Anda di halaman 1dari 22

PEMETAAN POTENSI DESA PILOLIYANGA KECAMATAN TILAMUTA

KABUPATEN BOALEMO

PROPOSAL
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Proposal)

Oleh

Malik Abdul Azis


521 414 034

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTTRO

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum negara Indonesia dalam pembangunannya tidak lepas dari
peraturan dan perundangan di Indonesia yaitu antara lain adalah sebagaimana
diamanatkan amanat UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3, 4 dan 5, pengelolaan sumber
daya alam memerlukan peta dan informasi geospasial untuk menunjukkan lokasi
dan sebaran potensinya, karena Indonesia merupakan wilayah yang memiliki
potensi sumber daya alam yang melimpah yang terbagi di beberapa wilayah seperti
Sulawesi, papua, dan Kalimantan, serta potensi sumber daya manusia dengan
pembagunan sarana dan prasarananya. Dengan adanya potensi tersebut mampu
menunjukan perkembangan suatu daerah yang sangat pesat.
Perkembangan suatu daerah tentunya tidak terlepas dari keterlibatan
pemerintah baik itu pemerintah desa, kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat sangat diharapkan merumuskan suatu kebijakan yang mampu
meningkatkan pembangunan di daerah yang tertinggal seperti desa.
Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
eksistensinya dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
( UU No.14 Tahun 2014 ). Desa merupakan area dengan keterbatasan sarana dan
infrastruktur pembangunan, perekonomian desa yang bertumpu pada sektor
pertanian membuat perkembangan sarana dan infrastruktur menjadi terhambat.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak Pemerintah Desa di sebagian
besar wilayah Indonesia adalah ketidakmampuan menampilkan potensi wilayah
yang ada, sehingga kemajuan wilayah menjadi terhambat. Banyak wilayah-wilayah
secara potensi sumber daya alam, sumber daya manusia relatif tinggi akan tetapi
belum bisa mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada. Salah satu langkah
yang dapat ditempuh adalah dengan menyusun peta potensi wilayah, sehingga
diharapkan kedepannya mampu memberikan peluang bagi pemerintah desa untuk
meningkatkan potensi yang ada di desa terssebut.
Pembangunan di desa dapat diawali dengan investarisasi potensi desa yang
disajikan pada peta desa berupa Peta Citra Batas Desa, Peta Sarana dan Prasarana,
Peta Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan (PerkaBig, No 3/2016). Pembuatan
Peta potensi desa ini sangat penting, selain dapat mengetahui tentang sarana dan
prasarana yang ada di desa terebut, juga dapat mengetahui tentang batas desa serta
penggunaan lahan.
Provinsi Gorontalo mempunyai daerah yang masuk kategori tertinggal sesuai
Peraturan presiden Nomor 131 tahun 2015 tentang penetapan daerah tertinggal
memasukan Kabupaten Boalemo sebagai daerah tertinggal. Penetapan ini
memasukan beberapa kriteria yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, kemapuan keuangan daerah, aksesibilitas,
karakteristik daerah. Sarana prasarana sebagai pertimbangan dalam penentuan
daerah tertinggal tentunya melihat banyaknya sarana yang belum tersedia pada
suatu wilayah. Sarana ini menjadi sangat penting karena mempengaruhi kegiatan
perekonomian secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan fakta-fakta diatas maka peneliti tertarik untuk membuat Peta
Potensi Desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Gorontalo.
1.2Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pembuatan
Peta Potensi Desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
membuat Peta Potensi Desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten
Boalemo.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya pemetaan desa dalam
perencanaan pembangunan desa.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan peta potensi desa .
3. Dapat memberikan informasi yang akurat bagi masyarakat desa, pemerintah
serta lembaga-lembaga lainnya mengenai unsur dan informasi batas wilayah,
infastruktur, transportasi, toponim, perairan, sarana prasarana, penutup lahan
dan penggunaan lahan yang disajikan dalam peta citra, peta sarana dan
prasarana, serta peta pentup lahan dan penggunaan lahan
4. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti mengenai penggunaan
software ArcGis dalam pembuatan dan penyajian peta potensi desa.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Desa/Kelurahan


