Anda di halaman 1dari 13

PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP WEWENANG PELAYANAN

BIDAN PRAKTIK MANDIRI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN DI INDONESIA

RIDHA KURNIAWAN, S.H., M.H.


Fakultas Hukum Universitas Adiwangsa Jambi

ABSTRAK

Sebagai seorang tenaga ke-sehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan


kepada masyarakat, seorang bidan harus melaku kan tindakan dalam praktik
kebidanan secara etis, serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-
nilai keyakinan filosofi profesi dan masyarakat. Keberadaan bidan di Indonesia
sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan ke sej ah ter aan ib u d an jan in n y a sa
lah satu u p a ya yan g d ila ku kan o leh p emer in tah adalah mendekatkan
pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Perbuatan Melawan
Hukum Terhadap Wewenang Pelayanan Bidan Praktik Mandiri Berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan Di Indonesia.Penelitian ini merupakan penelitian hukum
normatif.Pengkajian dalam penulisan ini didasarkan pada ketentuan-ketentuan dan
kaedah-kaedah hukum yang berhubungan dengan Perbuatan Melawan Hukum Terhadap
Wewenang Pelayanan Bidan Praktik Mandiri Di Indonesia. Peran Dinas Kesehatan dan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dan organisasi
profesi yang bergerak di bidang kesehatan, mengawasi penyelenggaraan praktik yang
dilakukan oleh bidan serta mengayomi profesi bidan dengan bentuk tetap memberikan
perlindungan hukum kepada bidan yang melakukan kelalaian atau kerugian kepada
pasien dan juga memberikan perlindungan hukum kepada pasien. Bidan yang
melakukan kelalaian memberikan upaya hukum terhadap pasien sebagai bentuk tanggung
jawab. Dinas Kesehatan dan IBI menurut Teori Peran zasebagai aktor yang memiliki peran
untuk memberikan pembinaan, pengawasan dan sanksi kepada bidan dan kegiatan
praktiknya.

