Oleh
ANITA MEGAWATI FAJRIN
NIM. 0702300054
i
PERBEDAAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING
PADA ANAK USIA 36-42 BULAN ANTARA YANG MEMAKAI
DIPOSABLE DIAPER DENGAN YANG TIDAK
MEMAKAI DISPOSABLE DIAPER
DI PERUMNAS PATRANG
KABUPATEN JEMBER
2010
Oleh
ANITA MEGAWATI FAJRIN
NIM. 0702300054
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Mengetahui,
Jember, Juni 2010
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Ketua
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
iv
ABSTRAK
Anak yang berada pada usia satu sampai tiga tahun disebut dengan masa toddler.
Salah satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada masa ini adalah
kemampuan mengendalikan BAK dan BAB. Pelatihan untuk keterampilan ini
disebut toilet training. Keberhasilan dari keterampilan ini sangat ditentukan oleh
ketepatan waktu untuk memulainya yaitu dengan memperhatikan faktor kesiapan
anak, misalnya, anak memberikan sinyal kepada orang tua ketika merasakan
keinginannya untuk BAB atau BAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan tingkat keberhasilan toilet training berdasarkan pemakaian
disposable diapers. Penelitian ini menggunakan desain komparasi dan
Populasinya adalah anak usia 36-42 bulan di Perumnas Patrang. Sample diambil
dengan menggunakan tehnik purporsive sampling. Data diolah secara tabulasi
kemudian dikonfirmasi dengan Chi Kuadrat Dua Sampel dengan koreksi yates.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai x 2 tabel=¿ 3,481 dan nilai
x 2 hitung=7,63 dengan taraf kesalahan 5%. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan tingkat keberhasilan toilet training Pada Anak Usia 36-42 Bulan Yang
Memakai Disposable Diapers Dengan Anak Yang Tidak Memakai Disposable
Diaper. Dengan demikian pemakaian Disposable Diapers memberikan pengaruh
terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia 36-42 bulan. Untuk
menghindari terjadinya kegagalan dalam pencapaaian tahapan toilet training,
perlu diberikan informasi yang tepat kepada orang tua tentang dampak dari
pemakaian disposable diapers dan toilet training.
Kata Kunci : Tingkat Keberhasilan Toilet Training, Anak usia 36-42 bulan,
Disposable Diapers.
v
ABSTRACT
Fajrin, Anita Megawati. (2010). Toilet Training Success Rate Differences Among
Children Aged 36-42 Months With Children Wear Disposable diapers Disposable
Diaper What Not To Wear at Work areas Pustu Patrang. Scientific Writing,
Midwifery Diploma Course Jember, Department of Obstetrics, Kemenkes Health
Polytechnic of Malang. Advisors I: Ni Made Armawati, SST. Advisors II:
Sutrisno, SST.
Children who are at the age of one to three years called the period of toddlerhood.
One of the tasks that must be completed on the development of this period is the
ability to control bladder and bowel movements. Training for these skills is called
toilet training. The success of these skills is largely determined by the accuracy of
time to start is by considering the readiness factor of the child, for example, the
child gives a signal to parents when it felt the desire for bowel and bladder. The
purpose of this research is to know the difference toilet training success rate based
on usage disposable diapers. This study uses a comparative design and the
population is children aged 36-42 months in the Housing Patrang. Samples are
taken using the sampling technique purporsive. Tabulation of data processed and
then confirmed with Two Sample Chi Square with Yates' correction. The result
showed that the value of x2 table = 3.481 and calculate the value of x 2 = 7.63 with
an error level of 5%. Can be concluded that there are differences in toilet training
success rate of 36-42 Month Olds Wear Disposable diapers With Children What
Not To Wear Disposable Diaper. Thus the use of disposable diapers to give effect
to toilet training success rate of children aged 36-42 months. To avoid such
failures in pencapaaian stages of toilet training, should be given appropriate
information to parents about the impact of the use of disposable diapers and toilet
training.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbedaan
Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 36-42 Bulan Antara Yang
Memakai Disposable Diapers Dengan Yang Tidak Memakai Disposable Diaper
Di Perumnas Patrang Kabupaten Jember Tahun 2010.” sebagai salah satu syarat
untuk kelulusan di Program Studi Kebidanan Jember Poltekkes Kemenkes
Malang.
