KHASIATNYA
(BELIMBING WULUH, LIDAH
MERTUA)
Oleh:
MUH. TEGAR GHIFARI
2009200414201001
Dosen Pengampu:
Saprin, S.Pd, M.Sc
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul TUMBUHAN
BELIMBING WULUH BAGI KESEHATAN LIDAH MERTUA SEBAGAI OBAT
TRADISIONAL DAN KHASIATNYA Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Saprin,
S.Pd, M.Sc yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Kami menyadari,
bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Kata Pengantar..........................................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
Definisi.............................................................................................................................,..,...,..
2.2 klasifikasi tumbuhan Belimbing Wuluh dan Lidah Mertua sebagai tumbuhan obat
tradisional.........................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1 PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil survei diketahui penduduk Indonesia yang bermukim di sekitar kawasan
hutan menggunakan tanaman yang terdapat di hutan untuk pengobatan (Kusmawati dkk, 2003).
pengetahuan mengenai obat ini secara tradisional terutama yang bahan baku yang berasal dari
alam telah dilakukan sejak jaman dahulu, yang didasari atas pengalaman secara turun-
temurun. Namun, seiring berjalannya perkembangan zaman dan modernisasi budaya
menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat sehingga
dikawatirkan menghilang karena pengetahuan mengenai tumbuhan obat tradisional cenderung
hanya diketahui oleh kelompok masyarakat atau suku tertentu saja. Maka perlu adanya
penggalian informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan obat agar dapat dilestarikan oleh generasi
selanjutnya
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Tumbuhan Obat ?
b. Bagaimana klasifikasii tumbuhan Belimbing Wuluh dan Lidah Mertua ?
c. Bagaimana Fungsi dan khasiat dalam Kesehatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan makalah ini untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas ilmu
keperawatan dasar 2 dan untuk mengetahui khasiat dan fungsi yang terkandung di dalam
tumbuhan Belimbing botol dan lidah mertua sebagai tumbuhan obat tradisional.
BAB 2 PEMBAHASAN
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.Pengertian berkhasiat obat adalah
mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung
zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
mengobati (Flora, 2008).
Tanaman obat tidak berarti tumbuhan yang ditanam sebagai tanaman obat. Tanaman obat
yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman pagar, tanaman buah, tanaman sayur
atau bahkan tanaman liar juga dapat digunakan sebagai tanaman yang di manfaatkan untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Penemuan-penemuan kedokteran modern yang
berkembang pesat menyebabkan pengobatan tradisional terlihat ketinggalan zaman. Banyak
obat-obatan modern yang terbuat dari tanaman obat, hanya saja peracikannya dilakukan secara
klinis laboratories sehingga terkesan modem.Penemuan kedokteran modern juga mendukung
penggunaan obat-obatan tradisional (Hariana, 2008).
Tanaman obat didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau
eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat
tamman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja
dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamanya (Herdiani, 2012).
Tanaman obat pada umumnya memiliki bagian-bagian tertentu yang digunakan sebagai
obat, yaitu:
10. Daun (folia) misalnya saga, landep, miana, ketepeng pegagan dan sembung
11. Seluruh tanaman (herba) misalnya sambiloto, patikan kebo dan meniran
Salah satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses (reaksinya) yang lambat (namun
bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang bisa langsung bereaksi (tapi bersifat
destruktif/merusak). Hal ini karena obat tradisional bukan dikeringkan, dan dihancurkan. Jika ingin
mendapatkan senyawa yang dapat digunakan secara aman, tanaman obat harus melalui proses
ekstraksi, kemudian dipisahkan, dimurnikan secara fisik dan kimiawi (di-fraksinasi). Tentu saja proses
tersebut membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang sangat banyak (Herdiani,2012).
Tanaman obat adalah jenis tanaman yang salah satu, beberapa atau seluruh bagian tanaman
(daun, bunga, buah batang, akar, umbirimpang. biji, dan getah), mengandung senyawa aktif yang
dapat memberikan pengaruh atau khasiat terhadap kesehatan, yaitu sebagai pemelihara,
pencegahan dan penyembuh dari suatu penyakit (Gunarto 1999).Pengobatan dengan bahan alam ini
biasanya tidak tertuju pada bagian tubuh tertentu, tetapi pada keseluruhan tubuh karena bahan-
bahan yang berkhasiat dalam suatu tanaman berbentuk senyawa kompleks (Sutarno dan
Atmowidjojo 2000).