119
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
PENDAHULUAN Bidan memberikan pelayanan
kebidanan yang berkesinambungan dan
A. Latar Belakang Masalah paripurna, berfokus pada aspek
pencegahan, promosi dengan
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup berlandaskan kemitraan dan
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan pemberdayaan masyarakat bersama-sama
hidup tingkat internasional. Etika merupakan dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
suatu sistem yang mengatur bagaimana senantiasa melayani siapa saja yang
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan membutuhkannya, kapan dan dimanapun
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati ia berada. Untuk menjaga kualitas
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata tersebut diperlukan suatu standar profesi
krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman sebagai acuan untuk melakukan segala
pergaulan tidak lain untuk menjaga tindakan dan sesuatu yang diberikan dalam
kepentingan masing- masing yang terlibat agar seluruh aspek pengabdian profesinya
mereka senang, tenang, tentram, terlindung kepada individu, keluarga dan masyarakat
tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin baik dari aspek input, proses dan output.
agar perbuatannya yang tengah dijalankan Sebagai seorang tenaga ke-
sesuai dengan adatkebiasaan yang berlaku sehatan yang langsung memberikan
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
umumnya. Negara hukum (rechtstaat), seorang bidan harus melakukan tindakan
mengandung sekurang-kurangnya 2 (dua) dalam praktik kebidanan secara etis,
makna.³Pertama, adalah pengaturan mengenai serta harus memiliki etika kebidanan yang
batasan-batasan peranan negara atau sesuai dengan nilai-nilai keyakinan
pemerintahan dalam men-campuri kehidupan filosof i profesi dan masyarakat. Selain itu
dan pergaulan masyarakat. Kedua, jaminan- bidan juga berperan dalam memberikan
jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil persalinan yang aman, memastikan
atau hak-hak pribadi (individual rights), hak- bahwa semua penolong persalinan
hak politik (political rights), mau pun hak-hak mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan
sebagai sebuah kelompok atau hak-hak sosial alat untuk memberikan pertolongan yang
sebagai hak asasi yang melekat. secara alamiah aman dan bersih 2.
pada setiap insan, baik secara pribadi Keberadaan bidan di
atau kelompok´ .1 Indonesia sangat diperlukan dalam upaya
Hak atas pelayanan dan perlindungan meningkatkan ke sejah ter aan ib u
ke-sehatan bagi ibu dan anak merupakan hak d an jan in n ya sa lah satu u p ay a
dasar sebagaimana termaktub dalam Undang± yan g d ilaku kan o leh p emer
undang Dasar 1945. Pasal 28 H UUD in tah adalah mendekatkan pelayanan
1 kebidanan kepada setiap ibu yang
1945 Bagir Manan, Teori Politik dan
membutuhkannya.
Konstitusi, Yog-yakarta: Fakultas Hukum UII
Press, 2003, hlm. 24 menentukan bahwa setiap Akuntabilitas bidan dalam praktik
orang hidup sejahtera lahir dan batin bertempat kebidanan merupakan suatu hal yang
tinggal dan mendapat lingku-ngan hidup yang penting dan di tuntut dari suatu profesi,
baik dan sehat serta berhak memperoleh terutama profesi yang berhubungan
pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat (3) UUD dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
1945 menentukan bawha negara bertanggung pertanggung jawaban dan 2 Yanti
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan dan W E Nurul, Etika Profesi Dan Hukum
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang Kebidanan, Yogyakarta: Pustaka
layak. Rihama,2010, hlm. 85 tanggung gugat
(accountability) atas semua tindakan yang
dilakukuannya. Sehingga semua tindakan
120
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence 3
based. Accountability diperkuat dengan Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian
satu landasan hokum yang mengatur Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 35.
batas-batas wewenang profesi yang 4 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian
bersangkutan. I lmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,
Dengan adanya legitimasi 2008, hal. 8
kewenangan bidan yang lebih luas,
bidan memiliki hak otonomi dan mandiri seorang peneliti menyusun dan merumuskan
untuk bertindak secara profesional yang masalah penelitiannya secara tepat dan tajam,
dilandasi kemampuan berfikir logis dan serta bagaimana seorang peneliti memilih
sitematis serta bertindak sesuai standar metoda untuk menentukan langkah-langkahnya
profesi dan etika profesi.terhadap dan bagaimana ia melakukan pengkajian
Wewenang Pelayanan Bidan Praktik dalam penulisan in i didasarkan pada
Mandir i Berdasarkan Peraturan ketentuan- ketentuan dan kaedah-kaedah
Perundang- undangan Di Indonesia?´. hukum yang berhubungan dengan Perbuatan
Melawan Hukum Terhadap Wewenang
C. Metode Penelitian Pelayanan Bidan Praktik Mandiri Di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum Biasanya, pada penelitian hukum normatif yang
normatif. Menurut Peter Mahmud Marzuki diteliti hanya bahan pustaka atau data
bahwa: ³penelitian yuridis normatif adalah suatu
sekunder, yang mencakup bahan hukum
proses unntuk menemukan aturan hukum,
primer, sekunder dan tertier
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin
hukum guna menjawab isu hukum yang
PEMBAHASAN
3
dihadapL´. Berbicara mengenai hukum dibidang kesehatan
Sedangkan menurut Bahder Johan (kebidanan), apabila yang dimaksud dengan
Nasution menyatakan bahwa ³Penelitian hukum hukum itu dalam arti sebagai struktur dan aturan-
normatif adalah bagaimana aturan, maka pernyataan ini meru-pakan salah
satu dari 3 (tiga) macam pedoman yang ada.
Pertama, hukum dalam arti bahwa ada
kekuatan-kekuatan sosial (dan hukum) yang
dalam beberapa hal dirasakan sebagai suatu ke-
harusan atau wajib, sehingga dalam hal
demikian itu terbentuk hukum; Kedua, baru
pada hu-kumnya sendiri yang berupa struktur
dan aturan yang dalam kenyataannya juga
disebutkan
Berdasarkan pembagian di atas, hukum
kesehatan (kebidanan) masuk pada kategori
yang kedua, yaitu struktur dan aturan-aturan
sebagai satu keseluruhan yang secara utuh
berhubungan dengan sistem hukum tertentu,
yaitu sistem yang dianut dalam masyarakat
dan Negara Republik Indonesia, hukum
kesehatan (kebidanan dalam hal ini) meliputi
peraturan hukum tertulis, kebiasaan,
yurisprudensi dan doktrin/ajaran ilmu
pengetahuan, sedangkan objek hukum
kesehatan (kebidanan) adalah perawatan
kesehatan.
121
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
Undang-Undang kesehatan yang baru bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
ini mendefinisikan Tenaga Kesehatan sebagai dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di
setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan yang