3. Ibu Ida Prijatni, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Kebidanan Jember
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan fasilitas
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Ni Made Armawati, SST, selaku dosen Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. ibu Gumiarti, SST, MPH selaku Penguji yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
9. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
ix
x
xi
xii
5.2 SARAN..................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................... 59
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.2 : Distribusi Anak Usia 36-42 Bulan yang tidak Memakai
Disposable Diaper Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Perumnas Patrang Pada Bulan Mei 2010................................
42
Tabel 4.4 : Distribusi Anak Usia 36-42 Bulan Yang Tidak Memakai
Disposable Diapers Berdasarkan Keberadaan Adik Di
Perumnas Patrang Pada Bulan Mei 2010................................
43
Tabel 4.6 : Distribusi Anak Usia 36-42 Bulan Yang Tidak Memakai
Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga Di Perumnas
Patrang Pada Bulan Mei 2010................................................
44
Tabel 4.8 : Distribusi Anak Usia 36-42 Bulan Yang Tidak Memakai
Disposable Diapers Berdasarkan Kegiatan Ibu Sehari-Hari
di Perumnas Patrang Pada Bulan Mei 2010...........................
45
xv
xvi
Tabel 4.11 Distribusi Anak Usia 36-42 Bulan Yang Tidak Memakai
Disposable Diapers Berdasarkan Usia Dimulainya Toilet
Traning Di Perumnas Patrang Pada Bulan Mei 2010..............
47
Tabel 4.12 Distribusi Anak Usia 36-42 Bulan Yang Tidak Memakai
Disposable Diapers Berdasarkan Tingkat Keberhasilan
Toilet Traning Di Perumnas Patrang Pada Bulan Mei 2010..
48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah .........................
59
Lampiran 4 : Kuesioner......................................................................... 62
xviii
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
tidak memulai pelaksanaan toilet training terlalu dini dan tidak menunda
atau mengabaikan toilet training. Ada beberapa syarat dan tahapan dalam
pelaksanaan toilet training. Menurut tim dokter yang mengasuh rubric info
“kosodade shukan toire” menjelaskan bahwa salah satu syarat untuk
melaksanakan toilet training adalah kesiapan baik mental anak maupun
kesiapan fisik tubuhnya, berupa kemauan menahan pipis dan merasakan
sensasi keluarnya air kemih. Tetapi anak yang fisiknya sudah siap, belum
tentu siap meninggalkan kenyamanan popoknya, kuncinya adalah motivasi
(Jane Gilbert, 2003).
Anak yang memakai pakaian atau popok biasa akan terbebas dari
popoknya 12 bulan lebih awal daripada yang memakai disposable diaper
karena anak akan merasakan basah saat mengeluarkan urin (Tracy, 2000).
Hal yang sangat disayangkan adalah, jika awalnya pemakaian disposable
diapers hanya dikonsumsi oleh ekspatriat yang tinggal di kota-kota besar
Indonesia, Kini Pemakaian disposable diapers sudah mulai merata
dikalangan ibu-ibu muda, termasuk ibu-ibu yang tinggal di lingkungan
Perumnas Patrang Kabupaten Jember. Hal ini berawal dari kejenuhan orang
tua karena harus mengganti popok kain bayi mereka setiap kali basah.
Ketika diwawancarai alasan pemakaian disposable diaper, sebagian besar
alasannya adalah lebih praktis dan efisien daripada memakai popok kain.
Padahal, Dra Tuty Wahyuti PSi, menjelaskan bahwa penggunaan disposable
diapers atau yang biasa kita kenal dengan sebutan `pampers` yang terus-
menerus dapat mengurangi sensitivitas balita terhadap lingkungan
sekitarnya. Lazimnya, balita akan menangis bila merasa kurang nyaman
terhadap perubahan lingkungan atau adanya gangguan fisik seperti basah
oleh air kencingnya sendiri. Namun dengan pemakaian "pampers", Balita
membawa kotorannya kemana-mana tanpa terganggu, hal ini juga bisa
membuat anak tidak menunjukkan kesiapannya untuk di lakukan toilet
training. Selain itu, kemudahan disposable diaper dan training pants telah
membuat beberapa orang tua menunda toilet training meskipun sebagian
orang tua yang lain melatih anak lebih awal untuk berhemat (Choby dan
George, 2008).
