Anda di halaman 1dari 19

OPTIMALISASI PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PENGLOLAAN PULAU-PULAU KECIL DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI


TENGGARA

UNIVERSITAS HALU OLEO


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat
wilayah pesisir meliputi bagian daratan maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah
laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Supriharyono,
2007).
Pembangunan wilayah pada suatu ruang di kawasan pesisir harus memperhatikan
kesesuaian antara kebutuhan (demand) dengan kemampuan lingkungan menyediakan
sumberdaya (carrying capacity). Dengan mengacu kepada keseimbangan antara kebutuhan
dan pemasukan, maka akan dicapai suatu optimalisasi pemanfaatan ruang antara
kepentingan masa kini dan masa yang akan datang serta menghindari terjadinya konflik
pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan pada suatu wilayah tidak hanya mengacu kepada
kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara sosial ekonomi (Rayes, 2006).

Kabupaten Muna adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang terletak
dibagian selatan garis khatulistiwa, terletak di antara 4o15’ - 5o15’ LS dan 121o30’ -
123o15’ BT. Kabupaten Muna memiliki luas daerah daratan seluas ± 2.057,69 km2 atau ±
205.769 ha Kabupaten Muna disebelah Utara berbatasan dengan Selat Spelma, disebelah
Selatan berbatasan Kabupaten Buton Tengah, disebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Buton Utara, dan disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Muna Barat.

Secara adimistrasi Kabupaten Muna terdiri dari 22 Wilayah Kecamatan, yaitu


Kecamatan Tongkuno, Tongkuno Selatan, Parigi, Bone, Marobo, Kabawo, Kabangka, Kontu
Kowuna, Kontunaga, Watopute, Katobu, Lohia, Duruka, Batalaiworu, Napabalano,
Lasalepa, Towea, Wakorumba Selatan, Pasir Putih, Pasi Kolaga, Maligano, dan Batukara.
Kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten Muna adalah Kecamatan Bone
seluas 130,09 Km2 dengan Ibu Kota Kecamatan Bonekancitala dan kecamatan dengan luas
wilayah terendah adalah Kecamatan Duruka Seluas 11,52 Km2 Ibu Kota Kecamatan
Wapunto.

Dari 22 kecamtan itu 17 kecamatan adalah wilayah pesisir dan laut yang memiliki
potensi sumber daya alam yang dapat menbangkitkan taraf hidup masyarakat dan kemjuan
kabupaten muna seperi yang diungkap oleh bvungkarno (1953:7) menyatakan bahwah
untruk mnenjadi bangsa yang kuat dan sejatra kita harus menjadi bangsa bahari yang saling
berinterkasi antara pulau yangsatu dengan pulau yang lain. Interaksi antara beberapa
aktivitas pada kawasan pesisir dengan kawasan daratan akan tercipta dan memungkinkan
terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan kawasan
sekitarnya. Untuk itu penyusunan pemanfaatan wilayah pesisir dibuat sedemikian rupa
sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling menunjang dan memiliki keterkaitan
dengan kawasan yang berbatasan. Agar dapat menempatkan berbagai Analisis Peran
Pemerintah Dalam Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil di Kabupaten Muna 3 kegiatan pembangunan di lokasi sesuai secara ekologis, maka
kelayakan biofisik (biophysical suitability) di wilayah pesisir harus diidentifikasi terlebih
dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan
biofisik (biophysical requirements) setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan.
Dengan cara ini dapatlah ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit (lokasi)
pembangunan di wilayah pesisir (Sulasdi, 2001).

Orientasi pembangunan dan aktifitas masyarakat untuk menjalankan roda


pembangunan berspektif jangka pendek, yaitu meraih manfaat material sebanyak-
banyaknya, apalagi ditambah dengan adanya krisis ekonomi dan moneter serta wabah
penyakit (covid 19) sekarang iniyang melanda Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya alam
yang tidak memperhatikan keberlanjutan ketersediaannya untuk jangka panjang, akan
menyebabkan kerusakan habitat dan hilangnya keanekaragaman hayati yang cenderung akan
menurunkan kualitas lingkungan alam di kawasan pesisir.