Menurut Kartohadikusumo (1953), desa adalah satu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan
pemerintahan sendiri (dalam Bintaro, 1983). Sementara itu, Koentjaraningrat dalam
Indrizal (2013) memberikan pengertian tentang desa melalui pemilihan pengertian
komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas besar (seperti: kota, Negara bagian,
Negara) dan komunitas kecil (seperti: Band, desa,rukun tetangga dan sebagainya).
Koentjoroningrat mendefinisikan desa sebagai komunitas kecil yang menetap tetap di
suatu tempat. Bintarto (1983) memandang desa sebagai suatu hasil perpaduan antara
kegiatan masyarakat dengan lingkungannya. Hasil perpaduan perpaduan itu ialah
suatu wujud atau kenampakandi muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berintegrasi antar unsur
tersebut dan juga dalam hubungan dengan daerah-daerah lain.
Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014, desa diartikan sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat diakui dalam system
pemerintahan negara kesatuan republic indonesia. Sementara itu, menurut Clifford
Geertz, desa merupakan sebutan lawan dari negara (nagara, nagari, negeri) yang
artinya daerah pedalaman, daerah atau daerah yang diperintah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, definisi desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan kampung dusun. Definisi desa ditinjau dari pengertian sosiologis
digambarkan sebagai bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang
bertempat tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal dan corak
kehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantung kepada alam.
2.2 Potensi Desa
Potensi dalam hal ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Jadi Potensi desa adalah daya,
kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang
mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Potensi desa dapat dibedakan menjadi dua, diantaranya
adalah potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik dapat berupa tanah, air, iklim,
lingkungan geografis, dan sumber daya manusia. Sementara untuk potensi non fisik
dapat berupa masyarakat dengan corak interaksinya, lembaga-lembaga social,
lembaga pendidikan, dan organisasi social desa, serta operator dan pamong desa.
(Parmono, 2018)
Secara lebih rinci potensi desa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi Fisik, Potensi fisik adalah potensi yang berkaitan dengan sumber daya
alam yang ada di desa berupa :
1) kuarsa,batu marmer, dan Lahan, lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh
tanaman, tetapi juga sebagai sumber bahan tambang dan mineral. Lahan memiliki
jenis tanah yang menjadi media bagi tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya, jenis
tanah alluvial cocok bagi tanaman padi, jagung, dan kacang, jenis tanah berkapur
cocok bagi tanaman jati dan tebu. Pada lahan juga dimungkinkan terjadi eksploitasi
bahan tambang seperti batu bara, batu kapur, pasir sebagainya.
2) Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di
dalamnya. misalnya kesuburan tanah, bahan tambang, dan mineral.
3) Air, pada umumnya desa memiliki potensi air yang bersih dan melimpah. Dari
dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan, pemompaan, atau mata air.
berfungsi sebagai pendukung kehidupan manusia. Air sangat dibutuhkan oleh
setiap mahkluk hidup untuk bertahan hidup dan juga aktivitas sehari-hari.
4) Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang sangat
mempengaruhi setiap daerah. Pada ketinggian tertentu, suatu desa menjadi maju
karena kecocokan iklimnya bagi pengembangan tanaman dan pemanfaatan
tertentu. Seperti perkebunan buah, tempat rekreasi, dan tempat peristirahatan
sehingga corak iklim sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat desa.
5) Lingkungan geografis, seperti letak desa secara geografis, luas wilayah, jenis
tanah, tingkat kesuburan, sumber daya alam, dan penggunaan lahan sangat
mempengaruhi pengembangan suatu desa.
6) Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat
pedesaan. Pada desa agraris ternak juga dapat menjadi investasi dan sumber pupuk.
7) Manusia merupakan sumber tenaga dalam proses pengolahan lahan petani,
sehingga manusia sebagai potensi yang sangat berharga bagi suatu wilayah untuk
mengelolah sumber daya alam yang ada. Tingkat pendidikan, ketrampilan dan
semangat hidup masyarakat menjadi faktor yang sangat menentukan dalam
pembangunan desa.
2. Potensi Nonfisik, Potensi non fisik adalah segala potensi yang berkaitan dengan
masyarakat desa dan tata perilakunya. Potensi non fisik lainnya adalah lembaga
desa, aparatur desa, adat istiadat dan budaya. Suatu masyarakat desa yang hidup
dalam waktu yang lama akan membentuk tata kehidupan tersendiri. Tata
kehidupan akan dipengaruhi oleh kondisi alam wilayah desa itu sendiri. Adapun
potensi desa non fisik tersebut antara lain:
1) Masyarakat desa cirinya memiliki semangat kegotongroyongan yang tinggi dalam
ikatan kekeluargaan yang erat (gemeinschaft) merupakan landasan yang kokoh
bagi kelangsungan program pembangunan dan merupakan kekuatan dalam
membangun pedesaan.
2) Lembaga dan Organisasi Sosial lembaga atau organisasi social merupakan suatu
badan perkumpulan yang membantu masyarakat desa dalam kehidupan sehari-
hari.
3) Aparatur dan pamong desa merupakan sarana pendukung kelancaran dan
ketertiban pemerintahan desa. Peranannya sangat penting bagi perubahan dan
tingkat perkembangan desa. Contohnya : kepala desa, kepala dusun, kepala adat,
dan lainlain. (Soleh, 2017).

