Anda di halaman 1dari 118

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TUTORIAL PETREL DAN INTERACTIVE PETROPHYSICS

Oleh :
Eko Budiarto
Edwin Pranata
Rizki Akbat Putra
Rifky Hendyantoro
Ahmad Aji Setia Praja
Angga Widya Permana

LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK

SEMARANG
FEBRUARI 2015
DAFTAR ISI

Tahapan Analisis Kualitatif Pada Petrel


Membuka Aplikasi Petrel ................................................................................. 1
Setting Unit dan Koordinat Petrel ..................................................................... 2
Well Head dan Well Path (Deviation) ............................................................... 3
Cara Melakukan Interpretasi Litologi .............................................................. 22
Cara Membuat Peta Ketebalan (Isopach Map) ................................................ 28

Tahapan Analisis Kuantitatif Pada Interactive Petrophysics


Pendahuluan ................................................................................................... 35
Membuka Interactive Petrophysics ................................................................. 35
Input Data LAS ............................................................................................... 36
Menampilkan Log Triple Combo ..................................................................... 39
Menampilkan Log Clay Volume ...................................................................... 41
Menampilkan Log Porositas dan Saturasi ...................................................... 43
Menampilkan Log Permeabilitas ..................................................................... 46
Penentuan Cut Off .......................................................................................... 49
Cut off V-Shale ............................................................................................... 50
Cut off Porositas ............................................................................................. 51
Cut off Saturasi Air .......................................................................................... 52
Lumping .......................................................................................................... 53
Menampilkan Log Cut Off dan Summary ........................................................ 54
Penentuan Net Pay ......................................................................................... 56
Penyajian Data Reservoir ............................................................................... 57

Tahapan Interpretasi Seismik Pada Petrel


Input Data ....................................................................................................... 58
Menampilkan Penampang Seismik ................................................................. 64
Well Seismic Tie ............................................................................................. 67
Shifting Seismik .............................................................................................. 73
Interpretasi Horizon dan Fault ........................................................................ 76
Pembuatan Peta (Time Map) .......................................................................... 81
Peta Isopach / Isochrone ................................................................................ 87
Menghitung Luas Polygon .............................................................................. 88
Konversi Time – Depth ....................................................................................‘90
Mengedit Kontur Peta .................................................................................... 103
Fault Modelling .............................................................................................. 104
Pillar Gridding ................................................................................................ 109
Time / Depth Structure Map .......................................................................... 112
Menampilkan Peta ......................................................................................... 113
TAHAPAN ANALISIS KUALITATIF PADA PETREL

Membuka Aplikasi Petrel

Untuk menjalankan aplikasi petrel pada laptop ataupun komputer dapat


dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Klik icon Windows , kemudian masukkan kata “Petrel” pada


kolom pencarian kemudian klik aplikasi tersebut.

2. Klik aplikasi Petrel pada icon Petrel yang ada di desktop


laptop atau komputer anda seperti gambar berikut ini

1
Setelah anda mengklik aplikasi tersebut maka akan muncul jendela
aplikasi Petrel seperti pada gambar berikut.

Setting Unit dan Koordinat Petrel

Sebelum membuka file petrel, lakukan setting pada Project, Project


Setting, kemudian klik pada Unit and Coordinate. Ubah koordinatnya.
Misal : jika lokasi pengeboran berada di Sumatera Selatan maka pakai
UTM84-48S (WGS 1984 UTM, Zone 48 South, Meter). Checklist pada
Costumize:

 untuk XY unit diubah menjadi meter (m),

2
 untuk Z unit diubah menjadi feet (Ft),
 untuk area unit diubah menjadi Acre,
 untuk volume unit diubah menjadi Acre-Feet,
 untuk seismic time diubah menjadi ms,
 Untuk seismic velocity diubah menjadi m/s

Well Head dan Well Path (Deviation)

1. Setelah membuka aplikasi Petrel dan melakukan pengaturan unit


dan koordinat selanjutnya lakukan Ctrl + I atau klik File > Import
File.

Import well head sumur dengan file type “well head”.

3
2. Sesuaikan setiap kolom atribute dengan kolom pada kotak merah.
Jika text pada atribute tidak ada yang sama dengan kolom pada
kotak merah attribute diisi dengan “user” dengan tipe atribute
“continuous”. Number of header isi dengan “1”.

3. Lalu Ctrl + I lagi dan ganti file type menjadi well logs (ASCII) dan
pilih semua data sumur berekstension “*las” kemudian open.

4
4. Sesuaikan file name dengan wellnya lalu OK

5. Akan muncul menu “ Import Well Logs”

5
6. Klik Unit dan lihat tulisan “This Well is” kemudian pilih onshore, cek
Specify Unit dan atur input unit XY dan Z sesuai informasi header
file di bawah. Jika di darat dan off shore jika di laut lalu klik “ok for
all”.

7. Maka mulai saat ini, dapat melihat kondisi sumur dalam 3D ataupun
2D maupun berdasarkan peta dasar yang dapat dipilih melalui
menu Window. Ingat untuk mencentang kotak di sebelah kiri sumur.
Terlampir contoh gambar 3D Sumur.

6
8. Untuk memunculkan log mekanik dari setiap sumur maka kliki
Window dan pilih Well Section Window

9. Akan tampil seperti ini

7
10. Lalu centang kotak di sebelah kiri sumur sehingga menjadi seperti
di bawah ini.

11. Kemudian pada folder input klik tanda + pada Global Well Logs
sehingga memunculkan jenis log yang tersedia pada sumur (kotak
merah) .

8
12. Kemudian pilih log mekanik yang akan dimunculkan.

13. Setelah log muncul maka warna log dapat diubah dengan cara
double klik pada log mekanik yang akan diubah warnanya atau klik
kanan pada log mekanik dan pilih setting (dalam hal ini dipilih log
GR).

9
14. Akan muncul menu setting for GR. Pada tab “style” dan sub tab
“general settings” masukkan nilai minimum dan maksimum dari log
mekanik yang akan diubah seperti log GR (0-150), log SP (-75 –
75), log neutron (0 – 0.6), log RHOB (1.71 – 2.71), log caliper (6 –
16), dst.

15. Pada tab “style” dan sub menu “2D log”, pada kolom “Color” pilih
“specified” agar warna log sesuai dengan warna yang kita inginkan.
Masih pada sub menu “2D log” dapat juga dipilih tipe garis yang
diinginkan seperti garis lurus, putus – putus, titik-titik dsb serta
ketebalan garis lognya.

10
16. Masih pada menu “Setting for GR”, pilih tab “info” dan pada kolom
“Color” pilih warna yang diinginkan.

17. Setelah mengklik “Apply” dan “Ok” maka log GR akan berubah
warna sesuai dengan warna yang dipilih sebelumnya. Dalam hal ini
dipilih warna merah.

11
18. Hal yang sama dilakukan pada log mekanik lainnya sehingga
warna setiap garis log menjadi beraneka ragam serta skala log
dapat disesuaikan berdasarkan langkah yang telah dipaparkan
sebelumnya.

19. Untuk membuat beberapa log mekanik berada dalam kolom yang
sama maka pada klik tanda + pada well section yang ada pada
kolom “Windows” yakni kotak merah.

12
20. Dengan demikian log mekanik yang ada pada setiap sumur dapat
dilihat (kotak merah).

21. Ketika ingin membuat log NPHI dan RHOB pada kolom yang sama
maka klik dan tahan sub log RHOB dan seret atau drag ke sub log
NPHI.

13
Sebelum Sesudah

22. Maka log yang berada pada satu folder utama akan berada pada
kolom yang sama dalam log mekanik. Pada gambar log NPHI (garis
hijau) dan garis log RHOB (garis biru) sebelumnya berada pada
kolom berbeda dan menjadi satu kolom kemudian.

