Anda di halaman 1dari 8

PENYELIDIKAN KEFILSAFATAN TERHADAP DASAR KEILMUAN MODERN

I. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru
mengenai ilmu pengetahuan yang dapat mempengaruhi dan mengubah manusia
dan dunianya yang berperan penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan
manusia. Semakin maju pengetahuan semakin meningkat keinginan manusia, yang
dapat memperbudak manusia dan lebih mengerikan lagi yaitu dapat mengancam
keamanan dan kehidupan manusia.
Untuk mencermati perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itulah maka
perlu kehadiran filsafat ilmu untuk mengembalikan arah ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada “rel” yang sesungguhnya. Agar umat manusia tidak diancaman
kecemasan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa landasan ontologis,
epistemologis, dan axiologis itu merupakan hal yang penting bagi setiap ilmu.
Ketiga landasan itu tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Ia harus saling terkait dan
utuh. Sebab, ketiga landasan itu..
merupakan keniscayaan bagi ilmu apa saja. Dengan perkataan lain, landasan
ontologis, epistemologis, dan axiologis ini tidak boleh tidak pasti terdapat di
dalam setiap ilmu apa saja. untuk itulah mari kita kaji terhadap aliran-aliran filsafat
materialisme, idealisme, dualisme yang dapat mempengaruhi keilmuan modern
dilihat dari sudut pandang Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi

II. ONTOLOGI (Teori Hakikat)

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan atau pelacakan


pemikiran kefilsafatan yang paling klasik yaitu muncul pada zaman Yunani kuno
diantara kefilsafatan yang lainnya. Tokoh yang dikenal dalam teori ini adalah
Thales atas pemikirannya tentang air.
Namun Zaman modern persoalan yang dihadapi oleh Thales yang hidup pada
zaman Yunani kuno yang sudah berabad-abad lalu kini selau hadir dalam melacak
pemikiran kefilsafatan terhadap dasar keilmuan modern. Karena dalam ontologi
orang berfikir bagaimana hakikat dari segala yang ada. Menurut Dr. H. Cecep
Sumarna teori ontologi adalah sama dengan teori hakikat yang tugasnya memberi
jawaban atas pertanyaan apa sebenarnya realitas sesuatu? Dan apakah sesuai
dengan penampakannya?.
Dari pertanyaan yang disodorkan oleh Dr. H. Cecep Sumarna tersebut
membuktikan bahwa setiap orang dihadapkan dengan persoalan kenyataan yaitu
berupa materi kebenaran dan kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Hakikat
adalah kenyataan atau Riil artinya kenyataaan yang sebenarnya bukan kenyataan
sementara atau keadaan yang menipu ataupun kenyataan yang berubah. Bentuk
realiatas secara transedental dari Tuhan yang merupakan ciptaannya dengan segala
pluralitasnya yang berbentuk (alam dunia ini) atau yang tidak terbentuk (abstrak)
untuk dipahami dan diketahui eksitensinya, ataupun secara ideal dan empirik.
Ontologi diartikan menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu ontos “sesuatu
yang berwujud” logos yaitu “teori tentang hakikat yang ada” jadi secara istilah
ontologi yaitu hakikat yang dikaji dan hakikat realitas yang ada tentang kebenaran
atau juga hakikat segala sesuatu yang ada yang memiliki sifat universal atau
hakikat, realistas yang di dalamnya mengandung pluralisme (kemajemukan) untuk
memahami adanya eksistensi.
Ontologi merupakan teori hakikat atau ilmu yang mengkaji metafisika. Bidang
telaah yang disebut dengan metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap
pemikiran fisafat termasuk pemikiran ilmiah yang menimbulkan berbagai
spekulasi tentang hakikat. Berikut ini yang mempengaruhi terhadap basis keilmuan
modern dilihat dari sudut pandang yaitu sebagai berikut:

