1. Bagaimana penerapan manajemen laba di kehidupan nyata dalam memaksimalkan nilai
pasar suatu perusahaan ? Jawab : Contoh kasus manajemen laba pada Perbankan Syariah, sejauh ini belum ada kasus besar yang merugikan banyakpihak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syahfandi (2012), digunakan indeks Eckel untuk mengetahui apakah Bank Syariah melakukan perataan laba atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 dari 9 Bank Syariah yang menjadi sampel penelitian, melakukan perataan laba (income smoothing). Hal ini menunjukkan bahwa Bank Syariah telah melakukan perataan laba untuk mengurangi tingkat perubahan laba bersih yang fluktuatif dalam periode pelaporannya, karena investor cenderung lebih menyukai laba yang relatif stabil. 2. Apakah manajemen laba dapat dikatakan sebagai suatu langkah yang baik jika ditinjau dari capital market motivation dimana manajer melakukan manipulasi laba ? Jawab : Manajemen laba sesungguhnya bukanlah tindakan penipuan (Fraud) atau tindakan kejahatan lainnya. Manajemen laba termasuk dalam tindakan manipulasi laporan keuangan, tetapi dengan tetap memperhatikan & mengikuti kaidah-kaidah metode akuntansi. Terdapat pandangan yang berbeda-beda terhadap praktik manajemen laba dan hal ini menimbulkan dilema etis. Pada satu sisi, manajemen laba dipandang sebagai suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena dengan adanya manajemen laba infomasi yang diberikan tidak sepenuhnya mencerminkan keadaan perusahaan dan mengaburkan nilai perusahaan sesungguhnya. Tindakan tersebut dapat menyebabkan stakeholders keliru dalam mengambil keputusan. Pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam ketentuan untuk pelaporan keuangan. 3. Mengapa manajemen laba dapat menggangu pemakaian laporan keuangan? Jawab : Manajemen laba terjadi ketika pihak eksekutif menggunakan keputusan dalam pelaporan keuangan dan menetapkan transaksi dengan tujuan mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan beberapa stakeholder atau pemegang kepentingan perusahaan mengenai hal-hal yang mendasari kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka yang terdapat dalam laporan keuangan untuk menyesatkan beberapa stakeholder atau pemegang kepentingan perusahaan” atau “untuk mempengaruhi hasil perjanjian” menekankan pada perilaku oportunistik dari manajer. 4. Siapa yang bertanggung jawab dalam melakukan manajemen laba? Dan apa yang dilakukan oleh pihak yg bertanggung jawab tsb untuk menyeimbangi dalam melakukan minimalisasi pendapatan dan maksimalisasi pendapatan dlm pola manajemen laba? Jawab : Pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan manajemen laba adalah Manajer dari perusahaan itu sendiri. Kemudian, hal yang dilakukan Manajer untuk menyeimbangi dalam melakukan minimalisasi pendapatan dan maksimalkan pendapatan dalam pola manajemen laba adalah Manajer dapat menggunakan metode depresiasi aktiva tetap yang cenderung mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap selama beberapa periode besarnya sama. Manajer juga dapat melakukan strukturisasi estimasi umur ekonomis aktiva menjadi lebih panjang daripada umur ekonomis aktiva tetap yang selama ini telah dipakai. 5. Bagaimana meminimalkan atau apakah ada batasan manager dalam melakukan manajemen laba sehingga tidak mementingkan diri sendiri? Jawab : Tujuan oportunistik untuk mencari keuntungan sendiri bagi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Sebagai manajemen harus mengambil keputusan yang memiliki value yang dominan bagi perusahaan. Namun kadang kala manajemen laba dilakukan dengan mementingkan dirinya sendiri. Sehingga, untuk memenimalisir hal tersebut manajer perlu memiliki etika baik ( kejujuran, bertanggung jawab,dll) dalam mengambil keputusan. Jika dikatakan, meminimalisir oportunistik oleh manajemen dalam manajemen laba itu bisa dilakukan, namun harus dengan melihat kondisi perusahaan, apa bila diperlukan maka akan dilakukan. 6. Mengapa bloked communication dianggap sebagai kebaikan manjamen laba? Jawab : Seperti yang dikatakan bahwa bentuk pemblokiran komunikasi dapat menghambat pengungkapan langsung dari ekspektasi laba. Ini karena manager memiliki informasi yang lebih banyak mengenai pengelolaan strategi dan operasional bisnis dibandingkan dengan investor. Artinya pengungkapan ekspektasi laba tidak transparan atau tidak menyeluruh. Pemblokiran informasi ini bertujuan untuk menghambat dan menutup informasi secara nyata ekspektasi laba sehingga dianggap sebagai kebaikan dari manajemen laba.