2.3 Penyajian Peta Desa


Peta menyajikan berbagai tipe informasi dari unsur muka bumi maupaun yang
adakaitnya dengan muka bumi, sehingga peta merupakan sumber informasi yang baik
karena peta dapat langsung secara visual memberikan informasi mengenai pola
persebaran kerukunan dari unsur-unsur yang digambarkan. Peta yang baik adalah
pengguna mudah mengindentifikasi dan membaca arti simbol, mudah mengetahui apa
yang digambarkan pada peta dan mudah mencari jawaban apabila terjadi pola yang
berbeda daerah tertentu dengan pola bagian lainnya pada peta yang sama. Peta
tematik akan menyajikan unsur-unsur alam dan unsur tema khusus yang pemilihan
skalanya mempertimbangkan penyajian seluruh wilayah desa disajikan dalam satu
muka peta, untuk peta desa tematik bersifat dasar (Perka BIG No.3/2016).
Peta desa merupakan peta tematik bersifat dasar yang berisi unsur dan informasi
batas wilayah, infrastruktur transportasi, toponim, perairan, sarana prasarana, penutup
lahan dan penggunaan lahan yang disajikan dalam peta citra, peta sarana dan
prasarana, serta peta penutup lahan dan penggunaan lahan. Peta yang menampilkan
sebagian unsur rupa bumi Indonesia dalam bentuk peta garis dengan mengutamakan
unsur penutup lahan dan penggunaan lahan, ketiga peta inilah yang nantinya akan
menjadi peta desa dengan spesifikasi teknis dan penyajian peta desa. (Perka BIG
No.3/2016).
Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang harus dilakukan
dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan data,
dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta.
2.3.1 Pengertian Peta dan Pemetaan
Peta adalah bahasa universal, lugas, dan dapat digunakan orang di mana saja. Peta
menggambarkan informasi mengenai bentukan-bentukan atau objek di muka bumi
serta distribusi keruangan dari fenomena tersebut (Wirshing and Wirshing, 1995).
Dengan kata lain, dalam memahami informasi mengenai fenomena/ bentukan di muka
bumi diperlukan peta, begitupula halnya dalam memahami wilayah suatu desa
adat/desa pakraman. Dalam ilmu pemetaan ada istilah peta dasar, yaitu peta topogafi
adalah peta yang menyajikan gambaran permukaan bumi dengan seteliti mungkin,
sejauh sekalanya memungkinkan, dan menunjukkan elemen-elemen, baik alami
maupun kultural. Posisi elemen tersebut ditunjukkan dengan posisi yang
sesungguhnya, baik lokasinya, situasinya maupun elevasinya (Kers, 1977). Sementara
itu, jenis peta lainnya adalah peta tematik, yaitu peta yang menunjukkan/
menggambarkan suatu data yang mempunyai tema khusus, dan kaitannya dengan
suatu detail topografi tertentu (Muekre, 1978). Kalau diperlihatkan lebih jauh, maksud
suatu peta tematik adalah memberikan informasi tentang fenomena yang ada di muka
bumi dan bagaimana distribusi informasi keruangannya yang digambarkan pada suatu
bidang datar.
Peta desa dalam konteks pembangunan wilayah menjadi sangat penting untuk
disusun ole masing-masing desa. Peta des merupakan peta tematik bersifat dasar yang
berisi unsur-unsur dan informasi batas wilayah, jaringan/ infrastruktur transportasi,
toponimi, perairan, sarana prasarana, dan penggunaan lahan yang disajikan dalam
peta citra, peta sarana dan prasarana, serta peta penutup lahan dan penggunaan lahan
(Peraturan Kepala BIG Nomor 3 tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian
Peta Desa).
2.3.2 Proses Pemetaan
Proses pemetaan yaitu tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam perencangan
sebuah peta, ada 3 tahap proses pemetaan yang harus dilakukan yaitu:
1. Tahap pengumpulan data
Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data. Data
merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Keberadaan data
sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat melakukan analisis evaluasi
tentang suatu wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat berupa data primer atau
