DI SUSUN OLEH
Penyusun
* = Prediksi
Sumber : IMF, 2019 (diolah)
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam Visi Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia tahun 2016-2045 (Tabel 1.2.) menetapkan salah satu visi yaitu Indonesia
menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia, yaitu peringkat ke-4 pada tahun
2045. Untuk mencapai visi tersebut, pemerintah harus menerapkan berbagai kebijakan yang
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang cukup tinggi. Penerapan strategi
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan mampu untuk mengatasi berbagai
permasalahan fundamental perekonomian sehingga mampu mencapai tujuan pembangunan
dalam jangka panjang.
3.1 Tujuan
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan jumlah produksi barang dan jasa
secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Ada beberapa teori yang mengkaji
tentang pertumbuhan ekonomi, salah satunya yaitu teori Solow-Swan. Teori ini menyebutkan
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan jumlah
tenaga kerja, akumulasi modal, dan kemajuan teknologi. Bentuk dari teori Solow-Swan yaitu
Y=F(K, AL) dengan Y merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, K merupakan
akumulasi modal, merupakan kemajuan teknologi, dan L merupakan jumlah tenaga kerja.
Penelitian ini akan mengkaji bentuk model, kondisi mapan, kestabilan dari teori Solow-Swan
dan menerapkan teori tersebut dalam pertumbuhan ekonomi. Model ini dicari dengan
menggunakan persamaan differensial biasa dan didapat modelnya yaitu k=sf(k)-
(n+g+δ)k. Solusi dari model menunjukkan bahwa kondisi mapan terjadi jika k=sf(k)-
(n+g+δ)k dan model dikatakan stabil ketika k = sf’’(k)-(n+g+δ)k <0. Selanjutnya dilakukan
kajian untuk melihat perilaku dari model dengan menggunakan simulasi nilai parameter.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi produksi per jumlah tenaga kerja adalah
y=y0,5. Kemudian pada kondisi mapan akumulasi modal sebesar unit satuan modal, sementara
pada golden rule, akumulasi modal mencapai unit satuan modal.
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Harod Domar, dimana dalam
teoriSolow terdapat kemungkinan perubahan pada suku bunga dan tingkat upah. Sedangkan
dalam teori Harrod Domar, tingkat bunga dianggap kaku dan tingkat upah dalam jangka
panjang dianggap konstan. Model pertumbuhan yang dikemukakan oleh Solow ini
menggambarkan suatu perekonomian suatu Negara dimana pertumbuhan outputnya
merupakan hasil dari dua jenis input, yaiu modal dan tenaga kerja.Solow berasumsi bahwa
terdapat hubungan yang konstan antara modal dan tenaga kerja sehingga didapat fungsi
produksi sebagai berikut:Y = f ( K, L )Dimana Y adalah output, K adalah modal atau kapital,
L adalah tenaga kerja atau labor. Dengan memasukkan teknologi dalam fungsi produksi
maka:Y = f [(K,L) E]Dimana E merupakan variabel baru yang disebut efisiensi tenaga kerja
dan kapital akibat adanya teknologi yang digunakan selama proses produksi. Dalam efisiensi
tenaga kerja, teknologi disini dapat berupa pengetahuan masyarakat mengenai berbagai
metode yang dapat digunakan dalam proses produksi. Efisisensi tenaga kerja akan
tercapaiapabila terdapat peraikan-perbaikan dalam bidan pendidikan, kesehatan, dan
keterampilan bagi setiap masyarakat. Hal ini yang kemudian juga dapat berdampak pada
tingkat produktivitas yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Dalam efisiensi kapital, teknologi
berupa mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan selama proses produksi.Kemajuan
teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang. Karena tingkat kemajuan teknologi (total factor productivity) ditentukan
dengan variabel eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut model pertumbuhan
eksogen (exogeneous growth model). Usaha untuk memperbaiki kekurangan model Solow,
dinyatakan dengan memecahkan total factor productivity dengan memasukkan variabel lain,
dimana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model pertumbuhan yang
demikian disebut model pertumbuhan endogen (endogeneous growth model).
Jangka Panjang
Dari hasil jangka panjang untuk model Solow diperoleh hasil bahwa investasi dan
tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki koefisien positif dalam
mempengaruhipertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi memiliki 2 fungsi yaitu untuk
memperbesar kapasitas produksi dan meningkatkan pendapatan. Dalam fungsinya dalam
memperbesar kapasitas produksi, investasi berperan sebagai modal yang digunakan dalam
proses produksi.Kenaikan investasi tentu saja dapat mempengaruhi perekononiam melalui
penggunaan modal tersebut baik untuk pembelian bahan baku, peralatan, teknologi, bahkan
untuk upah buruh. Meningkatnya kapasitas produksi pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan meningkatkan PDB negara. Hasil ini juga sesuai dengan beberapa penenlitian
yang telah dilakukan oleh penenliti lain. Penelitian yang dilakukan oleh Sutawijaya (2010)
dengan judul Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tahun 1980-2006 juga memberikan hasil yang serupa dengan hasil dalam penenlitian ini
bahwa investasi memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Menurutnya untuk negara berkembang sperti Indonesia, faktor yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi selain faktor konsumsi adalah faktor
investasi.Berdasarkan Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, pertumbuhan ekonomi
Indoensia tidak hanya didorong oleh sektor konsumsi tetapi juga sektor investasi.
