Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Ulunnuha

P--ISSN : 2086-3721 E-ISSN: 2865-6050


Vol. 8 No.2/Desember 2019

PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF


AL-QURAN
QURAN DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Nurlizam
IAIN Bukitinggi
mail: nurlizam.zamani75@gmail.com
E-mail:

Abstrak
Studi ini melihat penafsiran al
al-Quran tentang ayat-ayat
ayat pernikahan beda Agama di
Indonesia. Fenomena sosial m masyarakat
asyarakat Muslim Indonesia yang multikultural.
Adanya peningkatan toleransi dan penerimaan antar pemeluk agama yang berbeda,
memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi, termasuk dalam bentuk jalinan
pernikahan. Hal ini didorong pula oleh minimnya penget
pengetahuan,
ahuan, pemahaman dan
pengamalan agama dan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan
persoalan diatas, penelitian ini berupaya menyingkap penafsiran ayatayat-ayat
ayat terkait
pernikahan beda agama dalam hubungannya dengan hukum positif yang berlaku di
Indonesia.
donesia. Studi ini mengambil metode analitis-komparatif
komparatif sebagai langkah awal
untuk menelusuri jejak pemahaman pernikahan beda agama dalam al al-Quran
Quran dan
hukum positif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya sinergi antara pemahaman
ayat dan hukum positif ya
yang berlaku di Indonesia dengan ayat-ayat tentang.

Keywords: Al-Quran, pernikahan, beda agama, hukum positif

PENDAHULUAN dikutip Calvina dan ElviAndriani


Pernikahan beda agama di Yusuf menyebutkan antara lain karena
Indonesia merupakan sebuah fenomena meningkatnya toleransi dan
yang sudah ada sejak lama. Samsudin, penerimaan antar pemeluk agama
aga yang
seperti dikutip oleh NurulMustaqimah berbeda dan meningkatnya mobilitas
menyebutkan bahwa pernikahan yang penduduk yang memungkinkan mereka
melibatkan pasangan berbeda etnik dan untuk berinteraksi dengan orang yang
budaya atau agama telah terjadi sejak berlatarbelakang berbeda.2 Kemajuan
masa lalu bahkan
ahkan sebelum di berbagai bidang kehidupan juga
1
masehi. Hingga saat ini praktik telah membuka kesempatanyang lebih
pernikahan beda agama masih banyak besar kepada anggota-anggota
anggota dari satu
ditemukan di Indonesia sekalipun golongan masyarakat untuk
menghadapiapi berbagai hambatan dan berinteraksi dengan anggota dari luar
halangan. golongannya. Salah satu akibat yang
Banyak faktor yang dapat terlihat dari interaksi tersebut
ersebut adalah
mendorong terjadinya pernikahan beda
agama, Duvall dan Miller seperti
1 2
Nurul Mustaqimah, Fenomena Calvina dan ElviAndriani Yusuf,
Komunikasi dalam Pernikahan Beda Agama di “Konflik Pemilihan Agama Pada Remaja dari
Kota Pekan Baru, dalam JOM FISIP
FISIP, Vol. 2 Perkawinan Beda Agama”,Predicara
,Predicara, 2:1,
No. 2 Oktober 2015, h.1 2012.

267
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 268

pernikahan beda agama.3Juga mengenai hal ini terpola kepada tiga


minimnya pengetahuan, pemahaman pendapat: Pertama, melarang secara
dan pengamalan agama juga mutlak. Sebagian ulama melarang
berkontribusi kepada maraknya secara mutlak pernikahan antara
pernikahan beda agama. muslim dengan non muslim, baik yang
Pernikahan beda agam adalah dikategorikan musyrik maupun ahl al-
pernikahan antara seorang yang kitab. Larangan itu berlaku baik bagi
beragama Islam (muslim) dan orang laki-laki maupun perempuan muslim.
yang bukan Islam (non muslim). Al- Kedua, membolehkan secara
Qur'an membagi kelompok non bersyarat. Sejumlah ulama
muslim dalam perbincangan ini ke membolehkan pernikahan laki-laki
dalam tiga kategori, yakni orang-orang muslim dan perempuan non-muslim
musyrik, kafir dan Ahl al-Kitab. dengan syarat perempuan non-muslim
Menariknya, tidak ada kesepakatan itu dari kelompok ahli kitab, tetapi
ulama mengenai kelompok mana saja tidak sebaliknya. Ketiga, sebagian
yang dapat dikategorikan sebagai ulama lainnya membolehkan
musyrik, kafir, maupun Ahl al-Kitab. pernikahan muslim dengan non-
Pada umumnya kelompok muslim, dan kebolehan itu untuk laki-
musyrik diletakkan pada kelompok laki dan perempuan.
yang menyekutukan Allah atau Tulisan ini mencoba untuk membahas
mengakui ada Tuhan lain selain Allah, perkawinan beda agama dengan
seperti para penyembah berhala, berbagai pemikiran kontroversinya
penyembah api dan sebagainya. Lalu dalam perspektif al-Quran.
kafir pada umumnya dimaknai semua Pembahasan penulis awali dengan
orang yang bukan muslim. Sementara pembahasan tentang pernikahan di
Ahl al-Kitab adalah sekelompok Indonesia, problema hukum pernikahan
penganut agama yang memiliki kitab beda agama di Indonesia dan terakhir
suci atau penganut agama-agama melihat perspektif al-Quran tentang
samawi seperti Yahudi dan Nasrani. pernikahan beda agama terutama
Dari ketiga istilah tersebut, istilah kafir berkaitan dengan persoalan hukumnya.
dalam al-Quran ternyata menyangkut Inilah inti dari pembahasan dalam
penyebutan untuk orang-orang makalah ini.
musyrik dan Ahl al-Kitab seperti yang
dijelaskan dalam al-Quran surat al- METODE
Baqarah ayat 105 dan surat al- Metode penelitian yang
Bayyinah ayat 1 yang akan penulis digunakan dalam penelitian ini adalah
uraikan pada bagian pembahasan, metode analisis-komparatif, yakni
makanya dalam pembahasan tentang mendeskripsikan pernikahan beda
orang-orang non muslim, hanya dibagi agama menurut al-Quran dan hukum
dalam dua kategori, yaitu musyrik dan peraturan perundangan-undangan
Ahl al-Kitab. terkait pernikahan yang berlaku di
Berdasarkan uraian di atas, isu Indonesia. Kemudian dua objek ini
pernikahan beda agama pada dianalisis secara kritis untuk
prinsipnya pandangan para ulama menemukan sisi persamaan dan
perbedaan serta mengungkapkan
3
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama. adanya hubungan antara kedua objek.
(Jakarta : PT Dian Rakyat,1986), h.12
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 269

Data-data yang hendak diteliti wanita, selama tidak ada faktor yang
terdiri dari data primer dan data menghalangi sahnya pernikahan
sekunder. Data primer dalam hal ini tersebut dari segi syar’i.7
adalah ayat-ayat al-Quran yang terkait Menurut Malikiyah, nikah
dengan pernikahan beda agama dan adalah akad yang mengandung
Undang-undang Republik Indonesia ketentuan hukum semata-mata untuk
No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. membolehkannya wathi’ (bersetubuh),
Sementara data sekunder adalah bersenang-senang, dan menikmati apa
diambil dari kitab-kitab tafsir dan yang ada pada diri seorang wanita yang
buku-buku yang relevan terhadap boleh nikah dengannya.8 Menurut
pernikahan beda agama. Untuk Hanabilah, nikah adalah akad yang
kebutuhan pembacaan data, penulis menjadikan dibolehkannya bersenang-
menggunakan pendekatan analisis senang dengan seorang wanita dengan
deskriptif-historis-filosofis. lafaz yang menyatakan kehendak
menikah.9
HASIL PENELITIAN Wahbah al-Zuhailiy
Pernikahan dalam bahasa Arab mendefinisikan nikah dengan akad
disebut dengan kata “al-nikah” secara yang membolehkan terjadinya al-
etimologis mempunyai beberapa arti, istimta`’(persetubuhan) dengan seorang
yaitu berkumpul, bersatu, bersetubuh wanita, atau melakukan wathi’, dan
dan akad.4 Pada hakikatnya, makna berkumpul selama wanita tersebut
nikah adalah persetubuhan, kemudian bukan wanita yang diharamkan, baik
secara majaz diartikan akad, karena sebab keturunan atau sepersusuan.10
termasuk pengikatan sebab akibat.5 Muhammad Abu Zahrah
Secara terminologi, pengertian mendefinisikan nikah sebagai akad
pernikahan dapat dilihat dari beberapa yang menimbulkan akibat hukum
pandangan dan sumber. Menurut berupa halalnya melakukan
Syafi`’iyah, nikah yaitu akad yang persetubuhan antara laki-laki dan
dengannya menjadikan halal hubungan perempuan, saling tolong menolong
seksual antara pria dan wanita.6 serta menimbulkan hak dan kewajiban
Menurut Hanafiyah, nikah adalah akad di antara keduanya.11
(perjanjian) yang menjadikan halal Definisi yang dikemukakan
hubungan seksual sebagai suami istri oleh ulama fikih di atas, sangat seksi
antara seorang pria dengan seorang
7
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh
`ala al-Mazahib al-Arba`ah …, h. 2.
4 8
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh
`ala al-Mazahib al-Arba`ah,(Mesir: al- `ala al-Mazahib al-Arba`ah …, h. 2.
9
Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1969), Jilid 4, Muhammad Jawadmughniyah, Fiqh
h.1 Lima Mazhab: Ja`far, Hanafi, Maliki, Syafi`’i,
5
Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin Hambali, Terj. oleh MasykurA.b, Afis
Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Ahyar Muhammad, dan Idrus al-Kaff, (Jakarta:
(Bandung: Syirkah al-Ma`arif li al-Thaba` wa LinteraBasritama, 2002), Cet. ke- 8, h. 311
10
al-Nasyr, t.th.), Juz 2, h. 36 Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami
6
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh waAdilatuhu, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 1989),
`ala al-Mazahib al-Arba`ah …, h. 2.Lihat juga, Juz VII, h. 29
11
Mohd. Idris Mulyono, Hukum Perkawinan Muhammad Abu Zahrah, al-Ahwal al-
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), Cet. ke-1, Syakhsiyyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi,
h.1 1957), h.19
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 270

