Oleh :
Eko Budiarto
Edwin Pranata
Rizki Akbat Putra
Rifky Hendyantoro
Ahmad Aji Setia Praja
Angga Widya Permana
SEMARANG
FEBRUARI 2015
DAFTAR ISI
1
Setelah anda mengklik aplikasi tersebut maka akan muncul jendela
aplikasi Petrel seperti pada gambar berikut.
2
untuk Z unit diubah menjadi feet (Ft),
untuk area unit diubah menjadi Acre,
untuk volume unit diubah menjadi Acre-Feet,
untuk seismic time diubah menjadi ms,
Untuk seismic velocity diubah menjadi m/s
3
2. Sesuaikan setiap kolom atribute dengan kolom pada kotak merah.
Jika text pada atribute tidak ada yang sama dengan kolom pada
kotak merah attribute diisi dengan “user” dengan tipe atribute
“continuous”. Number of header isi dengan “1”.
3. Lalu Ctrl + I lagi dan ganti file type menjadi well logs (ASCII) dan
pilih semua data sumur berekstension “*las” kemudian open.
4
4. Sesuaikan file name dengan wellnya lalu OK
5
6. Klik Unit dan lihat tulisan “This Well is” kemudian pilih onshore, cek
Specify Unit dan atur input unit XY dan Z sesuai informasi header
file di bawah. Jika di darat dan off shore jika di laut lalu klik “ok for
all”.
7. Maka mulai saat ini, dapat melihat kondisi sumur dalam 3D ataupun
2D maupun berdasarkan peta dasar yang dapat dipilih melalui
menu Window. Ingat untuk mencentang kotak di sebelah kiri sumur.
Terlampir contoh gambar 3D Sumur.
6
8. Untuk memunculkan log mekanik dari setiap sumur maka kliki
Window dan pilih Well Section Window
7
10. Lalu centang kotak di sebelah kiri sumur sehingga menjadi seperti
di bawah ini.
11. Kemudian pada folder input klik tanda + pada Global Well Logs
sehingga memunculkan jenis log yang tersedia pada sumur (kotak
merah) .
8
12. Kemudian pilih log mekanik yang akan dimunculkan.
13. Setelah log muncul maka warna log dapat diubah dengan cara
double klik pada log mekanik yang akan diubah warnanya atau klik
kanan pada log mekanik dan pilih setting (dalam hal ini dipilih log
GR).
9
14. Akan muncul menu setting for GR. Pada tab “style” dan sub tab
“general settings” masukkan nilai minimum dan maksimum dari log
mekanik yang akan diubah seperti log GR (0-150), log SP (-75 –
75), log neutron (0 – 0.6), log RHOB (1.71 – 2.71), log caliper (6 –
16), dst.
15. Pada tab “style” dan sub menu “2D log”, pada kolom “Color” pilih
“specified” agar warna log sesuai dengan warna yang kita inginkan.
Masih pada sub menu “2D log” dapat juga dipilih tipe garis yang
diinginkan seperti garis lurus, putus – putus, titik-titik dsb serta
ketebalan garis lognya.
10
16. Masih pada menu “Setting for GR”, pilih tab “info” dan pada kolom
“Color” pilih warna yang diinginkan.
17. Setelah mengklik “Apply” dan “Ok” maka log GR akan berubah
warna sesuai dengan warna yang dipilih sebelumnya. Dalam hal ini
dipilih warna merah.
11
18. Hal yang sama dilakukan pada log mekanik lainnya sehingga
warna setiap garis log menjadi beraneka ragam serta skala log
dapat disesuaikan berdasarkan langkah yang telah dipaparkan
sebelumnya.
19. Untuk membuat beberapa log mekanik berada dalam kolom yang
sama maka pada klik tanda + pada well section yang ada pada
kolom “Windows” yakni kotak merah.
12
20. Dengan demikian log mekanik yang ada pada setiap sumur dapat
dilihat (kotak merah).
21. Ketika ingin membuat log NPHI dan RHOB pada kolom yang sama
maka klik dan tahan sub log RHOB dan seret atau drag ke sub log
NPHI.
13
Sebelum Sesudah
22. Maka log yang berada pada satu folder utama akan berada pada
kolom yang sama dalam log mekanik. Pada gambar log NPHI (garis
hijau) dan garis log RHOB (garis biru) sebelumnya berada pada
kolom berbeda dan menjadi satu kolom kemudian.
14
Sebelum Sesudah
23. Untuk memberi warna pada log GR berdasarkan pemisahan
konsentrasi rendah radioaktif ( warna kuning) dan konsentrasi tinggi
radioaktif (warna hijau) berdasarkan interpretasi kualitatif log klik
kanan log GR pada global well log dan klik color table.
24. Akan muncul” setting for Gamma Ray” dan isi nilai maksimal
konsentrasi tinggi radioaktif (warna hijau)dengan angka 150 dan
lapisan konsentrasi rendah radioaktif ( warna kuning) dengan 0.