Peningkatan investasi ini akan mendorong peningkatan kredit, pertumbuhan pengasilan, dan
pada akhirnya akan meningkatkan lingkungan investasi yang kondusif sehingga pertumbuhan
ekonomi akan meningkat.Variabel tenaga kerja juga memiliki hasil yang signifikan dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil ini sesuai dengan teori Solow sendiri
dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari peran tenaga kerja sebagai
pelaku dalam proses kegiatan produksi
. Ketika terjadi peningkatan pada jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka
produksi yang dihasilkan akan meningkat juga karena dengan bertambahnya tenaga kerja
akan mampu menghasilkan atau memproduksi lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan pada
kapasitas produksi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Sebab
pertumbuhan ekonomi negara juga dilihat dari pertumbuhan kapasitas produksi yang
dihasilkan.Hasil yang sama juga dapat dilihat dari penenlitian yang telah dilakukan oleh
Supartoyo (2013) dengan judul The Economi Growth and The Regional Characteristics: The
Case of Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan angkatan
kerja berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2006-
2010. Menurutnya dengan banyakanya output yang akan dihasilan dengan meningkatnya
angkatan kerja akan mampu mendorong penawaran agregat sehingga akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.Variabel teknologi dalam jangka panjang tidak signifikan dan
memiliki koefisien negatif. Dengan semakin tinggi teknologi dalam proses produksi maka
penggunaan tenaga kerja akan menurun. Hal ini lah yang kemudian dapat memicu
peningkatan pada pengangguran. Tingginya angka pengangguran akan menurunkan
pendapatan nasional dan pendapatan perkapita, sehingga pada akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. dimana peningkatakan pada pengangguran akan
menurunkan daya beli masyarakat sehingga permintaan terhadap barang-barang produksi
akan berkurang. Keadaan ini yang kemudian tidak akan menarik investor untuk menanamkan
investasinya di negara tersebut. Dengan demikian tingkat investasi suatu negara akan
menurun sehingga perekonomian suatu negara akan memiliki laju pertumbuhan yang
rendah.Selain itu, tingginya tingkat pengangguran dapat menurunkan pendapatan negara dari
sektor pajak. Hal ini dikarenakan dengan tingginya pengangguran maka akan menurunkan
perekonomian suatu negara sehingga terjadi penurunan pendapatan masyarakat. Sehingga
pajak yang diterima oleh pemerintah dari masyarakat akan menurun. Jika hal ini terus terjadi
maka selanjutnya adalah terhambatnya kegiatan pembangunan negara karena terbatasnya
dana yang dapat digunakan akibat penurunan pajak.
Jangka Pendek
Investasi dalam jangka pendek memiliki pengaruh yang sama dengan jangka panjang
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu berpengaruh signifikan dan memiliki
koefisien positif. Sedangka tenaga dalam jangka pendek tidak signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Hasil yang tidak signifikan dalam jangka pendek dapat disebabkan
karena sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di Indonesia merupakan tenaga kerja kasar
atau tenaga kerja berpendidikan rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika, angka
tenaga kerja yang bekerja di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan angka
penurunan terus menurun. Namun jumlah pengangguran di Indonesia masih didominasi
dengan mereka yang berpendidikan tinggi.Variabel teknologi dalam jangka pendek tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memiliki koefisien
positif. Kemajuan teknologi yang ada dapat meningkatkan produktivitas baik dari sisi kapital
maupun tenaga kerjanya. Dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja, diperlukan
berbagai perbaikan dalam bidang kesehatan, pendidikan, bahkan diperlukan pula latihan dan
kursus untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan untuk meningkatkan
produktivitas kapital, peran pemerintah dalam memberikan subsidi dalam penemuan berbagai
penelitian juga diperlukan, selain itu penurunan pajak agar menarik para investor untuk
membeli mesin baru dengan teknologi baru. Solow berpendapat bahwa teknologi
mempengaruhi kapital yang dalam hal ini adalah mesin baru dengan teknologi baru tanpa
adanya perubahan pada tenaga kerja. Untuk setiap mesin yang digunakan serta tenaga kerja
yang diperkerjakan dalam suatu proses produksi dapat menghasilkan output yang lebih
banyak.