data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial, artinya
data tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada suatu wilayah tertentu.
Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu
menurut jenisnya seperti kelompok data kuantitatif.
Pengenalan sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan dan
pemilihan bentuk simbol, sehingga symbol tersebut akan mudah dibaca dan
dimengerti. Setelah data dikelompokan dalam tabel-tabel, sebelum diolah ditentukan
dulu jenis symbol yang akan digunakan. Untuk data kuantitatif dapat menggunakan
symbol batang, lingkaran, arsir bertingkat dan sebagainya, melakukan perhitungan-
perhitungan untuk bentuk yang sesuai.
2. Tahap penyajian data
Langkah pemetaan kedua berupa penyajian data. Tahap ini merupakan upaya
melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk symbol, supaya data tersebut
menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (Users). Penyajian data pada
sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat
tercapai.
3. Tahap penggunaan peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap pentig karena menentukan keberhasilan
pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat digunakan/dibaca
dengan mudah. Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi, sehingga pada
peta harus terjalin interaksi antar pembuatan peta (Map maker) dengan penggunaan
peta (Map users). Pembuatan peta harus dapat merancang peta sedemikian rupa
sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta.
(Permanasari, 2007 dalam Uli,dkk 2006)
2.4 Sistem Informasi Geografi (SIG)
Definisis SIG sangatlah beragam, karena memang defenisi SIG selalu berkembang,
bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa definisi SIG.
1 Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sitem berbasis komputer
yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali),manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Arronoff (1989).
2 Menurut Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung
pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-
deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan
di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi
yang diperlukan yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan
struktur organisasi. Gistut (1994)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu komponen yang terdiri dari
perangkat lunak, perangkat keras, data geografis dan sumberdaya manusia yang
bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki,
memperbarui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan
menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.
(Budiyanto, 2002).
2.5 Penginderaan Jauh
Terdapat berbagai macam definisi tentang Pengindraan Jauh diantaranya Menurut
Lillesand dan Kiefer (1979), Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalanmenganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek,
daerah, atau gejala yang dikaji. Menurut Colwell (1984), Penginderaaan Jauh yaitu
suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau
instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera. Menurut Curran (1985),
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam
gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan
informasi yang berguna. Menurut Lindgren (1985), Penginderaan Jauh yaitu berbagai
teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
Salah satu upaya untuk memperoleh informasi tentang potensi sarana dan
prasarana dea adalah penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi
geografis (SIG). Informasi mengenai obyek yang terdapat pada suatu lokasi di
permukaan bumi diambil dengan menggunakan sensor satelit, kemudian sesuai
dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan, informasi mengenai obyek tersebut
diolah, dianalisa, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk informasi spasial dan
