Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

STANDARISASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

LALA AGUSTINA (1910203002)


NURAZIZAH (1920203022)
SARI YUNINGSI (1920203034)

DOSEN PENGAMPU :
NYIMAS ATIKA, M. Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat
Allah SWT. Karena berkat-Nya lah kita masih bisa melaksanakan perkuliahan
melalui daring ditengah pendemi covid- 19 ini. Dan shalawat serta salam selalu kita
curahkan kepada Nabi besar kita, suri tauladan kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Semoga kita mendapat syafaat dari beliau di yaumul akhir nanti. Amin Allahumma
Aamiin.

Kami berterimakasih kepada Ibu Nyimas Atika, M.Pd.I karena telah bersedia
membimbing kami di mata kuliah Manajemen Sarana Dan Prasarana pada
semester 5 ini. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat untuk
teman-teman dan masyarakat umum.

Terlepas dari hal itu semua, kami meyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini pasti masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun
dari segi literasi. Oleh karena itu, kami mohon agar teman-teman semua dapat
memberika kritik dan saran nya untuk makalah ini.

Terima kasih,
Wassalammualaikum Wr.Wb.

Palembang, 15 Oktober 2021

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 2
A. Pengertian Standarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan.... 2
B. Standar Lahan Sekolah ............................................................ 3
C. Standar Bangunan Sekolah ...................................................... 5
D. Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah .................................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................. 12
KESIMPULAN .................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang
berkaitan dalam sebuah kehidupan. Bangsa-bangsa yang maju dan
modern ialah bangsa yang selalu memperhatikan dan mengutamakan
aspek pendidikannya. Apabila sebuah negara memiliki kualitas
pendidikan yang baik maka negara tersebut akan maju dan berkembang.
Oleh karenanya pendidikan salah satu kunci utama kemajuan dan
kemunduran perkembangan suatu bangsa dan Negara.
Standardisasi sarana dan prasarana sekolah dapat diartikan
penyesuain bentuk, baik spesifikasi, kualitas, maupun sarana dan
prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah ditetapkan untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik serta meningkatkan
kinerja penyelenggaraan sekolah/madrasah. Secara rinci, standar sarana
dan prasarana pendidikan menengah dan kejuruan dapat dilihat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.40
Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

B. Rumusan Masalah
Adapun yang merupakan rumusan masalah dari makalah, yaitu
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Standardisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan?
2. Bagaimana Standar Lahan Sekolah?
3. Bagaimana Standar Bangunan Sekolah?
4. Bagaimana Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Standardisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Di sini menggunakan kata standardisasi, bukan menggunakan
kata standarisasi. Padahal, kata standarisasi lebih enak di dengar dan
lebih mudah di ucapkan. Perlu diketahui bahwa banyak orang yang
menganggap standarisasi adalah bentuk baku dari kata standar dengan
imbuhan –isasi. Padahal, kata tersebut tidak lah baku, yang baku ialah
standardisasi. Kata standardisasi merupakan kata serapan yang diambil
dari kata standardization.
Kata standardisasi bukan berasal dari kata standard +- isasi,
tetapi
merupakan kata dasar hasil serapan dari bahasa asing. Kata
standardisasi
mempunyai arti penyesuaian bentuk (ukuran atau kualitas) dengan

pedoman/standar yang telah ditetapkan. Contoh penggunaan kata

standardisasi yang benar adalah “Pihak penerbit sedang melakukan


standardisasi buku materi ajar yang akan dipasok ke sekolah – sekolah.”1
Standardisasi (Standardization); proses penetapan norma-
norma
bagi satu tes dengan jalan mengadministrasikannya sampai jumlah
besar
dan berupa sampel respresentatif. Pada saat yang sama, penetapan arah
batas waktu, dan variasi yang diperbolehkan dalam prosedurnya bisa
ditentukan pula.2
Sekolah/madrasah di Indonesia diwajibkan untuk memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,

1
Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar Media,
2012), hlm. 86
2
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 483