3
6
7
2) Anak tahu perbedaan antara buang air kecil atau besar, dan
dapat mempelajari kata-kata untuk memberitahu kita bila ini
terjadi. Umur 18 sampai 24 bulan atau lebih adalah masa-masa
pengenalan ini.
3) Dia dapat memberi tahu terlebih dahulu bahwa ia perlu
membuang air, dengan peringatan yang cukup agar kita
memiliki banyak waktu untuk mengantarnya. Rata- rata hal ini
terjadi antara usia 2 ½ dan 3 tahun
4) Dia cukup dapat melakukan kontrol atas kandung kemihnya dan
dapat menahan keinginan buang air selama beberapa waktu. Ini
terjadi pada umur 3 tahun ke atas.
Belajar untuk mengendalikan kandung kemih di malam hari
biasanya memerlukan waktu lebih lama daripada di siang hari. Anak
harus dapat menyadari jika kandung kemihnya penuh saat sedang
tidur kemudian memberikan respon, baik dengan menahan sampai
pagi atau bangun dan pergi ke kamar mandi. Sebanyak 1 dari 4 balita
usia 3 tahun belum mampu mengontrol kandung kemihnya di malam
hari (Thomson 2003).
Tahapan pencapaian kemampuan pelaksanaan toilet training
yaitu (Schum, 2002):
1) Kemampuan awal toilet training yang menunjukkan kesiapan
memulai toilet training, meliputi:
(1) Memahami kosakata yang digunakan berhubungan dengan
toilet training misalnya pipis atau pup.
(2) Menunjukkan ketertarikannya pada pemakaian toilet
(3) Mengkomunikasikan keinginannya untuk defekasi
(4) Tetap berada dalam keadaan kering salam 2 jam
2) Kemampuan menengah toilet training berupa kemampuan anak
membantu diri sendiri yang dapat diajarkan pada anak, meliputi:
(1) Menyiram toilet sendiri
(2) Mencuci tangan
(3) Membuka celana sendiri sebelum berkemih atau defekasi
21
6) Dia dapat membedakan apa itu buang air kecil dan buang air
besar dan mungkin mengatakan keinginannya saat popoknya
diganti.
7) Kita mungkin mengamati bahwa popoknya semakin jarang
basah, bertahan kering sampai tiga – empat jam. Hal ini
menunjukkan kontrol dan kapasitas kandung kemihnya yang
makin membaik.
8) Dia mengerti kata–kata kita dan mampu mengikuti instruksi
sederhana, seperti ` ambil bonekamu`.
9) Dia mulai mengetahui sensasi tanda dia perlu buang air dan
menunjukkan ketidaknyamanannya dengan berlaku resah atau
merengek. Sebentar lagi dia akan dapat memberitahu kita secara
langsung
10) Dia mungkin akan resah dan bereaksi keras apabila popoknya
sudah kotor.
11) Dia mungkin merenggut lepas popoknya setiap buang air kecil,
yang berarti dia dapat menghabiskan sekitar sepuluh pook
sehari. Jika ini terjadi, akal sehat kita akan mengatakan, “ sudah
saatnya memulai latihan toilet”.
( Jane gilbert, 2003)
2.2.4 Kegagalan Dan Kesalahan Utama Dalam Toilet Training
Kegagalan mencapai pengendalian bowel dan bladder pada
umur yang secara sosial sudah cukup, akan menciptakan tekanan
signifikan pada anak serta kecemasan tinggi pada orang tua. Anak
yang tidak berhasil dalam toilet training akan tetap buang air di
celana atau popoknya hingga di atas usia 3,5 – 4,5 tahun. Anak tidak
akan mempedulikan masalah tersebut seberapapun marahnya orang
tua dan sering kali akan menolak menggunakan tempat duduk potty
atau toilet (Rudolph, 2006). Kegagalan tersebut dapat terjadi karena
adanya interaksi berbagai penyebab. Kesalahan orang tua dalam
proses pelaksanaan toilet training dapat menjadi penyebab kegagalan
toilet training.