14
Sebelum Sesudah
23. Untuk memberi warna pada log GR berdasarkan pemisahan
konsentrasi rendah radioaktif ( warna kuning) dan konsentrasi tinggi
radioaktif (warna hijau) berdasarkan interpretasi kualitatif log klik
kanan log GR pada global well log dan klik color table.

24. Akan muncul” setting for Gamma Ray” dan isi nilai maksimal
konsentrasi tinggi radioaktif (warna hijau)dengan angka 150 dan
lapisan konsentrasi rendah radioaktif ( warna kuning) dengan 0.

15
Untuk membuat cut off klik sehingga mucul menu “make
discrete” dan isi angka sesuai dengan nilai “ cut off ” log GR sumur.

25. Untuk mendiskriminasi warna pada log GR, pada sumur yang akan
didiskrimasini log GR nya maka double klik pada folder GR atau
yang memuat log GR pada kotak Window yang ada di kiri bawah
sehingga muncul kotak dialog setting for “GR”. Klik tab Curve Filling
lalu isi sesuai dengan gambar di bawah ini.

16
26. Setelah mengklik Apply dan Ok maka log GR akan secara otomatis
dideterminasi oleh komputer sesuai dengan settingan nilai log GR
pada Global Well Logs yang ada pada kotak Input.

27. Untuk membuat cross over pada log NPHI dan RHOB maka klik
folder yang memuat log NPHI dan log RHOB pada sumur yang

17
akan dilakukan cross over pada kotak Window yang ada di kiri
bawah sehingga muncul kotak dialog Setting For “NPHI”.
Selanjutnya lakukan setting sesuai gambar di bawah ini.

28. Setelah mengklik Apply, OK maka selanjutnya mengaktifkan log


NPHI dan RHOB sehingga hasilnya sebagai berikut :

18
29. Untuk melakukan pewarnaan pada log ILD, maka terlebih dahulu
melakukan pengaturan pada log ILD yang ada pada Global Well
Logs yang ada di kotak Input. Lakukan pengubahan seperti gambar
di bawah ini

30. Teknik pembuatan cut off sama seperti pada log GR, namun untuk
membuat pembagian warna menjadi 3 tersebut dilakukan setelah
memasukkan nilai min, max dan cut off. Usahakan nilai cut off tidak

terlalu besar, kemudian klik set logarithic scale ( ) yang ada di


bawah cut off sehingga memberikan pembagian skala warna
seperti yang ada di atas. Masukkan warna sesuai keinginan lalu klik
Apply dan OK.

19
31. Kemudian klik folder yang memuat log ILD pada sumur yang akan
dilakukan pewarnaan pada kotak Window yang ada di kiri bawah
sehingga muncul kotak dialog Setting For “ILD”. Selanjutnya
lakukan setting sesuai gambar di bawah ini.

20
32. Setelah mengklik Apply dan OK maka log ILD akan diwarnai sesuai
dengan pengaturan yang telah dibuat sebelumnya pada Global
Well Logs

33. Selesai

21
Cara Melakukan Interpretasi Litologi

1. Terlebih dahulu buat kolom khusus interpretasi litologi pada log

mekanik yang ada dengan cara klik Paint Discrete Log Class ( )
atau short cut “A” pada tool bar kemudian klik Create New Discrete

Log ( ) pada tool bar.sehingga muncul kotak dialog Select


Discrete Template lalu pilih Lithologies. Banyak terdapat pilihan
pada menu drop down dari kotak dialog Select Discrete Template
yakni Facies, Time Stratigraphy, dsb.

2. Setelah mengklik OK, maka lihat expand Global Well Logs pada
kotak Input yang ada di sebelah kiri. Lalu aktifkan ( centang kotak
Lithologies ) agar kolom Lithologies muncul pada log mekanik yang
ada. Untuk mengubah posisi kolom Lithologies dapat dilakukan
pada kotak Window yang ada di kiri bawah dan pada menu Well
Section Window (SSTVD).

22
3. Selanjutnya klik Paint Discrete Log Class ( )atau short cut “A”
pada tool bar kemudian arahkan pada kolom lithologies sehingga
muncul simbol kuas dan selanjutnya klik kanan lalu pilih warna
ataupun simbol litologi yang ingin digunakan. Setelah memilih klik
kiri dan tahan kemudian tarik ke atas atau ke bawah sehingga
warna litologi yang dipilih tadi dapat muncul. Untuk melakukan
penggeseran batas litologi dengan cara mengdekatkan simbol kuas
pada batas litologi sehingga berubah menjadi simbol atas/bawah
dan geser sejauh yang diinginkan.
4. Maka teknik pewarnaan secara manual telah selesai dilakukan.
Namun untuk log sumur yang banyak teknik ini dapat diubah dan

23
dilakukan secara otomatis oleh Petrel dengan cara yang cepat dan
mudah.
5. Untuk pewarnaan litologi secara otomatis maka klik kanan pada
Global Well Logs, lalu pilih Insert Global Well Logs (disc.) sehingga
muncul kotak Logs 45 di bawah kotak Lithologies.

6. Klik 2x Logs45, kemudian klik tab Info dan ganti nama Logs45
dengan Lithofacies kemudian klik tab colour dan isi sesuai urutan
pada gambar di bawah ini.

24
7. Setelah klik Apply dan Ok lalu klik kanan pada kolom Lithofacies
tersebut kemudian klik Calculator dan klik kolom Lithofacies yang
ada pada kotak Input kemudian lanjutnya dengan if(GR<75,0,1).
Angka 75 merupakan nilai Cut Off yang anda gunakan sehingga
nilainya dapat berbeda pada setiap sumur ataupun lapangan.

25
8. Setelah klik Enter ataupun tekan tombol Enter pada keyboard,
maka akrifkan kolom Lithofacies pada kotak Input tersebut
sehingga komputer secara otomatis menginterpretasi litologi pada
sumur yang ada.

26
9. Selesai
Keterangan : Ini hanya bisa membedakan litologi Sandstone dan
Shale. Jika ingin menginterpretasi litologi selain kedua jenis batuan
tersebut maka harus dilakukan secara manual.

27
Cara Membuat Peta Ketebalan (Isopach Map)

1. Pertama buat batas wilayah (boundary) berupa polygon dengan


cara aktifkan jendela 2D kemudian klik Process>Utilities>Make/Edit
Polygon

2. Setelah polygon ada, maka selanjutnya klik Process>Utilities> Klik


2x make edit surface sehingga muncul kotak dialog Make/Edit
Surface.

28
3. Sebelum memasukkan berbagai data pada kolom dari kotak dialog
Make/Edit surface, jika terdapat tulisan Delete Object maka terlebih
dahulu klik tulisan tersebut kemudian tekan Delete pada keyboard
laptop. Pada kotak Input di sebelah kiri, klik horizon yang akan di
masukkan ke dalam main input kotak dialog Make/Edit surface dari
layer input stratigraphy. Dalam hal ini saya memilih Top 1. Kolom
Boundary dari kotak dialog Make/Edit surface di isi dengan layer
Polygon 1 dari kotak Input. Tab Result Surface dari kotak dialog
Make/Edit surface dapat di isi dengan nama Surface hasil dari
pembuatan Surface ini dengan cara cek kolom Name kemudian
ketikkan nama surface yang diinginkan.

29
Sebelum Sesudah

4. Klik tab Geometry dari kotak dialog Make/Edit surface, pada Grid
Size and Position aktifkan tab Automatic. Pada Grid Increment
masukkan nilai Xinc dan Yinc sesuai keinginan. Semakin kecil
semakin baik.

30
5. Klik tab Algorithm dari kotak dialog Make/Edit surface, pada kolom
Method pilih Convergent Interpolation

31
6. Klik Apply dan Ok. Hasilnya dapat dilihat melalui Map Window
dengan cara klik Window>New Map Window lalu aktifkan surface
layer Top 1 yang telah dibuat tadi.