15
Untuk membuat cut off klik sehingga mucul menu “make
discrete” dan isi angka sesuai dengan nilai “ cut off ” log GR sumur.
25. Untuk mendiskriminasi warna pada log GR, pada sumur yang akan
didiskrimasini log GR nya maka double klik pada folder GR atau
yang memuat log GR pada kotak Window yang ada di kiri bawah
sehingga muncul kotak dialog setting for “GR”. Klik tab Curve Filling
lalu isi sesuai dengan gambar di bawah ini.
16
26. Setelah mengklik Apply dan Ok maka log GR akan secara otomatis
dideterminasi oleh komputer sesuai dengan settingan nilai log GR
pada Global Well Logs yang ada pada kotak Input.
27. Untuk membuat cross over pada log NPHI dan RHOB maka klik
folder yang memuat log NPHI dan log RHOB pada sumur yang
17
akan dilakukan cross over pada kotak Window yang ada di kiri
bawah sehingga muncul kotak dialog Setting For “NPHI”.
Selanjutnya lakukan setting sesuai gambar di bawah ini.
18
29. Untuk melakukan pewarnaan pada log ILD, maka terlebih dahulu
melakukan pengaturan pada log ILD yang ada pada Global Well
Logs yang ada di kotak Input. Lakukan pengubahan seperti gambar
di bawah ini
30. Teknik pembuatan cut off sama seperti pada log GR, namun untuk
membuat pembagian warna menjadi 3 tersebut dilakukan setelah
memasukkan nilai min, max dan cut off. Usahakan nilai cut off tidak
19
31. Kemudian klik folder yang memuat log ILD pada sumur yang akan
dilakukan pewarnaan pada kotak Window yang ada di kiri bawah
sehingga muncul kotak dialog Setting For “ILD”. Selanjutnya
lakukan setting sesuai gambar di bawah ini.
20
32. Setelah mengklik Apply dan OK maka log ILD akan diwarnai sesuai
dengan pengaturan yang telah dibuat sebelumnya pada Global
Well Logs
33. Selesai
21
Cara Melakukan Interpretasi Litologi
mekanik yang ada dengan cara klik Paint Discrete Log Class ( )
atau short cut “A” pada tool bar kemudian klik Create New Discrete
2. Setelah mengklik OK, maka lihat expand Global Well Logs pada
kotak Input yang ada di sebelah kiri. Lalu aktifkan ( centang kotak
Lithologies ) agar kolom Lithologies muncul pada log mekanik yang
ada. Untuk mengubah posisi kolom Lithologies dapat dilakukan
pada kotak Window yang ada di kiri bawah dan pada menu Well
Section Window (SSTVD).
22
3. Selanjutnya klik Paint Discrete Log Class ( )atau short cut “A”
pada tool bar kemudian arahkan pada kolom lithologies sehingga
muncul simbol kuas dan selanjutnya klik kanan lalu pilih warna
ataupun simbol litologi yang ingin digunakan. Setelah memilih klik
kiri dan tahan kemudian tarik ke atas atau ke bawah sehingga
warna litologi yang dipilih tadi dapat muncul. Untuk melakukan
penggeseran batas litologi dengan cara mengdekatkan simbol kuas
pada batas litologi sehingga berubah menjadi simbol atas/bawah
dan geser sejauh yang diinginkan.
4. Maka teknik pewarnaan secara manual telah selesai dilakukan.
Namun untuk log sumur yang banyak teknik ini dapat diubah dan
23
dilakukan secara otomatis oleh Petrel dengan cara yang cepat dan
mudah.
5. Untuk pewarnaan litologi secara otomatis maka klik kanan pada
Global Well Logs, lalu pilih Insert Global Well Logs (disc.) sehingga
muncul kotak Logs 45 di bawah kotak Lithologies.
6. Klik 2x Logs45, kemudian klik tab Info dan ganti nama Logs45
dengan Lithofacies kemudian klik tab colour dan isi sesuai urutan
pada gambar di bawah ini.
24
7. Setelah klik Apply dan Ok lalu klik kanan pada kolom Lithofacies
tersebut kemudian klik Calculator dan klik kolom Lithofacies yang
ada pada kotak Input kemudian lanjutnya dengan if(GR<75,0,1).
Angka 75 merupakan nilai Cut Off yang anda gunakan sehingga
nilainya dapat berbeda pada setiap sumur ataupun lapangan.
25
8. Setelah klik Enter ataupun tekan tombol Enter pada keyboard,
maka akrifkan kolom Lithofacies pada kotak Input tersebut
sehingga komputer secara otomatis menginterpretasi litologi pada
sumur yang ada.
26
9. Selesai
Keterangan : Ini hanya bisa membedakan litologi Sandstone dan
Shale. Jika ingin menginterpretasi litologi selain kedua jenis batuan
tersebut maka harus dilakukan secara manual.