Defisit anggaran, adalah suatu anggaran pemerintah yang dapat dilihat dari besarnya
pemasukan dan pengeluaran pemerintah tersebut. Kebijakan yang dapat dilakukan
pemerintah adalah melalui kebijakan fiskal. Defisit anggaran sendiri mempunyai 2 kebijakan,
kebijakan tersebut adalah kebiajakan struktural dan siklikal. Anggaran yang bersifat
struktural, yang artinya anggaran sendiri dapat dilihat dari kebijakan yang aktif atau disebut
diksioner yang dipengaruhi pada penetapan tingkat pajak, jaminan sosial, dan belanja
pemerintah. Akan tetapi, sebagian besar dari anggaran bersifat siklikal atau pasif yang
dimana ditentukan oleh keadaan siklus ekonomi, kemudian untuk menghitung dampak
daripada siklus ekonomi terhadap anggaran atau mengukur perubahan dalam penerimaan,
pengeluaran, dan defisit atau surflus yang timbul oleh karena perekonomian yang tidak
beroperasi sepenuhnya pada outputpotensialnya. Anggaran yang bersifat siklikal tersebut,
merupakanselisih antara anggaran aktual dan anggaran struktual.
Secara akuntansi anggaran pemerintah terlihat bahwa penerimaan sebanding dengan
pengeluaran, sehingga anggaran tersebut akan selalu terlihat dalam kondisi yang seimbang.
Anggaran belanja pemerintah tidak akan selalu dalam keadaan yang seimbang, namun ada
waktunya terjadi surplus dan ada waktunya terjadi defisit ketika terjadinya defisit atau surplus
anggaran ditandai dengan item penyeimbang baik dalam penerimaanmaupun pengeluaran,
sehingga dapat terlihat terjadinya ketidakseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan.
Adapun beberapa teori yang menjelaskan Defisit Anggaran sebagai berikut:
1.Pada teori keynesian sendiri beranggapan bahwa defisit anggaran di pengaruhi oleh
banyaknya pengangguran dan susahnya membayar hutang ekonomi. Defisit
anggaran dapat dikatakan baik apabila anggaran memiliki pengaruh terhadap
perekonomian di suatu negara
.2.Peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki pengaruh
tingkatan terhadap sejumlah anggaran, dimana tujuannya untuk mengelola anggaran
yang sudah tidak memiliki fungsi lagi dan demikian dapat membesarkan output itu
sendiri.
.3.Teori Ekuivalensi Ricardian merupakan teori yang menyatakan bahwa defisit
anggaran bersifat netral terhadap majunya pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi. Apabila pajak diturunkan diikuti dengan bertambahnya Defisit Anggaran,
tidak mempengaruhi konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap tabungan mereka
untuk mengahadapi pajak yang lebih tinggi di waktu yang akan datang. Pernyataan
tersebut dikarenakan, meningkatnya hutang pemerintah diakibatkan bertambahnya
defisit anggaran yang memiliki nilai yang sama dengan nilai hutang.
Defisit anggaran yang didanai melalui utang pemerintah dan dampaknya terhadap
perekonomian masih bersifat kontroversi baik dari studi literatur maupun empiris. Menurut
Bernheim (1989), perspektif teori mengenai defisit anggaran secara umum dapat ditinjau dari
tiga teori, yaitu teori Ricardian Equivalence, teori Neoklasik, dan teori Keynesian.
1) Teori Ricardian Equivalence: Teori Ricardian Equivalence mengusulkan bahwa
adanya substitusi dari defisit anggaran untuk pajak pada masa sekarang mempunyai
efek yang sama pada permintaan agregat. Dalam kata lain perubahan dalam pajak
dan pembiayaan defisit anggaran mempunyai dampak yang sama bagi variabel
ekonomi makro (terutama konsumsi swasta). Maka dari itu keduanya disebut
‘equivalence’ (Barro, 1989). Preposisi ini berdasarkan pada asumsi intergenerational
altruism, perfect capital markets, lump-sum taxation, dan kondisi dimana utang tidak
tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi.
2)Teori Neoklasik: Teori Neo Klasik berpendapat bahwa setiap individu mempunyai
informasi yang cukup sehingga mereka dapat merencanakan tingkat konsumsi
sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi
dalam jangka panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya.
Jika perekonomian dalam kondisi full-employment, maka peningkatan konsumsi
akan menurunkan tingkat tabungan dan meningkatkan suku bunga. Peningkatan
suku bunga akanberdampak pada permintaan investasi swasta yang menurun.
Berdasarkan hal tersebut kaum Neoklasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi
kesempatan kerja penuh, defisit anggaran yang permanen akan menyebabkan
investasi swasta tergusur atau crowding-out
3)Teori Keynesian: Keynesian menyatakan bahwa kondisi defisit anggaran tidak
selamanya terjadi crowding out investasi swasta. Fenomena ini disebut dengan
crowding in effect. Crowding in effectdapat terjadi ketika adanya defisit anggaran
sebagai kebijakan ekspansi fiskal (dengan cara memotong pajak atau meningkatkan
belanja negara) yang dilakukan pemerintah. Kebijakan ekspansi fiskal dilakukan
ketika kondisi perekonomian terdapat pengangguran atau tidak full employment.
