Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA

EKSTRAKSI ASAM BASA

Nama : Halimatus Sa’diah


NIM : 161810301029
Kelompok/Kelas : 4/A
Nama Asisten : Diramisti Dwi P

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstrasi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut dan berbeda contohnya
yaitu ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair merupakan ekstraksi untuk
memisahkan zat terlarut dari cairan pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair.
Proses ekstraksi cair-cair untuk satu komponen bahan atau lebih dalam
suatu campuran dapat dipisahkan dengan bantuan pelarut
(Sastrohamidjojo, 2004).
Praktikum kali ini akan dilakukan dengan mengekstraksi asam benzoat
yang terdapat dalam toluena menggunakan basa NaOH sehingga terbentuk fase
cairan dan garam. Kedua fase selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan hasil
ekstraksi (ekstrak). Praktikum kali ini juga dilakukan pengujian pada hasil
ekstraksi menggunakan asam klorida.
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul,
atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut
dalam air. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif dinyatakan sebagai konsentrasi
zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada
suatu suhu tertentu. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu yaitu semakin
meningkat suhu maka kelarutan akan semakin besar (Day dan Underwood, 1999).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu:
1. Bagaimana mempraktekkan ekstraksi asam basa?
2. Bagaimana prinsip dasar dari metode ekstraksi asam basa?
1.3 Tujuan
Tujuan dari prakatikum ini yaitu:
1. Mempraktekkan metode ekstraksi asam basa.
2. Memahami prinsip dasar dari metode ekstraksi asam basa.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida mempunyai rumus kimia NaOH yang memiliki
beberapa sifat kimia dan fisika. Sifat fisika dari natrium hidroksida yaitu berwujud
padat, tidak memiliki bau dan berwarna putih. Bahan ini memiliki berat molekul
sebesar 40 g/mol. Titik didih dan titik leleh natrium klorida masing-masing yaitu