27
Cara Membuat Peta Ketebalan (Isopach Map)
28
3. Sebelum memasukkan berbagai data pada kolom dari kotak dialog
Make/Edit surface, jika terdapat tulisan Delete Object maka terlebih
dahulu klik tulisan tersebut kemudian tekan Delete pada keyboard
laptop. Pada kotak Input di sebelah kiri, klik horizon yang akan di
masukkan ke dalam main input kotak dialog Make/Edit surface dari
layer input stratigraphy. Dalam hal ini saya memilih Top 1. Kolom
Boundary dari kotak dialog Make/Edit surface di isi dengan layer
Polygon 1 dari kotak Input. Tab Result Surface dari kotak dialog
Make/Edit surface dapat di isi dengan nama Surface hasil dari
pembuatan Surface ini dengan cara cek kolom Name kemudian
ketikkan nama surface yang diinginkan.
29
Sebelum Sesudah
4. Klik tab Geometry dari kotak dialog Make/Edit surface, pada Grid
Size and Position aktifkan tab Automatic. Pada Grid Increment
masukkan nilai Xinc dan Yinc sesuai keinginan. Semakin kecil
semakin baik.
30
5. Klik tab Algorithm dari kotak dialog Make/Edit surface, pada kolom
Method pilih Convergent Interpolation
31
6. Klik Apply dan Ok. Hasilnya dapat dilihat melalui Map Window
dengan cara klik Window>New Map Window lalu aktifkan surface
layer Top 1 yang telah dibuat tadi.
32
9. Klik Run>Apply>Ok. Kemudian akan muncul layer surface
Thickness between Top 1 and Bottom 1 pada kotak Input.
Tampilkan pada map window.
33
10. Selesai
34
TAHAPAN ANALISIS KUANTITATIF PADA INTERACTIVE
PETROPHYSICS
Pendahuluan
35
2. Klik Icon Aplikasi IP pada desktop anda sehingga diperoleh
tampilan berikut ini
36
37
2. Setelah load well akan muncul data dari headerlog, periksa data log
yang dibutuhkan untuk analisis lalu klik load file, dan data header log
sudah ter-input pada software interactive petrophysics seperti gambar
berikut ini.
38
Menampilkan Log Triple Combo
2. Setelah itu akan muncul tampilan log gamma ray, sp¸ caliper, resistivity
dan density-neutron, sesuai dengan log yang dipakai pada saat
melakukan pengeboran.
39
3. Untuk memperbaiki penampilan agar lebih informatif dapat dilakukan
melalui menu edit format, seperti gambar berikut ini
40
Gambar di atas merupakan log triple combo, yang dapat digunakan
sebagai analisis awal seperti jenis litologi, lapisan reservoir dan jenis fluida
pengisi reservoir, log ini juga digunakan sebagai acuan dasar untuk
interpretasi.
41
2. Cukup menampilkan log gamma-ray saja untuk melakukan interpretasi
clay volume dan setelah semua siap pilih menu run, maka akan
muncul log clay volume seperti gambar dibawah ini:
42
Dari hasil pembacaan log ini kita dapat mengetahui volume clay pada
suatu sumur pengeboran
43
2. Lalu pilih menu porosity and water saturation parameters untuk
memasukan parameter petrofisika yang sudah dihitung sebelumnya,
agar tampilan log menjadi benar dan sesuai dengan perhitungan
kemudian masukan juga nilai dari wet clay dan dry clay dengan
44
metode cross plot log neutron, density dan gamma ray seperti
gambar dibawah ini
45
Menampilkan Log Permeabilitas
46
3. Perhitungan yang digunakan adalah ((0.62/PHIE^2.15)/2000)^0.5,
penggunaan perhitungan di atas berdasarkan jenis litologi batupasir
bersifat loose. Dalam hal ini dapat dilihat data mudlog untuk
menunjang interpretasai litologi.
Tabel 1 nilai faktor sementasi dan panjang alur setiap litologi
Litologi a m n
Asquith, 1990
47
4. Setelah perhitungan dimasukkan lalu pilih menu run, lalu pilih menu
basic log function untuk melakukan perhitungan pada permeabilitas,
seperti gambar berikut ini.
5. Pilih rumus yang sudah tersedia lalu pilih menu runtab, tampilkan log
permeability pada log porositas dan saturasi air, seperti gambar
dibawah ini
PenentuanCut-off
48
Penentuan Cut Off
49
Tabel Tabulasi data test produksi lapisan Lb-d pada lapangan AWP
Cut-off V-shale
Nilai penggal dari volume serpih disini dapat diperoleh dengan
menggunakan cross plot antara v-shale dengan laju alir gas (Qg). Harga v-
shale diwakili oleh sumur AWP-1, AWP-1a dan AWP-4 dikarenakan akan
hanya ada 3 sumur yang memiliki zona test produksi. Harga cut-off v-shale
dari ketiga zona tersebut dapat menjadi acuan untuk menjadi cut-off sumur
lainya. Berikut hasil cross plot antara v-shale dengan laju alir gas pada
gambar berikut ini.
