Anda di halaman 1dari 24

SEBAB SEBAB MUNCULNYA HAMA

PAPER
OLEH :
SITI NUR KHOLIJAH
190301009
HPT 2019

ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
DEFENISI HAMA DAN KONSEP TIMBULNYA HAMA

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan balk pada manusia,

temak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan

kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau

hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara

ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan

kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama.

Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam

suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan

yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, tungau, tikus, burung, atau

mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di

daerah lain belum tentu menjadi hama (Agrios, 2005).

SEBAB-SEBAB TERJADINYA HAMA

1. Tingkat Keragaman Ekosistem

Sistem pertanaman beranekaragam (polikultur) berpengaruh terhadap

keragaman spesies dan populasi herbivora (hama). Pengaruh tersebut ada yang

menguntungkan yaitu dapat mengurangi populasi serangga hama, namun ada yang

merugikan karena dapat meningkatkan populasi hama tertentu. Umumnya pada

pertanaman polikultur, jumlah spesies-spesies herbivora poliphag lebih tinggi

dibandingkan dengan spesies monophag. Hal ini berkaitan dengan kemampuan

mencari inang.

Pada agroekosistem beragam spesies monophage mengalami kesulitan

untuk menemukan inangnya, sehingga akan berdampak pada menurunnya laju


imigrasi dan kolonisasi. Faktor-faktor lain seperti kesukaan akan tanaman inang

tertentu (preferensi), kecepatan memilih tanaman inang, adanya musuh alami juga

sangat berpengaruh.

Contoh : Populasi spesies predator dan parasitoid cenderung lebih tinggi pada

pola pertanaman polikultur dibandingkan dengan monokultur. Hal ini berkaitan

dengan ketersediaan nektar (madu), mangsa (bagi predator) dan host (bagi

parasitoid) serta habitat mikro pada pertanaman polikultur.

2. Karantina Tanaman

Istilah karantina tumbuhan, dalam bahasa Inggris plant quarantine,

merupakan istilah resmi yang digunakan di Indonesia. Istilah lain yang

mempunyai arti sama antara lain adalah karantina tanaman dan karantina tumbuh-

tumbuhan, yang digunakan di Indonesia sejak kemerdekaan sampai awal tahun

1980-an. Dalam makalah ini akan dibahas pengertian karantina, yang meliputi

asal kata “karantina”, dan berbagai definisi karantina. Tujuan dilakukan tindakan

karantina adalah untuk :Mencegah masuknya hama / penyakit hewan karantina,

dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dari luar negeri kedalam

wilayah Negara Republik Indonesia (Balitbang Pertanian, 2019).

Contoh : Kasus kebobolan masuknya hama baru akibat kelalaian karantina adalah

masuknya hama penggorok daun kentang (Liriomyza spp.). Hama penggerek

daun (Liriomyza spp.) adalah hama yang berasal dari luar wilayah Indonesia

(hama eksotik) dan termasuk dalam kategori organisme pengganggu tanaman

(kategori A2) sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor

38/KTPS/HK.060/1/2006.
3. Keanekaragaman Genetik

Dalam ekosistem alami (misalnya hutan) interaksi antara tanaman inang

dengan hamanya merupakan hal yang mantap. Maksudnya tanaman yang tahan

tetap mempertahankan sifat tahannya tersebut. Lain halnya dengan varietas

tanaman yang dibudidayakan yang merupa-kan hasil pemuliaan, dimana daya

tahan genetik varietas-varietas tersebut sempit atau ditentukan oleh gen tunggal,

sehingga daya tahan varietas tersebut terhadap hama tertentu menjadi rentan.

Tekanan seleksinya terhadap populasi hama memaksa hama tersebut untuk

beradaptasi dan menyeleksi dirinya dan berkembang menjadi biotipe/ras baru

yang sanggup merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan tadi.

Dengan demikian timbullah masalah serangan hama yang bersangkutan yang

kadang-kadang sulit dikendalikan (Alemu, 2015).

Contoh : Tanaman hasil rekayasa genetika seperti jagung, pada awalnya resisten

terhadap hama ulat penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), namun lambat

laun, hama tersebut terus menerus menyesuaikan diri hingga akhirnya mampu

merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan tersebut.