23
Tidak ada orang yang sempurna dan setiap orang tua akan
mengalami kesulitan dalam proses latihan toilet dan akan melakukan
kesalahan seperti berikut:
1) Kehilangan kesabaran
Umumnya anak memerlukan waktu beberapa minggu untuk
menguasai kemahiran menggunakan toilet. Membersihkan
kotoran anak bukan kegiatan menyenangkan dan terus menerus
mencuci baju kotor akan melelahkan tetapi perlu diingat bahawa
memakai toilet adalah proses alami.
2) Memarahi atau menghukum anak
Hal ini akan membuatnya menjadi takut dan tidak nyaman serta
menghambat jalannya latihan ini sendiri.
3) Menggunakan jadwal anda
Latihan toilet bisa berhasil bila si anak juga sama siapnya
dengan orang tua, tapi memburu-buru anak hanya akan
membuat frustasi dan kecewa bila anak belum siap. Coba
biarkan anak menunjukkan tanda kapan ia siap meakukan toilet
training.
4) Memaksanya duduk di toilet mini selama berjam-jam
Ini akan menimbulkan kebosanan dan ketidaknyamanan serta
mendorong anak untuk tidak mau mendekati potnya lagi.
Sebaliknya, biarkan ia duduk selama yang ia mau. Anda bisa
membujuknya ntuk duduk lebih lama dengan membacakannya
cerita atau memberikannya buku bergambar di sekitar toilet.
5) Mengingatkan terus
Hal ini terus hampir selalu akan berakibat terbalik dari yang
diharapkan. Jika dilakukan kepada anak batita yang tidak suka
diberi tahu apalagi diberi tahu secara berulang-ulang.
6) Bersikap Inkosisten
Hal ini akan membuat anak bingung, misalnya bila anda
memperbolehkannya mengompol di ceana popok sekali-sekali
24
Tidak ada soal baik atau buruk dalam hal toilet, hanya siap dan
tidak siap. Seorang anak yang berhasil menggunakan toilet tidak
boleh disebut baik dan anak yang masih mengalami
“kecelakaan” tidak boleh disebut buruk
13) Berputus asa
Proses belajar menggunakan toilet mungkin terasa seperti akan
berlangsung selamanya tetapi tidaklah demikian. Bahkan anak
yang sangat menolakpun akhirnya suatu hari akan memutuskan
untuk pergi ke toilet dan melepaskan popoknya, dan ketika hal
ini terjadi proses pergi ke toilet akan menjadi hal yang rutin.
(Jane Gilbert, 2003)
2.2.5 Tips Mebiasakan Anak Ke Toilet Dan Keuntungan Toilet Training
2.2.5.1 Tips Mebiasakan Anak Ke Toilet
1) Hindari pemakaian bahan sintetis yang hanya beralasan
kepraktisan seperti pampers yang membuat anak malas.
2) Kenalkan anak ke toilet sejak enam bulan dengan
menatur (membopong).
3) Bila anak sudah berumur 2-3 tahun maka biasakan
mereka dengan mengajak ke kamar mandi.
4) Biasakan mengajak anak dengan kebiasaan minum
yang kuat ke kamar mandi dengan menjadwal tiga jam
sekali.
5) Hindari kesan seram, gelap, jorok pada ruangan kamar
mandi.
6) Jangan jadikan ruang kamar mandi sebagai tempat
hukuman kemarahan orang tua ke anak yang membuat
anak jadi trauma.
2.2.5.2 Keuntungan Toilet Training
1) Mengajarkan anak disiplin, dan hidup bersih.
2) Memacu kreatifitas dan insiatif berfikir anak.
3) Bisa memacu kemandirian anak.
4) Menghindari perilaku malas pada anak sejak dini.