A. MATERIALISME
Aliran ini menganggap bahwa sumber asal hakikat bukanlah rohani tetapi materi.
bahwa jiwa dan ruh adalah akibat dari benda atau materi tersebut, sehingga
sejatinya eksistensi sesuatu terletak di balik yang fisik. Sebagai contoh tentang
teori atom yang dikembangkan oleh Democritos penulis gambarkan sebagai
contohnya yaitu:
Jadi materialisme menganggap bahwa hakikat merupakan suatu mekanisme seperti
suatu mesin yang besar. Bahwa di dalam tubuh manusia terdapat unsur- unsur
materi yaitu berupa daging dalam 1 kg daging terdapat beberapa sel, di dalam 1 sel
terdapat beberapa atom bagian terkecil dari atom yaitu inti atom yang terdiri dari
beberapa molekul.
Aliran ini mempunyai alasan bahwa hakikat yaitu:
1. Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan dan dapat diraba,
baiasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu
memikirkan sesuatu di luar ruang yang abstrak.
2. Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnnya jiwa pada badan.
Peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai jasmani yang selalu menonjol dari
peristiwa tersebut.
3. Sebagai contoh dalam sejarahnya manusia bergantung pada suatu benda
seperti padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemua itu memperkuat
dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
Pengembagan ilmu berdasarkan materialisme cenderung kepada ilmu-ilmu
kealaman yang menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi pengembangan
ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu modern ini disuarakan oleh positivisme.

B. IDEALISME

Idealisme yaitu berasal dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma)
atau sejenisnya, sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruangan. Materi atau
zat merupakan penjelmaan dari ruhani yaitu bahwa di balik realitas fisik pasti ada
yang tidak tampak. Fisik hanyalah bayang-bayang yang bersifat sementara dan
menipu yang akan rusak dan tidak akan membawa kepada kebenaran sejati.
Aliran ini merupakan lawan dari aliran materialisme yang dinamakan juga
spritualisme. Alasan hakikat adalah ruhani yaitu:
1. Nilai ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi
kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya.
Sehingga materi hanyalah badan, bayangan atau penjelmaan saja.
2. Manusia lebih dapat memahami dirinya dari pada dunia luar dirinya.
3. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang benda tidak ada, yang
ada energi itu saja.
Pengembangan ilmunya cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap
bidang ilmu sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan bidang ilmu-ilmu
lain
C. DUALISME

Aliran ini hendak menggabungkan antara eksistensi fisik dengan eksistensi yang
metafisik yang berjalan sejajar tanpa saling mengalahkan yang merupakkan satu
kesatuan (monoisme). materi dan ide itu sama-sama primernya. Tidak ada yang
sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada persamaan. Materi itu ada karena ada ide
atau pikiran. Juga sebaliknya, ide atau pikiran itu ada karena ada materi.
Umumnya mausia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip
dualisme ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca idera
kita, sedangkan kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan
hidup.
Dalam mencapai suatu kebenaran, baik kebenaran relatif atau kebenaran mutlak
diperlukan penelaahan terlebih dahulu apa yang menjadi objeknya dan proses apa
yang harus digunakan dalam menganalogikannya. Ontologi memerlukan proses
yaitu suatu cara dalam menggunakan metode-metode sehingga sampai pada tahap
kebenaran yang diterima oleh hati nurani dalam bnetuk keyakinan yang mendalam
identik kepada hal yang metafisik di barengi dengan cara berpikir ideal. Oleh
karena itu diperlukan akal dan panca indera sebagai alat untuk memahami, melihat
dan mendengar sehingga membantu untuk memantafkan suatu kebenaran. Jadi cara
memperoleh pengetahuan yang benar adalah dengan mendasarkan dari pada rasio
dan mendasarkan diri pada pengalaman.
III. EPISTEMOLOGI (Teori Pengetahuan)
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua
kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya
pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya
pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sum-ber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang
bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum
(objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti
asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan
menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan
pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan
menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang
patut ditolak ini merupakan bentuk tanggung jawab atas pengetahuan yang
dimiliki.
Menurut Dr.H. Cecep Sumarna mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan
yaitu berupa sumber pengetahuan, dan metodologis yaitu bagaimana manusia
memperoleh pengetahuan serta norma berfikir seperti apa yang mungkin dapat
melahirkan atau dapat memperoleh dan membentuk pengetahuan yang benar.
Metode ilmu disini adalah menggunakan akal dan rasio, karena untuk menjelaskan
pokok-pokok bahasannya memerlukan analisa akal. Yang dimaksud metode akal di
sini adalah meliputi seluruh analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu hushûlî dan
ilmu hudhûrî. Dan dari dimensi lain, untuk menguraikan sumber kajian
epistemologi dan perubahan yang terjadi di sepanjang sejarah juga menggunakan
metode analisa sejarah. Berikut ini yang mempengaruhi terhadap basis keilmuan
modern dilihat dari sudut pandang yaitu sebagai berikut