Wilayah pesisir Kabupaten Muna merupakan salah satu kawasan strategis cepat
tumbuh sebagai daerah penyangga yang potensial dari sisi perkembangan ekonomi dengan
pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir yang ada. Permasalahan yang dihadapi saat ini
adalah masih terbatasnya data online tentang potensi yang dimiliki dan permasalahan
pembangunan pesisir Kabupaten Muna secara menyeluruh dan komprehensif. Sehingga
menyulitkan pihak Analisis Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Kualitas Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Muna 4 pemangku kepentingan
(stakeholder) untuk mengambil suatu keputusan dalam rangka pengembangan potensi
tersebut. Solusinya adalah dengan melakukan kegiatan inventarisasi dan pemetaan potensi
sumberdaya alam pesisir agar tersedia data yang akurat untuk rencana pengembangan
wilayah pesisir Kabupaten Muna.

Berdasarkan latar belakang tersebut, ternyata masih terdapat berbagai permasalahan


di sekitar wilayah pesisir Kabupaten Muna. Namun demikian, pemerintah daerah telah
berupaya melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Dalam hal ini
masyarakat juga telah turut berperan menjaga dan meningkatkan kualkitas lingkungan
pesisir. Oleh karena itu, pertanyaan penelitiannya adalah berapa besar peran kebijakan
pemerintah dan rencanah strategi pengembangan dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil Kabupaten Muna.

1.2. Tujuan
Adapun Tujuan dari penyusunan kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis peran pemerintah terhadap pengelolaan Kawasan pesisir Kabupaten
Muna
2. Merencanakan strategi pengembangan wilayah kawasan pesisir Kabupaten Muna

1.3. Sasaran Kegiatan


Penyusunan “Analisis Peran Pemerintah dalam Meningkatkan KualitasPengelolaan
Wilayah Peisisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Muna” diharapkan dapat menjelaskan;
1. Permasalahan dan kendala dalam peningkatan kualitas pengelolaan wilayah peisisir
dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna
2. Selain itu juga diharapkan dapat memberi masukan pada berbagai stakeholders dalam
melaksanakan fungsi dan perannya. Khususnya dalam penentuan kebijakan di
kawasan pesisir agar lebih memberikan kesejahteraan pada masyarakat sekaligus
tetap lestari sumber daya alamnya.
1.4. Keluaran
Keluaran atau produk dari penyusunan Kajian ini adalah tersusunnya
dokumenrekomendasi yang memuat antara lain:
1. Peran pemerintah dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten Muna
2. Strategi pengembangan wilayah peisisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna
1.5. Ruang Lingkup
1. Melakukan tinjauan dokumen perencanaan terkait program pengembangan dan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta evaluasi capaian.
2. Melakukan tinjauan literatur terkait konsep dan best-practices dalam pengembangan
dan pengelolaan taman secara tematik, baik dari segi luas lahan dan pemilihan tema
yang akan diusung.
3. Melakukan analisis peran pemerintah dalam peningkatan kualitas pengelolaan pesisir
dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna serta menentukan strategi peningkatannya.
1.6. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan kegiatan penelitian analisis peran pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pengelolaan serta strategio pengembangan dan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Muna adalah:
1. Undang undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil.
2. Undang Undang U No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
3. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10/MEN/2003 tentang Panduan
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu (Integrated Coastal Zone
Management; ICZM).
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
BAB 2
METODE PENEDEKATA

Kegiatan ini akan dilakukan secara Kualitatif dan Kuantitatif dengan menggunakan
data data hasil survei lapangan dan beberapa data sekunder terkait pengelolaan wilayah
pesisir Kabupaten Muna. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjelaskan karakteristik
subjek penelitian dengan melihat frekuensi dan persentase darisemua variabel penelitian
beserta masing-masing indikatornya dalam menentukan penilaian terhadap peran pemerintah
dalam peningkatan kualitas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sedangkan
analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh kebijakan dan peran
pemerintah terhadap kondisi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna.
Dengan demikian, terdapat dua variabel dalam penelitian ini yakni variabel bebas yaitu
kebijakan dan peran pemerintah dan variabel tidak bebas yaitu kondisi lingkungan pesisir
dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna.

