Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 10

Muhamad Alfarobby (11200530000069)


Muhammad Zuhdi (11200530000090)
MD3C
Resume Makalah SPI Kelompok 7
“Sejarah Peradaban Islam di Timur dan Barat Baghdad”

A. Latar belakang berdirinya kota Baghdad


Ketika pertama kali Dinasti Abbasiyah mengambil alih kekuasaan dari dinasti Umawiyah
yang berpusat di Damaskus, kota itu tidak bersahabat dengan orang-orang Abbasiyah.
Damaskus kota yang jauh dari Persia, basis kekuasaan Abbasiyah. Abu alAbbas al-Saffah,
khalifah pertama Daulah Abbasiyah mulai mencari tempat untuk dijadikan pusat
pemerintahannya. Ia memilih Kufah, Irak, hingga dia meninggal. Pada mulanya Ibu kota
negara adalah Kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang
baru berdiri itu, al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya,
Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesipon, tahun 762 M. Dengan demikian pusat
pemerintahan Dinasti Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Setelah sempurna perencanaan khalifah Al-Mansur, ia mengudang para Insinyur dan
menjelaskan keinginannya untuk mendirikan sebuah kota untuk Dinasti Abbasiyah yang
memenuhi syarat yang melindunginya dari sarangan musuh. Setelah di undangnya para
Insinyur, tukang kayu, kaum buruk dan perkerja lain yang di perlukan dari seluruh pelosok
Dinasti atau kerajaan, maka mulailah mereka membuat proyek bangun di atas pendataran
yang gambarnya di buat dengan pasir. Lalu di letakkan di atas garis bangunan itu bola-bola
dari kapas yang di siram dari minyak tanah laut di bakar untuk melihat secara jelas dan
terang gambar proyek tersebut. Dengan cara demikian dapatlah khalifah alMansur melihat
gambaran bangunan itu. Mulaiah kerja untuk membangunan kota Baghdad pada tahun 145
H.-762 M.

B. Dinasti-dinasti di Timur Baghdad


Peradaban umat Islam di wilayah Timur Baghdad yang terdapat empat dinasti kecil-kecil
yaitu Dinasti Thahiriyah, Saffariyah, dan Samaniyah. Keempatnya tentu memiliki kontribusi
yang tidak kecil dalam perjalanan sejarah peradaban Umat Islam di dunia ini.
1. Dinasti Thahiriyah (205 – 259 H. / 821 – 873 M.)
Dinasti Thahiriyah ini didirikan oleh seorang panglima perang pada masa khalifah
alMakmun, yakni Thahir bin Husain.
2. Dinasti Shafariyah
Dinasti Shafariyah berdiri dengan diawali oleh penaklukan terhadap kerajaan-
kerajaan lain. Ekspansi wilayah dilakukan secara terus-menerus sampai memberikan
kekhawatiran tersendiri bagikhalifah Abbasiyah.
3. Dinasti Samaniyah (261 – 389 H. / 874 – 999 M.)
Dinasti Samaniyah ini pun juga hampir sama dengan dinasti-dinasti yang lain, yang
juga ingin membesar wilayah kekuasaannya. Dinasti ini pun kemudian berhasil
menaklukkan kekuasaan dinasti Shafariyah.

C. Dinati-dinasti di Barat Baghdad


Peradaban umat Islam di wilayah Barat Baghdad yang terdapat tiga dinasti kecil-kecil
yaitu Dinasti Thulun, Iksidiyah dan Hamdaniyah.
1. Dinasti Thuluniyah (868-906 M/254-292 H)
Dinasti Thuluniyah adalah suatu dinasti yang didirikan oleh Ahmad ibn Thulun yang
berkebangsaan Turki. Mengingat ia lelaki yang saleh lagi cerdas serta memiliki
keterampilan yang apik dalam memimpin tentara, maka ia dipercaya –oleh khalifah
alWatsiq- untuk memimpin delegasi Abbasiyah ke Mesir.
2. Dinasti Iksidiyah (323-358 H/934-969 M)
Dinasti Ikhsyidiyah berkuasa mulai tahun 323 H/934 M sampai pada tahun 358 H/969
M. Dinasti inilah yang berhasil meruntuhkan kekuasaan dinasti Thuluniyah di Mesir
dan kemudian menguasai seluruh wilayah Mesir, tepatnya pada tahun 323 H/935 M.
Ketika Ikshid wafat, anak-anaknya masih kecil untuk meneruskan kekuasaannya.
3. Dinasti Hamdaniyah (317-394 H/929-1003 M)
Dinasti Hamdaniyah ini dapat dikategorikan sebagai kaum bar-bar, mengingat mereka
sangat mengandalkan kekuatan fisik dalam berinteraksi, tanpa mengenal istilah
kompromi kecuali sedikit sekali. Dinasti ini eksis pada saat Abbasiyah sudah
mengalami kelemahan. Banyak dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri,
termasuk diantaranya dinasti ini.