A. MATERIALISME
Alairan materialisme yang merupakan sumber keilmu yaitu Burhani adalah
kerangka berfikir yang tidak di dasarkan atas teks suci maupun pengalaman
spritual, melainkan atas dasar keruntutan logika. Pada tahap tertentu, keberadaan
teks suci dan pengalaman spritual bahkan hanya dapat diterima jika sesuai dengan
aturan logika. Kebenaran harus dapat dibuktikan secara empirik dan diakui
menurut penalaran logis. Oleh karena itu tidak salah juga jika ada yang
menyatakan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan (science) sekaligus juga
keterampilan (act) untuk berpikir lurus, cepat dan teratur. contohnya bidang ilmu
aliran materialisme diantaranya yaitu ilmu- ilmu Biologi, fisika, astronomi, geologi
dan bahkan ilmu-ilmu kemodernan seperti ekonomi, pertanian, dan pertambangan.

B. IDEALISME
Aliran ini yang merupakan Sumber keilmuan berdasarkan dari kewahyuan yaitu
disebut dengan Bayani adalah sebuah metode berfikir yang didasarkan pada teks
kitab suci. Teks suci mempunyai otoritas penuh untuk memberikan arah dan arti
terhadap kebenaran. Berikut ini contoh ilmu aliran idealisme yaitu Tafsir–Ulumul
Qur’an, Hadis-Ulumul Hadis, Fiqh-Usul Fiqh, Bahasa-Sastra dll.

C. DUALISME
Aliran ini menggabungkan konsep sumber keilmuan berdasarkan Burhani, Bayani
dan irfani yaitu model penalaran yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman
spritual langsung (direct exprecience) atas realitas yang tampak, rasio digunakan
hanya untuk menjelaskan pengalaman spritual. Contoh ilmu aliran ini yaitu akhlak
dan tasawuf. Aliran ini aliran non dikhotomik yaitu semata-mata pada nilai-nilai
pendidikan yang terkait dengan al-ulum al-dunyawiyah atau semata –mata al-ulum
al-kauniyah.