dan bernuansa biologis. Nikah dilihat perdata saja, lepas sama sekali dari
hanya sebagai akad yang menyebabkan agama atau hukum agama.15
kehalalan melakukan persetubuhan. Undang-undang perkawinan
Hal ini semakin tegas karena menurut yang termaktub dalam UU No 1 tahun
al-Azhari makna asal kata nikah dalam 1974 berasaskan agama. Artinya, sah
bahasa Arab adalah al-wath’ tidaknya perkawinan seseorang
(persetubuhan).12 ditentukan oleh hukum agamanya. Ini
Berbeda dengan pengertian sesuai dengan cita hukum bangsa
yang dikemukakan oleh para ulama Indonesia: Pancasila dan salah satu
fikih, dalam UU No. 1 tahun 1974 kaedah fundamental Negara yaitu
dinyatakan bahwa perkawinan ialah Ketuhanan Yang maha Esa yang
ikatan lahir batin, antara seorang pria disebutkan dalam pembukaan dan
dengan seorang wanita sebagai suami dirumuskan dalam Batang tubuh UUD
istri dengan tujuan membentuk 1945 pasal 29 ayat (1) BAB
keluarga (rumah tangga) yang bahagia Agama.Pasal 2 ayat (1) Undang-
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang undang Perkawinan dengan jelas
Maha Esa.13Dalam Kompilasi hukum menyatakan bahwa “Perkawinan
Islam dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
menurut hukum Islam adalah masing-masing agamanya dan
pernikahan, yaitu akad yang sangat kepercayaannya itu”.16
kuat atau "mitsaqan gholiidhan" untuk
mentaati perintah Allah dan Pernikahan beda agama menurut
melaksanakannya merupakan ibadah.14 hukum positif di Indonesia
Undang-undang Perkawinan Sebelum berlakunya UU
yang mulai berlaku secara efektif No.1/1974 tentang perkawinan
tanggal 1 Oktober 1975 mempunyai (selanjutnya di sebut UU Perkawinan),
ciri khas kalau dibandingkan dengan keadaan hukum perkawinan di
hukum perkawinan sebelumnya, Indonesia beragam. Setiap golongan
terutama dengan undang-undang atau penduduk berlaku hukum perkawinan
peraturan perkawinan yang dibuat oleh yang berbeda dengan golongan
dan diwariskan oleh pemerintah penduduk lainnya.17 Persoalan ini
kolonial Belanda dahulu yang
menganggap perkawinan antara 15
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam
seorang pria dan wanita hanyalah dan Peradilan Agama,(Jakarta: Raja Grafindo
hubungan sekuler, hubungan sipil atau Persada, 2002), Cet. ke-2, h. 66
16
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam …,
h. 66-67.
17
Pelaksanaan hukum perkawinan di
Indonesia pada wktu itu sebagai berikut: 1.
Bagi orang-orang Indonesia asli yang baragama
12
Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Ahyar…, Islam berlaku hukum Islam yang telah
h. 36 diresipiir hukum adat.2. bagi orang Indonesia
13
Undang-undang Republik Indonesia No. asli lainnya berlaku hukum adat. 3. Bagi Orang
1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1. Juga Indonesia asli yang beragama Kristen berlaku
lihat: Sri Wahyuni, Nikah Beda Agama Kenapa Huwelijksordonantie christen Indonesia. 4,
ke Luar Negeri?, (Jakarta: PT Pustaka Alvabet, Bagi orang-orang timur asing cina dan WNI
2016), h.1 keturunan china berlaku Kitab UU hukum
14
Kompilasi Hukum Islam(KHI) Bab II perdata dengan sedikit perubahan 5. Bagi
Pasal 2 orang-orang Timur asing lainnya berlaku
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 271

menimbulkan masalah hukum diatur dalam GHR, dan pelaksanaannya


perkawinan antar golongan, yaitu dicatat di Kantor Catatan Sipil.
hukum manakah yang akan Setelah adanya UU Perkawinan,
diberlakukan untuk perkawinan antar maka sah/tidaknya suatu perkawinan
dua orang dari golongan yang berbeda? ditentukan oleh hukum agama dan
Dalam rangka memecahkan masalah kepercayaan masing-masing calon
tersebut, maka pemerintah Hindia mempelai. Hal tersebut nampak jelas
Belanda mengeluarkan Penetapan Raja dalam Pasal 2 UU Perkawinan yaitu
tanggal 29 Desember 1896 No bahwa "Perkawinan adalah sah apabila
(Stb.1898 No. 158) yang merupakan dilakukan menurut masing-masing
peraturan tentang perkawinan hukum agama dan kepercayaannya itu.
campuran atau Releging op de Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1)
GemegdeHuwelijken(GHR).18 dinyatakan bahwa tidak ada
Pernikahan beda agama perkawinan di luar hukum agamanya
termasuk dalam pengertian perkawinan dan kepercayaannya itu.
campuran. Hal ini dapat dilihat pada Berdasarkan UU Perkawinan
pasal 1 GHR itu yang menyatakan Pasal 2 ayat (1) tersebut bahwa orang
bahwa perkawinan campuran adalah Islam tidak mungkin untuk kawin
"perkawinan antara orang-orang di dengan melanggar hukum agamanya
Indonesia yang tunduk kepada hukum- sendiri, demikian juga bagi orang
hukum yang berlainan". Berdasarkan Kristen, Hindu dan agama-agama
pasal GHR tersebut, para ahli hukum lainnya. Karena itu, setelah keluarnya
berpendapat bahwa yang dimaksud UU Perkawinan ini, menjadi jalan
perkawinan campuran adalah buntu bagi para calon mempelai yang
perkawinan antara laki-laki dan berbeda agama untuk melaksanakan
perempuan yang masing-masing pada perkawinan antar agama.
umumnya tunduk pada hukum yang Ada sebagian yang berpendapat
berlainan. Pada Pasal 7 ayat (2) GHR bahwa pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan
dinyatakan bahwa dalam perkawinan tidak dapat dipahami sebagai
campuran ini, perbedaan agama, pelarangan pernikahan beda agama,
bangsa, atau asal sama sekali tidak karena memang secara eksplisit tidak
menjadi halangan untuk melarangnya, karena hukum
melangsungkan perkawinan.19 perkawinan ini tidak mengatur
Berdasarkan paparan tersebut, pernikahan beda agama. Pasal ini
maka perkawinan beda agama sebelum hanya menyatakan bahwa perkawinan
berlakunya UU Perkawinan, termasuk harus dilakukan menurut hukum
dalam perkawinan campuran yang agama. Jadi, menurut sebagian orang,
mengaitkan masalah perkawinan beda
hukum adat mereka, dan 6. Bagi orang –orang agama dengan Pasal 2 ayat (1) ini tidak
Eropa dan WNI keturunan Eropa dan yang tepat.20
disamakan dengan mereka berlaku kitab UU Terdapat beberapa ahli hukum
hukum perdata. Lihat: MasjfukZuhdi, Masail F
yang mengatakan bahwa terdapat
iqhiyah, (Jakarta, Gunung Agung, 1996),
Cet.ke-IX, h,1-2, kekosongan hukum tentang perkawinan
18
Sri Wahyuni, Nikah Beda Agama…, h.
20
165 RatnoLukito, Islamic Law and Adat
19
Sri Wahyuni, Nikah Beda Agama…, h. Encounter: The Experience of Indonesia,
166 (Jakarta: Logos, 2001), h.34-35
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 272

campuran beda agama, karena UU Di sisi lain, Petugas pencatat


Perkawinan tidak mengatur tentang nikah di Kantor Urusan Agama
perkawinan campuran beda agama. Di maupun di Kantor Catatan Sipil tidak
antara sarjana yang mengatakan adanya dapat mencatat pernikahan pasangan
kekosongan hukum ini seperti yang berlaianan agama karena berpijk
diungkapkan oleh Purwanto S. Ganda pada Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Sybrata yang dikutip oleh Sri Wahyuni yang disyahkan dengan inpres No. 1
bahwa: tahun 1991 dan tafsir monolitik atas
Perkawinan campuran antara UU Perkawinan No 1 tahun 1974,
agama selama belum diatur walaupun ada beberapa kasus
secara langsung dalam UU pernikahan beda agama bisa dicatatkan
Perkawinan dapat di Kantor Catatan Sipil setelah
dilangsungkan menurut mendapatkan izin dari pengadilan.
ketentuan GHR dengan Akibat lebih lanjut bagi yang ditolak
disesuaikan dengan asas-asas tidak bisa mendapatkan Akta Nikah
UU Perkawinan.21 sebagai bukti legal atas pernikahan
mereka. Ketiadaan Akta Nikah akan
Maria UlfaSubadio juga mempengaruhi pemenuhan hak-hak
menyatakan bahwa meskipun sipil mereka sebagai warga Negara.
perkawinan warga Negara
Indonesia yang berlainan agama Praktik Pernikahan beda agama di
tidak diatur dalam UU masyarakat
Perkawinan, akan tetapi Keanekaragaman yang ada di
berdasarkan pasal 66, ketentuan wilayah Indonesia, baik beragam suku,
dalam GHR masih dapat budaya, maupun agama,
dipergunakan dalam menimbulkanfenomena yang saat ini
perkawinan antar agama.22 makin berkembang di masyarakat,
salah satunya adalah menikah dengan
Dengan tidak adanya ketentuan pasangan beda agama. Perkawinan
tentang perkawinan beda agama dalam antar agama adalah merupakan ikatan
UU Perkawinan juga menimbulkan lahir batin antara seorang pria dan
ketidakpastian mengenai ketentuan seorang wanita, yang karena berbeda
hukum yang dijadikan pedoman dalam agama, menyebabkan tersangkutnya
pelaksanaannya. Di satu sisi dinyatakan dua peraturan yang berlainan mengenai
perkawinan perkawinan beda agama syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan
tidak boleh, tetapi di sisi lain ada yang perkawinan sesuai dengan hukum
menyatakan terdapat kekosongan agamanya masing-masing.23
hukum tentang perkawinan beda Meskipun tidak terakomodasi
agama, sehingga GHR masih tetap dalam peraturan perundang-undangan
berlaku. yang berlaku, jumlah pasangan yang
menikah beda agama tetap saja
bertambah dari waktu ke waktu, dan
21
Sri Wahyuni, Nikah Beda Agama…, secara mudah ditemukan dalam
h.168
22 23
Maria UlfaSubadio,Perjuangan Untuk Rusli dan Tama R., Perkawinan Antar
Mencapai UU Perkawinan, (Jakarta: Idaya, Agama dan Masalahnya, ( Bandung :Pionir
1981), h. 23 Jaya, 1986)
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 273

realitas sosiologis di masyarakat. beliau ke Surabaya, Hamka bertemu


Sejumlah kiat mereka lakukan, dengan seorang anak muda sekampung
misalnya untuk mendapatkan Akta dengan beliau yang berasal dari
Nikah sebagai bukti legal pernikahan, Maninjau Sumatera Barat.25Pemuda itu
sebagian orang Indonesia yang berasal bercerita kepada Hamka bahwa pada
dari kelas ekonomi menengah ke atas sekitar tahun 1945-1947 pemuda
terpaksa menempuh cara dengan minang tersebut telah menemukan
melangsungkan pernikahan di luar jodohnya seorang gadis jawa yang
negeri, seperti di Singapura, Honkong, beragama Katolik, ayah bunda, dan
Australia dan sebagainya. Anehnya saudara-saudaranya juga Katolik.
surat keterangan yang diterbitkan oleh Ketika pemuda itu akan
lembaga pernikahan di luar negeri menikah dengan wanita Katolik
dapat menjadi rujukan bagi Kantor tersebut, banyak teman-temannya yang
Catatan Sipil di Indonesia untuk segera tidak setuju, begitu pula keluarga dari
melakukan pencatatan dengan tidak pemuda tersebut. Sehingga ketika
mempersoalkan bentuk pernikahan berita pernikahan itu menyebar sampai
mereka. Kiat lainnya, salah satu dari ke kampung halamannya di Maninjau,
pasangan tersebut pura-pura konversi maka pemuda itu dikeluarkan dari
agama sehingga tidak terlihat berbeda status adatnya dan dianggap sudah
agama agar dapat dicatatkan pada tidak ada lagi oleh keluarganya di
institusi berwenang, seperti Kantor Maninjau. Penolakan dari keluarga dan
Urusan Agama atau Kanor Catatan kerabat tidak menghalanginya untuk
Sipil. Setelah itu mereka kembali lagi tetap melangsungkan pernikahan itu.
ke agama semula. Konversi dilakukan Pemuda itu menceritakan
hanya untuk memenuhi persyaratan kepada Hamka, bahwa untuk
administrative saja. Kiat lainnya lagi, mendapatkan legalitas perkawinannya,
pasangan tersebut menikah sesuai iamelakukan dua kali pernikahan.
ajaran agamanya masing-masing dan Pertama pernikahan dilangsungkan di
tidak perlu pencatatan. Namun gereja dengan tatacara Katolik,
akibatnya, kalau terjadi problem dalam kemudian pernikahan juga
pernikahan mereka, biasanya pihak istri dilangsungkan secara Islam dengan
dan anak-anaklah yang menjadi korban mendatangi penghulu. Dalam
karena tanpa Akta Nikah. Mereka sulit kehidupan rumah tangga, pemuda
menuntut hak-hak sipilnya, seperti muslim tersebut tetap menjalankan
nafkah, tunjangan dan warisan. kehidupan Islam dan beribadah sesuai
Praktik pernikahan beda agama dengan ajaran Islam. Ketika istrinya
di Indonesia bukan merupakan hendak ke Gereja, ia pun
fenomena yang baru terjadi hari ini, mengantarkannya.Sikap dan
praktik tersebut justru sudah ada sejak perilakunya yang santun kepada istri,
lama. Bahkan, Prof. Dr. Hamka dalam
25
Tafsir al-Azhar24 menceritakan bahwa Dalam tulisnnya, Hamka tidak
pada tahun 1957 dalam perlawatan menyebutkan secara eksplisit siapa nama
pemuda Muslim yang berasal dari kampungnya
Maninjau dan nama istri dari pemuda muslim
24
Haji Abdul Malik Abdul Karim tersebut. Hal ini mungkin didasari untuk
Amrullah (Hamka),Tafsir al-Azhar, menjaga prefasi dari orang yang ia ceritakan
(Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005) tersebut dan agar terhindar dari ghibah
Jilid 1, Cet. ke-6, h.523 (gunjing).
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 274