Kebijakan ini akan meningkatkan jumlah uang beredar (dalam hal ini disposable
income) di masyarakat. Kenaikan jumlah uang beredar akan meningkatkan
permintaan barang dan jasa sehingga mendorong aggregate demand. Menurut teori
Keynes adanya peningkatan aggregate demandini akan diikuti oleh aggregate supply
karena adanya ekspektasi positif dari para investor dengan cara meningkatkan
kualitas dan kuantitas barang.
Oleh karena itu output riil akan meningkat seiring dengan pertumbuhan tingkat harga
dan dampaknya positif pada pertumbuhan ekonomi.Dampak Defisit Anggaran terhadap
InflasiSargent dan Wallace (1981) menyatakan bahwa kebijakan fiskal dapat menjadi sumber
dari inflasi.Maryatmo (2004) menuliskan bahwa defisit anggaran bisa berdampak pada inflasi
melalui dua jalur, yaitu pertama melalui sektor moneter yang akan memengaruhi jumlah uang
beredarmelalui pencetakan uangdan kedua melalui sektor riil (pengeluaran dan penerimaan
pemerintah) yang selanjutnya memengaruhi permintaan agregat. Defisit anggaran yang
dibiayai melalui
pencetakan uang akan menyebabkan inflasi dapat dijelaskan melalui teori kuantitas
uang. Teori kuantitas uang dikembangkan oleh Irving Fisher yang menyatakan bahwa
perubahan jumlah uang beredar (M) berbanding lurus dengan perubahan harga-harga (P).
Teori kuantitas uang mendasarkan pada falsafah hukum Say bahwa ekonomi akan selalu
berada dalam keadaan full employment. Teori ini didasarkan atas persamaan yaitu:MV =
PQdimana:M = jumlah uang beredarV = velocity of circulation P = tingkat harga umum Q =
volume barang yang diproduksiKenaikan tingkat harga juga dapat disebabkan oleh fenomena
fiskal melalui sektor riil. Inflasi yang terjadi ini disebut juga dengan demand pull inflation.
Demand pull inflationterjadi ketika adanya kenaikan G (pengeluaran pemerintah) yang
menyebabkan kenaikan permintaan agregat (AD) dan tidak diimbangi dengan penawaran
agregat (AS). Demand pull inflationmenyebabkan output perekonomian bertambah, tetapi
disertai inflasi, dilihat dari makin tingginya tingkat harga umum.Dampak Defisit Anggaran
terhadap Jumlah Uang Beredar (M1)Sumber pembiayaan defisit anggaran secara
konvensional terdiri dari money financed dan bond financed deficit, yaitu pembiayaan
dengan pencetakan uang dan pembiayaan dengan menerbitkan bonds atau obligasi negara.
Money financed merupakan istilah ketika dalam menutupi defisit anggaran bank
sentral akan mencetak uang baru untuk membiayai defisit anggaran tersebut. Langkah ini
akan memberi dampak yang besar dalam perekonomian melalui pengganda uang (money
multiplier) sehingga akan menambah jumlah uang beredar. .Fenomena lain yang mungkin
terjadi adalah peningkatan utang pemerintah dengan penjualan obligasi (bond financed).
Pemerintah mendapatkan dana dari bank sentral guna menutup defisit anggarannya dengan
cara menjual surat berharga kepada bank sentral. Dana dari bank sentral yang bersumber dari
penciptaan uang inti dapat digunakan pemerintah guna menutup defisit anggaran. Jika
pemerintah membelanjakan dana tersebut, maka masyarakat akan memegang komponen uang
inti dalam jumlah yang lebih banyak. Dampak Defisit Anggaran terhadap Suku Bunga (BI
rate)Model Keynesian IS-LM menjelaskan mengenai dampak dari defisit anggaran terhadap
suku bunga dimana defisit anggaran meningkatkan suku bunga tidak hanya karena efek dari
crowding outtetapi juga karena defisit anggaran menstimulasi permintaan agregat dan
meningkatkan output (Engen dan Hubbard, 2004).Ketika pemerintah meningkatkan
pembelian barang dan jasa melalui belanja pemerintah (G), pengeluaran yang direncanakan
mendorong produksi barang dan jasa, yang menyebabkan pendapatan total Y meningkat.