7. Lakukan hal yang sama pada Base Formasi.


8. Untuk membuat peta ketebalan/isochore antara top formasi 1 dan
bottom formasi 1 maka klik 2x pada surface Top 1 sehingga muncul
kotak dialog Settings for “Top 1”. Klik tab Operations>
Calculatiins>Make Thickness Map. Klik surface Bottom 1 pada
kotak Input di sebelah kiri lalu klik tanda panah Base Surface dari
kotak dialog Settings for “Top 1” tab Operations.

32
9. Klik Run>Apply>Ok. Kemudian akan muncul layer surface
Thickness between Top 1 and Bottom 1 pada kotak Input.
Tampilkan pada map window.

33
10. Selesai

34
TAHAPAN ANALISIS KUANTITATIF PADA INTERACTIVE
PETROPHYSICS

Pendahuluan

Software ini berguna untuk mempermudah dan mempercepat


penentuan komposisi fluida dan jumlahnya dalam suatu sumur pengeboran,
menampilkan log nilai nilai petrofisika yang berguna untuk perhitungan fluida
pada suatu reservoir.

Membuka Interactive Petrophysics

Untuk menjalankan aplikasi Interactive Petrophysics pada laptop


ataupun komputer dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Klik icon Windows , kemudian masukkan kata “Interactive
Petrophysic” pada kolom pencarian kemudian klik aplikasi tersebut.

35
2. Klik Icon Aplikasi IP pada desktop anda sehingga diperoleh
tampilan berikut ini

Input Data LAS

1. Masukan data LAS. Dari data pengeboran ke software interactive


petrophysics dengan cara klik Input/output > Load data >
Input/output – Load data – LAS/LBS load. Selanjutnya pilih data well
yang akan diinput ke software interactive petrophysics seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini.

36
37
2. Setelah load well akan muncul data dari headerlog, periksa data log
yang dibutuhkan untuk analisis lalu klik load file, dan data header log
sudah ter-input pada software interactive petrophysics seperti gambar
berikut ini.

38
Menampilkan Log Triple Combo

Pada tahap kedua setelah load data pengeboran adalah


menampilkan log untuk dianalisis, log yang ditampilkan adalah log triple
combo, volume clay, saturasi dan porositas, dan cut-off dan summation
1. Pilih menu Log plot – program default plot – triple combo

2. Setelah itu akan muncul tampilan log gamma ray, sp¸ caliper, resistivity
dan density-neutron, sesuai dengan log yang dipakai pada saat
melakukan pengeboran.

39
3. Untuk memperbaiki penampilan agar lebih informatif dapat dilakukan
melalui menu edit format, seperti gambar berikut ini

40
Gambar di atas merupakan log triple combo, yang dapat digunakan
sebagai analisis awal seperti jenis litologi, lapisan reservoir dan jenis fluida
pengisi reservoir, log ini juga digunakan sebagai acuan dasar untuk
interpretasi.

Menampilkan Log Clay Volume

Tahapan selanjutnya adalah menampilkan log clay volume, untuk


menampilkan log clay volume langkah-langkah nya adalah sebagai berikut:
1. Menampilkan Log clay volume dengan memilih menu interpretation –
clay volume, setelah itu akan muncul menu clay volume analysis
seperti pada gambar berikut ini.

41
2. Cukup menampilkan log gamma-ray saja untuk melakukan interpretasi
clay volume dan setelah semua siap pilih menu run, maka akan
muncul log clay volume seperti gambar dibawah ini:

42
Dari hasil pembacaan log ini kita dapat mengetahui volume clay pada
suatu sumur pengeboran

Menampilkan Log Porositas Dan Saturasi

Untuk tahapan selanjutnya, akan menampilkan log saturasi dan


porositas, log ini menampilkan data yang cukup detail untuk perhitungan
petrofisika seperti porositas, permeabilitas, saturasi air serta jenis litologinya,
berikut adalah langkah-langkah untuk menampilkan log saturasi dan
porositas
1. Klik interpretation – porosity and water saturation, lalu akan
muncul menu porosity and water saturation analysis, pilih porositas
model nya.Pada umumnya adalah neutron-density lalu pilih rumus
yang akan digunakan serta unit dari suhu yang digunakan setelah
semua telah disesuaikan pilih menu run.

43
2. Lalu pilih menu porosity and water saturation parameters untuk
memasukan parameter petrofisika yang sudah dihitung sebelumnya,
agar tampilan log menjadi benar dan sesuai dengan perhitungan
kemudian masukan juga nilai dari wet clay dan dry clay dengan

44
metode cross plot log neutron, density dan gamma ray seperti
gambar dibawah ini

3. Jika sudah benar tampilkan parameter yang diperlukan saja seperti


gamma-ray, porosity, lithology dan resistivity, seperti pada gambar
berikut ini

45
Menampilkan Log Permeabilitas

1. Langkah awal pilih menu calculation – user formula.

2. Masukan perhitungan dengan output berupa saturasi air sisa (Swir),


seperti gambar berikut ini :

46
3. Perhitungan yang digunakan adalah ((0.62/PHIE^2.15)/2000)^0.5,
penggunaan perhitungan di atas berdasarkan jenis litologi batupasir
bersifat loose. Dalam hal ini dapat dilihat data mudlog untuk
menunjang interpretasai litologi.
Tabel 1 nilai faktor sementasi dan panjang alur setiap litologi

Litologi a m n

Sandstone (loose) 0.62 2.15 2

Sandstone (Consolid) 0.81 2.15 2

Limestone (Porous) 2 2.15 2

Limestone (Tight) 2.5 1.8 2

Most rock 1 1.8 2

Asquith, 1990

47
4. Setelah perhitungan dimasukkan lalu pilih menu run, lalu pilih menu
basic log function untuk melakukan perhitungan pada permeabilitas,
seperti gambar berikut ini.

5. Pilih rumus yang sudah tersedia lalu pilih menu runtab, tampilkan log
permeability pada log porositas dan saturasi air, seperti gambar
dibawah ini

PenentuanCut-off

48
Penentuan Cut Off

Setelah semua nilai parameter petrofisika yang meliputi volume


serpih, porositas dan saturasi air diperoleh, langkah selanjutnya adalah
menentukan zona reservoir dari hidrokarbon yang merupakan zona
produktif ini dapat dilakukan secara manual dengan membuat zonasi dari
hasil perhitungan petrofisika pada lapisan batupasir yang dianggap
ekonomis nilai penggal (cut-off) ini meliputi nilai penggal dari volume
serpih, porositas dan saturasi yang selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan dari zona net pay reservoir namun yang perlu diperhatikan
metode penentuan nilai penggal ini bersifat relatif sehingga tidak ada
acuan secara pasti. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
penentuan nilai penggal ini adalah penentuan ini merupakan subuah
metode yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam melakukan
pendekatan untuk mengetahui zona-zona atau daerah yang dianggap
prospek sebagai suatu reservoir hidrokarbon, selain juga
diperbandingkan dari hasil data produksi. Berikut contoh perhitungan cut-
off pada batupasir Lb-d Lapangan AWP
Data test produksi tabel dibawah ini digunakan untukmenentukan
besarnya harga cut-off Vclay dan cut-off porositas lapisan pembawa gas
pada tiap lapisan batupasir Lb-d. Cut-off tersebut diperolehdari data log
yang dikombinasikan dengan data tes produksi dengan cara memplot
harga porositas versus v-clay kemudian hasil cut-off yang diperoleh
divalidasi dengan hasil cut-off yang diperoleh dari hasil cross-plot antara
porositas versus rate gas (Qg) dan v-clay versus rate gas (Qg), sehingga
diperoleh harga cut-off yang sesuai dengan data lapangan.