mertua dan keluarganya, membuatnya selalu terbuka peluang dan


disenangi dan disayangi oleh kemungkinan terjalinnya suatu
mertuanya, sehingga dari hari ke hari hubungan antar individu yang berbeda
hubungannya dengan mertua dan agama atau keyakinanyang berujung
keluarga istri semakin akrab. pada pernikahan. Hal demikian dialami
Selama menjalin hubungan pasangan suami-istri (pastura) Deddi
keluarga, pemuda muslim tersebut Prihandoko (39 tahun) beragama Islam,
selalu berusaha mengenalkan Islam dengan Bernadeth Firsty Rielia Renata
kepada istri dan keluarganya. Dibelinya (41 tahun) beragama Katolik.
buku-buku Islam yang bermutu Karena situasi, pasangan ini
termasuk buku-buku Hamka, seperti merasakan dua kali pernikahan, secara
buku Tasawuf Modern, untuk bacaan Islam dan Katolik.Pernikahan secara
istri dan mertuanya. Alhasil, ketika Islam dilaksanakan di Yayasan
Hamka bertemu dengan pemuda Paramadina Jakarta, karena Kantor
tersebut di Surabaya tahun 1957 itu, dia Urusan Agama (KUA) tidak mau
menyampaikan salam mertuanya mencatatkan pernikahan pasangan ini.
kepada Hamka, karena buku Tasawuf Di Paramadina, mempelai langsung
Modern yang dikarang oleh Hamka dibantu pembuatan catatan sipil
menjadi buku yang disenangi dan pernikahan tersebut. Setelah tahapan
membawanya mendapatkan hidayah ini, pasangan ini melangsungkan
Islam.26 pemberkatan pernikahan secara Katolik
Dari sumber lain, penulis juga di Paroki St. Ignatius Loyola, Jakarta
menemukan praktik pernikahan beda (lebih dikenal dengan nama Paroki
agama di Indonesia.Kalau kisah di atas Jalan Malang).
penulis kutip dari sumber Islam, yaitu Renata menceritakan
Tafsir Al-Azhar, maka kisah berikut pernikahannya secara Islam tersebut
penulis ambil dari sumber Kristen tidak mengalami kendala, orangtuanya
Katolik yaitu dari majalah GEMA. dan (calon) suami sama-sama Muslim.
Majalah ini diterbitkan oleh Keuskupan Sementara untuk pernikahan secara
Katolik Padang, edisi Agustus 2015 Katolik, lanjut Renata, juga tidak
dengan fokus utamanya tentang masalah walau hanya ibunya saja yang
pernikahan beda agama dengan tema menghadirinya. Anak tertua pastura ini
“Repotnya Satu Kapal Dua telah bersekolah di Education 21,
27
Nahkoda”. sebuah sekolah umum.Baru satu yang
Dalam ulasannya dijelaskan telah dibaptis dan sedang persiapan
bahwa di tengah kemajemukan suku komuni pertama.Sesuai janji saat
bangsa, etnis, bahasa, agama yang pemeriksaan kanon terjadi sebelum
dianut di negara ini, serta ditunjang pernikahan, Renata konsisten mendidik
dengan selalu terjadinya perpindahan anak-anak secara Katolik, demikian
atau pergerakan (mobilitas) manusia, pula suaminya.28
Deddi Prihandoko,
26 mengisahkan masa pacaran mereka
Haji Abdul Malik Abdul Karim
Amrullah (Hamka),Tafsir al-Azhar…, h.524 selama dua tahun. Deddi tahu ada
27
Keuskupan Padang, Nikah Beda perbedaan agama. Awal pacaran,
Agama,(Padang: Majalah GEMA, 2015),
28
Majalah Keuskupan Padang, edisi Agutus Keuskupan Padang, Nikah Beda
2015, h. 1 Agama…, h.1
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 275

katanya belum terpikirkan soal keluarga yang berbeda keyakinan itu.


perbedaan ini. Sejalan dengan waktu, Untuk proses pencatatan pernikahan,
ketika hubungan semakin serius, Deddi mereka harus mengadakan dua kali
mengetahui (bakal) tidak bisa menikah pernikahan, pertama dengan cara
beda agama, hingga akhirnya mendapat katolik di gereja, kemudian mereka
artikel berkaitan nikah beda agama di melaksanakan pernikahan lagi dengan
Paramadina. Paramadina membantu cara Islam, karena undang-undang di
pernikahan mempelai beda agama, Indonesia tidak mengatur adanya
tanpa harus pindah agama. Beberapa pernikahan beda agama.
teman Deddi juga mengalami yang Dalam hal membina rumah
sama. Karena orang tua Renata tangga, pasangan ini harus banyak
beragama Islam dan Deddi Muslim, menahan diri dan bertoleransi terutama
maka tidak perlu wali pernikahan. dalam pengamalan ajaran agama yang
Yang menikahkan orang Muslim berbeda itu. Mereka harus rela untuk
sehingga lebih gampang. Setelah tidak bersama-sama dalam
pernikahan secara Islam di Paramadina, menjalankan ibadah sebagaimana
langsung dicatatkan di Catatan Sipil di keluarga lain pada umumnya. Dalam
sana. Saat itu (masih) bisa,” ucap hal pendidikan agama anak, dalam
Deddi mengenang. kasus Dedi dan Renata, pengasuhan
Setelah pernikahan, pastura dan pendidikan anak diserahkan kepada
muda ini tinggal di Pekanbaru dan kini Renata sebagai ibunya sehingga anak-
sedang menantikan kelahiran anak anak mengikuti agama dari ibunya,
keempat. Terkait pendidikan iman namun demikian Dedi tetap berusaha
anak, Deddi menyerahkan sepenuhnya ketika dewasa anak-anaknya dapat
kepada istri. “Saya tidak selalu ada di memilih apakah akan mengikuti agama
rumah terus. Biarlah istri saya yang dari ibunya atau ayahnya.
mengurus.Ini juga sesuai dengan janji Dari kasus ini, terlihat sekali
saat pemberkatan pernikahan kami di ada pertikaian batin yang terjadi antara
Gereja. Tetapi, menurut saya kalau suami dan istri terutama menyangkut
anak sudah dewasa, sudah anak-anak. Masing-masing
berpengetahuan, terserah mau ke mana. berkeinginan agar anak-anak mereka
Mau tetap atau pindah? Itu tanggung mengikuti agama dan keyakinan
jawabnya sendiri. Di bawah usia 18 masing-masing orang tua yang berbeda
tahun, biarlah anak-anak ikut ibunya,” keyakinan dan agama itu. Di sinilah
tutur Deddi.29 tentunya hal-hal yang juga sering
Dua contoh pasangan menikah menimbulkan ketidakharmonisan
beda agama di atas menyisakan banyak keluarga itu, ketika masing-masing
persoalan. Persoalan tersebut mulai ingin mendapatkan pengaruh dan dapat
dari proses pencatatan perkawinan, mempengaruhi anak-anaknya.
membina rumah tangga yang harmonis, Cerita tentang pernikahan beda
pendidikan dan pengasuhan anak dan agama tidak saja terjadi pada kalangan
pemilihan agama mereka, sampai masyarakat biasa, hal ini juga banyak
kepada persoalan menyatukan dua terjadi di kalangan publik figur (artis)
yang merupakan sorotan perhatian
29
Keuskupan Padang, Nikah Beda masyarakat di antaranya Nia
Agama…, h.2 Zulkarnain (Islam) dengan Ari Sihasale
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 276