5 V-Shale Vs Qg
4
1
VSH = 0.35
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
50
Dari grafik tersebut dapat diketahui jika nilai cut off atau nilai penggal
dari volume serpih adalah sebesar 0.35 atau 35%. Hal ini dapat diketahui dari
trend yang ditunjukkan pada grafik di atas. Teknik determinasi dilakukan dari
kiri atas ke bawah terjadi perubahan grafik trend dari nilai volume serpih.
Cut-off Porositas
Nilai penggal dari porositas disini dapat diperoleh dengan
menggunakan cross plot antara porositas dengan laju alir gas (Qg). Harga
porositas diwakili oleh sumur AWP-1, AWP-1a dan AWP-4 dikarenkan akan
hanya ada 3 sumur yang memiliki zona test produksi. Harga cut-off porositas
dari ketiga zona tersebut dapat menjadi acuan untuk cut-off sumur lainya.
Berikut hasil cross plot antara porositas dengan laju alir gas seperti pada
gambar berikut in.
Фe vs Qg
5
4
3
2
1
PHI = 0.12
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Gambar Cross plot antara Porositas (sumbu x) dengan Laju Alir (sumbu y)
Berdasarkan interpretasi grafik di atas dapat diketahui jika nilai cut off
porositas sebesar 0.12 atau12% sehingga suatu reservoir disini dianggap
berpotensi jika memiliki nilai porositas lebih dari 12% pembacaan grafik nilai
penggal porositas ini sendiri dapat ditentukan dengan membaca grafik dari
kiri bawah ke kanan atas dengan mengamati trend perubahan dari grafiknya
tersebut.
51
Cut-off Saturasi Air
Nilai penggal dari porositas disini dapat diperoleh dengan
menggunakan cross plot antara porositas dengan saturasi air. Hal ini
dikarenakan ketiadaan data scal (special core analysis). Parameter yang
dicari dari cross plot ini adalah mencari garis persamaan (trendline) antara
hubungan porositas dengan saturasi air. Berikut hasil cross plot antara
porositas dengan saturasi air.
0,12
SW* Ф Vs Фe
0,1
y = 0.6023x
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18
52
Lumping
Lumping merupakan ringkasan hasil analisis perhitungan petrofisika
v-shale dan porositas efektif pada lapisan reservoir yang diteliti yang
kemudian divalidasikan dengan nilai cut-off V-shale dan porositas efektif
seperti gambar berikut ini.
0,8
Lumping
0,7
0,6
0,5
V-shale .35 No Flow
0,4
0,3
0,2 Flow
0,1
Ф=0.12
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
AWP-1 AWP-1a AWP 4 Hasil Data Test AWP-2 AWP-3 AWP-5 AWP-s1
53
Menampilkan Log Cut off Dan Summary
Pada Log ini dimasukan juga besaran cut-off yang di dapat dari
perhitungan. Log porositas memiliki cut-off dengan nilai 0.12 sehingga pada
54
log porositas nilai cut-off digeser ke nilai 0.12. Log v-shale memiliki nilai cut-
off sebesar 0.35 sehingga pada tampilan log v-shale parameter cut-off
digeser ke angka 0.35. Log saturasi air memiliki nilai 60% atau 0.60 sehingga
parameter cut-off digeser ke angka 0.60.
Yang dimaksud dari gross sand adalah ketebalan utuh lapisan
reservoir termasuk komposisi shale di dalamnya. Net sand adalah lapisan
reservoir yang sudah bersih atau sudah dikurangi dengan komposisi shale di
dalamnya dan net pay adalah lapisan reservoir yang mempunyai komposisi
minyak di dalamnya.
Gross sand, net sand & net pay (Hartmann dan Beaumont)
55
Dari hasil lumping dapat dilakukan perhitungan net properti reservoir
atau disebut perhitungan bersih dengan cara melihat zona flow pada gambar
di atas.
56
Penyajian Data Reservoir.
Setelah melakukan analisis petrofisika hal yang tidak dapat diabaikan
adalah penyajian data secara ringkas namun berbobot. Berikut adalah
penyajian data hasil petrofisika sesuai dengan standar skkmigas (Rukmana
dkk, 2011)
Tabel Tabulasi Hasil Analisis Petrofisika
Cut-Off
Nama Sumur Kedalaman (MD ) feet Gross Sand (feet)
Net Pay(feet) Net/Gross Φ efektif (fraksi) V-shale (fraksi) k (mD) Sw (fraksi)
AWP- 1 4223-4286 63 32.53 0.52 0.233 0.194 27.67 0.32
AWP- 1a 4206-4270 64 34.69 0.54 0.187 0.313 13.32 0.37
AWP- 2 5084-5241 157 78.13 0.50 0.176 0.226 7.16 0.36
AWP -3 5238-5283 45 28 0.62 0.154 0.264 11.02 0.45
AWP- 4 4407 - 4462 53 29.78 0.56 0.238 0.283 6.15 0.38
AWP- 5 5755-5909 154 77.59 0.50 0.146 0.327 5.77 0.48
AWP- s1 7778-7826 48 - - 0.16 0.271 16.01 0.35
57
TAHAPAN INTERPRETASI SEISMIK PADA PETREL
Input Data
(Cara 1)
1. Klik Menu File Import File. Pada Files of type pilih SEG-Y seismic data.
Masuk pada folder penyimpanan line seismik dan blok semua datanya.