49
Tabel Tabulasi data test produksi lapisan Lb-d pada lapangan AWP

Laju Alir (Qg)


Sumur Porositas V-shale
mmscf
AWP-1 0.163 0.194 2.49
AWP-1a 0.112 0.611 2.485
AWP-4 0.139 0.287 4.594

Cut-off V-shale
Nilai penggal dari volume serpih disini dapat diperoleh dengan
menggunakan cross plot antara v-shale dengan laju alir gas (Qg). Harga v-
shale diwakili oleh sumur AWP-1, AWP-1a dan AWP-4 dikarenakan akan
hanya ada 3 sumur yang memiliki zona test produksi. Harga cut-off v-shale
dari ketiga zona tersebut dapat menjadi acuan untuk menjadi cut-off sumur
lainya. Berikut hasil cross plot antara v-shale dengan laju alir gas pada
gambar berikut ini.

5 V-Shale Vs Qg
4

1
VSH = 0.35
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

Gambar Cross plot antara V-shale (sumbu x)


dengan Laju Alir (sumbu y)

50
Dari grafik tersebut dapat diketahui jika nilai cut off atau nilai penggal
dari volume serpih adalah sebesar 0.35 atau 35%. Hal ini dapat diketahui dari
trend yang ditunjukkan pada grafik di atas. Teknik determinasi dilakukan dari
kiri atas ke bawah terjadi perubahan grafik trend dari nilai volume serpih.

Cut-off Porositas
Nilai penggal dari porositas disini dapat diperoleh dengan
menggunakan cross plot antara porositas dengan laju alir gas (Qg). Harga
porositas diwakili oleh sumur AWP-1, AWP-1a dan AWP-4 dikarenkan akan
hanya ada 3 sumur yang memiliki zona test produksi. Harga cut-off porositas
dari ketiga zona tersebut dapat menjadi acuan untuk cut-off sumur lainya.
Berikut hasil cross plot antara porositas dengan laju alir gas seperti pada
gambar berikut in.

Фe vs Qg
5
4
3
2
1
PHI = 0.12
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

Gambar Cross plot antara Porositas (sumbu x) dengan Laju Alir (sumbu y)

Berdasarkan interpretasi grafik di atas dapat diketahui jika nilai cut off
porositas sebesar 0.12 atau12% sehingga suatu reservoir disini dianggap
berpotensi jika memiliki nilai porositas lebih dari 12% pembacaan grafik nilai
penggal porositas ini sendiri dapat ditentukan dengan membaca grafik dari
kiri bawah ke kanan atas dengan mengamati trend perubahan dari grafiknya
tersebut.

51
Cut-off Saturasi Air
Nilai penggal dari porositas disini dapat diperoleh dengan
menggunakan cross plot antara porositas dengan saturasi air. Hal ini
dikarenakan ketiadaan data scal (special core analysis). Parameter yang
dicari dari cross plot ini adalah mencari garis persamaan (trendline) antara
hubungan porositas dengan saturasi air. Berikut hasil cross plot antara
porositas dengan saturasi air.

0,12

SW* Ф Vs Фe
0,1
y = 0.6023x

0,08

0,06

0,04

0,02

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18

Gambar Cross plot antara Porositas efektif (sumbu x) dengan


Saturasi air*Porositas (sumbu y)

Dari hasil cross plot di atas menghasilkan persamaan garis


(trendline) berupa y = 0.6023 x ,dimana : Y :Sw cut-off. Sehingga dari hal
penghitungan persamaan garis di atas maka hasil cut-off saturasi air sebesar
0.6023 atau 60%.

52
Lumping
Lumping merupakan ringkasan hasil analisis perhitungan petrofisika
v-shale dan porositas efektif pada lapisan reservoir yang diteliti yang
kemudian divalidasikan dengan nilai cut-off V-shale dan porositas efektif
seperti gambar berikut ini.

0,8
Lumping
0,7

0,6

0,5
V-shale .35 No Flow
0,4

0,3

0,2 Flow

0,1
Ф=0.12
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

AWP-1 AWP-1a AWP 4 Hasil Data Test AWP-2 AWP-3 AWP-5 AWP-s1

Gambar Cutoff antara Porositas efektif (sumbu x) dengan V-shale (sumbu y)

Dari gambar di atas menunjukan garis ambang batas kuning adalah


nilai cut-off dari porositas efektik dengan nilai 0.12 (fraksi) pada sumbu
vertikal dan cut-off v-shale dengan nilai 0.35 (fraksi) pada horizontal. Wilayah
yang melewati ambang batas cut-off tersebut merupakan wilayah yang
diduga menghasilkan hidrokarbon.

53
Menampilkan Log Cut off Dan Summary

Tahapan terakhir adalah menampilkan log cut-off dan summary. Log


ini berguna untuk menunjukan karakter dari setiap reservoir yang ada pada
sumur pengeboran seperti nilai porositas dan permeabilitas, volume clay dan
nilai dari gross sand, net sand dan net pay. Untuk menampilkan log ini
dengan cara memilih menu cut-off maka akan muncul seperti gambar di
bawah ini.

Pada Log ini dimasukan juga besaran cut-off yang di dapat dari
perhitungan. Log porositas memiliki cut-off dengan nilai 0.12 sehingga pada

54
log porositas nilai cut-off digeser ke nilai 0.12. Log v-shale memiliki nilai cut-
off sebesar 0.35 sehingga pada tampilan log v-shale parameter cut-off
digeser ke angka 0.35. Log saturasi air memiliki nilai 60% atau 0.60 sehingga
parameter cut-off digeser ke angka 0.60.
Yang dimaksud dari gross sand adalah ketebalan utuh lapisan
reservoir termasuk komposisi shale di dalamnya. Net sand adalah lapisan
reservoir yang sudah bersih atau sudah dikurangi dengan komposisi shale di
dalamnya dan net pay adalah lapisan reservoir yang mempunyai komposisi
minyak di dalamnya.

Gross sand, net sand & net pay (Hartmann dan Beaumont)

Perhitungan ini sangat penting untuk menentukan banyaknya fluida


yang akan diperoleh, dan dapat melakukan perencanaan pemboran sesuai
data reservoir yang sudah didapat.

55
Dari hasil lumping dapat dilakukan perhitungan net properti reservoir
atau disebut perhitungan bersih dengan cara melihat zona flow pada gambar
di atas.

Penentuan Net Pay


Penentuan net pay Reservoir ini pada prinsipnya dilakukan dari hasil
penyaringan dari nilai cut off atau nilai penggal dari penggabungan parameter
reservoir yang telah didapatkan sebelumnya dimana untuk volume serpih
didapatkan sebesar <35%, Porositas>12% dan saturasi air < 60% sehingga
apabila variabel dari nilai petrofisika dari reservoir tidak memenuhi nilai
tersebut maka reservoir dianggap tidak berpotensi untuk terdapat hidrokabon.

Lingkaran kecil oranye Net pay

56
Penyajian Data Reservoir.
Setelah melakukan analisis petrofisika hal yang tidak dapat diabaikan
adalah penyajian data secara ringkas namun berbobot. Berikut adalah
penyajian data hasil petrofisika sesuai dengan standar skkmigas (Rukmana
dkk, 2011)
Tabel Tabulasi Hasil Analisis Petrofisika

Cut-Off
Nama Sumur Kedalaman (MD ) feet Gross Sand (feet)
Net Pay(feet) Net/Gross Φ efektif (fraksi) V-shale (fraksi) k (mD) Sw (fraksi)
AWP- 1 4223-4286 63 32.53 0.52 0.233 0.194 27.67 0.32
AWP- 1a 4206-4270 64 34.69 0.54 0.187 0.313 13.32 0.37
AWP- 2 5084-5241 157 78.13 0.50 0.176 0.226 7.16 0.36
AWP -3 5238-5283 45 28 0.62 0.154 0.264 11.02 0.45
AWP- 4 4407 - 4462 53 29.78 0.56 0.238 0.283 6.15 0.38
AWP- 5 5755-5909 154 77.59 0.50 0.146 0.327 5.77 0.48
AWP- s1 7778-7826 48 - - 0.16 0.271 16.01 0.35

57
TAHAPAN INTERPRETASI SEISMIK PADA PETREL

Berdasarkan teknik akuisisinya, data seismik refleksi dibedakan


menjadi seismik 2D dan seismik 3D. Dalam proses dan tahapan
interpretasinya, seismik 3D lebih menawarkan kemudahan karena antara
crossline dan inline sudah dalam kondisi yang tie satu sama lain. Sedangkan
pada seismik 2D; dikarenakan akuisisi antara inline dan crossline dilakukan
terpisah, maka diperlukan langkah tambahan sebelum dilakukannya
interpretasi. Pada tutorial ini yang akan dibahas adalah dengan
menggunakan seismik 2D. Adapun untuk seismik 3D tahapan yang dilalui
adalah sama, namun tanpa melalui langkah shifting seismic. Data seismik
yang diolah menggunakan Petrel mempunyai format/ekstensi .SGY atau
.SEGY

Input Data

(Cara 1)

1. Klik Menu File Import File. Pada Files of type pilih SEG-Y seismic data.
Masuk pada folder penyimpanan line seismik dan blok semua datanya.
Klik Open
2. Pilih Set default vintage, klik OK.