(non-Islam). Beberapa artis lain yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
telah lebih dahulu menikah beda agama walaupun dia menarik hatimu.Mereka
antara lain Jamal Mirdad (Islam) mengajak ke neraka, sedang Allah
dengan Lidya Kandau (non-Islam), mengajak ke surga dan ampunan
Katon Bagaskara (non-Islam) dengan dengan izin-Nya.Dan Allah
Ira Wibowo (Islam), Dewi Yul (Islam) menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
dengan Ray Sahetapi (non-Islam), Rio perintah-Nya) kepada manusia supaya
Febrian (non-Islam) dengan Sabria mereka mengambil pelajaran.”[QS. Al-
Kono (Islam), dan masih banyak yang Baqarah(2): 221]
lainnya. Sebagian besar dari keluarga Kedua, Dalam surat al-
tersebut akhirnya menyelesaikan Mumtahanah (60): 10 Allah
jalinan pernikahan mereka dengan menegaskan bahwa baik pria muslim
perceraian. maupun wanita muslimah tidak
diperkenankan menikah dengan orang
Pernikahan Beda Agama dalam kafir. Allah SWT berfirman:
ِ ِ‫ﱠ‬
ُ َ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إِ َذا َجﺎءَ ُﻛ ُﻢ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬
‫ﺎت‬ َ ‫َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
Perspektif al-Quran
Dalam al-Quran, pernikahan
beda agama setidaknya dapat ‫ﻮه ﱠﻦ ا ﱠُ أ َْﻋلَ ُﻢ ِِﳝَﺎ ِِ ﱠﻦ فَِإ ْن‬ ِ ٍ ِ
ُ ُ‫ُﻣ َﻬﺎجَﺮات فَ ْﺎﻣﺘَﺤﻨ‬
ditemukan dalam tiga surat; Pertama,
‫ﻮه ﱠﻦ إِ َﱃ اﻟْ ُﻜفﱠﺎ ِر َﻻ‬ ِ ٍ ِ ِ
Dalam surat al-Baqarah (2): 221 yang ُ ‫ﻮه ﱠﻦ ُﻣ ْﺆﻣﻨَﺎت فَ َﻼ ﺗَـْﺮج ُﻌ‬ُ ‫َﻋل ْﻤﺘُ ُﻤ‬
berbicara tentang ketidak bolehan pria ِ ِ
muslim menikah dengan wanita ُ ُ‫ُه ﱠﻦ ﺣﻞﱞ َﳍُْﻢ َوَﻻ ُه ْﻢ َﳛلﱡﻮ َن َﳍُ ﱠﻦ َوآﺗ‬
‫ﻮه ْﻢ َﻣﺎ أَنْـ َف ُﻘﻮا‬
ِ
ُ ‫ﻮه ﱠﻦ إِ َذا آﺗَـْﻴـﺘُ ُﻤ‬
‫ﻮه ﱠﻦ‬ ُ ‫ﺎح َﻋلَْﻴ ُﻜ ْﻢ أَ ْن ﺗَـْﻨﻜ ُﺤ‬
َ َ‫َوَﻻ ُجﻨ‬
musyrik, begitu juga sebaliknya
ketidak bolehan wanita muslimah
ِ ِ ِ
dinikahkan dengan pria musyrik. Allah ‫اﺳﺄَﻟُﻮا َﻣﺎ‬ َ ‫ﻮرُه ﱠﻦ َوَﻻ ﲤُْﺴ ُﻜﻮا ﺑِﻌ‬
ْ ‫ﺼ ِﻢ اﻟْ َﻜ َﻮاف ِﺮ َو‬ َ ‫ُج‬ ُ‫أ‬
SWT berfirman:
ِ ‫أَنْـ َف ْﻘﺘﻢ وﻟْﻴﺴﺄَﻟُﻮا ﻣﺎ أَنْـ َف ُﻘﻮا َذﻟِ ُﻜﻢ ﺣﻜ‬
‫ﺎت َﺣ ﱠﱴ ﻳـُ ْﺆِﻣ ﱠﻦ َوَﻷ ََﻣﺔٌ ُﻣ ْﺆِﻣﻨَ ٌﺔ‬ ِ ‫ْﻢ ا ﱠ َْﳛ ُﻜ ُﻢ وَﻻ ﺗَـْﻨ ِﻜﺤﻮا اﻟْﻤ ْﺸ ِﺮَﻛ‬ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُْ
ُ ُ َ
‫ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ َوا ﱠُ َﻋلِ ٌﻴﻢ َﺣﻜِ ٌﻴﻢ ]اﳌﻤﺘﺤﻨﺔ‬
‫َﺧْﻴـٌﺮ ِﻣ ْﻦ ُﻣ ْﺸ ِﺮَﻛ ٍﺔ َوﻟَ ْﻮ أ َْﻋ َﺠﺒَـْﺘ ُﻜ ْﻢ َوَﻻ ﺗُـْﻨ ِﻜ ُﺤﻮا‬
[١٠:﴾٦٠﴿
‫ﲔ َﺣ ﱠﱴ ﻳُـ ْﺆِﻣﻨُﻮا َوﻟَ َﻌْﺒ ٌﺪ ُﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ َﺧْﻴـٌﺮ ِﻣ ْﻦ‬ ِ
َ ‫اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬ Hai orang-orang yang beriman,
‫ك ﻳَ ْﺪ ُﻋﻮ َن إِ َﱃ اﻟﻨﱠﺎ ِر َوا ُﱠ‬ ِ
‫ئ‬ ‫ﻟ‬
َ‫و‬ ُ
‫أ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬
ُ
َ ْ ََ ْ ْ َ ْ ُ ‫ﺒ‬‫ﺠ‬ ‫َﻋ‬‫أ‬ ‫ﻮ‬َ‫ﻟ‬
‫و‬ ٍ
‫ك‬ ِ
‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﻣ‬ apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman,
ِ ‫ﲔ آ َ ﺗِِه ﻟِلﻨ‬
‫ﱠﺎس‬ ِ ‫ـ‬ ‫ﺒ‬‫ـ‬
ُ ّ َُ َ ‫ﻳ‬‫و‬ ِِ‫اﳉﻨ ِﱠﺔ واﻟْﻤ ْغ ِفﺮةِ ِِ ْذن‬
‫ه‬ َ َ َ َ ْ ‫ﱃ‬ َ ِ
‫إ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬‫ﺪ‬ْ ‫ﻳ‬
ُ َ maka hendaklah kamu uji (keimanan)
[٢٢١:﴾٢﴿‫ ﻟَ َﻌلﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـﺘَ َﺬ ﱠﻛُﺮو َن ]اﻟﺒﻘﺮة‬mereka.Allah keimanan mereka; maka jika kamu
lebih mengetahui tentang

"Dan janganlah kamu menikahi telah mengetahui bahwa mereka


wanita-wanita musyrik, sebelum (benar-benar) beriman maka
mereka beriman. Sesungguhnya wanita janganlah kamu kembalikan mereka
budak yang mukmin lebih baik dari kepada (suami-suami mereka) orang-
wanita musyrik, walaupun dia menarik orang kafir.Mereka tiada halal bagi
hatimu. Dan janganlah kamu orang-orang kafir itu dan orang-orang
menikahkan orang-orang musyrik kafir itu tiada halal pula bagi mereka.
(dengan wanita-wanita mukmin) Dan berikanlah kepada (suami suami)
sebelum mereka mereka, mahar yang telah mereka
beriman.Sesungguhnya budak yang bayar. Dan tiada dosa atasmu
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 277

mengawini mereka apabila kamu bayar amalannya dan ia di hari kiamat


kepada mereka maharnya. Dan termasuk orang-orang merugi.”[QS.
janganlah kamu tetap berpegang pada Al-Maidah (5): 5]
tali (perkawinan) dengan perempuan-
perempuan kafir; dan hendaklah kamu Dari tiga ayat di atas, Allah
minta mahar yang telah kamu bayar; menyebutkan non-muslim itu ada tiga
dan hendaklah mereka meminta mahar macam, yaitu musyrik, kafirdan ahli
yang telah mereka bayar. Demikianlah kitab. Dari ketiga istilah tersebut,
hukum Allah yang ditetapkan-Nya di istilah kafir dalam al-Quran ternyata
antara kamu. Dan Allah Maha menyangkut penyebutan untuk orang-
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[QS. orang musyrik dan Ahl al-Kitab.
Al-Mumtahanah (60): 10] Perhatikan antara lain firman Allah
Ketiga surat al-Mâidah (5): 5 berikut:
membolehkan pria muslim menikahi ‫ﺎب َوَﻻ‬ ِ َ‫ﻣﺎ ﻳـﻮﱡد اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ َﻛ َفﺮوا ِﻣﻦ أ َْه ِﻞ اﻟْ ِﻜﺘ‬
wanita ahli kitab. Allah SWT ْ ُ َ ََ َ
berfirman: ‫ﲔ أَ ْن ﻳـُﻨَـﱠﺰَل َﻋلَْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺧ ْ ٍﲑ ِﻣ ْﻦ َرﺑِّ ُﻜ ْﻢ‬ ِ
َ ‫اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬
ِ‫ﱠ‬ ِ
‫ﻳﻦ أُوﺗُﻮا‬ َ ‫ﺎت َوﻃَ َﻌ ُﺎم اﻟﺬ‬ ُ َ‫ض ِﻞ اﻟْﻴَـ ْﻮَم أُﺣ ﱠﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟﻄﱠﻴِّﺒ‬ ْ ‫ص ﺑَِﺮ ْﲪَﺘِ ِه َﻣ ْﻦ ﻳَ َﺸﺎءُ َوا ﱠُ ذُو اﻟْ َف‬ ‫َوا ﱠُ ﳜَْﺘَ ﱡ‬
ِ
‫ﺎب ﺣﻞﱞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﻃَ َﻌ ُﺎﻣ ُﻜ ْﻢ ﺣﻞﱞ َﳍُْﻢ‬ ِ ِ
َ َ‫اﻟْﻜﺘ‬ [١٠٥:﴾٢﴿‫اﻟْ َﻌ ِﻈﻴ ِﻢ ]اﻟﺒﻘﺮة‬
‫ﺎت ِﻣ َﻦ‬ ُ َ‫ﺼﻨ‬
ِ ِ
َ ‫ﺎت ﻣ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨَﺎت َواﻟْ ُﻤ ْﺤ‬
ِ َ‫واﻟْﻤﺤﺼﻨ‬
ُ َ ُْ َ “Orang-orang kafir dari Ahli
ِ ِ ‫ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ أُوﺗُﻮا اﻟْﻜِﺘ‬Kitab dan orang-orang musyrik tiada
‫ﻮه ﱠﻦ‬ُ ‫ﺎب ﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒل ُﻜ ْﻢ إِذَا آﺗَـْﻴـﺘُ ُﻤ‬ َ َ َ menginginkan diturunkannya sesuatu
ِ ِ
‫ﲔ َوَﻻ ُﻣﺘﱠﺨﺬي‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ﲔ َﻏْﻴـَﺮ ُﻣ َﺴﺎفﺤ‬ َ ‫ﻮرُه ﱠﻦ ُْﳏﺼﻨ‬ َ ‫ُج‬ُ ‫ أ‬Tuhanmu.Dan Allah menentukan siapa
kebaikan kepadamu dari

‫ﺎن فَـ َﻘ ْﺪ َﺣﺒِ َط َﻋ َﻤلُهُ َوُه َﻮ‬ ِ َ‫ْفﺮ ِ ِْﻹﳝ‬ ٍ ‫ أ‬yang dikehendaki-Nya (untuk diberi)
ْ ُ ‫َﺧ َﺪان َوَﻣ ْﻦ ﻳَﻜ‬ ْ
[٥:﴾٥﴿‫ﻳﻦ ]اﳌﺎﺋﺪة‬ ِ
‫ﺮ‬ ِ َ‫اﳋ‬
‫ﺎﺳ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ِ‫ ِﰲ ْاﻵ ِﺧﺮة‬rahmat-Nya
‫ﻣ‬
(kenabian); dan Allah
َ َ َ mempunyai karunia yang besar.”[QS.
“Pada hari ini dihalalkan Al-Baqarah(2): 105]
bagimu yang baik-baik.Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi ِ ِ َ‫َﱂْ ﻳ ُﻜ ِﻦ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ َﻛ َفﺮو ِاﻣﻦ أ َْه ِﻞ اﻟْ ِﻜﺘ‬
َ ‫ﺎب َواﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬
‫ﲔ‬
Al Kitab itu halal bagimu, dan ْ ُ َ َ
makanan kamu halal (pula) bagi [١:﴾٩٨﴿ ‫ﲔ َﺣ ﱠ ٰﱴ َْﺗِﻴَـ ُﻬ ُﻢ اﻟْﺒَﻴِّﻨَﺔُ]اﻟﺒﻴﻨﺔ‬ ِ
َ ‫ُﻣﻨ َف ّﻜ‬
mereka. (Dan dihalalkan mengawini) “Orang-orang kafir yakni ahli
wanita yang menjaga kehormatan Kitab dan orang-orang musyrik
diantara wanita-wanita yang beriman (mengatakan bahwa mereka) tidak
dan wanita-wanita yang menjaga akan meninggalkan (agamanya)
kehormatan di antara orang-orang sebelum datang kepada mereka bukti
yang diberi Al Kitab sebelum kamu, yang nyata.”[QS. Al-Bayyinah (98): 1]
bila kamu telah membayar mas kawin
mereka dengan maksud menikahinya, Jadi berdasarkan ayat di atas,
tidak dengan maksud berzina dan orang kafir ada dua macam. Pertama,
tidak (pula) menjadikannya gundik- Ahl al-Kitab; dan kedua, orang-orang
gundik. Barangsiapa yang kafir musyrik. Itu istilah yang digunakan al-
sesudah beriman (tidak menerima Quran untuk satu subtansi yang sama,
hukum-hukum Islam) maka hapuslah yakni kekufuran dengan dua nama
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 278