4. Menanam Satu Varietas Terus Menerus Tanpa Pola

Dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimum ada sejumlah petani

yang berusaha menanam suatu varietas tanaman secara terus menerus sepanjang

tahun, tanpa diikuti dengan penerapan pola tanam. Dengan demikian dalam

hamparan lahan yang luas terdapat satu varietas tanaman dalam semua tingkatan

umur dari semaian sampai tanaman siap panen. Agroekosistem seperti ini

menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama-
hama tanaman, sehingga hama-hama dapat tumbuh dan berkembang biak dengan

baik mencapai jumlah populasi yang merusak atau merugikan secara ekonomis.

Contoh : Adanya serangan hama wereng batang cokelat di area persawahan padi

dalam jumlah besar karena hama akan bertahan di area yang sama dalam waktu

lama dan susah untuk dibasmi karena mendapatkan makanan di lokasi tersebut.

Jika dimungkinkan maka harusnya dilakukan rotasi tanaman atau bahkan

membiarkan tanah agardikosongkan selama beberapa waktu agar hama berpindah

lokasi.

5. Pembukaan Lahan Baru

Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi perubahaan

ekosistem menjadi tidak seimbang lagi, misalnya terjadinya penurunan atau

bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi hama meningkat drastis dan

menimbulkan kerusakan. Ekosistem pertanian akibat pembukaan lahan baru

biasanya akan membuat kondisi tidak stabi!. Kemudian, penanaman secara

monokultur akan berpotensi terjadinya dominasi suatu organisme pada ekosistem

tersebut.

Contoh : pembukaan lahan pertanian baru tidak hanya memusnahkan tanaman

inang bagi hama, namun juga tanaman inang bagi musuh alami seperti tanaman

bebungaan yang mengakibatkan menurunnya populasi musuh alami, sedangkan

populasi hama terus meningkat

6. Musim Tanam yang Salah

Pada tanaman semusim, musim tanam di suatu daerah tidak selalu sama,

namun selalu berkaitan dengan ketersediaan air. Pada daerah irigasi musim tanam
tergantung dari tersedianya air pada sumber dan saluran irigasi, sedangkan di

daerah yang tidak beririgasi musim tanam tergantung dari kapan hujan mulai

turun (musim hujan). Penanaman yang terlalu cepat atau terlambat umumnya akan

menimbulkan masalah serangan hama tertentu, namun sebaliknya keterlambatan

penanaman dapat menghindari serangan hama tertentu. Jadi dalam hal fenologi

umur tanaman dengan serangan hama perlu dipelajari secara kasus per kasus.

Contoh : Terkait stadia tanaman, pada periode bera, larva penggerek batang

berada di dalam singgang dan adakalanya singgang terinfeksi virus tungro, dan

berbagai penyakit yang disebab-kan oleh bakteri. Di dalam jerami bisa juga

terdapat sklerotia dari beberapa penyakit jamur. Tikus bisa berada di tengah-

tengah tanaman lain atau bersembunyi di tanggul irigasi. Pada lahan yang cukup

basah, keong mas juga dapat ditemukan. Semua hama dan penyakit pada saat bera

bisa menjadi sumber hama dan penyakit pada pertanaman berikutnya.

7. Immigrasi

Makhluk-makhluk hidup, termasuk yang tergolong hama, mampu

bermigrasi dari suatu tempat ke tempat lain, sering sampai melewati batas-batas

negara yang melalui rintangan geografis yang luas. Migrasi yang terjadi dapat

secara aktif dengan tenaga sendiri, ataupun pasif dengan bantuan angin, terbawa

barang yang dikirim antar negara, terbawa kendaraan dan lain sebagainya. Setelah

sampai di tempat yang baru hama-hama tersebut membentuk asosiasi yang baru

dengan inangnya. Bila inangnya tidak memiliki daya tahan alamiah dan tidak

terdapat musuh alami yang efektif, maka populasi hama tadi dapat berkembang

sehingga menjadi wabah.


Contohnya : Misalnya, hama kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) pertama

kali ditemukan di daerah Bogor sekitar bulan Maret 1986, hanya dalam beberapa

bulan saja hama melakukan migrasi dan dilaporkan sudah tersebar hampir di

seluruh wilayah Indonesia dan berkembang menjadi wabah yang mematikan

sampai ratusan ribu pohon lamtoro.

8. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida sering menimbulkan masalah baru seperti

membunuh organisme bukan sasaran (parasitoid dan predator), resistensi dan

resurgensi hama, serta perubahan fisiologi tanaman. Hal-hal tersebut dapat

menyebabkan tingginya populasi hama di lapangan.