3. Pada Input Data Dialog,


Pilih template: Seismic (default). Template merupakan jenis tampilan
penampang seismik. Anda juga dapat menggantinya setelah data diinput
dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

58
Pilih Domain: Elevation Time, domain merujuk pada besaran yang
digunakan pada data seismik, yaitu waktu tempuh secara vertikal
(elevation time).
Klik OK for All, karena:
OK for All  Pengaturan yang sama akan diberlakukan pada semua line
seismic yang diinput
OK  Pengaturan akan diberlakukan pada setiap line seismic sehingga
jendela Input Data Dialog akan muncul sejumlah line seismic yang diiput.

(Cara 2)

1. Masuk ke menu File  Import File

59
2. Masuklah ke lokasi/folder penyimpanan file .sgy atau .segy.
File of Type  Ganti SEG-Y import with preset parameters
Blok semua data SGY, kemudian OPEN

3. Line detection method  Ganti EBCDIC and/or binary header

60
4. Kemudian klik SCAN  PERHATIKAN grafik Line dan Trace,
grafiknya harus FLAT.
Jika tidak FLAT  ubah Line number dan Trace number hingga grafik
menunjukkan FLAT.
Biasanya line number 25 dan trace number 29.

5. Selalu perhatikan Coordinate Scale harus selalu 1. Lalu klik OK

6. Template  untuk mengubah tampilan seismik.

61
Domain  pilih Elevation Time

7. Untuk menambah penampang seismik yang belum di input:


Pada toolbar input klik kanan Survey  Import  File of type : SGY
import with preset parameters

8. Pilih Seismic Time

62
9. Untuk menambah tampilan window: menubar Window  Pilih yang
mau ditampilkan. Window untuk menampilkan penampang seismik:
New Interpretation Window.

10. Aktifkan Cursor Tracking  Untuk menampilkan pada 2D window,


bagian yang sedang ditampilkan pada interpretation window.

63
11. Line seismik juga dapat ditampilkan pada 2d Window maupun 3D
Window (dapat dipilih pada menu Window). Kemudian centang Survey
pada Input. Untuk menggeser-geser line seismic, tekan CTRL sambil
drag (klik kiri dan tahan sambil mouse digeser) pada 2D Window / 3D
Window.

Menampilkan Penampang Seismik

1. Cara I
Aktifkan Select/ Pick Mode (gambar kursor)  klik kanan pada line
yang ingin ditampilkan di 2D window, pilih Create Interpretation
Window.

64
2. Cara II
Aktifkan New Interpretation Window melalui Menu Window  klik di
New Interpretation Window
Toolbar Processes  Geophysics  klik Seismic Interpretation
Pada 2D window, klik huruf K pada keyboard  klik line seismik yang
dituju

65
Terkadang Interpreration Window tidak muncul. Untuk mengatasinya,
hapus terlebih dahulu beberapa Interpretation Window yang tidak
terpakai pada tab Window dengan klik kanan  Delete, atau klik kiri
dan tekan tombol delete pada keyboard.

66
Well Seismic Tie

Well-seismic tie adalah proses pengikatan data sumur (well)


terhadap data seismik. Well-seismic tie dilakukan untuk mengikatkan data
sumur yang terdapat dalam skala kedalaman terhadap data seismik yang
terdapat dalam skala waktu.
1. Tahap memasukkan data Checkshot
Hal pertama yang dilakukan untuk mengikat data sumuran
dengan data seismik adalah import checkshot data. Checkshot
digunakan untuk menghitung interval kecepatan. Data checkshot
diperlukan untuk membuat seismogram sintetik. Seismogram sintetik
sendiri digunakan dalam well-seismic tie. Pada project ini data
checkshot yang tersedia adalah untuk sumur AR-1, AR-3 dan AR-5.
Data checkshot dimasukkan dalam folder utama well. Tipe file
checkshot adalah checkshot format dengan format file ASCII.
Kemudian dilakukan proses import terhadap tiga sumur yang memiliki
data ini, yaitu sumur AR-1, AR-3 dan AR-5

67
Proses import data checkshot beserta jenis format file dan nama file

Saat window konfigurasi checkshot mucul, pastikan data checkshot


disambungkan pada sumur yang sama. Pilihan tersebut dapat diganti pada
pilihan connect to trace. Isikan juga kolom pada header info ke tabel bagian
atas window.

2. Tahap membuat Sintetik seismogram


Proses pengikatan data sumur terhadap data seismik
dilakukan agar horizon seismik dapat diletakkan pada posisi
kedalaman yang sebenarnya. Proses ini dilakukan dengan membuat
suatu seismogram sintetik yang dihasilkan dari konvolusi wavelet
dengan deret koefisien refleksi. Data sumur yang diperlukan untuk well
seismic tie adalah sonic (DT), densitas (RHOB), dan checkshot.

68
Sebagaimana yang kita ketahui, data seismik umumnya
berada dalam domain waktu (TWT) sedangkan data well berada dalam
domain kedalaman(depth). Sehingga, sebelum kita melakukan
pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah konversi
data well ke domain waktu. Untuk konversi ini, kita memerlukan data
sonic log dan checkshot.
1. pilih opsi new well section window pada menu window.
2. Tampilkan data DT dan RHOB menu bar di kiri layar dalam folder well
dan subfolder sumur yang dituju. Tampilkan juga marker di sumur
tersebut dari folder welltops dan subfolder others. Centang horizon
yang dituju.
3. Pembuatan syntethic seismogram. Langkah ini terdapat dalam menu
bar di kiri bawah layar, pada menu process pilih submenu stratigraphic
modelling dan pilih opsi syntethic. Klik dua kali pada opsi tersebut.
Akan muncul window konfigurasi. Sesuaikan.seperti pada gambar.

69
Parameter yang harus disesuaikan pada tahap pembuatan sintetik
seismogram

70
4. Setelah semua tahapan selesai, akan muncul data-data yang
diperlukan untuk well-tie seismic dalam well section window. Untuk
menampilkan wiggle seismic dilakukan dengan klik kanan pada data
seismik yang digunakan, kemudian pilih opsi settings. Pilih opsi show
wiggles pada window settings.

Pengaturan wiggle seismic

5. Kemudian dilakukan seismic well tie dengan cara menyamakan trend


lapisan pada synthetic dengan lapisan seismik yang sebenarnya
menggunakan garis marker yang dimunculkan pada well section
window serta melihat perubahan yang terjadi pada interpretation
window.