yang berbeda, yaitu Ahl al-Kitab dan dengan menggunakan kata penghubung
al-musyrikun. wauw (‫ )و‬yang berarti “dan”.
Bervariasi pendapat para ulama ِ َ‫اﻟْ ِﻜﺘ‬
‫ﺎب‬ ‫أ َْه ِﻞ‬ ‫ﻳﻦ َﻛ َفُﺮو ِاﻣ ْﻦ‬ ِ‫ﱠ‬
dalam menetapkan batasan kedua َ ‫ﱠﻣﺎﻳـَ َﻮدﱡاﻟﺬ‬
ِ
istilah ini. Ada yang memasukkan Ahl
al-Kitab kedalam kategori musyrik,
َ ‫َوَﻻاﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬
…‫ﲔ‬
“Orang-orang kafir dari Ahli
dan ada pula yang membedakan
Kitab dan orang-orang musyrik
keduanya secara tegas. Perbedaan
tiada menginginkan…”
pemahaman ini berimplikasi kepada
boleh atau tidaknya menikahi wanita
Kata penghubung semacam ini
Ahl al-Kitab itu.
mengandung makna adanya perbedaan
Ibnu Umar, misalnya menganut
antara kedua hal yang dihubungkan itu.
pendapat yang pertama, sebagaimana
Ini berarti ada perbedaan antara
ditegaskan: “saya tidak melihat syirik
musyrikun dan Ahl al-Kitab.32
yang lebih berat dari perkataan wanita
2. Al-Quran sendiri telah
itu bahwa Tuhannya ialah Isa atau
menguraikan sekian banyak keyakinan.
salah seorang dari hamba-hamba
Ahl al-Kitab, yang pada hakikatnya
Allah.30 Dengan demikian, semua
merupakan kemusyrikan seperti
yang mempersekutukan-Nya dari
keyakinan trinitas, atau bahwa Uzair
sudut pandang tinjauan ini adalah
demikian juga Isa adalah anak Allah,
musyrik. Orang-orang Kristen yang
dan sebagainya. Namun demikian,
percaya tentang trinitas adalah
seperti terlihat dalam butir pertama di
musyrik, sehingga haram bagi laki-laki
atas, al-Quran membedakan mereka
muslim menikahi wanita Ahl al-Kitab
dan tetap menamai kedua kelompok
karena syirik nya.31 Larangan itu
tersebut sebagai Ahl al-Kitab, bukan
sebagaimana tercantum dalam firman
musyrikun.33
Allah surat al-Baqarah ayat 221 di
Al-Shabuni mengomentari
atas.
pendapat Ibn Umar itu dengan
Pendapat Ibnu Umar tidak
mengatakan bahwa Ibn Umar
sejalan dengan pendapat sekaligus
nampaknya khawatir, si suami yang
praktik sahabat-sahabat Nabi SAW
muslim akan terpengaruh oleh istrinya
lainnya seperti Utsman bin Affan, Ibnu
yang bukan muslim, lalu ia dapat
Abbas, Thalhah, Jabir, dan Khuzaifah.
menjadi murtad. Kecuali itu,
Demikian pula para pakar-pakar
pembinaan anak-anak akan sukar
hukum dengan berbagai alasan, antara
dilaksanakan secara Islami, sebab
lain:
biasanya anak-anak cenderung
1. Dalam sekian banyak ayat, al-
meneladani ibu ketimbang ayah
Quran menyebut istilah al-musyrikun
mereka. Namun bila kekhawatiran itu
berdampingan dengan Ahl al-Kitab,

30
Muhammad Ali al-Shabuni, Tafsir Ayat
32
al-Ahkam, (Kairo: Dar al-Shabuni, 2008), jilid M. Quraish Shihab, Wawasan al-
1, h.221. Quran: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai
31
NashruddinBaidan, Tafsir Maudhu’i: Persoalan Umat,(Bandung: Mizan, 1996), Cet.
Solusi Qurani atas Masalah Sosial ke-3, h. 369-370
33
Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, M. Quraish Shihab, Wawasan al-
2001), h. 28 Quran…, h. 370
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 279

hilang, tak ada alasan untuk semua perempuan yang menganut


mengharamkannya, tegas al-Shabuni.34 politeisme dalam segala bentuknya,
Berdasarkan uraian di atas, baik Yahudi, Kristen maupun Majusi.
ditinjau dari segi hukum, menikahi Dari tiga pendapat di atas, al-Thabariy
non-muslim itu dapat dikelompokkan sendiri berpendapat bahwa pendapat
dalam dua macam, yaitu menikahi kedua lebih râjih.35 Dengan kata lain,
orang-orang musyrik dan menikahi kata al-Thabariy, wanita dalam al-
Ahl al-Kitab yang akan penulis Baqarah(2): 221 itu harus dibedakan
uraikan pada pembahasan berikut: dengan wanita Ahl al-Kitab, hal ini
1. Menikahi orang-orang musyrik sesuai dengan asbab al-nuzul ayat ini.
Musyrik dalam pengertian ahli Dalam asbâb al-nuzul dari al-
tafsir adalah sebutan yang ditujukan Baqarah: 221 ini dikisahkan bahwa
kepada seseorang yang Abdullah bin. Rawahah menikah
mempersekutukan Allah dengan dengan seorang budak perempuan yang
sesuatu, bisa berwujud manusia, benda, telah dimerdekakannya. Perempuan
kekuasaan, harta, dan sebagainya. yang dinikahi IbnRuwahah ini
Akan tetapi, dalam penafsiran sebelumnya adalah seorang musyrik
mayoritas ahli tafsir, pengertian Arab. Tindakan salah satu sahabat Nabi
musyrik selalu dimaknai secara sempit, ini banyak menjadi pembicaraan di
yakni pemujaan atau penyembahan kalangan para sahabat dengan
terhadap berhala, api, dan lainnya. tanggapan yang minor. Tindakan
Terkait dengan istilah Abdullah ini memang agak menentang
perempuan musyrik yang terdapat pada arus umum pada waktu itu oleh karena
QS. Al-Baqarah (2): 221 terdapat banyak pria Muslim (para sahabat)
perbedaan pendapat di kalangan para yang berbeda dengan apa yang
mufasir. Al-Thabariy, seorang mufasir dilakukan Abdullah. Namun, al-Qur'an
klasik dalam bukunya: Jâmi` al-Bayân justru membela tindakan Abdullah ini,
fi Tafsîr al-Qur'an, menyebutkan ada lalu turunlah ayat 221 surat al-Baqarah
tiga pendapat dalam menafsirkan tersebut.36
wanita musyrik. Pertama, yang Memperhatikan asbâbnuzul-
dimaksudkan wanita musyrik di situ nya, seperti dijelaskan di atas, menurut
adalah mencakup wanita-wanita hemat penulis, agaknya ada situasi
musyrik dari bangsa Arab dan bangsa yang menunjukkan adanya
lainnya. Namun kemudian ketentuan kekhawatiran Nabi atas realitas
hukumnya dihapus oleh al-Mâidah (5): sahabat-sahabatnya, dimana masih
5, yang membolehkan pria Muslim banyak yang menikah dengan wanita
menikah dengan wanita ahli kitab. musyrik. Dari asbâb al-nuzul ini dapat
Kedua, yang dimaksudkan dengan diketahui bahwa ayat ini agaknya
wanita musyrik dalam ayat itu adalah
wanita musyrik dari bangsa Arab yang 35
Muh}ammad Bin Jari>r al-T{abari>,.
tidak memiliki kitab suci dan Tafsi>r al-T{abari> al-Musamma>Ja>mi‘ al-
menyembah berhala. Ketiga, pendapat Baya>n fi>Ta’wi>l al-Qur’a>n, (Beiru>t:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999) Jilid 2, h.
yang menyatakan bahwa wanita 221.
musyrik dalam ayat ini mencakup 36
K.H.Qomarudin Shaleh, H.A.A Dahlan,
dkk,Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis
34
Muhammad Ali al-Shabuni, Tafsir Ayat Turunnya Ayat-Ayat al-Quran, (Bandung:
al-Ahkam…, h. 222 Penerbit Diponegoro,2007), Cet.ke-10, h.73
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 280

merupakan antisipasi preventif al- Oleh karena itu, ada pertanyaan,


Qur'an setelah melihat realitas para apakah wanita muysrik seperti yang di
sahabat Nabi. sebut dalam surat al-Baqarah: 221 itu
Berdasarkan asbâb al-nuzul bisa disamakan dengan wanita non
ayat 221 surat al-Baqarah di atas, Islam yang hidup dewasa ini, yang
wanita musyrik yang dimaksud dalam situasinya berbeda dengan masa Nabi?
ayat tersebut adalah wanita musyrik Dalam beberapa kasus, pernikahan
yang hidup pada zaman Nabi yang beda agama terjadi karena murni faktor
tidak beragama, yaitu wanita kemanusiaan dari kedua belah pihak.
penyembah berhala dan tidak memiliki Di sini, pemahaman ayat menjadi
kitab suci. Pelarangan ini tampaknya persoalan, dan dipihak lain, pemegang
dapat dipahami karena situasi waktu otoritas penafsiran, dalam hal ini Nabi
itu, khususnya bagi orang Islam masih telah wafat. Oleh karena itu, pluralitas
dalam situasi konsolidasi sebagai pemahaman ayat tersebut menjadi sulit
komunitas yang baru tumbuh dalam untuk dihindari kemunculannya. Meski
waktu yang belum terlalu lama. Ayat demikian, mayoritas ulama tidak
ini turun ketika Nabi belum lama memperkenankan seorang lelaki
menjadi pemimpin kota Madinah. muslim menikah dengan wanita
Tampaknya, Nabi sebagai pemegang musyrikah.
otoritas merasa harus melakukan Konsekuensi dari pendapat al-
intervensi terhadap persoalan Thabariy di atas, maka seorang laki-
pernikahan orang Islam menjadi bagian laki muslim boleh menikahi wanita
dari tugas kekhalifannya. Di sini, Nabi musyrik non arab, seperti wanita
menjalankan dua fungsi sekaligus, musyrik Cina, India, Jepang yang
yaitu sebagai pemimpin masyarakat diduga dahulu memiliki kitab suci
Madinah dan tugas kenabian serta seperti pemeluk agama Budha, Hindu,
kerasulannya untuk membimbing umat Konghucu yang percaya kepada Tuhan
Islam dengan cara mempertahankan Yang Maha Esa, dan percaya adanya
keutuhan umat Islam. hidup setelah mati. Hal senada dengan
Melalui penegasan seperti al-Thabariy juga dianut oleh Rasyid
dijelaskan secara tekstual dalam surat Ridha dan Muhammad Abduh.37
al-Baqarah: 221 di atas, pernikahan Pendapat di atas mendapat
beda agama tidak begitu menjadi bantahan dikalangan mufasir dan
masalah ketika Nabi masih hidup oleh fuqaha’. Jumhur ulama menetapkan
karena ketaatan kepada Nabi sangat bahwa wanita musyrik itu bukan hanya
tinggi. Namun, pemahaman ayat ini terbatas pada wanita Arab saja,
menjadi masalah ketika orang Islam melainkan juga mencakup semua
telah berinteraksi dengan berbagai wanita musyrik non Arab di manapun
komponen bangsa lain pasca perluasan mereka berada.38 Surat al-Baqarah (2):
wilayah yang terjadi di dunia Islam,
lebih-lebih masyarakat dewasa ini 37
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-
sebagai bentuk pergaulan yang telah
Quran al-Hakim al-Syahir bi Tafsir al-
mengalami globalisasi, hampir Manar,(t.tp: Dar al-Fikr, t.th), Jilid 2, h.246-2
dipastikan sulit untuk menghindari 38
SapiudinShidiq, Fikih Kontemporer…,
interaksi dengan orang yang beda h. 4. Juga lihat, Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-
agama. Munir,Terj.( Jakarta: Gema Insani, 2013), jilid
1, h.513.
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 281