122
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
untuk jenis tertentu memerlukan memiliki hak dan kewajiban sebagai tenaga
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam
kesehatan. Pasal 57, Pasal 58 dan Pasal 59.
Tenaga kesehatan dikelompokkan Kewenangan bidan sebagaimana
ke dalam tenaga medis (dokter, dokter tercantum dalam Pasal 62 ayat 1 mengatakan
gigi, dokter spesialis dan dokter gigi bahwa Tenaga kesehatan dalam menjalankan
spesialis), tenaga psikologis klinis, tenaga praktek harus dilakukan sesuai dengan
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kewenangan yang didasarkan pada kompetensi
kefarmasian, tenaga kesehatan yang dimilikinya. Menurut penjelasan Pasal 62
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ayat (1) huruf c Undang-Undang RI No. 36
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga Tahun
keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, 2014 tentang Tenaga Kesehatan, yang
tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga dimaksud dengan ³kewenangan berdasarkan
kesehatan lain. kompetensinya´ adalah kewenangan untuk
Tenaga Kebidanan yaitu bidan baik melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan lingkup dan tingkat
(PNS), Pegawai Pemerintah dengan kompentensinya, antara lain untuk bidan
Perjanjian Kerja atau bidan yang adalah ia memiliki kewenangan untuk
diberikan tugas khusus, mereka sama- melakukan pelayanan kesehatan
sama memiliki tugas sebagai tenaga
kesehatan yang

123
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan sanksi yang berlaku padanya adalah sanksi
kesehatan reproduksi dan Keluarga administratif bukan sanksi pidana.
Berencana. Akan tetapi, apabila ternyata pertolongan
Jika bidan tidak melaksanakan persalinan itu merupakan suatu kelalaian berat
ketentuan dalam Pasal 62 ayat (1) yang menyebabkan penerima pelayanan
Undang-Undang RI No. 36 Tahun kesehatan menderita luka berat, maka bidan
2014 tentang Tenaga Kesehatan, ia yang bersangkutan dapat dipidana dengan
dikenai sanksi administratif. Ketentuan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
sanksi ini diatur dalam Pasal 82 ayat (1) Sedangkan jika kelalaian berat itu
Undang-Undang RI No. 36 Tahun mengakibatkan kematian, bidan tersebut
2014 tentang Tenaga Kesehatan. Sanksi dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
yang dikenal dalam Undang- Undang RI 5
(lima) tahun .
No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan adalah sanksi administratif,
Pelayanan kesehatan yang dilakukan
yakni sanksi ini dijatuhkan jika bidan yang
oleh bidan atau perawat dilakukan di luar
bersangkutan dalam menjalankan
kewenangannya karena mendapat
praktiknya tidak sesuai dengan kompetensi
pelimpahan
yang dimilikinya. Dengan
wewenang. Hal ini disebut dalam Pasal
kata lain, jika memang memberikan

obat atau suntikan bukanlah


5 lihat Pasal 84 Undang-Undang RI
kompetensi yang dimilikinya, maka No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

124
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
65 ayat (1) Undang-Undang RI No. 36 tidaklah dilarang. Namun dengan
ketentuan:
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan 1) Tindakan yang dilimpahkan termasuk
yang berbunyi: ³Dalam melakukan dalam kemampuan dan keterampilan
pelayanan kesehatan, Tenaga Kesehatan yang telah dimiliki oleh penerima
dapat menerima pelimpahan tindakan pelimpahan;
medis dari tenaga medis.´ 2) Pelaksanaan tindakan yang
Adapun yang dimaksud dengan dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
tenaga medis dalam Pasal 11 ayat (2) pemberi pelimpahan;
Undang-Undang RI No. 36 Tahun 3) Pemberi pelimpahan tetap
2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah bertanggung jawab atas tindakan yang
dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dilimpahkan sepanjang pelaksanaan
dokter gigi spesialis. Kemudian yang tindakan sesuai dengan pelimpahan
dimaksud tenaga kesehatan yang disebut yang diberikan; dan
dalam penjelasan pasal di atas antara lain 4) Tindakan yang dilimpahkan
adalah bidan dan perawat. tidak termasuk pengambilan keputusan
Ini artinya, jika memang tindakan sebagai dasar pelaksanaan tindakan 6.
medis berupa pertolongan persalinan itu di
luar wewenang bidan atau perawat namun
Mengenai tenaga kesehatan (bidan dan
mereka diberikan pelimpahan itu, maka
perawat) dapat memberikan pelayanan di luar
hal tersebut
kewenangannya juga diatur dalam Pasal 63 ayat
(1) Undang- Undang RI No. 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan: ³Dalam keadaan
tertentu Tenaga Kesehatan dapat