peta tematik tata ruang dengan menggunakan SIG. (Fachrudin, 2010)
Gambar 2.1 Sistem Pengindraan Jauh
Sistem pengindraan jauh terdiri atas berbagai komponen yang terintegrasi dalam
satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut meliputi sumber tenaga, atmosfer,
obyek, sensor dengan wahana, pengolahan data interpretasi/analisis dan pengguna
(user).
2.6 PerKa BIG No.3 tahun 2016 Tentang Spesifikasi Penyajian Peta Desa
Spesifikasi penyajian peta desa disusun dengan maksud memberikan panduan dan
acuan kepada Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daeerah dalam tahapan penyajian
pembuatan Peta Desa. Ketersediaan informasi geospasial hingga tingkat desa
diperlukan untuk mendukung program pembangunan nasioanal. BIG (Badan
Informasi Geospasial). (2016) Peta Desa dapat digunakan oleh pemerintah pusat dan
daerah untuk merencanakan pembangunan nasional yang lebih menyeluruh dengan
tingkat kedetilan informasi tingakt desa. Pembuatan peta desa dilaksanakan dengan
menggunakan metode dan tata cara yang disusun dengan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta standar dan/atau spesifikasi
teknis yang berlaku secara nasional dan/ atau internasional.
Spesifikasi penyajian peta desa merupakan aturan atau ketentuan yang dipakai
sebagai tatanan untuk penyelenggaraan pembuatan peta desa yang telah diatur
Perka BIG No.3 tahun 2016.
1. Peta Desa merupakan peta tematik bersifat dasar yang berisi unsur dan
informasi batas wilayah, infastruktur transportasi, toponim, perairan, sarana
prasana, penetup lahan dan penggunaan lahan yang disajikan dalam peta citra,
peta sarana dan prasaranaa, serta peta penutup dan pengunaan lahan.
2. Peta citra yang menampilkan sebagian unsur rupabumi indonesia dalam bentuk
peta garis dengan menonjolkan unsur sarana dan prasarana termasuk bangunan.
3. Peta penutup lahan dan penggunaan lahan peta yang menampilkan sebagian
unsur rupabumi indonesia dalam bentuk peta garis dengan mengutamakan unsur
penup lahan dan penggunaan lahan.
4. Hasil kegiatan dalam pembuatan/Penyusun Peta Desa diintegrasikan dengan
jaringan informasi geospasial nasional.
Peninjauan Spesifikasi penyajina peta desa dilakukan secara berkala
berdasarkan perkembang teknologi dan metodologi pemetaan yang telah melalui
pengujian terlebih dahulu.
Dalam PerkaBIG No 3/2016. Kewajiban unsur yang ditampilkan dalam Peta
Citra, sarana prasarana dan penutup dan penggunaan lahan meliputi :
1. Toponim (nama unsur geografi) atau nama tempat meliputi nama daerah
Provinsi, nama daerah Kabupaten, nama Kecamatan, nama Desa, dan nama
jalan.
2. Batas Wilayah Adminitrasi meliputi batas Provinsi, batas Kabupaten Kota,
batas Kecamatan, batas Desa/kelurahan.
3. Jaringan/Infrastruktur Transportasi meliputi jalan Tol, jalan Lokal, Jalan
setapak, Jembatan, sungai.
4. Saran dan Prasarana meliputi Kantor Pemerintahan, Tranportasi, Pendidikan,
kesehatan.
5. Penutup dan Penggunaan Lahan meliputi Perkebunan, Sawah, Kebun Campur,
Semak belukar, Vegetasi, Lahan terbuka (tanah kosong).
2.7 Kajian Relevan
Adapaun Kajian relevan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Kajian Relevan
No Nama Judul penelitian Isi penelitian
peneliti
1 Monika Sistem Informasi penelitian yang dilakukan
Ginting dan Potensi adalah mempermudah
Sorang Kependudukan Desa perangkat desa untuk
Pakpahan Sukajulu Berbasis memberikan informasi
Web tentang potensi Desa kepada
semua masyarakat Desa dan
juga bagi masyarakat luas,
Mempermudah perangkat
Desa dalam mengolah data
potensi Desa dengan cepat
dan akurat, Masyarakat Desa
dapat mengakses informasi
mengenai perkembangan desa
tanpa harus datang langsung
secara fisik ke kantor Desa
karena dapat diakses melalui
sistem informasi Desa
berbasis website.
2 Pingkan Pengembangan Pelaksanaan
Aditiawati, potensi lokal di desa penelitianprogram
