab berpendapat dalam masyarakat. Sebagai contoh,
bahwa kebolehan lelaki muslim bahwa pernikahan beda agama terbukti
menikahi wanita Ahl al- merupakan salah satu faktor penyebab
Kitabsebagijalan keluar kebutuhan tingginya angka perceraian atau angka
mendesak ketika itu, saat kaum kekerasan dalam rumah tangga
mamuslimin sering bepergian jauh (domestic violence) di tanah air. Atau
melaksanakan jihad tanpa mampu karena pertimbangan bahwa
kembali ke keluarga mereka. Di sisi pernikahan beda agama telah menjadi
lain, wanita muslimah tidak salah satu modus operandi kegiatan
diperkenankan kawin dengan pria non perdagangan perempuan dan anak-anak
muslim, baik Ahl al-Kitab lebih-lenih perempuan (trafficking in women and
kaum musyrikin, disebabkan mereka children) yang akhir-akhir ini semakin
tidak mengakui kenabian Muhammad marak di Indonesia. Dengan begitu,
SAW. Lelaki Muslim mengakui alasan yanag dibuat adalah mencegah
kenabian Isa AS, serta meluasnya kerusakan social di
menggarisbawahi prinsip toleransi masyarakat yang dalam istilah
beragama, lakum dinukumwaliyadin.58 ushulfiqh di sebut sad al-dzara'I
Laki-laki yang biasanya, (tindakan preventif ). Sebaliknya
bahkan yang seharusnya menjadi menurut Musda, kalaupun pernikahan
pemimpin rumah tangga dapat beda agama dibolehkan, harus ada
mempengaruhi istrinya. Jika demikian, upaya-upaya sosialisasi yang luas
bila suami tidak mengakui-bolehnya dalam masyarakat mengenai dampak
pihak lain termasuk istri-melaksanakan positif dan negatif dari pernikahan beda
ajaran agama yang dianutnya, agama tersebut. Ini penting untuk
dikhawatirkan akan terjadi pemaksaan memproteksi dan menjauhkan
beragama, baik terang-terangan masyarakat, khususnya kaum
maupun terselubung. Itupula sebabnya- perempuan, dari berbagai tindakan
kini sementara ulama-melarang diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan
perkawinan walaupun antara laki-laki dalam pernikahan.60
Majlis Ulama Indonesia (MUI)
57 melalui fatwa yang dikeluarkan tanggal
ImadZaki al-Barudi, Tafsir al-Quran al-
Azhim li al-Nisa’ Terj. (Kairo: Maktabah al- 1 Juni 1980 mengharamkan semua
Taufiqiyah, t.th), Jilid 1, h. 81-82
58 59
M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab, Perempuan…,h. 330
60
Perempuan,(Jakarta: Lintera Hati, 2006), Cet. Siti Musdah Mulia, Muslimah
ke-3, h.329-330 Reformis…, h.70
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 286
Adji, Sution Usman, Kawin Lari dan Mardani, Hukum Keluarga Islam di
Kawin Antaragama, Yogyakarta: Indonesia, Jakarta: Prenamedia
Liberty, 1989 Group, 2016
Afief ,Saifuddin, Notaris Syari’ah Melida, Djaya S., Masalah
dalam Praktik Hukum Keluarga Perkawinan Antaragama dan
Islam, Jakarta: Darunnajah Kepercayaan di Indonesia dalam
Publishing, 2011 Perspektif Hukum, Jakarta:
al-Barudi, ImadZaki, Tafsir al-Quran VranaWidya Darma, 1988
al-Azhim li al-Nisa’ Terj. Kairo: Misrawi, Zuhairi, al-Quran Kitab
Maktabah al-Taufiqiyah, t.th. Toleransi: Inklusivisme,
Asmin, Status Perkawinan Antar Pluralisme, dan Multikulturalisme,
Agama, Jakarta : PT Dian Jakarta: Penerbit Fitrah, 2007
Rakyat,1986 Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh
Baidan, Nashruddin, Tafsir Maudhu’i: Lima Mazhab: Ja`far, Hanafi,
Solusi Qurani atas Masalah Sosial Maliki, Syafi`’i, Hambali, Terj.
Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka oleh MasykurA.b, Afis
Pelajar, 2001 Muhammad, dan Idrus al-Kaff,
Calvina dan ElviAndriani Yusuf, Jakarta: LinteraBasritama,
Konflik Pemilihan Agama Pada 2002,Cet. ke- 8
Remaja dari perkawinan Beda Mulia, Siti Musdah, Muslimah Reformis:
Agama, dalam Predicara Jurnal Perempuan Pembaru Keagamaan,
Fakultas Psikologi Universitas Bandung: Mizan, 2005
Negeri Sumatera Utara, Volume 2 Mulyono, Mohd. Idris, Hukum
Nomor 1 edisi Desember 2012. Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi
(Hamka),Haji Abdul Malik Abdul Aksara,1996
Karim Amrullah,Tafsir al-Azhar, Mustaqimah, Nurul, Fenomena
Singapura: Pustaka Nasional Pte Komunikasi dalam Pernikahan
Ltd, 2005 Beda Agamadi kota Pekan Baru,
http//hiburan.metrotvnews.com/red/201 dalam JOM FISIP, Vol. 2 No. 2
4/09/06/selebriti-tanah air-nikah Oktober 2015
beda agama. Diakses tanggal 28 Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal
Februari 2017. Tarigan,Hukum Perdata Islam di
al-Husaini, Imam Taqiyuddin Abi Indonesia: Studi Kritis
Bakar bin Muhammad, Kifayah al- Perkembangan Hukum Islam dari
Ahyar Bandung: Syirkah al- Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI,
Ma`arif li al-Thaba` wa al-Nasyr, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. ke-2
t.th. Nuryamin, Penelitian tentang
al-Jaziri, Abdurrahman, Kitab al-Fiqh Implementasi UU Perkawinan (tidak
dipublikasikan), PSW, IAIN Jakarta,
`ala al-Mazahib al-Arba`ah,
1990
Mesir: al-Maktabah al-Tijariyah Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun
al-Kubra, 1969 1975 PelksanaanUndang-undang
Keuskupan Padang, Nikah Beda No. 1 Tahun 1975 tenatang
Agama, Padang: Majalah GEMA, Perkawinan
2015, Majalah Keuskupan Padang, Rahmat, Jalaluddin, M. Quraish Shihab
edisi Agutus 2015 dkk, Rekonstruksi dan Renungan
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 289