71
Pengaturan wiggle seismi

Tampilan data sumuran

Top Formasi

Hasil picking
seismik berdasarkan
well seismic tie

Tampilan sumuran yang diikat pada line seismik

72
Ketika data sumuran yang diikat pada line seismik tidak
sesuai dengan sintetik seismogram yang ada, maka data sumuran
dapat diatur dengan merubah kedudukan secara vertikal keberadaan
data sumur pada seismik. Langkah nya dapat dijelaskan pada
gambar dibawah ini dengan melakukan klik kanan pada pada folder
well top yang telah dibuat kemudian pilih spresdsheet dan edit nilai
TWT Picked dengan melihat nilai time pada line seismik. Nilai time
dapat dilihat dengan menggunakan simbol pointer dan ditunjukkan
pada refleksi seismik yang diinginkan.

Secret Data

Edit TWT Picked


Klik spreadsheet

Klik kanan pada


folder welltop

Pengaturan data sumuran yang tidak sesuai dengan sintetik


seismogram pada line seismik

Shifting Seismik
Pada seismik 2D, hal ini wajib dilakukan sebelum dilakukan picking
dan interpretasi semua line seismik.
Tujuan: agar semua line dalam kondisi tie (horizon yang sama pada line yang
berbeda saling terikat/terhubung)

73
1. Aktifkan 2D window  aktifkan Processes, Seismic interpretation 
Kemudian klik toolbar paling kanan Select composite section 
Kemudian klik line seismik yang di composite, akhiri dengan double
klik. Hasilnya disebut dengan Composite Line.
Kemudian tentukan line seismik mana yang mau di shifting.

Disarankan untuk menentukan keyline (jalur kunci) sebagai composite


line yang pertama kali dibuat, syarat:
a. diusahakan memotong trend struktur geologi regional (berdasarkan
geologi regional)
b. melewati semua sumur, atau sebagian besar sumur
c. harus ada line yang sudah tie dengan well, line ini selanjutnya tidak
boleh di-shifting dan dijadikan sebagai acuan utama dalam shifting
line yang ada di sekitarnya.

2. Composite line akan tampil pada toolbar Input pada Composite Folder.
Tampilkan composite line pada Interpretation Window.

74
3. Double klik, atau klik kanan pada line yang akan di-shifting  Settings
 Geometry  Pada kolom Shift, isi dengan angka untuk menggeser
penampang ke atas, isi negatif (misal -16) untuk menggeser
penampang ke bawah  Tekan Shifit (perhatikan perubahan nilai
pada kolom Time/depth top)  Klik Apply (perhatikan kemenerusan
horizon pada Interpretation Window)
Jika sudah sesuai, klik OK.

75
4. Langkah shifting dilakukan berurutan dari line yang memotong line lain
yang sudah well-tie, lalu keyline, dan yang terakhir line-line yang
memotong keyline.

Interpretasi Horison dan Fault


Interpretasi yang dapat dilakukan di Petrel antara lain adalah
Interpretasi Horison (bisa untuk lapisan batuan, sequence boundary, dan lain
sebagainya) dan Interpretasi Fault.
1. Pertama buat folder baru untuk Intepretasi horison dan fault, caranya:
Pada menubar klik Insert  New interpretation folder

2. Rename nama Interpretation folder menjadi Interpretation Horizon,


caranya:
Pada toolbar Input  Klik 2x Interpretation folder  Info  Ganti
Name menjadi Int. Horizon, kemudian klik OK
Cara lain:
Klik kiri sekali dan tekan F2 pada keyboard untuk rename.

76
3. Buat lagi Interpretation Folder. Rename nama Interpretation folder
menjadi Interpretation Fault.

Interpretasi Horizon

Kemudian pada toolbar, klik kanan pada Interpretation Horizon  Klik


Insert seismic horizon

77
4. Untuk memulai picking, nama horizon yang mau di picking harus
diaktifkan terlebih dahulu, caranya:
Pada toolbar Input  Interpretation Horizon  Klik nama horizon yang
mau diaktifkan sehingga tulisannya menjadi bold.
Kemudian pada toolbar Processes  Geophysics  Klik 1x Seismic
Interpretation. Di sebelah kanan akan keluar toolbar yang berkaitan
dengan interpretasi seismik

5. Untuk memulai picking horizon  Toolbar yang di kanan klik Interpret


grid horizons (H)
Kemudian pilih jenis picking yang dikehendaki (Autotracking atau
Manual). Pada line dengan horizon yang tidak terlalu menerus dan

tidak jelas, disarankan menggunakan Manual (gambar mouse)


Setelah itu, baru mulai picking horizon pada penampang seismik di
Interpretation window

78
Interpretasi Fault

1. Untuk interpretasi fault  Pada toolbar Input, klik kanan Interpretation


Fault  Insert Fault

2. Untuk memulai picking fault, nama fault yang mau di picking harus
diaktifkan terlebih dahulu, caranya:

79
Pada toolbar Input  Interpretation Fault  Klik nama fault yang mau
diaktifkan hingga tulisannya menjadi bold.
Untuk memulai picking fault , pada toolbar yang di kanan klik Interpret
Faults (F)
Setelah itu, baru mulai picking fault pada penampang seismik di
Interpretation window

3. Untuk mempermudah ketika pemodelan, jika sudah pasti jalur sesar A


di penampang seismik A sama dengan yang ada di penampang
seismik B, alangkah baiknya dibuat dengan nama Fault yang sama
agar polygon sesar langsung dibuat secara otomatis.
Jika tidak mau juga bisa dengan nama Fault yang berbeda. Ketika
pemodelan, harus dicari kemana arah sesar berkembang.

80
Pembuatan Peta (Time Map)

1. Dalam pembuatan peta, penting untuk mengetahui koordinat wilayah.


Tampilkan koordinat X dan Y di 2D window  Toolbar yang di atas,
klik Show/ hide axis

81
2. Untuk membuat batas wilayah/peta, perlu membuat Polygon secara
Manual :
Pada toolbar Processes  Utilities  klik 2x Make/edit polygons
Kemudian pada toolbar di kanan, klik Start new set of polygons
(deactivate old *) Kemudian baru buat polygon di 2D window  Setelah
selesai klik 2x, kemudian klik Yes

3. Tahap pembuatan peta (Time Map, bukan time structure map yang
sudah meingkutsertakan sesar):
Pada toolbar Processes  Utilities  klik 2x Make/ edit surface
 Main input  Klik pada Input nama horison yang mau dibuat peta
 Kemudian klik tanda panah biru
 Boundary  Klik pada Input nama polygon yang membatasi 
Kemudian klik tanda panah biru

82
4. Pada Make/ edit surface  Toolbar Geometry  Grid size and
position  Centang Automatic (From input data boundary)
Kemudian Grid Increment  Masukkan X increment dan Y
increment sesuai keinginan (Membuat cell dalam pembuatan peta.
Semakin kecil, semakin detail)
Kemudian pada toolbar Algorithm  Method : Convergent interpolation
 Kemudian klik OK

83
5. Untuk mengatur peta yang telah dibuat :
Pada toolbar Input  Klik 2x nama peta (di Petrel dikenal sebagai
istilah surface) yang dituju
Style  Contour lines  Centang Show  Inc.: Untuk interval kontur
yang digunakan
Style  Annotation  Centang Show  Font: Untuk mengatur ukuran
tulisan kontur
Style  Annotation  Interval : Untuk mengatur jarak tulisan kontur

6. Untuk mengubah nama peta dan template, masuk ke Info


Template:
Elevation time: Untuk time structure & Isochrone (yang berdomain
time)
Elevation depth: Untuk depth structure & Isopach (yang berdomain
depth)
7. Untuk mengubah warna property peta, masuk ke tab Colors  Klik
Max dan Min sehingga Petrel akan mengambil nilai maksimum dan

84
minimum pada peta untuk dijadikan sebagai parameter penentuan
warna minimum dan maksium serta mengatur gradasinya secara
otomatis

Kemudian klik Apply / OK

Fitur – Fitur Lainnya

1. Beberapa fitur ekstra terdapat pada Toolbar Operations, contohnya:


 Eliminate where  Menghapus kontur peta (Z) sesuai nilai kontur
yang dimasukkan pada Constant. Misal Z>Constant, klik 1x.