Klik Open
2. Pilih Set default vintage, klik OK.
58
Pilih Domain: Elevation Time, domain merujuk pada besaran yang
digunakan pada data seismik, yaitu waktu tempuh secara vertikal
(elevation time).
Klik OK for All, karena:
OK for All Pengaturan yang sama akan diberlakukan pada semua line
seismic yang diinput
OK Pengaturan akan diberlakukan pada setiap line seismic sehingga
jendela Input Data Dialog akan muncul sejumlah line seismic yang diiput.
(Cara 2)
59
2. Masuklah ke lokasi/folder penyimpanan file .sgy atau .segy.
File of Type Ganti SEG-Y import with preset parameters
Blok semua data SGY, kemudian OPEN
60
4. Kemudian klik SCAN PERHATIKAN grafik Line dan Trace,
grafiknya harus FLAT.
Jika tidak FLAT ubah Line number dan Trace number hingga grafik
menunjukkan FLAT.
Biasanya line number 25 dan trace number 29.
61
Domain pilih Elevation Time
62
9. Untuk menambah tampilan window: menubar Window Pilih yang
mau ditampilkan. Window untuk menampilkan penampang seismik:
New Interpretation Window.
63
11. Line seismik juga dapat ditampilkan pada 2d Window maupun 3D
Window (dapat dipilih pada menu Window). Kemudian centang Survey
pada Input. Untuk menggeser-geser line seismic, tekan CTRL sambil
drag (klik kiri dan tahan sambil mouse digeser) pada 2D Window / 3D
Window.
1. Cara I
Aktifkan Select/ Pick Mode (gambar kursor) klik kanan pada line
yang ingin ditampilkan di 2D window, pilih Create Interpretation
Window.
64
2. Cara II
Aktifkan New Interpretation Window melalui Menu Window klik di
New Interpretation Window
Toolbar Processes Geophysics klik Seismic Interpretation
Pada 2D window, klik huruf K pada keyboard klik line seismik yang
dituju
65
Terkadang Interpreration Window tidak muncul. Untuk mengatasinya,
hapus terlebih dahulu beberapa Interpretation Window yang tidak
terpakai pada tab Window dengan klik kanan Delete, atau klik kiri
dan tekan tombol delete pada keyboard.
66
Well Seismic Tie
67
Proses import data checkshot beserta jenis format file dan nama file
68
Sebagaimana yang kita ketahui, data seismik umumnya
berada dalam domain waktu (TWT) sedangkan data well berada dalam
domain kedalaman(depth). Sehingga, sebelum kita melakukan
pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah konversi
data well ke domain waktu. Untuk konversi ini, kita memerlukan data
sonic log dan checkshot.
1. pilih opsi new well section window pada menu window.
2. Tampilkan data DT dan RHOB menu bar di kiri layar dalam folder well
dan subfolder sumur yang dituju. Tampilkan juga marker di sumur
tersebut dari folder welltops dan subfolder others. Centang horizon
yang dituju.
3. Pembuatan syntethic seismogram. Langkah ini terdapat dalam menu
bar di kiri bawah layar, pada menu process pilih submenu stratigraphic
modelling dan pilih opsi syntethic. Klik dua kali pada opsi tersebut.
Akan muncul window konfigurasi. Sesuaikan.seperti pada gambar.
69
Parameter yang harus disesuaikan pada tahap pembuatan sintetik
seismogram
70
4. Setelah semua tahapan selesai, akan muncul data-data yang
diperlukan untuk well-tie seismic dalam well section window. Untuk
menampilkan wiggle seismic dilakukan dengan klik kanan pada data
seismik yang digunakan, kemudian pilih opsi settings. Pilih opsi show
wiggles pada window settings.
71
Pengaturan wiggle seismi
Top Formasi
Hasil picking
seismik berdasarkan
well seismic tie
72
Ketika data sumuran yang diikat pada line seismik tidak
sesuai dengan sintetik seismogram yang ada, maka data sumuran
dapat diatur dengan merubah kedudukan secara vertikal keberadaan
data sumur pada seismik. Langkah nya dapat dijelaskan pada
gambar dibawah ini dengan melakukan klik kanan pada pada folder
well top yang telah dibuat kemudian pilih spresdsheet dan edit nilai
TWT Picked dengan melihat nilai time pada line seismik. Nilai time
dapat dilihat dengan menggunakan simbol pointer dan ditunjukkan
pada refleksi seismik yang diinginkan.