2.1. Metode Pengumpulan Data


a. Observasi Lapangan Observasi yang kita lakukan di lapangan pada umumnya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu observasi terkontrol (controlled observation) dan
observasi tidak terkontrol (uncontrolled observation). Untuk kepentingan melakukan
observasi yang terkontrol sesuai dengan masalah yang diteliti dan sesuai dengan hipotesa
yang harus diuji, kita harus melakukan perencanaan berkenaan dengan observasi tersebut.
Alat pengumpul data yang dapat digunakan untuk mengkover data pada waktu melakukan
observasi yaitu ceklist, peta dasar, alat pemotret dan tabel-tabel blangko. Observasi lapangan
yang terkontrol dengan perencanaan yang baik yang disesuaikan dengan masalah yang akan
diteliti, yang sesuai dengan hipotesa yang akan diuji, berarti telah tersusun sedemikian rupa,
sehingga analisisnya juga terukur secara terarah.
b. Teknik Wawancara Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan oleh teknik
observasi. Pada tahapan survey teknik ini bukan merupakan teknik pengumpulan data yang
utama, melainkan hanya sebagai teknik pelengkap. Jika berdasarkan hasil observasi masih
belum diperoleh data yang lengkap, terutama mengenai data yang berupa pendapat atau
sikap penduduk terhadap gejala atau masalah yang ada di wilayah perencanaan, maka teknik
wawancara dapat dilaksanakan. Teknik wawancara yang dapat menjamin kebutuhan kita
secara terarah, adalah wawancara yang tertutup. Wawancara yang tertutup ini pada
pelaksanaannya menggu¬nakan pedoman wawancara. Pada pedoman wawancara ini
dituangkan¬ metode pendekatan, variabel, dan item-item yang akan kita peroleh.
c. Studi Dokumentasi dan Kepustakaan Untuk melengkapi data dalam rangka analisis
masalah yang ada di kawasan perencanaan, kita memerlukan informasi dari
dokumendokumen yang ada hubungannya dengan obyek yang menjadi studi. Untuk
keperluan ini, kita harus melakukan studi dokumentasi. Membaca, memilih, menggunakan
dan mempelajari sumber-sumber dokumentasi memerlukan keterampilan khusus. Dengan
keterampilan khusus, kita akan dapat melakukan seleksi terhadap dokumen-dokumen yang
relevan dengan kepentingan penelitian. Penelitian geografi yang memenuhi syarat tidak
dapat dilakukan tanpa menguasai teori, prinsip, konsep, dan hukum-hukum yang berlaku
pada bidang.
2.2. Metode Analisis
a. Metode Analisis Normatif
Motode ini menggunakan beberapa aturan atau norma perundang-undangan yang
berlaku (UU, PP,Kepres, Kepmen, Perda ataupun perbup).
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Metode ini merupakan metode untuk menganalisis karateristik wilayah studi baik
yang dapat diukur maupun yang tidak dapat terukur secara kuantitatif dan kualitatif. Sebelum
dilakukan perhitungan dan analisis terhadap berbagai indikator di atas, pertama-tama
dilakukan perhitungan indeks persepsi respon den terkait peran pemerintah dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Perhitungan indeks ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat ketergantungan dan keluar kepedulian responden. Persentase masing-
masing indikator tersebut dapat menjelaskan karakteristik responden, indeks kebijakan
pemerintah, indeks peran serta masyarakat, indeks kondisi perairan,dan indeks kondisi
daratan. Selanjutnya digunakan parameter statistik untuk mengetahui hubungan antara
kebijakan pemerintah dan peran serta masyarakat dengan kualitas lingkungan pesisir dan
pulau-pulau kecil.
Analisis korelasi dan regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan kedua variabel
tersebut. Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara
korelasi kedua variabel di mana variabel lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan
atau dibuat tetap(sebagai variabel kontrol). Karena variabel yang diteliti adalah data interval
maka teknik statistik yang digunakan adalah Pearson Correlation Product Moment (Sugiyono,
2013: 216).
c. Analisis Strategi Pengembangan Wilayah
Pesisir Strategi pengembangan wilayah pesisir dilaksanakan dengan menggunakan
analisis SWOT. Analisisi SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunities, Threatness), yaitu
suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki wilayah studi,
sehubungan dengan peran pemerintah dalam pengembangan wilayah pesisir yang akan
dilakukan di masa datang.
SWOT merupakan sebuah metode yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)., Langkah pertama yang
dilakukan dalam menggunakan analisis SWOT adalah menelaah lingkup studi yang akan
dianalisis. Dengan kata lain harus diketahui tujuan dari studi tersebut, apakah bertujuan untuk
mendapatkan profit, untuk meningkatkan produksi dan penjualan atau suatu organisasi
didirikan dengan tujuan sebagai pelayanan publik. Dari pengetahuan tujuan dapat ditentukan
dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dua faktor tersebut adalah:
a) Faktor internal:
Faktor-faktor yang menentukan kinerja suatu organisasi/lembaga/perusahaan yang
sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan. Faktor internal ini dapat mengidentifikasikan
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
b) Faktor eksternal:
Faktor-faktor yang diluar kendali perusahaan tapi sangat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan. Faktor eksternal dapat mengidentifiaksi peluang (opportunities) dan ancaman
(threats).
BAB 3
ANALISIS PERAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL

3.1. Indeks Variabel Pemerintah


Indeks variable peran pemerintah didapatkan dari kalkulasi persentase peran
pemerintah dalam pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Muna berdasarkan hasil jawaban
pada kuioner di setiap indikatornya. Disajikan pada table grafik berikut.

A. Indeks Variabel Peran Pemerintah


1. Keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan wilayah pesisir kabupaten Muna cukup
tinggi sebesar 75 (A1) yang mengcakup penyusunan rencana pengelolaan wilayah
pesisir, pelaksanaan, rencana program, melaksanakan fungsi pengwasan dan
penegakan hukum, monitoring sumber daya pesisir, dan evaluasi program
pengelolaan.
2. Manfaat pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil bagi pemerintah itu sangat
berguna dengan indeks 95 (A2) yang mecakup mata pencaharian, perlindungan
sumber daya alam, membuka akses, menciptakan lapangan kerja, dan memungkinkan
berinteraksi dengan masyarakat luar kabupaten.
3. Keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil
dikabupaten Muna memiliki indeks 64(A3) yang mecakup perlindungan sumber
daya alam, pembagunan sarana dan prasarana untuk kegiatan ekonomi wisata,
pemberdayaan masyarakat diwilayah pesisir, pemberian perijian kepada pengunjung,
penyedian data dan informasi.
4. Indeks persentasi program kerja pemerintah kabupaten Muna terkait dengan
pengelolaan sebesar 68 (A4) didominasi oleh jawaban respondan pada tiap
kecamatan (41-60%) terkait dengan pengelolaan Kawasan pesisir.
5. Indeks persentase tingkat ketergantungan 68 (A5) dengan tingkat ketergantungan
(40-60%) pada tiap kecamatan.
6. Kemampuan pemerintah dalam pengelolaan cukup besar dengan indeks 68 (B1) yang
mencakup pendidikan dan sosialisai, kemampuan opini, budaya dan lobi.
7. Indeks kapasitas sumber daya manusia dipemerintah yang aktif dalam pengelolaan
sebesar 58 (B2) ini didominasi oleh eselon III atau sekretaris kampung, kaur
kampung, setingkat esolen IV.
8. Prosentase program yang dialokasikan pemerintah tiap kecamatan dengan indeks
sebesar 60 (B3) dimana responden menyatakan (41-60%) dari table anggaran.
9. Kemampuan pemerintah dalam pengelolaan pulau-pulau kecil memiliki indeks 56,7
(B4) yang terdiri dari beberapa parameter:
a) Kemampuan mengawasi pelaksanaan program.
b) Fasilitas pengawasan
c) Kemapuan promosi
d) Kemampuan menjalin hubungan
e) Kemampuan menarik wisatawan untuk berkunjung.
10. Kemampuan pemerintah dalam memberikan sanksi terhada pelanggaran memiliki
indeks sebesar 40 (B5) mencakup sanksi fisik, sanksi tindak pindana, dan sanksi
sosial.
B. Hubungan Peran Pemerintah Dengan Pengetahuan Dan Persepsi Masyarakat
Pengelolaan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Berdasarkan uji korelasi (X) untuk peran pemerintah dan (Y) untuk pengetahuan
dan persepsi masyarakat, maka didapatkan bahwa hubungan peran pemerintah
dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna memiliki
nilai R sebesar 0,407. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan keduanya
sedang.