221 secara tegas menjelaskan bahwa Pada tahun-tahun pertama, bayi


menikahi perempuan musyrik adalah banyak menghabiskan waktunya dalam
haram, begitu juga sebaliknya asuhan ibunya. Apabila ibu musyrik
perempuan muslim tidak boleh sementara ayahnya muslim, bisa
dinikahkan dengan laki-laki musyrik. dipastikan iman tidak bisa menembus
Larangan tersebut muncul disebabkan dirinya mengingat kesyirikan telah
oleh perbedaan keyakinan di antara menjadi bagian dari dirinya dan telah
keduanya yang bermuara kepada mendarah daging, makanya Allah
sulitnya mempertemukan visi hidup di mengingatkan “Dan janganlah kamu
antara keduanya, orang yang beriman menikahi wanita-wanita musyrik,
akan mengajak ke surga, sementara sebelum mereka beriman” maksud
orang musyrik mengajak ke neraka. ayat ini menurut al-Sya`'rawi,
Orang beriman percaya kepada Allah, janganlah laki-laki muslim terpesona
kepada para nabi, dan hari akhir, karena kecantikan yang
sedangkan orang musyrik itu menghancurkan, karena kecantikan
menyekutukan Allah, mengingkari para semata tanpa didasai oleh iman bersifat
nabi, dan mengingkari hari akhir. temporal dan sementara.41
Rentang perbedaan visi yang teramat M. Quraish Shihab
jauh tersebut kalau dapat dikatakan menganalisis surat al-Baqarah (2): 221
menjadi hal yang mustahil untuk yang memiliki dua penggalan, kalau
dipertemukan antara keduanya.39 penggalan ayat pertama ditujukan
Syekh Muhammad Muthawali kepada pria muslim, penggalan kedua
al-Sya'`rawi ketika menafsirkan ayat di ditujukan kepada para wali. Para wali
atas menyoroti peran seorang ibu dilarang menikahkan wanita-wanita
dalam mebina sebuah rumah tangga. muslimah dengan orang-orang
Surat al-Baqarah (2): 221 menurut al- musyrik. Paling tidak ada dua hal yang
Sya`'rawi merupakan batu pertama perlu digarisbawahi: Pertama,
dalam membangun sebuah rumah ditunjukkannya penggalan kedua ini
tangga, hal ini disebabkan jika istri kepada wali memberi isyarat bahwa
tidak muslimah, maka bisa wali mempunyai peranan yang tidak
dibayangkan apa yang akan terjadi kecil dalam perkawinan putri-putrinya
dalam rumah tangga itu. Ibu yang atau wanita yang berada di bawah
musyrik pasti akan mengarahkan perwaliannya.42
pendidikan anak-anaknya kepada Kedua, larangan mengawinkan
arahan yang sesuai dengan wanita-wanita muslimah dengan orang-
kemusyrikannya, sementara suami orang musyrik. Walau pandangan
yang bertugas sebagai ayah tidak punya mayoritas ulama tidak memasukan Ahl
banyak waktu di rumah bersama anak- al-Kitab dalam kelompok yang dinamai
anaknya kecuali sore atau malam hari musyrik, tetapi bukan ini berarti ada
ketika nilai-nilai telah tertanam pada izin untuk pria Ahl al-Kitab mengawini
jiwa anaknya.40
41
Syekh Muhammad Muthawali al-
39
SapiudinShidiq, Fikih Kontemporer, Sya`rawi, tafsir al-Sya’rawi…, h. 957
42
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h.4. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:
40
Syekh Muhammad Muthawali al- Pesan, Kesan dan keserasian al-
Sya`rawi, tafsir al-Sya’rawi, (Kairo: akhbar al- Quran,(Jakarta: Lintera Hati, 2012), Cet. ke-5,
Yaum, 1991), Jilid 2, h. 957 Jilid 1, h.578-579
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 282

wanita-wanita muslimah karena mayoritas pakar-pakar hukum yang


mereka sekalipun tidak dikelompokkan mnenyatakan bahwa siapapun yang
musyrik, tetapi masuk dalam kelompok mempercayai salah seorang Nabi, atau
kafir seperti telah dijelaskan pada ayat- kitab yang pernah diturunkan Allah,
ayat sebelumnya. Apalagi dalam maka ia termasuk Ahl al-Kitab, tidak
suratal-Mumtahanah (60):10 terbatas pada kelompok penganut
disebutkan dengan jelas wanita-wanita agama Yahudi dan Nasrani. Dengan
muslimah tidak diperkenankan demikian, bila ada satu kelompok yang
dikawinkan dengan pria Ahl al-Kitab.43 hanya percaya kepada satu Shuhuf
Ibrahim atau Zabur saja, maka ia pun
2. Menikahi Ahl al-Kitab termasuk dalam jangkauan Ahl al-
Sebelum menguruaikan lebih Kitab.45
jauh penafsiran tentang boleh atau Ada juga sementara ulama yang
tidaknya menikahi Ahl al-Kitab, ada berpendapat bahwa setiap umat yang
baiknya penulis bahas lebih dahulu memiliki kitab suci yang dapat diduga
siapa yang dimaksud dengan Ahl al- sebagai kitab suci samawi, maka
Kitab itu. Uraian tentang siapa yang mereka juga dicakup sebgaiAhl al-
dimaksud dengan Ahl al-Kitab paling Kitab. Pendapat ini diperluas lagi oleh
banyak dikemukakan oleh pakar-pakar para mujtahid kontemporer, sehingga
al-Quran ketika menafsirkan surat al- mencakup pula orang-orang Budha,
Maidah/5:5 yang menguraikan tentang Hindu dan yang lainnya. Dengan
izin memakan sembelihan Ahl al-Kitab demikian wanita-wanita mereka pun
dan wanita-wanita yang menjaga boleh dikawini oleh pria kaum
kehormatannya dari kelompok itu. muslimin. M. Quraish Shihab cendrung
Imam al-Syafi'i seperti dikutib memahami pengertian Ahl al –Kitab
oleh M. Quraish Shihab memahami pada semua penganut agama Yahudi
istilah Ahl al-Kitab sebagai orang- dan Nasrani, kapan, dimanapun, dan
orang Yahudi dan Nasrani keturunan dari keturunan siapapun mereka.46
orang-orang Israil, tidak termasuk Mengenai hukum menikahi Ahl
bangsa-bangsa lain yang menganut al-Kitab, Jumhur ulama pada umumnya
agama Yahudi dan Nasrani.44 Alasan berpendapat bahwa menikahi wanita
beliau antara laian adalah bahwa Nabi Ahl al-Kitab boleh karena adanya ayat
Musa AS dan Isa AS, hanya diutus yang qathi menyatakan hal itu yakni
kepada mereka bukan kepada bangsa- surat al-Maidah (5) : 5 di atas. Menurut
bangsa lain, juga (karena adanya Zamahsyari, ayat surat al-Baqarah (2)
redaksi min qablikum [sebelum kamu] ayat 221 di-nasih-kan oleh surat al-
pada ayat yang mebolehkan Maidah (5) ayat 5.47
perkawinan itu.
Pendapat al-Syafi'I I ini berbeda
45
dengan pendapat Abu Hanifah dan Jalauddin Rahmat, M. Qurasih Shihab
dkk, Rekonstruksi…, h. 10
46
Jalauddin Rahmat, M. Qurasih Shihab
43
M. Quraish Shihab, Tafsir al- dkk, Rekonstruksi…, h. 12
47
Misbah…,h. 579 Muh}ammadibn ‘Umar al-
44
Jalauddin Rahmat, M. Qurasih Shihab Zamakhshari>,. al-Kashsha>f ‘an
dkk, Rekonstruksi dan Renungan Relegius H}aqa>’iqGhawa>mid al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n
Islam, (Jakarta: Paramadina, 1996), Cet. ke-1, al-Aqa>wi>l fi>Wuju>h al-Ta’wi>l,(Beiru>t:
h. 10. Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995), h.360
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 283

Wahbah al-Zuhaili menyatakan wanita Ahl al-Kitab makruh


terdapat perbedaan yang jelas antara hukumnya.50
wanita Ahl al-Kitab dan wanita Muhammad Syaltut, ulama
musyrik. Wanita Ahl al-Kitab sama kenamaan dari Mesir punya pandangan
dengan orang Islam dalam iman kepada yang lain lagi. Menurutnya, pernikahan
Allah dan hari akhir, percaya akan pernikahan laki-laki muslim dengan
hukum halal dan haram serta wajibnya perempuan Ahl al-Kitab dibolehkan
berbuat kebajikan dan menjauhi sebagai salah satu strategi dakwah.
kejahatan.48Oleh karena itu, Wahbah Dalam posisi sebagai suami, laki-laki
menjelaskan bahwa syariat Islam memiliki hak untuk mendidik keluarga,
membolehkan lelaki muslim menikahi istri, dan anak-anak mereka dengan
wanita Ahl al-Kitab, tetapi tidak akhlak Islam. Pernikahan itu
membolehkan wanita muslim menikah diharapkan untuk mengiliminir
dengan lelaki Ahl al-Kitab. kebencian dan dendam orang-orang
Menurut Wahbah, wanita Ahl non muslim terhadap Islam, terutama di
al-Kitab tetap dalam agamanya hati istri. Demikian juga, istri dengan
meskipun ia menikah dengan lelaki perlakuan suaminya yanag baik
muslim (dan ia tidak diganggu dalam terhadapnya, diharapkan akana
menjalankan ajaran agamanya), juga mengenal keindahan dan kebaikan
karena lelaki muslim mengimani Islam, dan bahwa Islam meberikan
agamanya yang mengajarkannya untuk hak-hak yang sempurna kepada istri.
membenarkan pokok-pokok agama Akan tetapi, kalau harapan itu tidak
lain, di antaranya agama Yahudi dan terwujud, sebaiknya pernkhan itu
Nasrani dalam pokok-pokok ajarannya dilarang.51
yang sesuai dengan Islam dalam hal Zuhairi mengkritik pandangan
seruan kepada pengesaan Tuhan dan kalangan yang melarang penikahan
nilai-nilai kebaikan.49 beda agama dengan menjadikan surat
Sebaliknya, seandainya lelaki al-Baqarah(2):221 dan ayat-ayat yang
Ahl al-Kitab menikah dengan wanita lain sebagai landasan teologis dan
muslimah, tentu ia akan memberikan fikih.52 Menurut Zuhairi, dalam ayat
pengaruh kepada istri, sehingga boleh yang lain dijelaskan prihal
jadi ia akan meninggalkan agamanya dibolehkannya pernikahan beda agama
dan biasanya ia akan tertekan dengan terutama kepada Ahl al-Kitab (al-
perlakuan suaminya akibat tidak Maidah (5) : 5). Kenyataan ini
adanya keserasian (spiritual dan fisik) menunjukkan bahwa pesan yang
di antara mereka. Ini - kata Wahbah - dibawa al-Quran sangat progresif dan
merupakan pendapat jumhur ulama, di membawa kesan upaya mengakui dan
samping mereka berpendapat bahwa menerima komunitas agama lain guna
pernikahan lelaki muslim dengan
50
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…,
h. 513
51
Mahmud Syaltut, Min Taujihat al-
Islam, (Kairo: Al-Idarah al-Ammah li Al-
Azhar, 1959), h. 253
48 52
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, ZuhairiMisrawi, al-Quran Kitab
h. 513 Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, dan
49
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, Multikulturalisme,(Jakarta: Penerbit
h. 513 Fitrah, 2007), h. 212
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 284