Dalam hal ini pasar uang dijelaskan melalui teori preferensi likuiditas. Karena permintaan
uang bergantung pada pendapatan, kenaikan pendapatan nasional meningkatkan jumlah uang
yang diminta pada setiap tingkat bunga. Akan tetapi, penawaran uang tidak berubah,
sehingga permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga keseimbangan
Komposisi APBN Indonesia terdiri dari sisi penerimaan negara dan sisi pengeluaran
belanja negara. Sisi penerimaan negara mencerminkan kemampuan negara dalam menggali
sumber-sumber penerimaannya yang potensial untuk memperbesar tabungan pemerintah. Hal
ini tercermin pada semua penerimaan dari pajak dan bukan pajak. Pada sisi pengeluaran
mencerminkan kebutuhan belanja negara yang harus dibiayai dari penerimaan negara, hal ini
tercermin pada semua pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Sistem akuntansi penyusunan APBN telah mengalami perubahan format yaitu dari
bentuk tabel T (T-account) menjadi bentuk tabel vertical (V-account). Bentuk tabel T
menggunakan prinsip anggaran berimbang dan dinamis sedangkan tabel V menggunakan
prinsip anggaran surplus/defisit secara transparan. Surplus atau defisit anggaran adalah selisih
antara pendapatan negara plus hibah dengan belanja negara. Surplus bila hasilnya positif dan
defisit bila hasilnya negatif.
Apabila kita membahas tentang kebijakan fiskal di Indonesia maka kita harus
memahami struktur penerimaan dan pengeluaran APBN. Dari Tabel 2 terlihat bahwa pada
tahun 2004 terdapat defisit anggaran sebesar 26.271,5 miliar rupiah sementara cicilan utang
yang harus dibayar sebesar 45.524,5 miliar rupiah. Dana yang digunakan pemerintah untuk
membayar cicilan ini berasal dari dalam negeri sebesar 50.050,5 miliar rupiah ditambah
dengan utang pemerintah baru sebesar 21.745,6 miliar rupiah sehingga pembiayaan defisit
bersih adalah 26.271,5 miliar rupiah.
Defisit anggaran pada tahun 2004 dan 2005 berselisih sedikit yaitu sebesar 1,3 dan
0,9. Defisit ini lebih kecil dari tahun 2000 yang sebesar 4,9 persen. Penurunan defisit ini
karena sudah mulai diberlakukannya program pelaksanaan pengurangan subsidi BBM yang
cukup kontroversial dikalangan masyarakat. Namun dengan program tersebut paling tidak
defisit negara bisa dikurangi. Selain itu pengenaan PPn di pulau Batam sedang dilaksanakan.
Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengurangi defisit anggaran yang akan datang. Pemerintah
cenderung menetapkan rencana APBN dan RAPBN yang bersifat defisit , hal ini mempunyai
alasan yang diyakini bahwa penetapan tersebut mengacu pada beberapa asumsi dasar makro.
Kebijakan fiskal dari sisi permintaan melalui defisit anggaran belanja dalam situasi
krisis pada akhir-akhir ini tidak banyak mengatasi masalah karena bertambahnya permintaan
yang tidak mendapat respon dari penawaran. Hal ini tidak akan memperbaiki perekonomian.
Namun demikian, stimulus fiskal dapat dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan hanya
pada unsur permintaan yang berpeluang tinggi sajalah yang mungkin harus didorong
pengembangannya. Dari hasil kajian ditemukan bahwa sisi ekspor sangat berpeluang dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, hal ini merupakan momen yang tepat untuk
mengembangkan pasar ekspor terutama ke negara yang mempunyai tingkat permintaan yang
tinggi seperti China, Timur Tengah dan Eropa Timur. Namun dorongan ke arah ekspor
diimbangi dengan kehati-hatian dimana yang perlu dipriorotaskan adalah komoditi yang
mempunyai kandungan lokal yang tinggi, sehingga tidak terpengaruh oleh tingginya harga
bahan baku impor. Namun demikian ekspor komoditas primer belum mendatangkan devisa
yang tinggi, peningkatan ekspor yang dinamis terdapat pada komoditas non-migas maka
kinerja dari ekspor ini tergantung dari arus masuk investasi terutama PMA yang mempunyai
teknologi know-how yang mampu meningkatkan daya saing.
Model solow selanjtnya dapat diperluas dari ekonomi tertutup menuju ekonomi
terbuka kecil untuk mengembangkan analisis pertumbuhan ekonomi. Dalam ekonomi terbuka
kecil, terdapat sejumlah asumsi dasar bagi model Solow yang akan digunakan. Asumsi
tersebut yaitu bahwa modal dapat bergerak bebas antar negara sementara tenaga kerja tidak,
terdapat pasar modal internasional yang kompetitif dan ekonomi domestik tidak dapat
mempengaruhi kondisi ekonomi internasional secara signifikan.
Pengaruh pergerakan modal dari dan ke dalam ekonomi domestik terhadap
pertumbuhan output dan pendapatan nasional ditentukan oleh tingkat produktivitas ekonomi
nasional dan tingkat bunga atas pinjaman luar negeri. Dalam kondisi dimana a < r, kenaikan r
naik sehingga r > r maka nilai yang diperoleh dari penggunaan modal untuk membeli aset
asing lebih besar dibandingkan jika modal digunakan untuk kegiatan ekonomi domestik.