Secret Data
Shifting Seismik
Pada seismik 2D, hal ini wajib dilakukan sebelum dilakukan picking
dan interpretasi semua line seismik.
Tujuan: agar semua line dalam kondisi tie (horizon yang sama pada line yang
berbeda saling terikat/terhubung)
73
1. Aktifkan 2D window aktifkan Processes, Seismic interpretation
Kemudian klik toolbar paling kanan Select composite section
Kemudian klik line seismik yang di composite, akhiri dengan double
klik. Hasilnya disebut dengan Composite Line.
Kemudian tentukan line seismik mana yang mau di shifting.
2. Composite line akan tampil pada toolbar Input pada Composite Folder.
Tampilkan composite line pada Interpretation Window.
74
3. Double klik, atau klik kanan pada line yang akan di-shifting Settings
Geometry Pada kolom Shift, isi dengan angka untuk menggeser
penampang ke atas, isi negatif (misal -16) untuk menggeser
penampang ke bawah Tekan Shifit (perhatikan perubahan nilai
pada kolom Time/depth top) Klik Apply (perhatikan kemenerusan
horizon pada Interpretation Window)
Jika sudah sesuai, klik OK.
75
4. Langkah shifting dilakukan berurutan dari line yang memotong line lain
yang sudah well-tie, lalu keyline, dan yang terakhir line-line yang
memotong keyline.
76
3. Buat lagi Interpretation Folder. Rename nama Interpretation folder
menjadi Interpretation Fault.
Interpretasi Horizon
77
4. Untuk memulai picking, nama horizon yang mau di picking harus
diaktifkan terlebih dahulu, caranya:
Pada toolbar Input Interpretation Horizon Klik nama horizon yang
mau diaktifkan sehingga tulisannya menjadi bold.
Kemudian pada toolbar Processes Geophysics Klik 1x Seismic
Interpretation. Di sebelah kanan akan keluar toolbar yang berkaitan
dengan interpretasi seismik
78
Interpretasi Fault
2. Untuk memulai picking fault, nama fault yang mau di picking harus
diaktifkan terlebih dahulu, caranya:
79
Pada toolbar Input Interpretation Fault Klik nama fault yang mau
diaktifkan hingga tulisannya menjadi bold.
Untuk memulai picking fault , pada toolbar yang di kanan klik Interpret
Faults (F)
Setelah itu, baru mulai picking fault pada penampang seismik di
Interpretation window
80
Pembuatan Peta (Time Map)
81
2. Untuk membuat batas wilayah/peta, perlu membuat Polygon secara
Manual :
Pada toolbar Processes Utilities klik 2x Make/edit polygons
Kemudian pada toolbar di kanan, klik Start new set of polygons
(deactivate old *) Kemudian baru buat polygon di 2D window Setelah
selesai klik 2x, kemudian klik Yes
3. Tahap pembuatan peta (Time Map, bukan time structure map yang
sudah meingkutsertakan sesar):
Pada toolbar Processes Utilities klik 2x Make/ edit surface
Main input Klik pada Input nama horison yang mau dibuat peta
Kemudian klik tanda panah biru
Boundary Klik pada Input nama polygon yang membatasi
Kemudian klik tanda panah biru
82
4. Pada Make/ edit surface Toolbar Geometry Grid size and
position Centang Automatic (From input data boundary)
Kemudian Grid Increment Masukkan X increment dan Y
increment sesuai keinginan (Membuat cell dalam pembuatan peta.
Semakin kecil, semakin detail)
Kemudian pada toolbar Algorithm Method : Convergent interpolation
Kemudian klik OK
83
5. Untuk mengatur peta yang telah dibuat :
Pada toolbar Input Klik 2x nama peta (di Petrel dikenal sebagai
istilah surface) yang dituju
Style Contour lines Centang Show Inc.: Untuk interval kontur
yang digunakan
Style Annotation Centang Show Font: Untuk mengatur ukuran
tulisan kontur
Style Annotation Interval : Untuk mengatur jarak tulisan kontur
84
minimum pada peta untuk dijadikan sebagai parameter penentuan
warna minimum dan maksium serta mengatur gradasinya secara
otomatis
85
Surface operations Smooth Menghaluskan bentuk kontur
secara keseluruhan .
Isi nilai iterations dan filter width sesuai kemauan klik (*) If
toggled, execution will create new objects … RUN Apply / OK
86
Peta Isopach/ Isochrone
1. Double klik pada peta Top Formasi/ Top Surface pada toolbar Input,
87
Pada toolbar Operations Calculations klik Make thickness map
Kemudian klik Base Top Formasi pada toolbar Input Kemudian klik
1. Double klik polygon yang mau dihitung luasnya pada toolbar input
Operations Calculations Kilk 1x Area and length RUN
akan tampil berapa luas polygon tersebut.