Contoh : Beberapa insektisida bukan saja berspektrum luas (broad spectrum)

tetapi juga memicu perkembangan populasi (resurjensi). Hal tersebut terjadi pada

wereng coklat, sehingga melahirkan Inpress No. 3 th 1986, tentang larangan 57

jenis insektisida. Adopsi varietas tahan adalah cara pengendalian yang paling

aman terhadap lingkungan. Namun jika satu varietas tahan ditanam secara terus-

menerus pada areal luas yang akan menyebabkan perubahan biotipe hama atau ras

patogen penyakit (Tani media, 2013).

9. Pengelolaan Tanaman

Pengelolaan tanaman (crop management) dengan kata lain teknik budidaya

adalah aktivitas untuk menumbuhkan tanaman, yaitu mulai dari memilih benih,

mengolah tanah, menyiram/mengairi, memupuk, menghendalikan gulma,

mengatur jarak tanam, dan memanen. Setiap tahap kegiatan tersebut


memungkinkan berkembangnya hama tanaman tertentu setelah berada di areal

pertanaman.

Contoh : Jarak tanam yang terlalu rapat pada areal pertanaman kedelai dapat

memudahkan mobilisasi hama ulat grayak (Spodoptera spp.) sehingga

distribusi/penyebaran hama menjadi sangat cepat.

10. Varietas Unggul yang Rentan

Arah pemuliaan tanaman sering tidak memasukkan unsur daya tahan

varietas terhadap serangan hama, yang diutamakan adalah sifat-sifat yang

berhubungan langsung dengan potensi hasil yang maksimal, seperti umur pendek,

tahan rebah, daun-daun tegak, responsif terhadap pupuk. Masalah hama yang

timbul dianggap dapat ditanggulangi dengan paket pestisida. Keterbatasan

varietas unggul ini merupakan kelemahan yang selalu menyebabkan timbulnya

masalah serangan hama (Roubotsova, 2014).

Contoh : saat ini banyak terdapat varietas unggul tahan hama penyakit, misalnya

pada kedelai varietas tahan hama kutu kebul yang memiliki keunggulan tahan

hama tanpa diberi pestisida karenadi varietas unggul tersebut terkandung zat

pestisida, maka saat hama kutu kebul memakan kedelai tersebut beberapa hama

akan mati tetapi yang resistensi akan memakan kedelai tersebut kemudian lambat

laun akan memunculkan spesies hama baru yang resisten.


REFERENSI
Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Academic Press, New York. 803 pages.

Alemu,K. 2015. The Role and Application of Bioinformatics in Plant Disease


Management. Adv. Lif. SciTech., p.28. Bostock, R.M., Pye, M.F.,

Balitbang Pertanian. 2019 Indonesian Agency for Agricultural Research and


Development. Jl. Ragunan 29 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12540,
Indonesia.

Roubtsova,T.V. 2014. Predispositionin Plant Disease: Exploiting the nexusin


abiotic and biotic stress perception and response. Annu. Rev. Phytopathol.,
52, 517–549

Tani Media :http://tanimedia.blogspot.com/2013/01/sebab-sebab-timbulnya-


serangan-hama.html?m=1
SEBAB-SEBAB
TIMBULNYA HAMA

Siti Nur Kholijah


190301009
DEFENISI HAMA DAN KONSEP
TIMBULNYA HAMA

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan balk pada Adanya suatu hewan dalam satu
manusia, temak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti pertanaman sebelum menimbulkan
sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman kerugian secara ekonomis maka dalam
adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang pengertian ini belum termasuk hama.
mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara Namun demikian potensi mereka sebagai
ekonomiS hama nantinya perlu dimonitor dalam
suatu kegiatan yang disebut pemantauan
(monitoring). Secara garis besar hewan
yang dapat menjadi hama dapat dari jenis
serangga, tungau, tikus, burung, atau
mamalia besar. Mungkin di suatu daerah
hewan tersebut menjadi hama, namun di
daerah lain belum tentu menjadi hama

2
PENYEBAB TERJADINYA HAMA

Menanam
Tingkat
Kekaratinaa Kenaekarag satu vaietas
keanekarag Pembukaan
n tanaman aman terus
aman lahan baru
genetik menerus
ekosistem
tanpa pola

Musim Varietas
Penggunaa Pengelolaan
tanam yang imigrasi unggul yang
n pestisida tanaman
salah rentan

3
1. Tingkat Keragaman Ekosistem
Sistem pertanaman beranekaragam (polikultur) berpengaruh terhadap keragaman spesies dan
populasi herbivora (hama). Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan yaitu dapat
mengurangi populasi serangga hama, namun ada yang merugikan karena dapat meningkatkan
populasi hama tertentu. Umumnya pada pertanaman polikultur, jumlah spesies-spesies
herbivora poliphag lebih tinggi dibandingkan dengan spesies monophag. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan mencari inang.