26
-alergi -praktis
-ekonomi -nyaman
-pencemaran -bersih
lingkungan
Kesiapan orang tua (+) Kesiapan orang tua Kesiapan orang tua (-)
Anak tidak memakai disposable diaper Anak memakai disposable diaper Persepsi salah
pada anak
Merasakan basah saat BAB atau BAK Tidak merasa basah saat BAB/BAK
Berkemih di
disposable diaper
Kesadaran sensorik (+) Kesadaran sensorik (-) benar dan praktis
Pengetahua Pengetahua
n orang tua Waktu Waktu n orang tua
tentang memulai toilet memulai toilet tentang
toilet training training ↑↑ toilet
training training
Kemampuan Kemampuan
anak dalam anak dalam
BAB dan BAB dan
BAK ↑↑↑ Perbedaan BAK ↓
diukur
Tidak diukur
Waktu memulaiToilet
Training
32
33
pada
PertanyaanR
iwayat
Pemakaian
Disposable
diapers
BAK atau
BAB
4. Anak saya
sudah
tidak
mengompo
l di siang
hari
5. Anak saya
masih
mengompo
l di malam
hari
6. Jika ingin
BAB/BAK
, anak saya
menuju ke
kamar
mandi.
41
42
Jumla
Kelompok anak usia 36-42 bulan Prosentase
h
Memakai Disposable Diapers 32 52%
Tidak Memakai Disposable Diapers 30 48%
Total 62 100%
telah berubah dari waktu ke waktu (jane gilbert, 2002), Begitu juga
dengan waktu dimulainya toilet training. Usia dimulainya toilet
training sangat bervariasi hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 yang
menunjukkan bahwa pada kelompok anak usia 36-42 bulan yang
tidak memakai disposable diapers, toilet training rata-rata dimula
pada rentang usia 13-18 bulan, yaitu sebanyak 27 anak (91%).
Seperti yang telah diuraikan oleh Tracy, 2000 dalam artikelnya yang
berjudul Toilet Training Begins at Birth: Concept & Method
menyatakan bahwa Anak yang memakai pakaian atau popok biasa
akan terbebas dari popoknya 12 bulan lebih awal daripada yang
memakai disposable diaper karena anak akan merasakan basah saat
mengeluarkan urin, sehingga kesadaran sensoriknya terlatih
menghubungkan antara rasa basah dan dorongan eliminasi. Anak
yang merasa tidak nyaman saat basah menunjukkan bahwa ia sudah
memiliki kebutuhan untuk tetap kering. Adanya kebutuhan tetap
kering dan kemampuan mengenali dorongan eliminasi pada anak
merupakan tanda kesiapan anak untuk dilakukan toilet training.
Peluang keberhasilan toilet training akan menjadi lebih besar jika
dimulai pada waktu anak menunjukkan tanda kesiapan untuk
dilakukan toilet training.
4.2.4 Mengidentifikasi Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada
Anak Yang Memakai Disposable Diapers.
Sebagian besar kelompok anak usia 36-42 bulan yang
memakai disposable diapers belum dapat menyelesaikan tahapan
dalam toilet training. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12, dari 32
anak usaia 36-42 bulan hanya 3 anak (9,37%) yang dapat
menyelesaikan toilet training.
Keberhasilan toilet training sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah dengan tidak menunda/mengabaikan
toilet training dan sikap orang tua yang konsisten dengan
memberikan stimulasi yang tepat pada saat anak telah menunjukkan
kesiapannya untuk dilakukan pelatihan toilet. Penundaan toilet
training dan sikap orang tua yang tidak konsisten, misalnya dengan
52
kuadrat () dua sampel diperoleh nilai = 7,63. Harga hitung
lebih besar daripada tabel untuk taraf kesalahan 5%. Hal ini
membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat keberhasilan pada anak
usia 36-42 bulan antara yang memakai disposable diaper dengan
yang tidak memakai disposable diaper. Seperti yang telah diuraikan
oleh Jane Gilbert (2003) dalam bukunya yang berjudul Toilet
Training, ada banyak faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya
toilet training, salah satunya adalah dengan tidak memulai toilet
training terlalu dini. Toilet training akan berhasil jika dimulai pada
saat yang tepat yaitu dengan memperhatikan kesiapan anak.