mewujudkan kehidupan yang adil dan penting. Ketika laki-laki muslim


setara. Di sinilah menurut Zuhairi menikah dengan wanita non muslim,
perlunya fikih lintas agama yang maka 50 % dari pernikahan tersebut
memberikan perlindungan, simpati dan anak-anaknya mengikuti agama
kesempatan hidup bersama dalam bapaknya. Sebaliknya, jika perempuan
keragaman.53 muslmah menikah dengan laki-laki non
Musdah Mulia menilai bahwa muslim, maka hamper 80 % dari
pendapat Jumhur Ulama tentang pasangan tersebut yang anak-anaknya
kebolehan laki-laki muslim menikahi mengikuti agama ibunya.55
wanita Ahl al-Kitab dan tidak Temuan ini, menurut Musda,
sebaliknya wanita muslimah tidak megindikasikan bahwa dalam kasus
boleh menikahi laki-laki Ahl al-Kitab pernikahan beda agama, potensi
sebagai bentuk pandangan yang perempuan muslimah dalam
mempersepsikan perempuan objek, menentukan identitas agama anak
yaitu objek seksual. Di satu sisi, ternyata lebih besar daripada potensi
perempuan diberi label sebagai laki-laki muslim. Artinya, para
makhluk inferior, lemah, dan mudah perempuan yang selama ini dipandang
diperdaya untuk meninggalkan lemah dan mudah "terjebak" ternyata
agamanya. Hal ini selanjutnya tidak sepenuhnya benar. Mereka
membawa kepada larangan bagi terbukti lebih berpengaruh dan lebih
perempuan muslimah menikah dengan dominan daripada laki-laki dalam
laki-laki non muslim. Namun, di sisi kehidupan keluarga sehingga lebih
lain- menurut Musda-mereka juga berhasil menggiring anak-anak mereka
diberi stigma sebagai sumber fitnah ke lingkungan agama yang mereka
yang mencelakkan. Implikasinya, laki- anut.56
laki muslim pun dilarang menikah ImadZaki al-Barudi dalam
dengan perempuan non muslimah bukunya Tafsir al-Quran al-Azhim li
sekalipun Ahl al-Kitab karena al-Nisa’ menyebutkan bahwa Allah
dikhawatirkan akan menggiring mereka melarang wanita muslimah menikah
keluar dari Islam.54 dengan orang-orang kafir termasuk Ahl
Menurut Musda, kalaupun al-Kitab namun dibolehankan lelaki
seorang laki-laki muslim dibolehkan muslim menikah dengan wanita-wanita
menikahi perempuan Ahl al-Kitab, dari kalangan Ahl al-Kitab, padahal
maka biasanya ada harapan yang mereka bagian dari orang-orang kafir,
menyertai pembolehan itu, yakni dia ada dua alasan:
harus mampu mengajak istri dan anak- Pertama, sesungguhnya Islam
anaknya kelak masuk Islam. Padahal bertujuan untuk mengangkat martabat
dalam sebuah penelitian yang seseorang, bukan hendak
dilakukan oleh Nuryamin pada tahun menjatuhkannya. Sedangkan
1990 tentang pernikahan beda agama kepemimpinan dalam rumah tangga
mengungkapkan penemuan yang berada ditangan suami, sehingga ketika

53 55
ZuhairiMisrawi, al-Quran Kitab Nuryamin, Penelitian tentang
Toleransi…, h. 212 Implementasi UU Perkawinan (tidak
54
Siti Musdah Mulia, Muslimah dipublikasikan), PSW, IAIN Jakarta, 1990
56
Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan, Siti Musdah Mulia, Muslimah
(Bandung: Mizan, 2005), h. 68 Reformis…, h.69
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 285

seorang suami tidak Islam, maka ia muslim dengan perempuan Ahl al-
tidak akan bisa mentolelir istri dan Kitab karena pengaruh perempuan
anaknya apabila tetap dalam (istri) sudah tidak jarang mengalahkan
keislamnnya. Kedua, nilai universalitas pengaruh suami, dan karena unsur
ajaran Islam dan keterbatasan ajaran dakwah islamiyah dalam perkawinan
agama lain. Di sana kita dapat melihat tersebut telah memudar, bahkan
adanya kesempatan untuk saling sebaliknya yang terjadi.59
mengerti dan memahami. Bahkan tidak Musda Mulia lebih setuju
jarang, si istri akan ikut masuk Islam, apabila pelarangan pernikahan beda
setelah mengetahui bahwa kitab agama berdasarkan alasan
sucinyapun memerintahkan hal itu.57 mempertimbangkan kondisi objektif
M. Quraish Shihab berpendapat dalam masyarakat. Sebagai contoh,
bahwa kebolehan lelaki muslim bahwa pernikahan beda agama terbukti
menikahi wanita Ahl al- merupakan salah satu faktor penyebab
Kitabsebagijalan keluar kebutuhan tingginya angka perceraian atau angka
mendesak ketika itu, saat kaum kekerasan dalam rumah tangga
mamuslimin sering bepergian jauh (domestic violence) di tanah air. Atau
melaksanakan jihad tanpa mampu karena pertimbangan bahwa
kembali ke keluarga mereka. Di sisi pernikahan beda agama telah menjadi
lain, wanita muslimah tidak salah satu modus operandi kegiatan
diperkenankan kawin dengan pria non perdagangan perempuan dan anak-anak
muslim, baik Ahl al-Kitab lebih-lenih perempuan (trafficking in women and
kaum musyrikin, disebabkan mereka children) yang akhir-akhir ini semakin
tidak mengakui kenabian Muhammad marak di Indonesia. Dengan begitu,
SAW. Lelaki Muslim mengakui alasan yanag dibuat adalah mencegah
kenabian Isa AS, serta meluasnya kerusakan social di
menggarisbawahi prinsip toleransi masyarakat yang dalam istilah
beragama, lakum dinukumwaliyadin.58 ushulfiqh di sebut sad al-dzara'I
Laki-laki yang biasanya, (tindakan preventif ). Sebaliknya
bahkan yang seharusnya menjadi menurut Musda, kalaupun pernikahan
pemimpin rumah tangga dapat beda agama dibolehkan, harus ada
mempengaruhi istrinya. Jika demikian, upaya-upaya sosialisasi yang luas
bila suami tidak mengakui-bolehnya dalam masyarakat mengenai dampak
pihak lain termasuk istri-melaksanakan positif dan negatif dari pernikahan beda
ajaran agama yang dianutnya, agama tersebut. Ini penting untuk
dikhawatirkan akan terjadi pemaksaan memproteksi dan menjauhkan
beragama, baik terang-terangan masyarakat, khususnya kaum
maupun terselubung. Itupula sebabnya- perempuan, dari berbagai tindakan
kini sementara ulama-melarang diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan
perkawinan walaupun antara laki-laki dalam pernikahan.60
Majlis Ulama Indonesia (MUI)
57 melalui fatwa yang dikeluarkan tanggal
ImadZaki al-Barudi, Tafsir al-Quran al-
Azhim li al-Nisa’ Terj. (Kairo: Maktabah al- 1 Juni 1980 mengharamkan semua
Taufiqiyah, t.th), Jilid 1, h. 81-82
58 59
M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab, Perempuan…,h. 330
60
Perempuan,(Jakarta: Lintera Hati, 2006), Cet. Siti Musdah Mulia, Muslimah
ke-3, h.329-330 Reformis…, h.70
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 286

bentuk pernikahan beda agama, menururut penulis kuatnya aqidah


termasuk pernikahan laki-laki muslim menjadi syarat utamanya, karena ketika
dengan perempuan non muslim, aqidahnya lemah dikhawatirkan akan
walaupun dari kalangan Ahl al-Kitab . terjadi pemurtadan. Di samping
alasannya karena kerusakan (mafsadat) persoalan akidah, persoalan ekonomi
yang ditimbulkan dari perkawinan beda juga suatu yang penting. Sehingga
agama lebih besar daripada kebaikan dengan memiliki kekuatan dan
(mashlahah) yang didatangkannya, kemandirian ekonomi, laki-laki
terutama bagi kaum musimin.61 Dalam tersebut memiliki wibawa ditengah-
konteks ini, kaedahfiqih yang mereka tengah keluarga istrinya. Yang tidak
pegangi adalah "Dar' al- kalah pentingnya sebelum seseorang
mafasidmuqaddam 'la jalb al- akan melakukan pernikahan beda
mashalih” (menghindari bahaya agama, ia harus memiliki pengetahuan
didahulukan daripada mengambil agama yang cukup, memiliki visi dan
maslahat) semacam tindakan preventif. misi yang jelas dalam berumah tangga,
Berdasarkan kajian di atas, memiliki kepribadian yang kuat dan
dapat disimpulkan, semua pendapat bertanggungjawab. Apabila syarat-
yang berkaitan dengan soal pernikahan syarat tersebut tidak terpenuhi, maka
antara Muslim dan non Muslim atau sebaiknya dihindari pernikahan beda
pernikahan beda agama hanya agama dan pernikhan tersebut menjadi
merupakan persoalan ijtihad, karena sesuatu yang haram baginya.
ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan
persoalan tersebut multi tafsir. KESIMPULAN
Kebolehan menikahi wanita Pernikahan beda agama dalam
non muslim terutama kalangan Ahl al- perspektif al-Quran telah dijelaskan
Kitab menurut hemat penulis dalam al-Quran. Untuk orang-orang
disesuaikan dengan kondisi sosial yang musyrik, tidak bisa ditawar lagi bahwa
ada. Seandainya seorang laki-laki menikahi mereka atau menikahkan
berada pada satu tempat di mana di untuk mereka dilarang di dalam al-
sana kaum muslimah sangat terbatas, Quran.Tetapi terhadap Ahl al-
maka menikahi wanita Ahl al-Kitab Kitabyaitu orang-orang yahudi dan
dibenarkan. Akan tetapi seandainya nasranai atau orang-orang yang
laki-laki tersebut berada di lingkungan mendapatkan dan mewarisi kitab suci
yang kaum muslimahnya banyak, maka dibenarkan untuk menikahi mereka
hal itu dilarang karena dapat namun tidak dibenarkan menikahkan
menyebabkan menyia-nyiakan wanita muslimah untuk mereka.Inilah
keberadan kaum muslimah yang pesan yang dapat kita ambil dari QS.
semestinya dijaga dan dilindungi Al-Maidah(5): 5. Dalam sejarah Islam
Kebolehan menikahi wanita non juga tercatat bahwa nabi Muhammad
muslim pun, menurut hemat penulis dan para sahabatnya pernah menikah
harus melalui persyaratan yang ketat. dengan Ahl al-Kitabseperti Utsman bin
Di antara persyaratan tersebut, Affan menikah dengan wanita nasrani
walaupun kemudian istrinya masuk
61
Muhammad Yusuf, Pendekatan al- Islam, Thalhah dan ZuberZuabir juga
Mashlahah al-Mursalah dalam Fatwa MUI pernah nikah dengan wanita Yahudi
tetang Pernikahan Beda Agama, Ahkam: Vol. yang juga kemudian masuk Islam.
XIII, No. 1, Januari 2013, h. 102
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 287