1388 °C dan 323 . Berat jenis natrium hidroksida yaitu 2,13. Sifat kimia dari
natrium hidroksida ini mudah larut dalam air dingin. Natrium hidroksida sangat
berbahaya jika terkena mata, kulit, tertelan dan terhirup. Bahaya yang ditimbulkan
dapat berupa iritasi. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera bilas dengan
air mengalir selama 15 menit. Kulit yang terkontaminasi dibersihkan
menggunakan dan ditutup menggunakan amolien. Penanganan jika tertelan jangan
dipaksa muntah kecuali dengan arahan tenaga medis. Penanganan jika terhirup,
segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018).
2.1.2 Asam Klorida
Asam klorida mempunyai rumus kimia HCl yang memiliki beberapa sifat
kimia dan fisika. Sifat fisika dari asam klorida yaitu berwujud cairan tidak
berwarna yang ber-pH asam (kuat). Asam klorida memiliki titik didih dan titik
lebur sebesar108,58 °C dan -62,25 °C dan tekanan uapnya 16 kPa (@ 20 °C).
Asam klorida memiliki ambang bau sebesar 0,25-10 ppm. Sifat kimia dari asam
klorida yaitu dapat larut dalam air dingin, air panas dan dietil eter. Asam klorida
sangat berbahaya jika terkena mata, kulit, tertelan dan terhirup. Bahaya yang
ditimbulkan dapat berupa iritasi. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera
bilas dengan air mengalir selama 15 menit. Kulit yang terkontaminasi dibersihkan
menggunakan dan ditutup menggunakan amolien. Penanganan jika tertelan jangan
dipaksa muntah kecuali dengan arahan tenaga medis. Penanganan jika terhirup,
segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018).
2.1.3 Asam Benzoat
Asam benzoat mempunyai rumus kimia C6H5COOH yang memiliki
beberapa sifat kimia dan fisika. Sifat fisika dari asam benzoat yaitu berwujud
padat, ber-pH 3 (asam) dan memiliki berat molekul sebesar 122,12 g/mol. Asam
benzoat memiliki titik didih dan titik leleh sebesar 249,2 °C dan 122,4 °C. Asam
benzoat memiliki massa jenis 1,2659 dan densitas uap sebesar 4,21. Sifat kimia
dari asam benzoat yaitu sangat sedikit larut dalam air dingin. Asam benzoat
berbahaya jika terkena mata, kulit, tertelan dan terhirup. Bahaya yang ditimbulkan
dapat berupa iritasi. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera bilas dengan
air mengalir selama 15 menit. Kulit yang terkontaminasi dibersihkan
menggunakan dan ditutup menggunakan amolien. Penanganan jika tertelan jangan
dipaksa muntah kecuali dengan arahan tenaga medis. Penanganan jika terhirup,
segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018).
2.1.4 Toluena
Toluena mempunyai rumus kimia C7H8 yang memiliki beberapa sifat
kimia dan fisika. Sifat fisika dari toluena yaitu berwujud cair, berbau manis, tidak
berwarna dan memiliki berat molekul sebesar 92,14 g/mol. Toluena memiliki titik
didih dan titik leleh sebesar 110,6 °C dan -95 °C. Toluena memiliki massa jenis
0,8636, tekanan uap 3,8 kPa, densitas uap sebesar 3,1 dan ambang bau sebesar 1,6
ppm. Sifat kimia dari toluena yaitu dapat larut dalam eter dan aseton. Toluena
berbahaya jika terkena mata, kulit, tertelan dan terhirup. Bahaya yang ditimbulkan
dapat berupa iritasi. Penanganan jika terkena mata dan kulit segera bilas dengan
air mengalir selama 15 menit. Kulit yang terkontaminasi dibersihkan
menggunakan dan ditutup menggunakan amolien. Penanganan jika tertelan jangan
dipaksa muntah kecuali dengan arahan tenaga medis. Penanganan jika terhirup,
segera pindahkan ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang menyangkut perpindahan zat
dari satu fasa ke fasa yang lain. Ekstraksi cair cair merupakan pemisahan cairan
yang tidak saling bercampur. Senyawa pada ekstraksi cair-cair dipartisikan
diantara dua pelarut atau fasa. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak
saling bercampur memiliki kemunngkinan untuk pemisahan analitik, bahkan jika
tujuan utamanya bukan untuk menganalisis namun hanya sekedar preparatif
(Petrucci, 1987).
Dasar metode dari ekstraksi cair-cair yaitu distribusi senyawa diantara dua
fasa zat cair yang berbeda dalam keadaan kesetimbangan. Kesetimbangan partisi
pada senyawa bergantung pada kelarutan senyawa pada masing-masing fasa.
Koefisien distribusi (K) adalah perbandingan konsentrasi dikedua fasa tersebut.
Persamaan dari koefisien distribusi yaitu sebagai berikut
K = Ca / Cb . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.1)
Ekstraksi cair-cair adalah pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut
yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagian lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok dan didiamkan hingga terjadi pemisahan sempuna dan
terbentuk dia lapisan fasa zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fasa tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap (Syukri, 1999).
Ekstraksi cair-cair dilakukan untuk memisahkan suatu komponen bahan
atau lebih dari satu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
cair-cair tidak dapat dilakukan apabila pemisahan campuran dengan cara distilasi
karena kepekaan terhadap panas atau tidak ekonomis. Ekstraksi ini tersiri dari
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut atau pemisahan kedua
fase cair sempurna. Ekstraksi cair-cair biasanya menggunakan corong pisah
sehingga bisa disebut dengan ekstraksi corong pisah. Koefisien partisi (K D) adalah
perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam dua fase. K D
merupakan sebuah tetapan yang dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi.
Nilai KD tidak bergantung pada konsentrasi total solut kedua fase, tetapi
bergantung pada suhu, jenis kedua solut. Metode ekstraksi didasarkan pada
perbedaan koefisien distrobusi pada zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda
fasa dan tidak saling bercampur. Faktor-faktor ynag perlu dipertimbangkan pada
ekstraksi yaitu:
1. Kecepatan dan kemudahan proses
2. Kemurnian produk yang tinggi
3. Rendah polusi
4. Kebutuhan recovery logam dari larutannya
5. Efektivitas dan selektivitas yang tinggi
(Brady, 1984)
2.2.2 Asam basa
Asam menurut arhenius merupakan suatu zat yang menghasilkan ion
hidrogen dalam air, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium.
Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida didalam air sehingga mampu
menghasilkan konsentrasi ion hidroksida. Sifat-sifat asam antara lain bersifat
korosif dan mampu terionisasi menghasilkan ion H +.Asam mampu membiruksan
kertas lakmus merah karena pHnya yang bernilai dibawah 7 (Oxtoby, 2011)
Konsep bronsted lowry menjelaskan bahwa jika suatu asam adalah zat
yang dapat memberikan ion hidrogen yang bermuatan postitif (proton). Contoh
senyawa yang bersifat asam adalah HCl, HNO3 dan H2SO4. Basa didefinisikan
sebagai zat yang dapat menerima H+.Contohnya adalah OH- dan NH3.
(Fessenden,1992).
2.2.3 Kelarutan
Kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu
larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan
yang berlainan. Terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas,
pembentukan kristal campuran). Perubahan kelarutan dengan tekanan tak
mempunyai arti penting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena
semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer,
perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang
berarti atas kelarutan. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu yaitu semakin
meningkat suhu maka kelarutan akan semakin besar (Day dan Underwood, 1999).
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas ukur
- Corong pisah
- Erlenmeyer
- Kertas PH
- Botol semprot
3.1.2 Bahan
- Larutan asam benzoat
- Larutan HCl 10%
- Akuades
- Kertas saring
3.2 Prosedur Kerja
Asam benzoat

- diambil sebanyak 3,3 gram


- dilarutkan dalam toluena 30 Ml
- diaduk dengan batang pengaduk
- dimasukkan dalam corong pisah
- ditambahkan 15 ml larutan NaOH 10%
- dikocok 5 menit
- didiamkan sampai terbentuk lapisan dengan jelas.
- dipisahkan lapisan air dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
dengan menyisakan sedikit lapisan toluene.
- diekstrak toluene sekali lagi dengan 15 ml larutan NaOH
10%
- digabung lapisan air dan diasamkan dengan larutan HCl 10%
- disaring endapan dengan kertas saring
- dikeringkan, ditimbang dan diamati sifat fisiknya.
Hasil

Anda mungkin juga menyukai