6 lihat Pasal 65 ayat (3) Undang-


Undang RI No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan

125
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
memberikan pelayanan di luar tentang Izin dan Penyelenggaraan
kewenangannya.´ Dalam penjelasan Pasal
63 ayat (1) Undang-Undang RI No. 36 Praktik Bidan.
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
dikatakan bahwa yang dimaksud "keadaan
tertentu" yakni suatu kondisi tidak adanya Bidan dapat menjalankan praktik
tenaga kesehatan yang memiliki mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan
kewenangan untuk melakukan tindakan kesehatan (Pasal 2 ayat (1) Permenkes
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan 1464/2010). Dalam menjalankan praktik-praktik
serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk. bidan, tentunya bidan yang bersangkutan harus
memiliki izin, yaitu Surat Izin Praktik Bidan
Dalam peraturan yang lebih khusus (SIPB) untuk bidan yang menjalankan praktiknya
lagi dikatakan bahwa bidan adalah seorang secara mandiri (bukti tertulis yang diberikan
perempuan yang lulus dari pendidikan kepada bidan yang sudah memenuhi
bidan yang telah teregistrasi sesuai persyaratan) atau Surat Izin Kerja Bidan (SIKB)
ketentuan peraturan perundangan- untuk bidan yang bekerja di fasilitas
undangan. Demikian yang disebut dalam pelayanan kesehatan (bukti tertulis yang
Pasal 1 angka 1 diberikan kepada bidan yang sudah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik memenuhi persyaratan). Pengertian keduanya
terdapat dalam
Indonesia Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 Tahun 2010

126
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
Pasal 3 jo. Pasal 1 angka 4 dan 5 Kode etik diharapkan mampu menjadi
sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan
Permenkes 1464/2010. dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada
kenyataannya para bidan masih banyak yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya
Adapun wewenang bidan dalam sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap
menjalankan praktik adalah memberikan masyarakat.
pelayanan yang meliputi (Pasal 9 Bidan yang menolong persalinan
Permenkes 1464/2010): banyak melakukan penyimpangan pelayanan
kebidanan yang tidak seharusnya dilakukan oleh
1) pelayanan kesehatan ibu; bidan seperti teknik kristeller, episiotomy yang
2) pelayanan kesehatan anak; dan terlalu lebar, bayi meninggal, perdarahan karena
3) pelayanan kesehatan robekan uterus dan akhirnya dirujuk dan
reproduksi perempuan dan dilakukan tindakan histerektomi. Mestinya bidan
keluarga berencana. sudah mempunyai ketrampilan dalam
pertolongan persalinan sehingga penyimpangan-
Selain itu, bidan yang menjalankan penyimpangan ini tidak terjadi sebelum
program pemerintah berwenang melakukan melakukan pertolongan bidan
pelayanan kesehatan meliputi pemberian
alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam rahim, dan memberikan pelayanan
alat kontrasepsi bawah kulit (Pasal 13
ayat (1) huruf a Permenkes
1464/2010). Melihat pada kewenangan
bidan di atas, ada kewenangan yang
memungkinkan bidan untuk melakukan
suntikan kepada pasien.