Contoh : Populasi spesies predator dan parasitoid cenderung lebih tinggi pada
pola pertanaman polikultur dibandingkan dengan monokultur. Hal ini berkaitan
dengan ketersediaan nektar (madu), mangsa (bagi predator) dan host (bagi
parasitoid) serta habitat mikro pada pertanaman polikultur.

4
2. Karantina tanaman
Tujuan dilakukan tindakan karantina adalah untuk :Mencegah masuknya hama /
penyakit hewan karantina, dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dari
luar negeri kedalam wilayah Negara Republik Indonesia (Balitbang Pertanian,
2019).

Contoh : Kasus kebobolan masuknya hama baru akibat kelalaian karantina


adalah masuknya hama penggorok daun kentang (Liriomyza spp.). Hama
penggerek daun (Liriomyza spp.) adalah hama yang berasal dari luar wilayah
Indonesia (hama eksotik) dan termasuk dalam kategori organisme pengganggu
tanaman (kategori A2) sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor
38/KTPS/HK.060/1/2006.

5
3. Keanekaragaman Genetik
varietas tanaman yang dibudidayakan yang merupa-kan hasil pemuliaan, dimana daya tahan
genetik varietas-varietas ditentukan oleh gen tunggal, sehingga daya tahan varietas tersebut
terhadap hama tertentu menjadi rentan. Tekanan seleksinya terhadap populasi hama
memaksa hama tersebut untuk beradaptasi dan menyeleksi dirinya dan berkembang menjadi
biotipe/ras baru yang sanggup merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan tadi.
Dengan demikian timbullah masalah serangan hama yang bersangkutan yang kadang-kadang
sulit dikendalikan.

Contoh : Tanaman hasil rekayasa genetika seperti jagung, pada awalnya


resisten terhadap hama ulat penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis),
namun lambat laun, hama tersebut terus menerus menyesuaikan diri hingga
akhirnya mampu merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan
tersebut.

6
4. Menanam Satu Varietas Terus Menerus Tanpa Pola

ada sejumlah petani yang berusaha menanam suatu varietas tanaman secara terus menerus
sepanjang tahun, tanpa diikuti dengan penerapan pola tanam. Dengan demikian dalam
hamparan lahan yang luas terdapat satu varietas tanaman dalam semua tingkatan umur dari
semaian sampai tanaman siap panen. Agroekosistem seperti ini menyediakan makanan dalam
jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama. hama tanaman, sehingga hama-hama
dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik mencapai jumlah populasi yang merusak
atau merugikan secara ekonomis

Contoh : Adanya serangan hama wereng batang cokelat di area persawahan


padi dalam jumlah besar karena hama akan bertahan di area yang sama dalam
waktu lama dan susah untuk dibasmi karena mendapatkan makanan di lokasi
tersebut. Jika dimungkinkan maka harusnya dilakukan rotasi tanaman atau
bahkan membiarkan tanah agardikosongkan selama beberapa waktu agar
hama berpindah lokasi.

7
5. Pembukaan Lahan Baru
Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi perubahaan
ekosistem menjadi tidak seimbang lagi, misalnya terjadinya penurunan
atau bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi hama
meningkat drastis dan menimbulkan kerusakan. Ekosistem pertanian
akibat pembukaan lahan baru biasanya akan membuat kondisi tidak
stabi.

Contoh : pembukaan lahan pertanian baru tidak hanya memusnahkan tanaman


inang bagi hama, namun juga tanaman inang bagi musuh alami seperti tanaman
bebungaan yang mengakibatkan menurunnya populasi musuh alami, sedangkan
populasi hama terus meningkat
8
6. Musim Tanam yang Salah
Penanaman yang terlalu cepat atau terlambat umumnya akan menimbulkan
masalah serangan hama tertentu, namun sebaliknya keterlambatan penanaman
dapat menghindari serangan hama tertentu. Jadi dalam hal fenologi umur
tanaman dengan serangan hama perlu dipelajari secara kasus per kasus.

