Contoh kasus : Faktur Pajak yang semula dinyatakan batal melalui SPT Masa PPN digunakan lagi
untuk transaksi kepada pihak lain sehingga Pajak Keluaran-nya menjadi tinggi, untuk
mengimbanginya Wajib Pajak menambah nilai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sedemikian
rupa sehingga hasil akhirnya tidak mengubah nilai Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar yang telah
dilaporkan.
- Wajib Pajak melakukan kegiatan usaha perdagangan dan melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak yang sangat beragam sehingga tidak diketahui dengan pasti core business Wajib Pajak
tersebut.
- Wajib Pajak yang jumlah pajak kurang bayar-nya relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
- Wajib Pajak tidak tertib atau tidak pernah melaporkan kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan
Pasal 21, 23 dan 25.
- Wajib Pajak yang melakukan rekayasa pembukuan.
- Wajib Pajak yang alamatnya tidak ditemukan, begitupula alamat pengurusnya.
- Wajib Pajak yang jumlah penyerahannya besar, namun PPh Pasal 21 nya kecil.
- Wajib Pajak yang SPT Masa PPN-nya Lebih Bayar dan dikompensasi terus menerus, dan begitu
dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya persediaan.
4. Berikan contoh kasus Pembukuan Fiktif yang dilakukan oleh perusahaan (kasus yang sudah
diekspose di media masa).
Jawaban:
- Direktorat Jenderal Pajak mengungkapkan temuan faktur pajak fiktif yang melibatkan
perusahaan garmen PT Gemilang Sukses Garmindo. Praktik ini melanggar ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
“Jadi dia menggunakan faktur yang tidak sebenarnya, jadi tidak ada transaksi,” kata Kepala
Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Barat Erna Sulistyowati dalam konferensi pers di Kantor Kejaksaan
Tinggi DKI Jakarta, Jakarta Selatan, Senin, 10 Februari 2020.
- Contoh lainnya adalah Kasus PT INR yang bertindak sebagai pemasok faktur pajak fiktif. PT. INR
sebagai PKP memperoleh faktur "Pajak Masukan" yang juga fiktif dari group perusahaan yang
terdaftar di beberapa KPP. Dengan adanya ?Pajak Masukan? ini, maka SPT PPN PT INR akan
menunjukkan kurang bayar. Setelah dilakukan pengamatan ternyata beberapa perusahaan dari
group tersebut tidak melaporkan SPT Masa PPN, sehingga atas faktur "Pajak Keluaran"nya
("Pajak Masukan" PT. INR) tidak ada penyetoran pajaknya. PT. INR kemudaian membuat faktur
"Pajak Keluaran" untuk PKP diluar group dan untuk PKP di dalam group perusahaan.
Selanjutnya PKP di dalam group membuat faktur "Pajak Keluaran" untuk PKP di luar group.
Pembeli faktur pajak fiktif dari PT INR kemudian mengkreditkannya sebagai Pajak Masukan.
Pengkreditan faktur "Pajak Masukan'' PT INR hanya berupa daftar angka, dan pada penyerahan
faktur ?Pajak Keluaran", tidak dibarengi adanya transaksi jual-beli yang sebenarnya (tidak ada
penyerahan barang dan tidak ada penerimaan uang).
-
Sumber Referensi:
https://pajak4shared.wordpress.com/tag/tujuan-penyelenggaraan-pembukuanpencatatan/
https://pajakpraktis.wordpress.com/2010/03/08/penanganan-faktur-pajak-fiktif/
https://bisnis.tempo.co/read/1305643/faktur-pajak-fiktif-pt-gemilang-terancam-denda-rp-27-
miliar/full&view=ok
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/sekretariat-badan-kasus-faktur-pajak-fiktif-dan-
pencegahannya-2019-11-05-30a15ffe/