88
Apabila tidak muncul message log seperti pada gambar, maka perlu
diaktifkan:
View Message Log . Agar selalu muncul otomatis setiap kali klik
Run, hilangkan checklist pada “Don’t popup automatically”
89
Konversi Time – Depth
Cara 1 (menggunakan Velocity Model)
1. Pada Processes, Geophysics, 2x klik Make Velocity Model Atur
sebagaimana pada gambar
Nomor 1, isi dengan Time Map yang akan diubah ke Depth Map,
dengan klik nama Time Map pada Input dan klik tanda di samping
Surface.
Nomor 2, isi dengan Well Tops, dengan klik nama Well Tops pada
90
2. Pada tab Output, atur sebagaimana pada gambar.
Klik OK
3. Maka pada Models akan muncul Velocity Model yang dapat juga
ditampilkan dengan menggunakan 2D Window.
91
4. 2x klik General Depth Conversion pada tab Processes, pilih velocity
model yang akan dipakai (apabila sudah membuat lebih dari 1) OK.
92
Cara 2 (menggunakan data Checkshot)
Inti cara 2 adalah menggunakan rumus checkshot pada sumur yang
ada untuk konversi ke depth dengan memasukkan time pada masing-masing
titik pada peta.
1. Ketikkan nilai time dan depth pada MS. Excel seperti pada gambar
(time harus sudah dalam TWT, jika masih OWT maka jadikan TWT
dengan mengalikan 2 terlebih dahulu. Kemudian Blok, dan buat
Scatter Diagram.
Sumbu X menunjukkan time
Sumbu Y menunjukkan depth
2. Klik kanan pada salah satu titik pada scatter diagram Add Trendline
93
3. Pilih Polynomial untuk menampilkan hubungan time dan depth dalam
persamaan fungsi matematika bersuku banyak (default 2 ordo, yaitu
pangkat 2/ kuadrat), dan centang Display Equation on Chart
Klik Close.
94
5. Pada tab Input Petrel, klik 1x peta time-nya, kemudian klik Menu Edit
Copy, lalu klik lagi Edit Paste, sehingga akan terbuat salinan
peta time-nya.
6. Klik kanan pada salah satu peta time tersebut yang akan dikonversi
menjadi depth Calculator.
Masukkan rumus yang didapatkan dari Ms. Excel tadi misal sebagai
berikut:
Top_BRF=(0.0009*Copy_of_ Top_BRF * Top_BRF )+(2.2486*
Copy_of_Top_BRF)+ 170.55
Untuk memasukkan nama peta dapat diklik pada kolom Select Surface
Available
95
Jika sudah, klik Enter dan tutup Calculator (tekan Esc atau klik tanda X
pada windownya)
5. Klik 2x peta yang baru saja dikonversi pada toolbar Input .
Pada tab Info, ubah nama peta, sekaligus pilih domainnya menjadi
Elevation Depth.
Pada tab Colors, atur warna peta dengan klik panah Max dan panah
Min.
Klik Apply OK
96
Cara 2 (menggunakan data Checkshot)
1. Klik kanan pada salah satu peta time tersebut yang akan dikonversi
menjadi depth Convert to Point
2. Pada bagian bawah tab Input akan muncul point hasil konversi
tersebut. Klik kanan Export.
Beri nama dan pilih tipe file Irap Classic Point Save pada lokasi
yang diinginkan dan mudah diakses.
97
3. Cari file hasil export tadi menggunakan Windows Explorer dan buka
dengan (Open with) Ms. Excel
4. Pada Excel akan terlihat bahwa data masih terdapat pada satu baris
dan tidak teratur. Untu mengaturnya, blok kolom pertama (klik kolom
“A”) Klik Data Klik Text to Column.
Klik Delimited Next Centang Space Klik Next Klik Finish.
98
5. Blok dan klik kanan pada baris pertama (baris “1”) Klik Insert.
Masukkan label X, Y, dan Z.
X dan Y menunjukkan koordinat sedangkan Z menunjukkan nilai time
pada koordinat tersebut. Tampilannya akan menjadi sebagai berikut:
99
7. Simpan file Excel tersebut dalam format Text (Tab Delimited).
100
Klik Read as Points, Z value column menunjukkan angka 4 karena
nilai yang akan kita olah (Z depth) terdapat pada kolom 4 excel. Klik
OK for All.
11. Pada jendela yang muncul, atur template menjadi Elevation Depth.
Klik OK
12. Membuat peta depth: menggunakan fitur Make Edit Surface, yaitu:
Pada Processes Utilities 2x klik Make Edit Surface.
Jika masih terdapat setting-an yang lama, klik pada Result Surface,
tekan Delete pada keyboard Yes.