D. Peran Kota Baghdad sebagai pusat peradaban Islam

1. Pusat kegiatan Politik dan Pemerintahan


Pada masa pemerintahan al-Mansur, ibu kota Dinasti Abbasiyah dipindah dari Kuffah
ke Baghdad, sebuah kota indah yang terdapat di tepi aliran sungai Tigris dan Eufrat.
2. Pusat kegiatan Ilmu Pngetahuan dan Intektual
Lembaga pendidikan ini digunakan untuk melakukan kegiatan ilmiah, baik mengenai
agama ataupun umum. Pada umumnya materi yang diberikan adalah AlQuran,
ilmuilmu pasti, bahasa Arab dan kesusastraannya, mantik, fiqih, falaq, tafsir, tarikh,
hadist, ilmu-ilmu alam, nahwu dan shorof, kedokteran, dan musik.
3. Pusat kegitan Seni dan Budaya
Ada beberapa kesenian dan kebudayaaan yang berkembangan pada masa Dinasti
Abbasiyah sebagai berikut:
 Seni Bangunan (Arsitektur) Islam
 Seni Rupa
 Seni Bahasa (Sastra)
 Seni Musik dan seni Tari (Seni Suara)
Resume Makalah SPI Kelompok 8
“Perang Salib dan Dampaknya bagi Dunia Islam”

A. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Perang Salib

A. Faktor Agama
Dalam perspektif agama perang salib terjadi karena kaum Kristen merasa terhina atas
perlakuan yang mereka terima ketika menunaikan ibadah ketanah suci Yerussalem.
Mereka merasa terganggu atas perlakukan Bani Saljuk yang menguasai Baitul
Maqdis, perlakukan tersebut tersebut telah menyinggung perasaan orang-orang
Kristen karena Yerussalem bagi mereka adalah sebagai kota suci sebagai tempat
kelahiran Yesus. Disamping itu Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan
untuk umat Kristen yang mengunjungi Baitul Maqdis, peraturan-peraturan tersebut
sangat dan mengganggu mereka, sehingga mereka merasa tidak aman lagi, untuk
beribadah ke Baitul Maqdis. 3 Hal tersebut telah memicu kebencian dan kemarahan
serta sikap anti pati umat Kristen terhadap Islam.
B. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium di Marzikan tahun 1071 dan jatuhnya Asia kecil dibawah
kekuasaan Bani Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius untuk meminta bantuan
kepada Paus Urban II untuk mengembalikan kekuasaannya di sejumlah wilayah yang
diduduki oleh Bani Saljuk. Sementara itu dilain pihak kekuasaan Islam diwaktu itu
barada dalam kelemahan, sehingga memicu semangat juang kalangan Kristen untuk
melancarkan serangan diwaktu itu.
C. Faktor Ekonomi
Pedagang-pedagang besar yang berada dipantai timur laut tengah, terutama yang
berada di pantai timur laut tengah, dikota Venezia, Genoa dan Pisa, berambisi untuk
menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang Pantai Timur dan Selatan Laut
Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka, oleh karena itulah mereka tidak
segan-segan menjadi penyangga dana perang salib dengan harapan menjadikan
kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen memperoleh
kemenangan.
D. Faktor Sosial
Dikalangan bangsa Eropa terjadi kesenjangan sosial, yaitu kaum Gereja yang disebut
dengan kaum bangsawan dan rakyat jelata yang menempati kelas paling bawah.
Sehingga status sosial tersebut juga membawa dampak dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka merasa sering tertindas karena adanya beban untuk membayar pajak.
Disamping itu perlu diketahui bahwa sebahagian warga Eropa memiliki bakat
romantis yang senang berkelana, berpetualangan serta ada juga para pendosa yang
suka berbuat tindakan kriminal mereka turut ambil bagian dari perang salib.