Tabel 5.1
Hasil Uji Korelasi

Regression Statistics
Multiple R 0,638001
R Square 0,407045
Adjusted
R Square 0,341161
Standard Error 4,211781
Observations 11

ANOVA
df SS M F Significance F
S
Regression 1 109,596 109,5962 6,17822 0,034671193
2 6
Residual 9 159,651 17,7391
9
Total 10 269,248
1
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari
regresi. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai
Signifikansi (Sig). Berdasarkan Tabel 5.1, nilai signifikansi penelitian ini adalah
sebesar 0,03. Apabila Sig <0,05 maka model regresi adalah linier. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa terhadap pengaruh yang signifikan antara
peran pemerintah dengan pengetahuan dan persepsi masyarakat dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil di Kabupaten Muna.

1. Kekuatan (Strengths)
Kekuatan dalam pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Muna yaitu:

1. Kabupaten Muna memiliki panjang garis pantai kurang lebih 55.92 km.
2. Penggunaan lahan di Kabupaten Muna cenderung menjadi lahan terbangun
karena memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
3. Memiliki potensi ekologis yang baik
4. Kabupaten Muna sebagai wilayah penyangga antara pesisir Kota Bau-bau
dan Kota Kendari
5. Tersedia komoditas perikanan (perikanan tangkap, budidaya rumput laut,
budidaya laut, tambak dan kolam air tawar)
6. Memiliki tempat pelelangan ikan dan pengelola perikanan sebagai
prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap

2. Peluang (0pportunities)
Peluang dalam pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Muna yaitu:
1. Tersedianya anggaran untuk sarana dan prasarana pengembangan kawasan
pesisir dan kelautan.
2. Adanya peluang usaha pembenihan ikan
3. Masyarakat disekitaran pesisir siap untuk mengembangkan kegiatan
pembenihan
4. Akses pasar untuk pengembangan usaha perikanan dalam keadaan baik
5. Kemudahan mendapatkan sarana melaut seperti BBM, es, peralatan
penangkapan, jaring dan suku cadang.
6. Mempunyai kelembagaan lokal/oraganisasi yang mengatur pelaku usaha
perikanan
7. Memiliki sarana perdagangan seperti pasar sebagian masyarakat siap untuk
mengembangkan kegiatan agroindustri perikanan tangkap.
6.2. Ancaman (Threaths)

Ancaman dalam pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Muna

yaitu:

1. Pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Muna sebagai pusat aktivitas

masyarakat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi namun dapat

menyebabkan Kabupaten Muna memiliki kehilangan fungsi alaminya..

2. Penggunaan lahan denggan kecenderungan menjadi lahan terbangun

dapat mengancam keberlanjutan ekosistem laut jika aspek ekologis

diabaikan dalam perencanaan tata guna lahan diperkotaan

3. Adanya pencemaran lingkungan dibeberapa wilayah pesisir.

4. Berkurangnya generasi produktif yang bersekolah disektor perikanan dan


mengembangkannya di Kabupaten Muna berkurangnya budidaya ikan

(tambak)

6.3. Hambatan (Weaknesses)


Hambatan dalam pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Muna yaitu:
1. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi usaha perikanan tangkap dan
tambak
a. Belum meratanya bantuan modal kepada para nelayan
b. Pembinaan, penyuluhan dan penelitian jarang diadakan
c. Belum ada kelembagaan lokal/ organisasi yang
mengkoordinir
2. Kegiatan produksi primer perikanan tangkap dan tambak
a. Kurangnya pembudidayaan hasil laut pada nelayan sehingga
menghasilkan kualitas bibit yang rendah
b. Pengetahuan dan kemmapuan SDM dalam sektor
pemasaran masih rendah
c. Organisasi dan kelembagaan local yang eblum berjalan secara maksimal
d. Akses teknologi belum berkembang
e. Organisasi dan kelembagaan local mash berjalan secara individu
3. Kegiatan Pengolahan (Agroindustri)
a. Kurangnya inovasi dalam kegiatan pengolahan
b. Rendahnya minat masyarakatdalam kegiatan pengolahan
c. Masih minimnya pembinaan dan kegiatan penyuluhan terkait
kegiatan pengolahan.
d. Minimnya jasa perbaikan kerusakan alat pada industi
pengolahan
4. Kegiatan Pemasaran
a. Hasil tambak belum pernah di pasarkan
b. Kurangnya adanya dukungan pemerintah baik dari kebijakan, modal,
pembinaan dan penyuluhan pada kegiatan pemasaran
c. Belum adanya lembaga local yang dibentuk untuk mengkoordinir
kegiatan pemasaran di kawasan pesisir
d. Pengetahuan dan kemampuan SDM dalam sektor pemasaran masih
rendah.