dkk. panawangan sebagai desa vokasi ini terdiri atas
model desa vokasi tiga langkah utama, yakni,
dalam pemberdayaan persiapan, pelaksanaan, dan
masyarakat dan evaluasi. Tahap persiapan
peningkatan berupa survei perangkat desa,
ketahanan pangan kondisi geografi, demografi,
nasional potensi lokal, dan biaya yang
dibutuhkan. Tahap
pelaksanaan meliputi
pemberian materi dan praktik
tentang bioteknologi terapan,
pemasaran, dan pengemasan,
aplikasi sistem resirkulasi
pada perikanan, dan
penerapan produksi sesuai
dengan standard operating
procedure (SOP) yang
ditetapkan.
3 Dewi Winarni Potensi desa melalui Permasalahan yang diteliti
Susyanti dan pariwisata pedesaan adalah mengenai hubungan
Nining antara faktor sosiologis,
Latianingih psikologis.Metode
pengumpulan data dilakukan
langsung pada obyek-obyek
penelitian yang ada
hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Sebagai sumber
informasi akan digali
informasi yang terpercaya
juga penelitian kepustakaan
guna mendapatkan landasan
teoritis berupa
pendapatpendapat pihak-
pihak lain yang berwenang,
kelompok-kelopmpok
masyarakat dan aparatur
pemerintah terkait.
4 Suprayitno Analisis Potensi Desa Penelitian ini dilakukan di
Dalam Menjalankan dua lokasi penelitian yaitu
Sistem Desa Lung Anai
Pemerintahan Kecamatan Loa Kulu dan
Desayang Baru Pasca Desa Bukit Pariaman
Ditetapkannya Uu Kecamatan Tenggarong
No. 6 Tahun 2014 Seberang
Tentang Desa (Studi ini yang bertujuan untuk
di Desa Lung Anai mengetahui beberapa hal,
Kecamatan Loa yaitu ; (1) Untuk mengetahui
Kuludan Desa Bukit potensi desa dari Desa Lung
Pariaman Anai dan Desa Bukit
Kecamatan Pariaman Kabupaten Kutai
Tenggarong Seberang, Kartanegara, (2) Untuk
Kabupaten Kutai mengetahui dan
Kartanegara) mendeskripsikan
pemanfaatan potensi
desa di Desa Lung Anai dan
Desa Bukit Pariaman dalam
sistem pemerintahan
desa lama (Undang-Undang
No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah).
Dan (3) Untuk mengetahui
dan mendeskripsikan estimasi
serta peluang
pendayagunaan potensi desa
di Desa Lung Anai dan Bukit
Pariaman pasca
diundangkannya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Waktu
penelitian dari tanggal 30
Januari sampai dengan
tanggal 30 Agustus 2015.
Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif yaitu
suatu metode penelitian
berlaku logika induktif
(inductive process).
Tabel 2. 1 Kajian relevan
Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan
adalah pada penelitian Monika Ginting dan Sorang Pakpahan melakukan penelitian
tentang Sistem Informasi Potensi Kependudukan Desa Sukajulu Berbasis Web, pada
penelitian Pingkan Aditiawati, dkk. Yang meneliti tentang Pengembangan potensi
lokal di desa panawangan sebagai model desa vokasi dalam pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan ketahanan pangan nasional, pada penelitian Dewi
Winarni Susyanti dan Nining Latianingih yang meneliti tentang Potensi desa melalui
pariwisata pedesaan, dan penelitian oleh supriyanto yang meneliti tentang Analisis
Potensi Desa Dalam Menjalankan Sistem Pemerintahan Desayang Baru Pasca
Ditetapkannya Uu No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Desa Lung Anai
Kecamatan Loa Kuludan Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang,
Kabupaten Kutai Kartanegara). Perbedaanya adalah peneliti saat ini melakukan
penelitian mengenai Pemetaan Potesnsi Desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta,
Kabupaten Boalemo dengan spesifikasi teknis penyajian peta desa sesuai Perka BIG
No.3 tahun 2016
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta
Kabupaten Boalemo, Desa tersebut termasuk dalam wilayah Provinsi Gorontalo yang
secara adminstratif penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari 2020 sampai
maret 2020.
Peta lokasi Penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 tentang Peta
Desa Piloliyanga.