B. Jalan / Proses Perang Salib


Para ahli sejarah berbeda pendapat dalam menetapkan priodesasi perang salib itu, Ahmad
Syalabi misalnya membagikan priode perang salib itu kepada tujuh priode. Namun secara
garis besarnya priode perang salib itu dapat dibagikan kepada tiga periode yaitu:
 Periode pertama yang disebut dengan priode penaklukan yang berlangsung hingga
tahun 1144 M. Periode ini adalah merupakan upaya umat Nasrani untuk merebut,
menduduki sejumlah wilayah Islam.
 Periode kedua, yang disebut dengan priode reaksi serangan balik umat Islam terhadap
umat Nasrani.
 Periode Ketiga, yang dikenal dengan perang kecil–kecilan, atau priode kehancuran
didalam pasukan salib.

Perang Salib I
Perang salib muncul kepermukaan untuk pertama kali adalah atas inisiatif Paus Urbanus
II ketika Paus Urbanus II melakukan istighosah akbar dengan seluruh para pembesar –
pembesar Gereja dalam menyikapi reaksi kehadiran Bani Saljuk di daerah Yerusalem.
Selanjutnya Boutros mensosialisasikan sekaligus mengkampanyekan kepada seluruh umat
Kristen untuk ikut serta dalam perang suci tersebut. Boutros akhirnya berhasil
mengumpulkan sejumlah pengikutnya yang terdiri dari rakyat jelata yang mengikut sertakan
anak-anak dan isteri-isteri mereka. Tetapi ketika mereka mendekati daerah Bani Saljuk
dengan mudahnya mereka dikalahkan oleh tentara Dinasti Bani Saljuk.
Pada tahun 1097 M umat Kristen melakukan konsilidasi yang lebih matang, pasukan ini
berkumpul di Konstantinopel dan ini merupakan suatu pasukan yang terorganisir dengan
rapi. Pasukan ini bergerak dari Konstantinopel menuju kota Antakiah pada bulan Oktober
1098 M selama sembilan bulan kota ini dikepung akibatnya adalah berkurangnya cadangan
logistik warga tersebut. Disini sejarah mencatat bahwa ketika mereka berhasil menduduki
kota Antakiah ini, mereka melakukan pembantaian secara besar-besaran atas penduduk kota
tersebut. Ekspansi terus dilakukan sehingga pada akhirnya berdirilah kerajaan-kerajan
Kristen di dunia Islam.
Keberhasilan Eropa pada perang salib I, yang dipimpin oleh Raymond dari Perancis,
Bohemund dan Godfrey Bouillon ditandai dengan berdirinya tiga kerajan latin. Pada
serangan tentara salib yang pertama ini, meskipun kondisi kekuatan umat islam lemah dan
tak berdaya namun bukan berarti tidak ada perlawanan sama sekali dari umat Islam. Sultan
Muhammad dari Damaskus, berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang
kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan Salib
Perang Salib II
Perang Salib II terjadi disebabkan jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Kristen ditangan
Islam. Reaksi dan perlawanan yang berarti dari pihak Islam, yang pertama muncul di bawah
pimpinan seorang perwira muslim yang gagah dan berani, yakni Imanuddin Zangki. Disisi
lain bangsa Romawi menjalin kerja sama dengan Perancis, dan dengan kekuatan gabungan
itu mereka menyerang Buzza. Mereka menangkap dan membunuh wanita dan anak-anak
yang tidak berdaya, kemudian mereka melanjutkan serangan ke Caesarae yang berada di
bawah kekuasaan Abu Asakir. Perang salib II terjadi didorong oleh jatuhnya kembali Edessa
ketangan umat Islam, berita tetang kejatuhan Edessa ketangan Islam sangat menimbulkan
kecemasan bagi tokohtokoh Kristen Eropa.
Dalam masa tahun 544 – 1149 H Nuruddin berhasil menguasai benteng Aireima, wilayah
perbatasan Apamea dan kota Joscelin, dengan menguasai kota-kota tersebut berarti kota-
kota penting yang dikuasai pasukan salib dapat dikuasainya. Selanjutnya pada tahun 1154
pasukan Nuruddin berhasil mengambil alih Damascus sebagai usahanya melapangkan jalan
menuju Yerusalem.