Pada Input, klik point pada Input yang baru saja di-import dari Excel
Klik panah biru
101
Pada Boundary, klik polygon yang membatasi peta pada Input Klik
panah biru
Pada tab Geometry Grid size and position Centang Automatic
(From input data boundary) Pada Grid Increment, masukkan X
increment dan Y increment sesuai keinginan (Semakin kecil, semakin
detail, semakin lama runningnya)
Pada tab Algorithm Method : Convergent interpolation OK
13. Centang nama surface/ peta yang baru saja dibuat pada tab Input
untuk menampilkan peta. Atur tampilan peta pada menu Setting-nya
(2x klik pada surface di tab Input tersebut).
102
Mengedit Kontur Peta
103
fungsi tool:
= menghaluskan kontur
= menghilangkan bagian yang menonjol pada peta
= menggeser ketinggian pada peta
= memunculkan tonjolan/ closure
Fault Modelling
Sebelum melakukan fault modeling, penting untuk memperhatikan
trend struktur di blok/ lapangan yang diteliti dengan mempelajari geologi
regional dan secara quick look terhadap penampang-penampang seismik
yang telah di-picking. Hal ini setidaknya memberikan gambaran dan batasan
saat interpretasi.
104
2. Model yang telah dibuat dapat dilihat pada tab Models.
Cara 1:
Jika nama sesar antar penampang seismik sudah dalam 1 nama
dengan trend yang sama
1. Pastikan Fault Modelling pada Processes – Structural Modelling telah
aktif dengan klik 1x
2. Pada Input Interpretation fault klik kanan pada nama fault klik
Convert to faults in fault model.
Pada kotak dialog yang muncul, klik OK.
Lakukan langkah ini terhadap semua fault hasil picking pada
Interpretation fault.
105
Cara 2:
Jika nama sesar antar penampang seismik belum dalam 1 nama/ trend
(pembuatan secara manual)
1. Pada toolbar Input Interpretation fault Centang semua nama fault
untuk ditampilkan pada 2D window
Pada toolbar Processes Structural modeling Klik 1x Fault
modeling
Pada toolbar di kanan, klik Add new pillar by one point Baru
buat arah polygon sesar pada 2D window
106
2. Untuk menambah fault model baru, fault model lama harus di-non
aktifkan: Pada Models Nama model Fault model Faults klik
1x fault model lama sehingga tulisannya sudah tidak bold.
Kemudian ulangi langkah 1 untuk membuat fault model yang baru.
3. Membuat percabangan fault
Pada Models Nama model Fault model Faults Aktifkan (klik
1x) nama fault yang mau dicabangkan pada toolbar di kanan, klik
107
4. Aktifkan New 3D Window melalui menu Window
Pada toolbar Models Nama model Fault model Faults
Centang semua nama fault
108
Pillar Gridding
Sebelum melakukan pillar gridding, pastikan Anda telah membuat
polygon boundary yang menunjukkan batas peta Anda (telah dibahas pada
subbab Pembuatan Peta)
109
3. Untuk memulai gridding, pada tab Processes Structural modeling
klik 2x Pillar gridding
- Settings Isi create New Masukkan I increment dan J Increment
(Semakin kecil, semakin detail, running semakin lama).
110
- Faults Centang Visible faults/trends in the 2D viewer Kemudian
klik Update lists from visible (Maka akan tampil semua fault model
yang telah aktif, jika belum ada yang tampil maka centang terlebih
dahulu semua fault pada fault model pada tab Models) Apply.
Setelah running selesai, klik OK
111
Time/ Depth Structure Map
Perbedaan dengan time map yang telah dibuat pada subbab
sebelumnya adalah pada time structure map telah menampilkan struktur
berikut kenampakan kontur yang terpotong oleh struktur dan offset struktur.
Cara di bawah ini berlaku untuk pembuatan time structure maupun depth
structure map.
1. Pada tab Processes Structural modeling klik 2x Make horizons
2. Pada tab Faults, Atur Distance untuk mengatur offset kontur yang
tersesarkan/ jarak Footwall dan Hangingwall sesar.
112
Semakin besar ditulis nilai distance-nya, maka turun/naiknya sesar
semakin tinggi OK
Menampilkan Peta
1. Aktifkan Map Window: pada menubar Window New map window
Pada tab Window, centang Map Window
Pada toolbar Models Nama model 3D grid Centang Faults
dan peta yang ingin ditampilkan pada Horizons Kemudian atur
posisi map window yang diinginkan dengan menggunakan klik tool
113
Maka surface peta akan ada pada tab Input dan dapat diatur tampilan-
nya pada menu Settings-nya (2x pada surface peta). Apabila akan
ditampilkan maka cukup dicentang salah satu saja (yang ada pada tab
Input ATAU yang ada pata tab Models Nama model 3D grid
Horizons)
114
Axis peta Mata angin Header/Judul
115
DAFTAR PUSTAKA
116