Anda di halaman 1dari 3

A - K U RIKUL

I IP UM
XI

AS

GA
KEL

si
07

BUN
Se
KIMIA

GAN
Elektrolisis (Bagian I)

Pada sesi 3 dan 4 kita telah mempelajari reaksi redoks yang terjadi secara spontan dan
menghasilkan arus listrik. Pada sesi kali ini, kita akan membahas bagaimana arus listrik
dapat memicu reaksi redoks, atau yang disebut reaksi redoks tidak spontan. Proses
berlangsungnya reaksi redoks tidak spontan yang dipicu oleh adanya arus listrik disebut
elektrolisis.

Pada elektrolisis, kita masih akan menggunakan prinsip-prinsip dasar reaksi reduksi dan
oksidasi serta rangkaian sel dengan elektroda positif dan negatif. Sama dengan sel volta,
pada sel elektrolisis katoda adalah tempat reaksi reduksi dan anoda adalah tempat reaksi
oksidasi. Akan tetapi, berbeda dari sel volta, sel elektrolisis menggunakan arus listrik
sebagai pemicu reaksi redoks. Selain itu, pada sel elektrolisis katoda adalah kutub negatif
dan anoda adalah kutub positif. Karena besarnya arus listrik ditentukan oleh jumlah
elektron yang mengalir, maka hubungan kuantitatif antarspesi pada elektrolisis ditentukan
dari besarnya kuat arus atau jumlah elektron (mol elektron). Singkatnya, elektron adalah
pereaksi pembatas dalam elektrolisis.

Elektron merupakan bagian dari atom yang memiliki muatan negatif. Muatan listrik yang
dihasilkan oleh satu partikel elektron adalah 1,6 × 10-19 C. Karena 1 mol sama dengan
6,02 × 1023 partikel, maka muatan listrik yang dihasilkan oleh 1 mol elektron adalah:

(1, 6 ×10 −19


C ) × ( 6 , 02 × 1023 partikel) = 96.320 C yang dibulatkan menjadi 96.500 C.

1
Besarnya muatan 1 mol elektron, yaitu 96.500 C, sama dengan 1 F.

1F = muatan 1 mol elektron = 96.500 C

Persamaan di atas dikenal dengan hukum Faraday I, yang menyatakan hubungan antara
besarnya perubahan kimia (mol elektron) dengan kuantitas listrik yang mengalir.

Jika muatan listrik sebesar Q dihasilkan atau dibutuhkan pada suatu reaksi redoks, maka
jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi tersebut dapat dihitung dengan rumus:
Q
mol e − =
F
Q
mol e − =
96500

Seperti yang sudah pernah kita pelajari di Fisika, muatan listrik adalah sejumlah arus
listrik (i, ampere) yang mengalir pada waktu tertentu (t, sekon), yang dirumuskan sebagai
berikut:
Q=i.t
dengan i = arus listrik (A)
t = waktu (s)

Maka, hubungan antara arus listrik, waktu, dan mol elektron dapat kita jabarkan dalam
rumus:
i⋅ t
mol e − =
96500

Konsep muatan listrik dan mol elektron ini adalah dasar untuk menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan elektrolisis, karena pada elektrolisis, jumlah reaktan yang
bereaksi dan produk yang dihasilkan bergantung pada jumlah mol elektron yang
dialirkan pada suatu rangkaian sel elektrolisis.

Pada elektrolisis yang menghasilkan sejumlah massa logam di katoda, massa logam yang
dihasilkan dapat dihitung dengan mengetahui jumlah mol elektron. Hubungan antara
massa logam yang terbentuk di katoda dengan mol elektron adalah:

2
Ar
G = mol e − ×
PBO

dengan G = massa logam yang terbentuk di katoda (gram)


Ar = massa atom relatif logam
PBO = perubahan biloks logam dalam elektrolisis

Dengan demikian, hubungan antara massa logam yang terbentuk di katoda dengan arus
listrik dan waktu adalah:
i⋅ t Ar
G= ×
96500 PBO

Selanjutnya, apabila dua buah sel elektrolisis dirangkaikan secara seri, pada kedua sel
dihasilkan endapan logam di masing-masing katoda dan massa logam di salah satu
sel diketahui, maka perhitungan massa logam yang lain dapat dilakukan dengan cara
berikut:
G1 G
× PBO1 = 2 × PBO2
Ar1 Ar2
Atau,
Ar1 Ar2
G1 : G2 = :
PBO1 PBO2

Persamaan di atas disebut hukum Faraday II.

Pada sesi berikutnya, kita akan mempelajari reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda sel
elektrolisis.

Anda mungkin juga menyukai