Perang Salib III


Pada perang salib ketiga ini pasukan Islam dipimpin langsung oleh Salahuddin alAyyubi,
sedangkan pasukan Kristen dipimpin oleh raja-raja yang berkuasa di Erofa Barat yaitu
Frederik Barbarossa kaiser jerman, Richard si Hati singa raja Inggris, dan Phillip Augustus
raja Perancis. Padal tanggal 1 Juli 1187 M, Salahuddin al-Ayubi dan pasukannya berhasil
menaklukkan Tiberias, setelah dia mengepung kota tersebut selama enam hari. Selanjutnya
Ia menyusun kekota Hittin dan berhasil merebutnya maka hancurlah kekuasaan orang
Perancis, selanjutnya ia menuju ke Yerusalem, seteleh mengepung kota Yerusalem selama
satu minggu akhirnya pasukan salib menyerah pada tanggal 2 Oktober 1187 M.
Berita jatuhnya Yerusalem, Palestina, Syam dan beberapa kota-kota lainnya ketangan
Salahuddin menggemparkan Erofa, sekaligus membangkitkan kembali semangat umat
Kristen untuk mengirimkan ekspedisi militernya yang lebih kuat. Perang Salib ketiga ini,
akhirnya berakhir dengan perjanjian yaitu daerah pesisir menjadi milik orang Kristen,
sedangkan daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin, dan para jamaah Kristen
yang pergi ke Yerussalem tidak akan diganggu.

Perang Salib IV
Perang salib berikutnya dipimpin oleh raja Jerman yakni Frederik II, sebelum ke Palistina
mereka terlebih dahulu berusaha untuk merebut Mesir dengan harapan mendapatkan bantuan
dari orang-orang Kristen Qibthi. Dan mereka berhasil menguasai Dimyat pada tahun 1219
M. Pada tahun 1250 M, kekuasaan Dinasti al-Ayyubi diganti oleh dinasti Mamluk (1250-
1517 M) setelah itu masih terjadi perang salib kendatipun skalanya tidak begitu besar,
perang salib pada waktu ini pasukan Islam dipimpin oleh Sultan Baybars (1260-1277 M)
dan sultan Qalawun (1279-1290). Pada masa al-Khalil putra sultan Qalawun tahun 1291 M,
pasukan Islam dapat merebut kota Acre (Akkka) yang merupakan benteng terakhir pasukan
salib, dengan jatuhnya kota Acre yang merupakan benteng terakhir pasukan salib, maka
berakhir pulalah perang salib yang telah berlangsung hampir dua abad lamanya.

C. Dampak perang Salib Bagi Peradaban Eropa dan Peradaban Islam


Perang salib telah membawa Eropa dalam hubungan erat dengan Islam, dalam hal ini
hubungan antara timur dan barat. Perang salib telah mengambil peranan penting dalam
kebangkitan Eropa yang sebelumnya mengalami masa surut yang rendah antara tahun 600-
1000 M. Sedangkan bagi dunia Islam, perang salib tidakk lebih dari suatu insiden yang penuh
dengan kerusakan dan kehancuran sebagai akibat dari peperangan.
Adapun peradaban Islam yang dapat ditemui dalam dunia barat, sebagai hasil dari kontak
langsung antara barat dan timur pada perang salib menurut Phillip. K. Hitti adalah sebagai
berikut:
 Dalam bidang milkiter pasukan salib menemukan adanya senjata modren dikala itu,
bahkan peledak, mesiu dan sebagainya.
 Adanya alat musik genderang untuk memotifasi militer dimedan pertyempuran,
 Dalam bidang pertanian adanya sisten irigasi, pompa hidrolik, pembudidayaan
tumbuhtumbuhan dan buah-buahan, adanya gula.
 Dalam bidang industri mereka mengenag hasil tenunan kain seperti kain mousselen,
damast, seti dan satin.
 Dalam bidang perdagangan dan pelayaran timbulnya pasar-pasar pada pasar baru di
Eropa dan sistim ekonomi yang teratur.
 Dalam bidang Seni sudah ditemukannya arsitektur Masjid, pemandian umum, Rumah
sakit dan penginapan.

Anda mungkin juga menyukai