Contoh : Terkait stadia tanaman, pada periode bera, larva penggerek batang
berada di dalam singgang dan adakalanya singgang terinfeksi virus tungro, dan
berbagai penyakit yang disebab-kan oleh bakteri. Di dalam jerami bisa juga
terdapat sklerotia dari beberapa penyakit jamur. Tikus bisa berada di
tengahtengah tanaman lain atau bersembunyi di tanggul irigasi. Pada lahan yang
cukup basah, keong mas juga dapat ditemukan. Semua hama dan penyakit pada
saat bera bisa menjadi sumber hama dan penyakit pada pertanaman berikutny
9
7. Immigrasi
Makhluk-makhluk hidup, termasuk yang tergolong hama, mampu bermigrasi dari suatu tempat
ke tempat lain, sering sampai melewati batas-batas negara yang melalui rintangan geografis
yang luas. Migrasi yang terjadi dapat secara aktif dengan tenaga sendiri, ataupun pasif dengan
bantuan angin, terbawa barang yang dikirim antar negara, terbawa kendaraan dan lain
sebagainya. Setelah sampai di tempat yang baru hama-hama tersebut membentuk asosiasi
yang baru dengan inangnya. Bila inangnya tidak memiliki daya tahan alamiah dan tidak
terdapat musuh alami yang efektif, maka populasi hama tadi dapat berkembang sehingga
menjadi wabah.

Contohnya : Misalnya, hama kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) pertama


kali ditemukan di daerah Bogor sekitar bulan Maret 1986, hanya dalam beberapa
bulan saja hama melakukan migrasi dan dilaporkan sudah tersebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia dan berkembang menjadi wabah yang mematikan
sampai ratusan ribu pohon lamtoro.
10
8. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida sering menimbulkan masalah baru seperti membunuh
organisme bukan sasaran (parasitoid dan predator), resistensi dan resurgensi
hama, serta perubahan fisiologi tanaman. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan
tingginya populasi hama di lapangan.

Contoh : Beberapa insektisida bukan saja berspektrum luas (broad spectrum)


tetapi juga memicu perkembangan populasi (resurjensi). Hal tersebut terjadi pada
wereng coklat, sehingga melahirkan Inpress No. 3 th 1986, tentang larangan 57
jenis insektisida. Adopsi varietas tahan adalah cara pengendalian yang paling
aman terhadap lingkungan. Namun jika satu varietas tahan ditanam secara
terusmenerus pada areal luas yang akan menyebabkan perubahan biotipe hama
atau ras patogen penyakit (Tani media, 2013).
11
9. Pengelolaan Tanaman
Pengelolaan tanaman (crop management) dengan kata lain teknik budidaya
adalah aktivitas untuk menumbuhkan tanaman, yaitu mulai dari memilih benih,
mengolah tanah, menyiram/mengairi, memupuk, menghendalikan gulma,
mengatur jarak tanam, dan memanen. Setiap tahap kegiatan tersebut
memungkinkan berkembangnya hama tanaman tertentu setelah berada di areal
pertanaman.

Contoh : Jarak tanam yang terlalu rapat pada areal pertanaman kedelai dapat
memudahkan mobilisasi hama ulat grayak (Spodoptera spp.) sehingga
distribusi/penyebaran hama menjadi sangat cepat.

12
10. Varietas Unggul yang Rentan
Arah pemuliaan tanaman sering tidak memasukkan unsur daya tahan varietas terhadap
serangan hama, yang diutamakan adalah sifat-sifat yang berhubungan langsung dengan
potensi hasil yang maksimal, seperti umur pendek, tahan rebah, daun-daun tegak,
responsif terhadap pupuk. Masalah hama yang timbul dianggap dapat ditanggulangi
dengan paket pestisida. Keterbatasan varietas unggul ini merupakan kelemahan yang
selalu menyebabkan timbulnya masalah serangan hama

Contoh : saat ini banyak terdapat varietas unggul tahan hama penyakit, misalnya pada
kedelai varietas tahan hama kutu kebul yang memiliki keunggulan tahan hama tanpa
diberi pestisida karenadi varietas unggul tersebut terkandung zat pestisida, maka saat
hama kutu kebul memakan kedelai tersebut beberapa hama akan mati tetapi yang
resistensi akan memakan kedelai tersebut kemudian lambat laun akan memunculkan
spesies hama baru yang resisten

13
KESIMPULAN

Penyebab utama ledakan


populasi hama, salah satunya
berasal dari perbuatan
manusia sendiri yang tidak
bijak dalam mengelola alam,
mengelola lahan pertanian.

14
THANK YOU

15

Anda mungkin juga menyukai