Beberapa tanaman obat Indonesia yang telah banyak digunakan sebagai bahan baku industri
obat atau jamu antara hin, (a) dari Simplisia rimpang temulawak, temugiring. tenuitem jahe, kunyit,
kencur, bangle, lempuyang: (b) dari simplisisa daun jati belanda, kumis kucing, tempuyang,
kemuning lidah buaya: (c) dari simplisia kulit batang kayu pulesari, pule, kayu rapat: (d) dari simplisia
bunga, buah, dan biji bunga srigading, buah adas, buah kapu laga. buah cabe jawa, dan biji kedaung.
Keuntungan menggunakan tanaman obat dari tumbuhan ini adalah tidak memiliki efek samping,
karena bahan aktifnya masih menyatu dengan zat-zat lain dan belum disolasi (Gunarto1999).
Kerajaan:
Plantae .
1. T
Divisi:
r
Magnoliophyta a
Kelas: u
m
Magnoliopsida
a
Ordo: 2. P
a
nas dan terbakar baik fisik maupun kimia
3. Gigitan binatang atau serangga
4. Tekanan
5. Gangguan vaskular, arterial vena atau gabungan arterial dan vna
6. Immunodefisiensi
7. Malignansi
8. Kerusakan jaringan ikat
9. Penyakit metabolik, seperti diabetes
10. Defisiensi nutrisi
11. Kerusakan psikososial
12. Efek obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
dengan multifaktor
3. Berdasarkan Descriptors
a. Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik
untuk pengangkatan jaringan skar
b. Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
c. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
Infeksi
d. Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
1. Hemostatis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses
penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah
tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi
spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu
proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan
menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor
yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin,
yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi
platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti
”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah
injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan.
2. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang
menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering
dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap
ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini
biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s
(polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor
mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa
dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu
sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini. Tugas
selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang
berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag
mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga
mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor
pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan
beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua
komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian
sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair
adalah tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair
merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi
oleh intention primer, sekunder dan tersier.
1. Intension primer
2. Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar
eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas
menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada
penyembuhan primer.
3. Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi
dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat
setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi,
terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier
biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer
atau sekunder
Perawatan Luka Bersih Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih
(tanpa ada pus dan necrose), termasuk didalamnya mengganti balutan. Tujuan :
a. Mencegah timbulnya infeksi.
b. Observasi perkembangan luka.
c. Mengabsorbsi drainase.
d. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis. Indikasi :
a. Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
b. Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Mempercepat debredemen jaringan nekrotik. Prosedur Perawatan Luka Bersih
a. Menyiapkan alat
b. Menyiapkan pasien
c. Perkenalkan diri
d. Jelaskan tujuan
e. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
f. Persetujuan pasien
g. Tekhnis pelaksanaan Peralatan
a. Gunting pembalut
b. Plaster
c. Bengkok/ kantong plastik
d. Pembalut
e. Alkohol 70 %
f. Betadine 10 %
g. Bensin/ Aseton
h. Obat antiseptic/ desinfektan
i. NaCl 0,9 %
j. Pincet anatomi 1
k. Pinchet chirurgie 1
l. Gunting Luka (Lurus)
m. Kapas Lidi
n. Kasa Steril
o. Kasa Penekan (deppers)
p. Mangkok / kom Kecil Prosedur Pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
b. Tempatkan alat yang sesuai.
c. Cuci tangan.
d. Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
e. Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
f. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
dari dalam ke luar.
g. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
h. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
i. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
J. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka
dengan kasa steril
k. Plester verban atau kasa.
l. Rapikan pasien.
m. Alat bereskan dan cuci tangan.
n. Catat kondisi dan perkembangan luka.
3.1 Kesimpulan
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan memalukan pembalutan,
dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap digunakan dengan
tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan, memperbaiki system saraf dan mencegah
risiko terjadinya luka ini kembali. Sebelum kita melakukan intervensi terhadap luka, ada
baiknya kita melakukan pengkajian terlebih dahulu.
Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat merupakan
komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan pengkajian luka
tersebut membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup. Perencanaan
perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan tersebut dibutuhkan juga
keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.
3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya
sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya
makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya. Prosedur
Perawatan Luka
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba MedikaBobak,
K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown
S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah. Jakarta: EGC.
Ismail S.Kep, Ns, M.Kes, Manajemen Luka dan Perawatannya (Moya J. Morison, 2003).