M. Quraish Shihab berpendapat jelas menyatakan bahwa “Perkawinan


bahwa kebolehan lelaki muslim adalah sah, apabila dilakukan menurut
menikahi wanita Ahl al-Kitabsebagi masing-masing agamanya dan
jalan keluar kebutuhan mendesak kepercayaannya. Sehingga apabila ada
ketika itu, saat kaum muslimin sering warganegara Indonesia yang akan
bepergian jauh melaksanakan jihad melangsungkan pernikahan beda
tanpa mampu kembali ke keluarga agama, mereka harus mengikuti salah
mereka. Di sisi lain, wanita muslimah satu dari agama yang diakui atau
tidak diperkenankan kawin dengan pria melakukan dua kali pernikahan
non muslim, baik Ahl al-Kitab lebih- disesuaikan dengan agama yang
lebih kaum musyrikin, disebabkan mereka anut.
mereka tidak mengakui kenabian Praktik pernikahan beda agama
Muhammad SAW. Lelaki Muslim di Indonesia sangat jauh dari tujuan
mengakui kenabian Isa AS, serta pernikahan dan praktik yang dilakukan
menggarisbawahi prinsip toleransi
oleh Nabi SAW dan pra sahabat. Pada
beragama, lakum dinukumwaliyadin.
Lelaki yang biasanya, bahkan yang umumnya mereka yanag melakukan
seharusnya menjadi pemimpin rumah pernikahan beda agama di Indonesia
tangga dapat memengaruhi istrinya. adalah orang-orang yang tidak
Jika demikian, bila suami tidak memiliki pemahaman keagamaan yang
mengakui-bolehnya pihak lain mumpuni, sehingga mereka bersikap
termasuk istri-melaksanakan ajaran cuek dengan agamanya dan dengan
agama yang dianutnya, dikhawatirkan
agama istri dan anak-anaknya.
akan terjadi pemaksaan beragama, baik
terang-terangan maupun terselubung. Pernikahan yang mereka lakukanpun
Itupula sebabnya-kini sementara bukan dalam rangka dakwah Islamiyah
ulama-melarang perkawinan walaupun dan kepentingan social, melainkan
antara laki-laki muslim dengan hanya disorong oleh ketertarikan dan
perempuan Ahl al-Kitab karena cinta yang sifatnya semu. Sehingga
pengaruh perempuan (istri) sudah tidak wajar apabila Majlis Ulama Indonesia
jarang mengalahkan pengaruh suami,
mengeluarkan fatwa tentang
dan karena unsur dakwah Islamiyah
dalam perkawinan tersebut telah keharaman menikah beda agama
memudar, bahkan sebaliknya yang walaupun dengan Ahl al-Kitab.
terjadi.
Undang-undang yang berlaku di REFERENSI
Indonesia, baik itu undang-undang Abu Bakar, Alyasa, Perkawinan
perkawinan yang termaktub dalam UU Muslim dengan Non-Muslim:
No 1 tahun 1974 maupun Kompilasi Dalam Peraturan Perundang-
Hukum Islam, tidak mentolelir adanya undangan, Jurisprudensi dan
pernikahan beda agama. Ini sesuai Praktik Masyarakat. Aceh: Dinas
dengan cita hukum bangsa Indonesia: Syari‘at Islam2008
Pancasila dan salah satu kaedah Abu Zahrah, Muhammad, al-Ahwal al-
fundamental Negara yaitu Ketuhanan Syakhsiyyah, Kairo: Dar al-Fikr al-
Yang maha Esa. Pasal 2 ayat (1) Arabi, 1957
Undang-undang Perkawinan dengan
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 288

Adji, Sution Usman, Kawin Lari dan Mardani, Hukum Keluarga Islam di
Kawin Antaragama, Yogyakarta: Indonesia, Jakarta: Prenamedia
Liberty, 1989 Group, 2016
Afief ,Saifuddin, Notaris Syari’ah Melida, Djaya S., Masalah
dalam Praktik Hukum Keluarga Perkawinan Antaragama dan
Islam, Jakarta: Darunnajah Kepercayaan di Indonesia dalam
Publishing, 2011 Perspektif Hukum, Jakarta:
al-Barudi, ImadZaki, Tafsir al-Quran VranaWidya Darma, 1988
al-Azhim li al-Nisa’ Terj. Kairo: Misrawi, Zuhairi, al-Quran Kitab
Maktabah al-Taufiqiyah, t.th. Toleransi: Inklusivisme,
Asmin, Status Perkawinan Antar Pluralisme, dan Multikulturalisme,
Agama, Jakarta : PT Dian Jakarta: Penerbit Fitrah, 2007
Rakyat,1986 Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh
Baidan, Nashruddin, Tafsir Maudhu’i: Lima Mazhab: Ja`far, Hanafi,
Solusi Qurani atas Masalah Sosial Maliki, Syafi`’i, Hambali, Terj.
Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka oleh MasykurA.b, Afis
Pelajar, 2001 Muhammad, dan Idrus al-Kaff,
Calvina dan ElviAndriani Yusuf, Jakarta: LinteraBasritama,
Konflik Pemilihan Agama Pada 2002,Cet. ke- 8
Remaja dari perkawinan Beda Mulia, Siti Musdah, Muslimah Reformis:
Agama, dalam Predicara Jurnal Perempuan Pembaru Keagamaan,
Fakultas Psikologi Universitas Bandung: Mizan, 2005
Negeri Sumatera Utara, Volume 2 Mulyono, Mohd. Idris, Hukum
Nomor 1 edisi Desember 2012. Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi
(Hamka),Haji Abdul Malik Abdul Aksara,1996
Karim Amrullah,Tafsir al-Azhar, Mustaqimah, Nurul, Fenomena
Singapura: Pustaka Nasional Pte Komunikasi dalam Pernikahan
Ltd, 2005 Beda Agamadi kota Pekan Baru,
http//hiburan.metrotvnews.com/red/201 dalam JOM FISIP, Vol. 2 No. 2
4/09/06/selebriti-tanah air-nikah Oktober 2015
beda agama. Diakses tanggal 28 Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal
Februari 2017. Tarigan,Hukum Perdata Islam di
al-Husaini, Imam Taqiyuddin Abi Indonesia: Studi Kritis
Bakar bin Muhammad, Kifayah al- Perkembangan Hukum Islam dari
Ahyar Bandung: Syirkah al- Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI,
Ma`arif li al-Thaba` wa al-Nasyr, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. ke-2
t.th. Nuryamin, Penelitian tentang
al-Jaziri, Abdurrahman, Kitab al-Fiqh Implementasi UU Perkawinan (tidak
dipublikasikan), PSW, IAIN Jakarta,
`ala al-Mazahib al-Arba`ah,
1990
Mesir: al-Maktabah al-Tijariyah Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun
al-Kubra, 1969 1975 PelksanaanUndang-undang
Keuskupan Padang, Nikah Beda No. 1 Tahun 1975 tenatang
Agama, Padang: Majalah GEMA, Perkawinan
2015, Majalah Keuskupan Padang, Rahmat, Jalaluddin, M. Quraish Shihab
edisi Agutus 2015 dkk, Rekonstruksi dan Renungan
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 289

Relegius Islam, Jakarta: Kalijaga Yogyakarta, Volume 8,


Paramadina, 1996 Nomor 1, Juni 2010
Ramulyo, Mohd. Idris, Hukum Subadio, Maria Ulfa, Perjuangan untuk
Perkawinan Islam: Suatu Analisis Mencapai UU Perkawinan,
Unadang Undang No. 1/1974 dan Jakarta: Idaya. 1981
Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Supramono, Gatot, Segi-segi Hukum
Bumi Aksara, 1996 Hubungan Luar Nikah, Jakarta:
Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir al- Djambatan, 1998
Quran al-Hakim al-Syahir bi Syaltut,Mahmud, Min Taujihat al-
Tafsir al-Manar, t.tp: Dar al-Fikr, Islam, Kairo: Al-Idarah al-Ammah
t.th li Al-Azhar, 1959
Rusli dan Tama R., Perkawinan Antar al-Sya`rawi, Syekh Muhammad
Agama dan Masalahnya, Bandung Muthawali, Tafsir al-Sya’rawi,
:Pionir Jaya, 1986 Kairo: Akhbar al-Yaum, 1991
al-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir al-T{habari, Muh}ammad Bin Jari>r >,
Ayat al-Ahkam, Kairo: Dar al- Tafsi>r al-T{abari> al-
Shabuni, 2008. Musamma>Ja>mi‘ al-Baya>n
Shaleh, Qomarudin K.H, H.A.A fi>Ta’wi>l al-Qur’a>n, Beiru>t:
Dahlan, dkk,Asbabun Nuzul: Latar Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999,
Belakang Historis Turunnya Ayat- Undang-undang Republik Indonesia
Ayat al-Quran, Bandung: Penerbit No. 1 tahun 1974 tentang
Diponegoro,2007 Perkawinan Ali, Muhammad
Shidiq, Sapiudin, Fikih Kontemporer, Daud, Hukum Islam dan Peradilan
Jakarta: Prenadamedia Group, Agama, Jakarta: Raja Grafindo
2016 Persada, 2002, Cet. ke-2
Shihab, M. Quraish, Perempuan, Usman, Suparman, Perkawinan Antar
Jakarta: Lintera Hati, 2006, Cet. Agama dan Problematika Hukum
ke-3 Perkawinan di Indonesia, Serang:
---------------,Tafsir al-Misbah: Pesan, Penerbit Saudara, 1995
Kesan dan keserasian al-Quran, Yusuf, Muhammad, Pendekatan al-
Jakarta: Lintera Hati, 2012, Cet. Mashlahah al-Mursalah dalam
ke-5 Fatwa MUI tetang Pernikahan
---------------,Wawasan al-Quran: Beda Agama, Ahkam: Vol. XIII,
Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai No. 1, Januari 2013
Persoalan Umat, Bandung: Mizan, al-Zamakhshari, Muh}ammadibn
1996, Cet. ke-3 ‘Umar >, al-Kashsha>f ‘an
Sirajuddin M, Ligislasi Hukum Islam H}aqa>’iqGhawa>mid al-Tanzi>l
,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l
Sosroarmodjo, Arso dan fi>Wuju>h al-Ta’wi>l, Beiru>t:
A.WasitAulawi, Hukum Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995
Perkawinan di Indonesia, Jakarta: al-Zuhaili, Wahbah, Tafsir al-Munir,
Bulan Bintang, 1975 Terj. Jakarta: Gema Insani, 2013
Sri Wahyuni, Kontroversi Perkawinan -------------, al-Fiqh al-Islami
Beda Agama di Indonesia, Jurnal waAdilatuhu, Damsyiq: Dar al-
Hukum Islam (JHI) Fakultas Fikr, 1989
Syari`ah dan Hukum UIN Sunan
Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.2/Desember 2019 290

Zuhdi, Masjfuk, MasailFiqhiyah, Jakarta: Gunung Agung, 1996

Anda mungkin juga menyukai