Dampak dari keadaan tersebut yaitu terdapat aliran keluar dari modal domestik ke luar negeri
yang selanjutnya menyebabkan penurunan PDB domestik sebesar a dan terdapat aliran masuk
pendapatan nasional dari pendapatan bunga atas aset luar negeri yang dimiliki sebesar r.
Karena a < r, maka penurunan PDB domestik akibat arus modal keluar akan lebih kecil
dibandingkan kenaikan pendapatan nasional yang diperoleh dari jasa bunga. Terdapat
kenaikan pendapatan nasional bersih dari ekonomi domestik. Jika r turun sehingga r < r,
maka nilai yang diperoleh dari penggunaan modal untuk kegiatan ekonomi domestik lebih
besar dibandingkan pendapatan dari membeli aset luar negeri. Dampak dari keadaan tersebut
yaitu terdapat aliran masuk dari modal luar negeri ke domestik yang selanjutnya
menyebabkan kenaikan PDB domestik sebesar a dan terdapat aliran keluar pendapatan
nasional sebagai biaya bunga atas modal luar negeri yang digunakan sebesar r. Karena a < r,
maka kenaikan PDB domestik akibat tambahan modal dari luar negeri akan lebih kecil
dibandingkan penurunan pendapatan nasional yang digunakan untuk membayar bunga atas
utang luar negeri. Terdapat penurunan pendapatan nasional bersih dari ekonomi domestik.
Jika kemudian terdapat kondisi dimana a > r, kenaikan r sehingga r > r, maka nilai
yang diperoleh dari penggunaan modal untuk membeli aset asing lebih besar dibandingkan
jika modal digunakan untuk kegiatan ekonomi domestik. Dampak dari keadaan tersebut yaitu
terdapat aliran keluar dari modal domestik ke luar negeri yang selanjutnya menyebabkan
penurunan PDB domestik sebesar a dan terdapat aliran masuk pendapatan nasional dari
pendapatan bunga atas aset luar negeri yang dimiliki sebesar r. Karena a > r, maka penurunan
PDB domestik akibat arus modal keluar akan lebih besar dibandingkan kenaikan pendapatan
nasional yang diperoleh dari jasa bunga. Terdapat penurunan pendapatan nasional bersih dari
ekonomi domestik. Jika r turun sehingga r < r, maka nilai yang diperoleh dari penggunaan
modal untuk kegiatan ekonomi domestik lebih besar dibandingkan pendapatan dari membeli
aset luar negeri. Dampak dari keadaan tersebut yaitu terdapat aliran masuk dari modal luar
negeri ke domestik yang selanjutnya menyebabkan kenaikan PDB domestik sebesar a dan
terdapat aliran keluar pendapatan nasional sebagai biaya bunga atas modal luar negeri yang
digunakan sebesar r. Karena a > r, maka kenaikan PDB domestik akibat tambahan modal dari
luar negeri akan lebih kecil dibandingkan penurunan pendapatan nasional yang digunakan
untuk membayar bunga atas utang luar negeri. Terdapat kenaikan pendapatan nasional bersih
dari ekonomi domestik.
Kesimpulan yang dapat diambil dari model ekonomi terbuka Solow yaitu bahwa
pengaruh keluar atau masuknya modal ke dalam ekonomi domestik terhadap pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh keadaan ekonomi domestik itu sendiri. Selama manfaat kenaikan
PDB yang diperoleh dari tambahan modal bagi ekonomi domestik lebih besar dibandingkan
dengan penurunan pendapatan nasional untuk biaya atas modal asing, maka masih terdapat
pengaruh positif dari arus masuk modal bagi ekonomi domestik.
Hasil uji ekonomitrika dalam penelitian ini menunjukkan bahwa akumulasi utang luar
negeri swasta memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, hipotesa yang diajukan bahwa akumulasi utang luar negeri swasta memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi harus ditolak. perubahan utang luar
negeri swasta per kapita tidak menyebabkan pertumbuhan output per kapita secara signifikan.
Akumulasi Utang Luar Negeri Swasta membentuk akumulasi modal dalam negeri bersama
dengan defisit anggaran pemerintah dan tabungan domestik. Pada negara berkembang seperti
Indonesia, terdapat selisih antara kebutuhan modal swasta modal dengan jumlah modal yang
mampu disediakan dari tabungan domestik. Selisih antara kebutuhan modal swasta dan
ketersediaan tabungan domestik menjadi semakin besar ketika defisit anggaran pemerintah
semakin meningkat, menyebabkan swasta harus menggunakan sumber modal luar negeri
dalam bentuk utang luar negeri.
