A. Faktor Agama
Dalam perspektif agama perang salib terjadi karena kaum Kristen merasa terhina atas
perlakuan yang mereka terima ketika menunaikan ibadah ketanah suci Yerussalem.
Mereka merasa terganggu atas perlakukan Bani Saljuk yang menguasai Baitul
Maqdis, perlakukan tersebut tersebut telah menyinggung perasaan orang-orang
Kristen karena Yerussalem bagi mereka adalah sebagai kota suci sebagai tempat
kelahiran Yesus. Disamping itu Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan
untuk umat Kristen yang mengunjungi Baitul Maqdis, peraturan-peraturan tersebut
sangat dan mengganggu mereka, sehingga mereka merasa tidak aman lagi, untuk
beribadah ke Baitul Maqdis. 3 Hal tersebut telah memicu kebencian dan kemarahan
serta sikap anti pati umat Kristen terhadap Islam.
B. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium di Marzikan tahun 1071 dan jatuhnya Asia kecil dibawah
kekuasaan Bani Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius untuk meminta bantuan
kepada Paus Urban II untuk mengembalikan kekuasaannya di sejumlah wilayah yang
diduduki oleh Bani Saljuk. Sementara itu dilain pihak kekuasaan Islam diwaktu itu
barada dalam kelemahan, sehingga memicu semangat juang kalangan Kristen untuk
melancarkan serangan diwaktu itu.
C. Faktor Ekonomi
Pedagang-pedagang besar yang berada dipantai timur laut tengah, terutama yang
berada di pantai timur laut tengah, dikota Venezia, Genoa dan Pisa, berambisi untuk
menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang Pantai Timur dan Selatan Laut
Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka, oleh karena itulah mereka tidak
segan-segan menjadi penyangga dana perang salib dengan harapan menjadikan
kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen memperoleh
kemenangan.
D. Faktor Sosial
Dikalangan bangsa Eropa terjadi kesenjangan sosial, yaitu kaum Gereja yang disebut
dengan kaum bangsawan dan rakyat jelata yang menempati kelas paling bawah.
Sehingga status sosial tersebut juga membawa dampak dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka merasa sering tertindas karena adanya beban untuk membayar pajak.
Disamping itu perlu diketahui bahwa sebahagian warga Eropa memiliki bakat
romantis yang senang berkelana, berpetualangan serta ada juga para pendosa yang
suka berbuat tindakan kriminal mereka turut ambil bagian dari perang salib.
Perang Salib I
Perang salib muncul kepermukaan untuk pertama kali adalah atas inisiatif Paus Urbanus
II ketika Paus Urbanus II melakukan istighosah akbar dengan seluruh para pembesar –
pembesar Gereja dalam menyikapi reaksi kehadiran Bani Saljuk di daerah Yerusalem.
Selanjutnya Boutros mensosialisasikan sekaligus mengkampanyekan kepada seluruh umat
Kristen untuk ikut serta dalam perang suci tersebut. Boutros akhirnya berhasil
mengumpulkan sejumlah pengikutnya yang terdiri dari rakyat jelata yang mengikut sertakan
anak-anak dan isteri-isteri mereka. Tetapi ketika mereka mendekati daerah Bani Saljuk
dengan mudahnya mereka dikalahkan oleh tentara Dinasti Bani Saljuk.
Pada tahun 1097 M umat Kristen melakukan konsilidasi yang lebih matang, pasukan ini
berkumpul di Konstantinopel dan ini merupakan suatu pasukan yang terorganisir dengan
rapi. Pasukan ini bergerak dari Konstantinopel menuju kota Antakiah pada bulan Oktober
1098 M selama sembilan bulan kota ini dikepung akibatnya adalah berkurangnya cadangan
logistik warga tersebut. Disini sejarah mencatat bahwa ketika mereka berhasil menduduki
kota Antakiah ini, mereka melakukan pembantaian secara besar-besaran atas penduduk kota
tersebut. Ekspansi terus dilakukan sehingga pada akhirnya berdirilah kerajaan-kerajan
Kristen di dunia Islam.
Keberhasilan Eropa pada perang salib I, yang dipimpin oleh Raymond dari Perancis,
Bohemund dan Godfrey Bouillon ditandai dengan berdirinya tiga kerajan latin. Pada
serangan tentara salib yang pertama ini, meskipun kondisi kekuatan umat islam lemah dan
tak berdaya namun bukan berarti tidak ada perlawanan sama sekali dari umat Islam. Sultan
Muhammad dari Damaskus, berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang
kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan Salib
Perang Salib II
Perang Salib II terjadi disebabkan jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Kristen ditangan
Islam. Reaksi dan perlawanan yang berarti dari pihak Islam, yang pertama muncul di bawah
pimpinan seorang perwira muslim yang gagah dan berani, yakni Imanuddin Zangki. Disisi
lain bangsa Romawi menjalin kerja sama dengan Perancis, dan dengan kekuatan gabungan
itu mereka menyerang Buzza. Mereka menangkap dan membunuh wanita dan anak-anak
yang tidak berdaya, kemudian mereka melanjutkan serangan ke Caesarae yang berada di
bawah kekuasaan Abu Asakir. Perang salib II terjadi didorong oleh jatuhnya kembali Edessa
ketangan umat Islam, berita tetang kejatuhan Edessa ketangan Islam sangat menimbulkan
kecemasan bagi tokohtokoh Kristen Eropa.
Dalam masa tahun 544 – 1149 H Nuruddin berhasil menguasai benteng Aireima, wilayah
perbatasan Apamea dan kota Joscelin, dengan menguasai kota-kota tersebut berarti kota-
kota penting yang dikuasai pasukan salib dapat dikuasainya. Selanjutnya pada tahun 1154
pasukan Nuruddin berhasil mengambil alih Damascus sebagai usahanya melapangkan jalan
menuju Yerusalem.
Perang Salib IV
Perang salib berikutnya dipimpin oleh raja Jerman yakni Frederik II, sebelum ke Palistina
mereka terlebih dahulu berusaha untuk merebut Mesir dengan harapan mendapatkan bantuan
dari orang-orang Kristen Qibthi. Dan mereka berhasil menguasai Dimyat pada tahun 1219
M. Pada tahun 1250 M, kekuasaan Dinasti al-Ayyubi diganti oleh dinasti Mamluk (1250-
1517 M) setelah itu masih terjadi perang salib kendatipun skalanya tidak begitu besar,
perang salib pada waktu ini pasukan Islam dipimpin oleh Sultan Baybars (1260-1277 M)
dan sultan Qalawun (1279-1290). Pada masa al-Khalil putra sultan Qalawun tahun 1291 M,
pasukan Islam dapat merebut kota Acre (Akkka) yang merupakan benteng terakhir pasukan
salib, dengan jatuhnya kota Acre yang merupakan benteng terakhir pasukan salib, maka
berakhir pulalah perang salib yang telah berlangsung hampir dua abad lamanya.