Kemudian isi constant sesuai keinginan  Kemudian klik (*) If


toggled, execution will create new objects (Petrel akan membuat
salinan surface dengan pengaturan baru tanpa mengubah
surface/peta yang lama)…  klik RUN  kemudian klik Apply/ OK

85
 Surface operations  Smooth  Menghaluskan bentuk kontur
secara keseluruhan .

Isi nilai iterations dan filter width sesuai kemauan  klik (*) If
toggled, execution will create new objects …  RUN  Apply / OK

86
Peta Isopach/ Isochrone

Peta Isopach = peta ketebalan, sebagai selisih kedalaman antara top


dan bottom lapisan, sehingga isopach dibuat dengan melibatkan peta top
depth map dan bottom depth map sedangkan Peta Isochrone = peta
kesamaan waktu, sebagai selisih waktu tempuh gelombang seismik antara
top dan bottom lapisan, sehingga isopach dibuat dengan melibatkan peta top
time map dan bottom time map.

1. Double klik pada peta Top Formasi/ Top Surface pada toolbar Input,

87
Pada toolbar Operations  Calculations  klik Make thickness map 
Kemudian klik Base Top Formasi pada toolbar Input  Kemudian klik

tanda panah Base surface  RUN  OK

Menghitung Luas Polygon

Ini berfungsi untuk menghitung luasan suatu wilayah atau kontur


dengan terlebih dahulu membuat polygon yang mengelilingi wilayah / kontur
tersebut.

1. Double klik polygon yang mau dihitung luasnya pada toolbar input
Operations Calculations  Kilk 1x Area and length  RUN 
akan tampil berapa luas polygon tersebut.

88
Apabila tidak muncul message log seperti pada gambar, maka perlu
diaktifkan:
View Message Log . Agar selalu muncul otomatis setiap kali klik
Run, hilangkan checklist pada “Don’t popup automatically”

Penggantian satuan luas:


Project  Project Settings  Units and Coordinates  Checklist
“Customize”  Ganti Area Unit, Volume Unit, dll sesuai kebutuhan 
OK
Run sekali lagi perhitungan luas polygon.

89
Konversi Time – Depth
Cara 1 (menggunakan Velocity Model)
1. Pada Processes, Geophysics, 2x klik Make Velocity Model  Atur
sebagaimana pada gambar
Nomor 1, isi dengan Time Map yang akan diubah ke Depth Map,

dengan klik nama Time Map pada Input dan klik tanda di samping
Surface.
Nomor 2, isi dengan Well Tops, dengan klik nama Well Tops pada

Input dan klik tanda di samping Well tops.

90
2. Pada tab Output, atur sebagaimana pada gambar.
Klik OK

3. Maka pada Models akan muncul Velocity Model yang dapat juga
ditampilkan dengan menggunakan 2D Window.

91
4. 2x klik General Depth Conversion pada tab Processes, pilih velocity
model yang akan dipakai (apabila sudah membuat lebih dari 1)  OK.

92
Cara 2 (menggunakan data Checkshot)
Inti cara 2 adalah menggunakan rumus checkshot pada sumur yang
ada untuk konversi ke depth dengan memasukkan time pada masing-masing
titik pada peta.
1. Ketikkan nilai time dan depth pada MS. Excel seperti pada gambar
(time harus sudah dalam TWT, jika masih OWT maka jadikan TWT
dengan mengalikan 2 terlebih dahulu. Kemudian Blok, dan buat
Scatter Diagram.
Sumbu X  menunjukkan time
Sumbu Y  menunjukkan depth

2. Klik kanan pada salah satu titik pada scatter diagram  Add Trendline

93
3. Pilih Polynomial untuk menampilkan hubungan time dan depth dalam
persamaan fungsi matematika bersuku banyak (default 2 ordo, yaitu
pangkat 2/ kuadrat), dan centang Display Equation on Chart
Klik Close.

4. Sehingga pada diagram akan nampak sebagai berikut dengan rumus


checkshotnya.

94
5. Pada tab Input Petrel, klik 1x peta time-nya, kemudian klik Menu Edit
 Copy, lalu klik lagi Edit  Paste, sehingga akan terbuat salinan
peta time-nya.
6. Klik kanan pada salah satu peta time tersebut yang akan dikonversi
menjadi depth  Calculator.
Masukkan rumus yang didapatkan dari Ms. Excel tadi misal sebagai
berikut:
Top_BRF=(0.0009*Copy_of_ Top_BRF * Top_BRF )+(2.2486*
Copy_of_Top_BRF)+ 170.55
Untuk memasukkan nama peta dapat diklik pada kolom Select Surface
Available

95
Jika sudah, klik Enter dan tutup Calculator (tekan Esc atau klik tanda X
pada windownya)
5. Klik 2x peta yang baru saja dikonversi pada toolbar Input .
Pada tab Info, ubah nama peta, sekaligus pilih domainnya menjadi
Elevation Depth.
Pada tab Colors, atur warna peta dengan klik panah Max dan panah
Min.
Klik Apply  OK

96
Cara 2 (menggunakan data Checkshot)
1. Klik kanan pada salah satu peta time tersebut yang akan dikonversi
menjadi depth  Convert to Point

2. Pada bagian bawah tab Input akan muncul point hasil konversi
tersebut. Klik kanan  Export.
Beri nama dan pilih tipe file Irap Classic Point  Save pada lokasi
yang diinginkan dan mudah diakses.

97
3. Cari file hasil export tadi menggunakan Windows Explorer dan buka
dengan (Open with) Ms. Excel

4. Pada Excel akan terlihat bahwa data masih terdapat pada satu baris
dan tidak teratur. Untu mengaturnya, blok kolom pertama (klik kolom
“A”)  Klik Data  Klik Text to Column.
Klik Delimited  Next  Centang Space  Klik Next  Klik Finish.

98
5. Blok dan klik kanan pada baris pertama (baris “1”)  Klik Insert.
Masukkan label X, Y, dan Z.
X dan Y menunjukkan koordinat sedangkan Z menunjukkan nilai time
pada koordinat tersebut. Tampilannya akan menjadi sebagai berikut:

6. Pada kolom keempat, masukkan rumus pada diagram Checkshot tadi


dengan nilai X (time)nya adalah nilai Z pada kolom ketiga.
Klik 2x pada tanda + pada pojok cell agar terhitung semua hingga
baris terakhir.

99
7. Simpan file Excel tersebut dalam format Text (Tab Delimited).

8. Pada Petrel, klik menu File  Import File.


9. Ubah Files of Type menjadi General lines/points (ASCII), buka file hasil
pengolahan pada Excel sebelumnya tadi.
10. Pada jendela yang muncul, perhatikan pada kotak paling bawah. Jika
terdapat info kolom (misal X, Y, dan Z) pada bagian paling atas, maka
masukkan angka 1 pada Number of Header Lines yang menunjukkan
urutan kolom yang berisi informasi/header.

100
Klik Read as Points, Z value column menunjukkan angka 4 karena
nilai yang akan kita olah (Z depth) terdapat pada kolom 4 excel. Klik
OK for All.

11. Pada jendela yang muncul, atur template menjadi Elevation Depth.
Klik OK

12. Membuat peta depth: menggunakan fitur Make Edit Surface, yaitu:
Pada Processes  Utilities  2x klik Make Edit Surface.
Jika masih terdapat setting-an yang lama, klik pada Result Surface,
tekan Delete pada keyboard  Yes.
Pada Input, klik point pada Input yang baru saja di-import dari Excel 
Klik panah biru

101
Pada Boundary, klik polygon yang membatasi peta pada Input  Klik
panah biru
Pada tab Geometry  Grid size and position  Centang Automatic
(From input data boundary)  Pada Grid Increment, masukkan X
increment dan Y increment sesuai keinginan (Semakin kecil, semakin
detail, semakin lama runningnya)
Pada tab Algorithm  Method : Convergent interpolation  OK

13. Centang nama surface/ peta yang baru saja dibuat pada tab Input
untuk menampilkan peta. Atur tampilan peta pada menu Setting-nya
(2x klik pada surface di tab Input tersebut).