Gambar 3. 1 Peta Desa Piloliyanga


3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.1 berikut.

Tabel 3. 1 Alat Penelitian


No Nama Alat Fungsi
1 Global Positioning System (GPS) Untuk memplot posisi/Titik
Koordinat Lokasi
2 Kamera Untuk Mengambil Dokumentasi
3 Aplikasi SIG Untuk Membuat Peta
4 Komputer Untuk Pengolahan data

5 Printer Untuk mencetak

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel
3.2 berikut.
Tabel 3. 2 Bahan Penelitian
No Nama Bahan Fungsi
1 Citra Resolusi Tinggi 2020 Untuk Menginterpretasi Citra
2 Peta RBI Untuk Acuan dalam Penentuan
Batas Desa
3 Dena Desa Pioliyanga Untuk acuan awal penentuan
batas desa
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pemetaan Desa Piloliyanga Berdasarkan
Peraturan Kepala BIG tahun 2016 di Kabupaten Boalemo dengan beberapa indikator
yang akan diteliti yaitu Peta citra Batas desa, Peta Sarana dan Prasarana Desa dan
Peta Penutup Lahan dan penggunaan lahan Desa antara lain:
 Peta Citra Batas Desa : Jalan, Sungai, dan Objek alam lainnya
 Peta Sarana dan Prasarana Desa : Pemukiman, Sarana Umum
 Peta Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan : Buatan Manusia dan Alamiah

3.4 Jenis dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data Sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini data
primer diperoleh dari survei lokasi penelitian Batas wilayah Adminstrasi. Sedangkan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait dan arsip
perorangan. Dalam penelitian ini yang terkait dengan data sekunder berupa deleniasi
batas Desa menggunakan Citra Resolusi Tinggi 2020 berdasarkan PerKa BIG 2016.
3.5 Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode suryey awal,
menurut (Sugiyono, 2002). Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah, penggunaan metode survey awal dapat memudahkan
peneliti dalam memperoleh data yang akan diolah untuk memecahkan masalah yang
menjadi tujuan akhir dari penelitian untuk hasil yang dibutuhkan interpretasi Citra
Satelit untuk memperoleh variabel peta batas desa, peta sarana prasarana dan peta
penggunaan Lahan, hasil yang diperoleh dari penelitian ini bertujuan untuk membuat
peta desa mengacu pada Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No 3 Tahun
2016.
3.6 Tahapan Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti menyediakan alat dan bahan yang akan digunkan untuk
menunjang berjalannya penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
a Meliputi Data Primer yang berupa data titik Koordinat Batas wilayah
Adminstrasi, penggunaan Lahan, Sarana dan Prasarana
b Data sekunder yang berupa Deleniasi batas Desa menggunakan Citra
Resolusi Tinggi Juli Tahun 2020dari Google Earth Engine dan Peta RBI
tahun 2016
Gambar 3. 2 Alur pengambil data citra satelite resolusi tinggi GGE
3. Cek lapangan
Pengecekan dilakukan dengan memplot titik Koordinat Batas wilayah
Adminstrasi dan mengambil dokumentasi.
4. Tahap Analsis Spasial pembuatan Peta Desa
Melakukan survey awal untuk mengetahui gambaran umum wilayah penelitian
dengan Interpretasi citra.
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis spasial secara visual menggunakan aplikasi SIG sehingga
menghasilkan Peta Citra, Peta Sarana dan Prasarana dan Peta Penggunaan Lahan.
Analsis secara visual merupakan tahapan yang sangat berguna untuk
menentukan dan memperjelas pola/ keterkaitan antara beberapa objek dan fenomena
yang terjadi di permukaan bumi. Dengan melakukan visualisasi yang tepat, maka pola
sebuah fenomena yang rumit dapat dideteksi dengan lebih mudah. Analisis ini dibagi
atas: Visualisasi Atribut Objek Titik (attribute data of point objects), visualisasi
distribusi objek titik (distributions of point objects), dan visualisasi pengelompokan
spasial (Spatian Tesselation).
3.8 Potensi Umum Desa Piloliyanga
A. Batas Wilayah
Adapun Batas Wilayah Desa Piloliyanga dapat di tampilkan pada Tabel 3.3
berikut.
Tabel 3. 3 Batas Wilayah
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Kawasan Hutan Sumalata
Sebelah Selatan Limbato Tilamuta
Sebelah Timur Lahumbo Tilamuta
Sebelah Barat Ayuhulalo Tilamuta
B. Luas Wilayah Menurut Penggunaan
Adapun Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Piloliyanga dapat ditampilkan
pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Piloliyanga
Luas Pemukiman 1.673,55 ha/m2
Luas Perkebunan 233,75 ha/m2
Luas Pekarangan 1.596,75 ha/m2
Perkantoran 11,87 ham2
Luas Prasarana Umum Lainnya 8,5 ha/m2
Tegal/Ladang 127,80 ha/m2

Anda mungkin juga menyukai