Kegagalan toilet training dapat terjadi karena penundaan waktu
memulai dan perilaku orang tua yang tidak konsisten yaitu dengan
memperbolehkan anak mengompol di popoknya. Hal ini lebih sering
terjadi pada anak yang orang tuanya lebih memilih disposable
diapers. Kandungan super absorbent material pada disposable
diapers yang dapat menyerap air hingga tetap kering (Kamat, 2003).
Seperti yang telah di uraikan oleh Choby dan george dalam bukunya
yang berjudul American Family Physician. Leawood (2008) bahwa
Kemudahan disposable diaper dan training pants telah membuat
beberapa orang tua menunda toilet training. Adanya penundaan dan
peningkatan usia dimulainya toliet training itulah yang menjadi
salah satu penyebab anak tidak dapat menyelesaikan tahapan toilet
trainingnya.
4.3 KETERBATASAN
1. Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden
menjawab pertanyaan tidak jujur dan mempunyai probabilitas yang
tinggi untuk memilih jawaban yang baik.
2. Pemilihan responden yang tidak homogen seutuhnya, reponden berasal
dari latar belakang pendidikan dan sosio ekonomi yang berbeda.
3. Alat ukur yang digunakan belum teruji realibitasnya.
54
BAB 5
PENUTUP
Setelah mengetahui dan mempelajari hasil penelitian melallui analisa data dan
pembahasa, pada bab ini kan diuraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
5.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemakaian disposable diapers,
terdapat 32 anak menggunakan disposable diapers dan 30 anak tidak
menggunakan disposable diapers.
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang usia dimulainya toilet training,
pada anak yang menggunakan disposable diapers mulai dilakukan toilet
training pada rentang usia 19-24 bulan.
3. Berdasarkan hasil penelitian tentang usia dimulainya toilet training,
pada anak yang tidak menggunakan disposable diapers mulai dilakukan
toilet training pada rentang usia 13-18 bulan.
4. Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat keberhasilan toilet training,
pada anak yang menggunakan disposable diapers hanya sebagian anak
yang dapat menyelesaikaan tahapan toilet training yaitu 3anak dari 32
responden.
5. Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat keberhasilan toilet training,
pada anak tidak yang menggunakan disposable diapers hanya sebagian
kecil anak yang dapat menyelesaikaan tahapan toilet training yaitu 13
anak dari 30 responden.
6. Berdasarkan analisa tentang tingkat keberhasilan toilet training,
terdapat perbedaan pada anak usia 36-42 bulan antara anak yang
menggunakan disposable diapers dengan anak yang tidak
menggunakan disposable diapers.
5.2 SARAN
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu gambaran bagi
peneliti selanjutnya dan dikembangkan lebih mendalam mengingat
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam; dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Pillitteri, Adele. (1999). Child Health Nursing, Care of the Child and Family.
Lippincot
Prasad, Srivastava and Verma. (2004). Diapers and Skin Care. Merits and
Demerits. Indian Journal of Pediatrics
Choby, Beth A.; George, Shefaa. (2008). Toilet Training. American Family
Physician. Leawood
Tracy, Susan. (2000). Toilet Training Begins at Birth: Concept & Method.
http://www.dydee.com. ( diakses, 26 Februari 2010)
Suriadi; Yuliani, Rita. (2006). Asuhan Keperawatan pada anak edisi2 . Jakarta :
Salemba Medika
Octopus. (2006) Under the tittle baby and child. All your question answered
London : Dockland
58
Rudolp, Hoffman dan Colin. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolp,. Jakarta : EGC
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN
Januari Februari Maret April Mei Juni
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan dan Konfirmasi pada
pembimbing
2. Konfirmamsi Judul
3. Penelusuran literatur dan
pengajuan proposal
4. Seminar proposal
5. Revisi dan Persetujuan Proposal
Oleh Pembimbing
6. Pengajuan ijin penelitian dan
pelaksanaan penelitian
7. Penulisan Laporan Penelitian
8. Pendaftaran Ujian KTI
9. Ujian Akhir Program (KTI)
59
60
Lampiran 2
Lampiran 3
Perbedaan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 36-42 Bulan
Antara Yang Memakai Disposable Diapers Dengan
Yang Tidak Memakai Disposable Diaper
Penelitian Oleh:
Lembar kuesioner
Tanggal :
Nomor Responden :
62
Lampiran 4
KUESIONER
Perbedaan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 36-42 Bulan
Antara Yang Memakai Disposable Diapers Dengan
Yang Tidak Memakai Disposable Diaper
A. Identitas
1. Biodata Anak
Nama anak :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Anak ke :
Jarak dengan anak terakhir :
Nama Ibu :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
B. Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (√) pada kotak sesuai keadaan anak Anda.