102
Mengedit Kontur Peta

1. Mengedit kontur disarankan pada tampilan 3D Window, dengan


terlebih dahulu dinonaktifkan garis konturnya dengan masuk ke
Settings peta yang dituju agar proses berjalan cepat dan tidak lag.
Namun apabila tida lag, disarankan untuk tetap ditampilkan.
Edit kontur juga dapat dilakukan pada 2D Window (proses berjalan
lebih ringan/ tidak memberatkan computer)

2. Processes Utilities  1x klik Make/edit Surface


Kemudian klik toolbar Smooth Area yang ada di kanan  tahan mouse
kiri dan menggerak-gerakkannya (di drag) sesuai keinginan untuk
mengubah kontur yang ada pada window
apabila kontur hilang, aktifkan kembali dengan langkah 1 di atas.

103
fungsi tool:
= menghaluskan kontur
= menghilangkan bagian yang menonjol pada peta
= menggeser ketinggian pada peta
= memunculkan tonjolan/ closure

untuk tingkat pengaruhnya dapat diatur pada toolbar di bawah, untuk


digunakan sesuai kebutuhan:

Fault Modelling
Sebelum melakukan fault modeling, penting untuk memperhatikan
trend struktur di blok/ lapangan yang diteliti dengan mempelajari geologi
regional dan secara quick look terhadap penampang-penampang seismik
yang telah di-picking. Hal ini setidaknya memberikan gambaran dan batasan
saat interpretasi.

1. Masuk ke Processes  Structural modeling  Klik 2x Define model 


Kemudian isi Name of the model sesuai keinginan  OK.

104
2. Model yang telah dibuat dapat dilihat pada tab Models.

Cara 1:
Jika nama sesar antar penampang seismik sudah dalam 1 nama
dengan trend yang sama
1. Pastikan Fault Modelling pada Processes – Structural Modelling telah
aktif dengan klik 1x
2. Pada Input  Interpretation fault  klik kanan pada nama fault  klik
Convert to faults in fault model.
Pada kotak dialog yang muncul, klik OK.
Lakukan langkah ini terhadap semua fault hasil picking pada
Interpretation fault.

105
Cara 2:
Jika nama sesar antar penampang seismik belum dalam 1 nama/ trend
(pembuatan secara manual)
1. Pada toolbar Input  Interpretation fault  Centang semua nama fault
untuk ditampilkan pada 2D window
Pada toolbar Processes Structural modeling Klik 1x Fault
modeling

Pada toolbar di kanan, klik Add new pillar by one point  Baru
buat arah polygon sesar pada 2D window

106
2. Untuk menambah fault model baru, fault model lama harus di-non
aktifkan: Pada Models  Nama model  Fault model  Faults  klik
1x fault model lama sehingga tulisannya sudah tidak bold.
Kemudian ulangi langkah 1 untuk membuat fault model yang baru.
3. Membuat percabangan fault
Pada Models  Nama model  Fault model  Faults Aktifkan (klik
1x) nama fault yang mau dicabangkan  pada toolbar di kanan, klik

New branched fault  Klik 1 point di 2D window pada fault yang


mau di cabang  Kemudian klik lagi New branched fault  Baru buat
trend sesar yang dituju pada 2D window

107
4. Aktifkan New 3D Window melalui menu Window
Pada toolbar Models  Nama model  Fault model  Faults 
Centang semua nama fault

Klik Select/Pick Mode pada toolbar, kemudian pada 3D window 


klik, tahan, dan geser (drag) persegi di bagian tengah pipa untuk
menggeser polygon fault  drag pipa ke atas/ bawah untuk menaik-
turunkan polygon fault

5. Hasil akhir fault modeling

108
Pillar Gridding
Sebelum melakukan pillar gridding, pastikan Anda telah membuat
polygon boundary yang menunjukkan batas peta Anda (telah dibahas pada
subbab Pembuatan Peta)

1. Aktifkan 2D window  pada toolbar Processes  Structural modeling


 Klik 1x Pillar gridding
Pada toolbar Input  centang nama polygon area dan klik kanan 
Convert to boundary on the active fault model

2. Toolbar Models Nama model  Secara otomatis akan tampil


boundary yang telah dimasukkan
Aktifkan semua Fault model sebelum melakukan gridding:
Pada toolbar Models  Nama model  Fault model  Faults 
Centang semua fault

109
3. Untuk memulai gridding, pada tab Processes  Structural modeling
 klik 2x Pillar gridding
- Settings  Isi create New  Masukkan I increment dan J Increment
(Semakin kecil, semakin detail, running semakin lama).

110
- Faults  Centang Visible faults/trends in the 2D viewer  Kemudian
klik Update lists from visible (Maka akan tampil semua fault model
yang telah aktif, jika belum ada yang tampil maka centang terlebih
dahulu semua fault pada fault model pada tab Models)  Apply.
Setelah running selesai, klik OK

4. Cara menampilkan hasil gridding


Aktifkan 3D Window  Pada toolbar Models  Nama model  3D
grid  Centang Skeleton

NB : Satu gridding akan membentuk satu horizon

111
Time/ Depth Structure Map
Perbedaan dengan time map yang telah dibuat pada subbab
sebelumnya adalah pada time structure map telah menampilkan struktur
berikut kenampakan kontur yang terpotong oleh struktur dan offset struktur.
Cara di bawah ini berlaku untuk pembuatan time structure maupun depth
structure map.
1. Pada tab Processes  Structural modeling  klik 2x Make horizons

Pada tab Horizons  klik Append item in the table


Klik 1x nama Peta time/depth yang dikehendaki pada toolbar Input 
 kemudian klik tanda panah pada Input #1

2. Pada tab Faults, Atur Distance untuk mengatur offset kontur yang
tersesarkan/ jarak Footwall dan Hangingwall sesar.

112
Semakin besar ditulis nilai distance-nya, maka turun/naiknya sesar
semakin tinggi  OK

Menampilkan Peta
1. Aktifkan Map Window: pada menubar Window  New map window
Pada tab Window, centang Map Window
Pada toolbar Models  Nama model  3D grid  Centang Faults
dan peta yang ingin ditampilkan pada Horizons  Kemudian atur
posisi map window yang diinginkan dengan menggunakan klik tool

Viewing Mode , dan perbesaran peta dengan scrool mouse pada


peta.
Apabila ingin mengatur tampilan pada peta seperti kontur dan warna,
klik kanan surface peta pada Horizon  Convert to Structured Surface.

113
Maka surface peta akan ada pada tab Input dan dapat diatur tampilan-
nya pada menu Settings-nya (2x pada surface peta). Apabila akan
ditampilkan maka cukup dicentang salah satu saja (yang ada pada tab
Input ATAU yang ada pata tab Models  Nama model  3D grid 
Horizons)

114
Axis peta Mata angin Header/Judul

Legenda Scale bar


warna

115
DAFTAR PUSTAKA

Asquith, George B, 1990. Log Evaluation Of Shaly Sandstone: A Practical Guide.


The American Association of Petroleum Geologist, Tulsa, Oklahoma.
Hartmann, Dan J dan Beaumont, Edward A. Predicting Reservoir System Quality
And Performance.
Rukmana,D., Kristanto,D., Cahyoko Aji,V.D. 2011, Teknik Reservoir Teori dan
Aplikasi. Pohon Cahaya, Yogyakarta.
Sclumberger, 2002, Petrel Introduction Course “Seismic to Simulation Software,
Houston.
Sclumberger, 2007, Petrel Introduction Course “Seismic to Simulation Software,
Houston.
Technoguide, 2001, Petrel Manual Version 3.3, Aslakveien, Norway

116

Anda mungkin juga menyukai