Tujuan penggunaan utang luar negeri oleh sektor swasta menentukan seberapa besar
pengaruh dari akumulasi utang luar negeri swasta terhadap pertumbuhan ekonomi domestik
sampai tahun 2018. Rata-rata lebih dari 60% akumulasi utang luar negeri swasta setiap tahun
digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dalam kegiatan operasional perusahaan.
Hanya kurang dari 40% utang luar negeri swasta yang digunakan untuk memenuhi kegiatan
investasi dan mengembangkan kapasitas produksi swasta. Hal ini menjelaskan hasil
pengujian yang menunjukkan bahwa pengaruh dari akumulasi utang luar negeri swasta tidak
signifikan terhadap pertumbuhan, karena tambahan modal dari luar negeri tidak digunakan
untuk meningkatkan kapasitas produksi swasta yang selanjutnya meningkatkan kapasitas
produksi nasional, namun digunakan untuk pemenuhuhan kebutuhan operasional perusahaan.
Permasalahan lain yang dihadapi dari pembiayaan modal swasta melalui utang luar
negeri adalah terdapat pendapatan nasional yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga
atas pinjaman tersebut. Kewajiban pembayaran bunga menyebabkan terjadinya aliran modal
ke luar dari ekonomi domestik, sehingga akumulasi modal dalam negeri akan mengalami
penurunan sebesar biaya bunga dari utang luar negeri swasta. Hal ini menyebabkan terdapat
pengaruh berupa penurunan output nasional. Selain pengaruh positif terhadap pertumbuhan
output per kapita akibat kenaikan modal per kapita, utang luar negeri juga memiliki pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan output per kapita sebagai akibat dari pembayaran biaya atas
utang luar negeri. Pengaruh bersih dari akumulasi utang luar negeri sektor swasta per kapita
terhadap pertumbuhan output per kapita tergantung pada tingkat marginal productivity of
capital (MPK) dalam ekonomi domestik dan tingkat bunga atas akumulasi utang luar negeri
sektor swasta. Hubungan akumulasi utang luar negeri swasta dan pertumbuhan ekonomi
domestik masih akan bersifat positif selama nilai MPK masih lebih besar dari tingkat bunga
utang luar negeri. Hal ini juga menjelaskan penyebab akumulasi utang luar negeri swasta per
kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan, karena terdapat dua
kekuatan yang saling bertolak belakang atas keberadaan dari utang luar negeri sebagai
sumber modal swasta.
Sektor swasta akan tetap melakukan investasi dengan dibiayai utang selama tingkat
MPK masih lebih besar dibandingkan tingkat biaya atas pinjaman modal. Sumber
pembiayaan berupa utang dalam negeri atau utang luar negeri ditentukan oleh perbandingan
tingkat bunga domestik dan internasional. Jika tingkat bunga di pasar internasional lebih
rendah dari tingkat bunga dalam negeri, maka akumulasi utang luar negeri swasta akan
meningkat dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik. Asumsi bahwa modal
bergerak secara bebas menuju negara yang memberikan manfaat paling baik (diukur dengan
tingkat bunga) turut mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik. Tingkat bunga
domestik akan bergerak naik atau turun, menyesuaikan tingkat bunga di pasar keuangan
internasional sampai tidak terdapat perbedaan antara tingkat bunga domestik dan
internasional. Gambar 7 menunjukkan bahwa kenaikan akumulasi utang luar negeri swasta
disertai dengan penurunan tingkat bunga dalam negeri. Hal ini terjadi sampai tingkat bunga
dalam negeri dengan tingkat bunga di pasar keuangan internasional semakin mendekat satu
dengan yang lain.
Penelitian oleh Qureshi dan Liaqat (2019) menemukan heterogenitas dari pengaruh
utang luar negeri swasta terhadap pertumbuhan output. Pertumbuhan utang luar negeri total
memiliki dampak buruk pada pertumbuhan PDB untuk seluruh objek dan kelompok negara
berpenghasilan rendah. Meskipun demikian, utang luar negeri berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan PDB untuk kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah dan
menengah ke atas. Meskipun utang luar negeri publik mengurangi pertumbuhan output untuk
sebagaian besar negara, tidak ada pengaruh yang terlihat dari utang luar negeri swasta
terhadap tingkat pertumbuhan.
Penelitian Agbloyor dkk (2014) dilakukan untuk menguji hubungan antara aliran
modal swasta dan pertumbuhan ekonomi di Afrika selama periode 1990-2007. Penelitian
tersebut menunjukkan bukti bahwa aliran modal swasta baik dalam bentuk investasi langsung
asing, investasi portofolio ekuitas asing maupun arus utang swasta memiliki dampak negatif
pada pertumbuhan ekonomi di Afrika. Pengaruh negatif dari aliran modal asing oleh sektor
swasta dikaitkan dengan pasar keuangan domestik yang relatif tidak berkembang. Pasar
keuangan yang tidak berkembang tidak mampu mengalokasikan aliran modal asing kepada
kegiatan yang bersifat produktif. Selain itu, negara-negara dengan pasar keuangan yang
lemah mungkin lebih rentan terhadap krisis keuangan dan nilai tukar yang mengakibatkan
arus keluar modal asing dan menurunkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pasar
keuangan memiliki fungsi kapasitas daya serap bagi aliran keuangan swasta. Aliran modal
swasta yang tidak terkendali dapat memiliki dampak negatif pada kegiatan ekonomi.