(*) Isilah dengan angka pada titik-titik yang disediakan.
C. Pertanyaan
1. Pemakaian & Riwayat pemakaian Pampers
1) Apakah anak anda pernah memakai pampers?
Ya Tidak
63
Lampiran 5
64
Hasil Tabulasi Perbedaan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Antara Anak Usia
36-42 Bulan Yang Memakai Disposable Diapers Dengan Anak Yang Tidak
Memakai Disposable Diaper
Tingkat Keberhasilan
No Responden Kode Score
Berhasil Tidak berhasil
1 A 3
2 A 5
3 A 6
4 A 5
5 A 5
6 A 3
7 A 5
8 A 5
9 A 5
10 A 4
11 A 4
12 A 5
13 A 5
14 A 4
15 A 5
16 A 4
17 A 6
18 A 6
19 A 6
20 A 6
21 A 6
22 A 6
23 A 6
24 A 6
25 A 6
26 A 6
27 A 6
28 A 6
29 A 3
30 B 4
31 B 2
32 B 5
33 B 4
34 B 2
35 B 3
65
36 B 5
37 B 5
38 B 4
39 B 4
40 B 4
41 B 4
42 B 4
43 B 2
44 B 5
45 B 5
46 B 3
47 B 5
48 B 4
49 B 3
50 B 4
51 B 5
52 B 4
53 B 5
54 B 5
55 B 5
56 B 5
57 B 3
58 B 6
59 B 6
60 B 6
61 B 4
62 B 3
JUMLAH 16 46
Lampiran 6
66
PERHITUNGAN MANUAL
n(|ad −bc|) ²
2=
( a+ b ) ( a+c ) ( b+d ) ( c+ d)
62(|3.17−29.13|) ²
2=
( 3+29 ) ( 3+13 ) ( 29+17 ) (13+ 17)
62(|51−377|)²
2=
( 32 ) (16 )( 46 ) (30)
62(326) ²
2=
706560
6589112
2=
706560
2=9,32
Karena terdapat sel yang berisi frekuensi kurang dari 10 makan koreksinya
Koreksi Yates
67
n
n(|ad−bc|− )²
2
2=
( a+ b ) ( a+c ) ( b+d ) ( c+ d)
62(|3.17−29.13|−31) ²
2=
( 3+29 ) ( 3+13 ) ( 29+17 ) (13+ 17)
62(|51−377|−31) ²
2=
( 32 ) ( 16 ) ( 46 ) (30)
62(|326|−31)²
2=
706560
62(295) ²
2=
706560
5395550
2=
706560
2=7,63
= (2 – 1) (2 – 1 )
=1
Chi Kuadrat (χ2) tabel dengan dk = 1 dan taraf signifikansi 5% yaitu = 3,841
Dari perhitungan diatas diketahui χ2 hitung > χ2 tabel 9,32 > 3,841
Lampiran 7
68
UJI SPSS 14
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
RESPONDEN *
TENGKAT 62 100,0% 0 ,0% 62 100,0%
KEBERHASILAN
Count
TENGKAT
KEBERHASILAN
TIDAK
BERHASIL BERHASIL Total
RESPONDEN KEL. I 3 29 32
KEL. II 13 17 30
Total 16 46 62
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
Asymp.
Std. Approx.
Value Error(a) T(b) Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,362 ,002
Interval by Interval Pearson's R -,388 ,109 -3,259 ,002(c)
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,388 ,109 -3,259 ,002(c)
N of Valid Cases 62
a Not assuming the null hypothesis.
b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c Based on normal approximation.
Lampiran 8
69
70
71
Lampiran 9
72