127
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
juga harus melihat penapisan awal terlebih menyatakan bahwa ³Setiap orang
dahulu apakah pasien ini beresiko, bila mempunyai hak dalam memperoleh
menemukan pasien ini beresiko mestinya pelayanan kesehatan yang aman´.
bidan tersebut melakukan rujukan 2) Permenkes RI tentang Izin dan
terencana. Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada
Bentuk dari pelanggaran ini Pasal 10 point (d) disebutkan bahwa
bermacam-macam. Seperti pemberian ³Pelayanan kebidanan kepada ibu
pelayanan yang tidak sesuai dengan meliputi pertolongan persalinan normal´.
kewenangan bidan yang telah diatur dalam Setiap penyimpangan baik itu disengaja
Permenkes Nomor atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi
Penyelenggaraan Praktik Bidan. bidan atau dinas kesehatan di kabupaten
Contoh pelanggaran kode etik yang tersebut. Dan bila terbukti melakukan
dilakukan oleh bidan adalah penanganan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan
kasus kelahiran sungsang, melakukan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas,
aborsi, menolong partus patologis dan supaya bidan tetap bekerja sesuai
yang lainnya. Untuk kasus kelahiran kewenangannya. Sanksi adalah imbalan negatif,
sungsang jika bidan melakukan imbalan yang berupa
pertolongan sendiri maka bertentangan
dengan:
1) Undang-Undang Kesehatan

Pasal 5 Ayat (2) yang

128
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
pembebanan atau penderitaan yang pelanggaran kode etik maka penyelesaian atas
ditentukan oleh hukum aturan yang hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan
berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yaitu IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan
yang melanggar kode etik dan hak / berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku
kewajiban bidan yang telah diatur oleh di dalam organisasi IBI tersebut.
organisasi profesi. Sedangkan apabila seorang bidan
Bagi bidan yang melaksanakan melakukan pelanggaran yuridis dan dihadapkan
pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA
ketentuan yang berlaku maka akan dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah
diberikan sanksi sesuai dengan bidantersebut telah benar-benar melakukan
Permenkes RI No. kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi
dan penyelenggaraan praktik bidan. bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan,
Sanksi yang diberikan kepada bidan bisa dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya
berupa pencabutan ijin praktek bidan, sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui
pencabutan SIPB sementara, atau bisa MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada
juga berupa denda. Selain itu bidan juga bidan tersebut
bisa mendapat sanksi hukuman penjara
jika melakukan pelanggaran terhadap
Peraturan Perundang-undangan. Apabila
seorang bidan melakukan

129
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
dalam menghadapi tuntutan atau tersebut. Salah satu sifat dan tujuan dari
gugatan di pengadilan. hukum adalah untuk memberikan
PENUTUP perlindungan, pengayoman kepada
Simpulan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat 2. Bahwa Peran Dinas Kesehatan dan
disimpulkan bahwa perlindungan hukum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menurut teori
pasien di bidan praktik mandiri peran adalah sebagai pemegang peran
berdasarkan hasil penelitian dan atau aktor dan pasien merupakan target.
pembahasan diatas, sebagai berikut: Dinas Kesehatan dan IBI merupakan
1. Bahwa bidan telah melakukan instansi pemerintah dan organisasi profesi
pelayanan kesehatan kepada pasien yang memberikan pembinaan dan
namun dalam proses memberikan pengawasan kepada bidan dan
pelayanan kesehatan kepada pasien penyelenggaraan praktik mandir i yang
bidan melakukan kelalaian. Teori dilakukan oleh bidan agar pelaksanaannya
Perlindungan hukum adalah teori yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
menjelaskan adanya upaya melindungi Selain melakukan pembinaan dan
kepentingan seseorang dengan cara pengawasan, Dinas Kesehatan dan IBI juga
mengalokasikan suatu kekuasaan memberikan perlindungan hukum bagi bidan.
kepadanya untuk bertindak dalam
kepentingannya

130
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
DAFTAR PUSTAKA

Bagir Manan, 2003, Teori Politik dan Konstitusi,


Yog-yakarta: Fakultas Hukum UII Press;

Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian


Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung;

Peter Mahmud Marzuki, 2010, Metode


Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta;

Yanti dan W E Nurul, 2010, Etika Profesi Dan


Hukum Kebidanan, Yogyakarta: Pustaka Rihama;

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN:

UUD RI Tahun 1945;

Undang-Undang RI No. 36 Tahun


2014 tentang Tenaga Kesehatan;

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

131
SCIENTIA JOURNAL Vol. 7 No. 01 Mei 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

Anda mungkin juga menyukai