Pemerintah harus berusaha mengembangkan pasar keuangan domestik untuk secara positif
mengarahkan aliran modal asing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penelitian oleh Hallak (2013) menguji utang luar negeri swasta dan dampaknya
terhadap bunga yang dibebankan oleh bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
umum bank mengenakan bunga pinjaman yang lebih rendah ketika bagian utang luar negeri
sektor swasta meningkat. Pengaruh utang luar negeri swasta lebih besar daripada pengaruh
total utang luar negeri terhadap PDB. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah saluran di mana sektor swasta mengurangi biaya utang dan risiko negara secara
umum. Utang luar negeri swasta memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
melalui penggunaan dana pinjaman secara efisien dibandingkan utang luar negeri publik.
Utang Luar NegeriPinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang
diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian
pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu (Peraturan Pemerintah, 2011).Utang pada dasarnya adalah suatu
alternatif yang dilakukan karena berbagai alasan yang rasional.Pinjaman luar negeri,
dimaksudkan sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan, disamping sumber pembiayaan
yang berasal dari dalam negeri berupahasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak dan
tabungan baik tabungan masyarakat dan sektor swasta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik sebagai jawaban atas rumusan masalah adalah
Kebijakan Defisit Anggaran Pemerintah di Indonesia menyebabkan perlambatan
pertumbuhan ekonomi melalui penurunan alokasi output yang tersedia bagi akumulasi modal
swasta serta kenaikan tingkat suku bunga yang menyebabkan terjadinya crowding-out dari
investasi swasta. Defisit yang disebabkan kenaikan komponen belanja yang tidak produktif
dan sumber penerimaan negara yang bersifat distortif menyebabkan perlambatan
pertumbuhan ekonomi. Akumulasi Utang Luar Negeri Swasta tidak menyebabkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Meskipun terdapat tambahan modal swasta dari
kenaikan akumulasi utang luar negeri swasta yang mendorong pertumbuhan output nasional,
aliran modal keluar untuk membayar bunga atas akumulasi utang luar negeri swasta
menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan nasional. Pasar keuangan domestik belum
mampu mengarahkan utang luar negeri swasta kepada kegiatan yang bersifat produktif bagi
pertumbuhan ekonomi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan yang telah dipaparkan, beberapa saran yang
dapat disampaikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah Defisit
Anggaran Pemerintah dapat tetap dilaksanakan dengan sejumlah pertimbangan Menggunakan
defisit hanya untuk meningkatkan belanja modal publik yang bersifat produktif bagi kegiatan
ekonomi domestik. Pemerintah melakukan pengawasan terkait pengelolaan risiko dan tujuan
penggunaan Akumulasi Utang Luar Negeri oleh sektor swasta melalui lembaga yang
berwenang. Selanjutnya pemerintah agar mengembangkan pasar keuangan domestik sehingga
dapat menjadi instrumen pemerintah dalam mengarahkan aliran modal asing bagi kegiatan
yang bersifat produktif dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, C. S., & Bevan, D. L. (2005). Fiscal deficits and growth in developing countries.
Journal of Public Economics, 89(4 SPEC. ISS.), 571–597.
https://doi.org/10.1016/j.jpubeco.2004.02.006
Agbloyor, E. K. et al. (2014) ‘Private capital flows and economic growth in Africa: The role
of domestic financial markets’, Journal of International Financial Markets, Institutions
and Money. Elsevier B.V., 30(1), pp. 137–152. doi: 10.1016/j.intfin.2014.02.003.
Arjomand, M., Emami, K., & Salimi, F. (2016). Growth and Productivity; The Role of
Budget Deficit in the MENA Selected Countries. Procedia Economics and Finance,
36(16), 345–352. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(16)30046-6.
Baharumshah, A. Z., Soon, S. V., & Lau, E. (2017). Fiscal sustainability in an emerging
market economy: When does public debt turn bad? Journal of Policy Modeling,
39(1), 99–113. https://doi.org/10.1016/j.jpolmod.2016.11.002.
Bajo-Rubio, O. (2000) ‘A further generalization of the Solow growth model: The role of
the public sector’, Economics Letters, 68(1), pp. 79–84. doi: 10.1016/s0165-
1765(00)00220-2.
Bank Indonesia. 2019. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia.
https://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/sulni/Contents/Default.aspx diakses
pada 23 November 2019.