IV. AKSIOLOGI (Teori Nilai)


Axiologi berasal dari kata – kata yunani. axios = nilai dan logos berarti
pandangan/teori. Secara terminologi axiologi adalah nilai akhir (ultimate value)
kebenaran. Jadi manusia harus hidup dan bertindak berdasarkan nilai yang
dianggap benar baik dalam persefektif masyarakat maupun dalam persefektif
agama. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuwannya. Seorang
ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah
kepentingan-kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika
keilmuaan serta masalah bebas nilai estetika.
Etika membicarakan tentang baik buruk dilihat dalam persefektif yang luas atu
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang
apa yang dinilai atau menilai terhadap perbuatan-perbauatan manusia .
Sedangkan estetika berkaiatan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Atau
berbicara tentang indah tidaknya, nikmat dan tidak nikmat, membahagiakan dan
tidak membahagiakan. Estetika terkait dengan bidang kesenian.
A. MATERIALISME
Aliran ini berpendapat bahwa ilmu tidak terikat pada nilai, selain kepada
kebenaran yang nyata. Bahwa ilmu pengetahuan harus bebas nilai. Yang
menjadikan kebenaran sebagai Satu-satunya ukuran bagi seluruh kegiatan ilmiah,
termasuk penentuan tujuan ilmu pengetahuan dianggap sebagai peluang untuk
memasukan pertimbangan nilai di luar nilai kebenaran dalam kegiatan ilmiah
diangap tidak mungkin dilakukan.
Faktor penyebab ilmu pengetahuan harus bebas nilai yaitu:
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari pengaruh
eksternal. Sebab penilaian atas ilmu dengan pengaruh diatas terlalu subjek
dan setiap memiliki idealitas nilainya sendiri-sendiri.
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
3. Penelitian ilmiah dengan basis nilai dianggap akan menghambat kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan sendiri bertujuan mengupayakan para peneliti sebagai
penambah kesenangan manusia dalam kehidupan yang sangat terbatas dimuka
bumi ini.

B. IDEALISME

Aliran ini berpendapat bahwa ilmu terikat oleh nilaietik dan nilai kesusilaan
gunanya untuk melengkapi pertimbangan nialai kebenaran yang akan melahirkan
suatu prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus terikat dengan nilai, ilmu yang
diperoleh merupakan proses mental dan psikologi, oleh karena itu etika keilmuan
ini harus di tunjukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau
mengubah hakikat kemanusiaan. Yang mengacu kepada kaidah moral yaitu hati
nurani kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat kegunaan
yang menjadi penghayatan perilaku manusia yang baik dan buruknya. yang paling
utama adalah terkait tentang tanggung jawab seseorang. Solusi ilmu yang terikat
oleh nilai harus terbuka pada konteks yaitu agama yang mengarahkan ilmu pada
tujuan hakiki. Yakni memahami realitas alam, dan memahami eksistensi Allah,
agar manusia menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya. Solusi yang diberikan
oleh Al-ur’an terhadap ilmu pengetahuan yang terikat dengan nilai adalah dengan
cara menembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga menajdi
berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa
mudharat. Ilmu pengetahuan meringankan beban hidup dan kesenangan manusia.

C. DUALISME
Ilmu membawa nilainya sendiri oleh karena itu nilai kebenaran itu dibawa sendiri.
Dan kebenaran dalam islam adalah ketika menggunakan menentukan sesuatu
dengan berfikir secara rasional atau berpikir alqur’an. Karena berpikir yang benar
adalah berpikir yang sesuai dengan dalil (bukti). Banyak nash alqur’an yang
menjelaskan tentang seharusnya kita melihat bukti - bukti sebagai objek berfikir
dan diyakini oleh sebuah konsep ideal subjek yang harus di buktikan realitasnya.
Biasanya di sebut Aqidah Rasional bagi manusia.

V. PENUTUP
Ketika seseorang memperoleh pengetahuan tentang wujud atau memetik pelajaran
darinya, jika dia memahami sendiri gagasan-gagasan tentang wujud itu dengan
inteleknya, dan pembenarannya atas gagasan tersebut dilakukan dengan bantuan
demonstrasi tertentu, maka ilmu yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan ini
disebut filsafat. Pemikiran filsafat akan berpengaruh terhadap pemikiran keilmuan
terutama keilmuan modern karena ilmu lahir dari filsafat. Filsafat pengetahuan
merupakan suatu ilmu yang sangat urgen diketahui dan dipahami oleh peminat
ilmu-ilmu univerasal, lagi ia berguna untuk melacak kebenaran suatu ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu. (2004. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta).
Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu. (Bandung: 2008. Mulia Press).
M. Solihin. Perkembangan Filsafat Klasik Hingga Modern. (2007. CV. Pustaka
Setia: Bandung).

Anda mungkin juga menyukai