6.5 Strategi pengembangan Kawasan Pesisir Kabupaten Muna Dengan


Menggunakan Kekuatan untuk Memanfaatkan Peluang
Strategi pengembangan kawasan perikanan di pesisir Kabupaten Muna
diarahkan sebagai kawasan agribisnis perikanan, yang mempunyai fungsi
utama ekonomi. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pendekatan agribisnis perikanan sebagai alternative pengembangan
ekonomi berbasis kelautan dengan prinsip dasar integrasi, efisiensi,
kualitas serta percepatan.
2. Edukasi tentang Teknik Penyimpanan, Pengolahan, Pengemasan dan
Pemasaran Produk
Pemaparkan terkait kedua strategi ini terhadap kekuatan dan peluang
yang dimiliki wilayah pesisir Kabupaten Muna terhadap keadaan tersebut dapat
dirumuskan kegiatan yang dapat dijalankan dengan syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi agar masing-masing kecamatan di Kabupaten Muna yang
bersentuhan langsung dengan laut dapat memposisikan diri sebagai sektor hulu,
budidaya dan pasca produksi.
1. Hulu (Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi Usaha Perikanan
a. Memiliki Sumberdaya Manusia dengan kemampuan teknis dengan
manajemen yang baik sesuai dengan pengembangan sektor perikanan.
b. Memiliki kelompok atau lembaga local untuk mengkoordinir pelaku
kegiatan di sektor hulu.
c. Memilki kemudahan akses dalam pembiayaan, personil, pengelolaan dan
pengembangan.
d. Tersedianya lembaga penunjnag untuk memberikan penyuluhan dan
pelatiahn melalui Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) untuk menciptakan
inovasi baru.
e. Tersedianya fasilitas risert untuk pengembangan teknologi seperti Indoor
Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT).
f. Pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan praktisi dari berbagai
bidang keilmuan, salah satunya pelaku di bidang industri kreatif untuk
dapat memberikan masukan dalam teknik, bentuk dan material yang
digunakan untuk kemasan produk jadi sehingga lebih menarik dan
meningkatkan daya jual produk.
2. Budidaya (Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya)

a. Memiliki letak geografis kawasan yang strategis dan memenuhi


persyaratan untuk pengembangan produk unggul tambak dan pemasaran.
b. Kondisi lingkungan yang layak dan masih luasnya lahan budidaya
c. Memiliki komuditas unggulan dan memiliki nilai ekonomis tinggi,
misalnya rumput laut.
d. Memiliki kelembagaan lokal yang bertugas mengkoordinir dan
bertanggung jawab dalam kegiatan perikanan tangkap dan budidaya.
Sebagai wadah bagi pembudidaya hasil laut dan nelayan untuk
berkumpul dan berdiskusi serta sebagai badan resmi yang mengelola
pendanaan atau fasilitas penunjang yang didukung oleh pemerintah.
e. Memiliki sarana prasarana pendukung, seperti: ketersediaan air yang
cukup, jaringan air limbah, jaringan air bersih, jaringan listrik,
persampahan, dan jaringan telekomunikasi

Kesimpulan :

1. Peran pemerintah hubunganya dengan pengentahuan dan presepsi masyarakat tentang


pengembangan dan pengelolaan pulau – pulau kecil kabupaten muna berada pada
kategori sedang nilai R sebesar 0,407 dengan pengaruh signifikan sebesar 0,03 atau 3%
X
2. Strategi pengembangan dan pengelolaan wilayah kawasan pesisir kabupaten muna
adalah sebagai berikut :
a. Kekuatanya ( strengths ) adalah memilik garis pantai 55,92 km, potensi
ekologi yang tinggi, menjadi penyangga kota kendari dan kota bau – bau, tersedia
komoditas perikanan seperti : perikanan tangkap, budidaya, rumput laut, budidaya laut,
tambak, kolam ikan, dan pelelangan ikan
b. Peluang ( oppontunitles ) adalah ada nya anggaran sarana prasarana prmgembangan,
adanya peluang pemberihan ikan oleh masyarakat pesisir, ada kemudahan mendapatkan
BBM, es ikan, peralatan tangkap, jaring, dan suku cadang, ada kelembagan lokal,
masyarakat siap mengembangkan kegiatan agroindustri perikanan tangkap
c. Ancaman ( threets ), kawasan pesisir yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi terjadi
kehilangan fungsi alaminya, mengacam keberlanjutan ekosistem laut, pencemaran
lingkungan akan terjadi.
d. Hambatan ( weaknesses ) belum meratannya bantuan modal pada nelayan, terbatasnya
organisasi yang mengkoordinier, kemampuan SDM dalam sektor pemasaran masi
rendah, akses teknologi belum berkembang, kurangnya inovasi dalam kegiatan
pengelolaan, minimnya jasa perbaikan kerusakan alat, minimnya dukungan pemerintah
untuk kegiatan pemasaran, belum ada lembaga yang mengkoordier pemasaran.

Strategi pemgembangan dan pengelolan kawasan pesisir kabupaten muna dengan


mengunakan kekuatans untuk memanfaatkan peluang adalah sebagai berikut :
 Pendekatan agribisnis perikanan sebagai alternatif pemgembangan ekonomi berbasis
kekuatan dengan prinsip dasar integrasi, efisiensi, kualitas serta percepatan
 Edukasi tentang teknik penyimpanan, pengelolaan, pengemasan dan pemasaran produk.
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, Nurul. 2014. The Teacher’s Roles In Teaching English For Specific
Purposes To Nursing Program Students. Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. Magister Scientiae - ISSN: 0852-078X Edisi No. 35 -
Maret 2014
Drost,J. 2002. On Going Formation bagi Seorang Guru. Harian Kompas 14
Pebruari 2002.
Cholil, Muhammad. Dkk. 2019. Pendidikan dan pelatihan sistem informasi
geografi untuk anggota musyawarah guru mata pelajaran geografi di
kabupaten Sukoharjo dan Kabupeten Sragen Propinsi Jawa Tengah.
Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol.3 No.2
Hamidah, N. dkk. 2013. Peran SIG dalam perkembangan permukiman perkotaan
yang lebih progresif. Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi
Geospasial Untuk Optimalisasi Otda, UMS.
Jathol, Chetna & sonal chabra, 2015. Educational technology. Tripura university.
Vikas publishing house.
Knowles, Anne kelly. 2016. Historical geographic infomation sistems and social
science history. Vol. 40. No.4. cambridge. University press
Kussmaul, Clif, Jason Dunn, Michael Bagley & Mitchell Watnik. 1996. Using
Technology In Education, When And Why, Not How. Vol. 44, No. 4 (Fall,
1996), Pp. 123-126. Published By: Taylor & Francis
Kementerian Pendidikan Nasional. 2009. Prosedur operasional standar
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan di KKG dan MGMP.
Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2009. Peserta penyusunan portofolio,
pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar (PPKHB) dalam rangka
penyusunan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan,
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
Kumalawati, R. dkk. 2013. Klasifikasi kerusakan permukiman akibat banjir lahar
menggunakan model builder GIS. Seminar Nasional Pendayagunaan
Informasi Geospasial Untuk Optimalisasi Otda, UMS.
Ningrum, 2007. Pemetaan kualifikasi dan kompetensi guru geografi bagi
peningkatan profesionalitas. ISSN 1412. Universitas pendidikan indonesia
Sodikin, dkk. 2009. Penyesuaian Dengan modus pembelajaran untuk siswa SMK
kelas X. Jurnal Teknologi Informasi. Volume 5 Nomor 2. Oktober 2009.
ISSN 1414-9999.
Sugandi, D, dkk. 2008. IbM guru geografi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Bandung Barat yang menghadapi permasalahan dalam penguasaan materi
sistem informasi geografis. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat UPI.
Sugandi, D 2014. Pembelajaran sistem informasi geografi bagi guru geografi di
kabupaten bandung dan bandung barat. Jurnal ilmu pendidikan dan
pengajaran. UPI. Vol 1 No 1
Sugandi, D. dkk. 2012. IbM guru geografi Di Kabupaten Bandung Dan Kabupaten
Bandung Barat yang menghadapi permasalahan dalam penguasaan materi
sistem informasi geografis. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.
Sugito, N.T 2013. Pemetaan dan penyusunan basisdata ruang terbuka hijau (RTH)
menggunakan sistem informasi geografis dalam kerangka pengembangan
geospasial eco campus UPI Bandung, Seminar Nasional Pendayagunaan
Informasi Geospasial Untuk Optimalisasi Otda, UMS.

Anda mungkin juga menyukai