2
sekolah/madrasah tengah distandardisasi secara nasional. Terdapat 8 jenis
standar yang harus dipenuhi oleh sekolah, antara lain:
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, standardisasi sarana dan prasarana
sekolah dapat diartikan penyesuain bentuk, baik spesifikasi, kualitas,
maupun sarana dan prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah
ditetapkan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik serta
meningkatkan kinerja penyelenggaraan sekolah/madrasah. Secara rinci,
standar sarana dan prasarana pendidikan menengah dan kejuruan dapat
dilihat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No.40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
Dalam Permendiknas diatas, sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah diatur menjadi tiga pokok bahasan, yaitu lahan, bangunan, dan
kelengakapan sarana dan prasarana sekolah. Hal yang dimaksud lahan
adalah bidang permukaan tanah yang diatasnya terdapat prasarana
sekolah/madrasah yang meliputi bangunan lahan praktik lahan untuk
prasarana penunjang, dan lahan pertamanan. Bangunan adalah gedung
yang digunakan untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sementara
yang dimaksud kelengkapan sarana dan prasarana memuat berbagai
macam ruang dengan segala perlengkapannya.

B. Standar Lahan Sekolah


Lahan yang digunakan untuk kepentingan sekolah harus
mendukung kelancaran proses pendidikan itu sendiri. Lahan harus

3
terhindar dari berbagai potensi bahaya, baik yang mengancam
kesehatan maupun mengancam kesalamatan jiwa warga sekolah. Selain
itu, lokasi lahan hendaknya memiliki akses yang memadai untuk
penyelamatan dalam keadaan darurat jika sewaktu-waktu terjadi
ancaman bahaya. Lahan harus terhindar dari gangguan pencemaran air
dan udara serta kebisingan.
Standar luas lahan untuk sekolah dasar, menengah, dan kejuruan
antara satu dengan yang lainnya berbeda. Luas lahan yang dimaksud
adalah luas lahan yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun
prasarana sekolah berupa bangunan dan tempat bermain/olahraga.
Selanjutnya untuk SMA/MA rasio minimum lahan berbeda dengan
SD/MI dan SMP/MTs. Sekolah yang memiliki 15-32 peserta didik per
rombel, ketentuan rasio minimum luas lahan bedasarkan Permendiknas
NO.24 tahun 2007. Dapat dilihat dari table berikut.
Rasio Minimum Luas Lahan Terhadap
No Banyak Rombongan Peserta Didik (m2/peserta didik)
Bangunan Bangunan Bangunan
Belajar
Satu Lantai Dua Lantai Tiga Lantai
1 3 36,5 19,3 -
2 4-6 22,8 12,2 8,1
3 7-9 18,4 9,7 6,5
4 10-12 16,3 8,7 5,9
5 13-15 14,9 7,9 5,3
6 16-18 14,0 7,5 4,9
7 19-21 13,5 7,2 4,8
8 22-24 13,2 7,0 4,7
9 25-27 12,8 6,8 4,6

Untuk SMK/MAK, sarana dan prasarana minimum 3 dan


maksimum 48 rombel. Di sekolah ini, lahan yang digunakan untuk
mendirikanbangunan, infrastruktur, tempat bermain/berolahraga/upacara
dan praktik disebut lahan efektif. Luas lahan efektif sesuai dengan
Permendiknas No.40 tahun 2008 adalah seratus per tiga puluh dikalikan
luas lantai dasar bangunan ditambah insfrastruktur, tempat
bermain/berolahraga/upacara dan luas lahan praktik. Sehubungan dengan
SMK/MAK yang biasa dilengkapi sarana dan prasarana khusus, lahan

4
yang digunakan hendaknya tidak menuimbulkan potensi kerusakan sarana
dan prasarana khusus tersebut.3

C. Standar Bangunan Sekolah


Ada sejumlah persyaratan, sistem, dan kegiatan penting terhadap
bangunan gedung sekolah yang perlu diperhatikan. Berdasarkan
Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Strandar Sarana dan
Prasarana untuk SMA/MA, bangunan gedung sekolah harus memenuhi
ketentuan tata bangunan, persyaratan keselamatan, persyaratan
kesehatan, persyaratan kenyamanan dan dilengkapi dengan sisitem
keamana serta pemeliharaan bangunan. Tata bangunan sekolah
meliputi:4
1. koefisien dasar bangunan maksimum 30%
2. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan yang
di tetapkan dalam peraturan daerah
3. jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan bangunan dengan
jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan
tegangan tinggi, jarak antara banguna dengan batas-batas persil, dan
jarak antara jalan dan pagar halaman yang di tetapkan dalam
Peraturan Daerah. Persyaratan keselamatan mencangkup kontruksi
dan sistem proteksinya. Konstruksi banguan harus stabil dan kukuh
sampai dengan sampai kondisi pembebanan maksimum dalam
mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk
daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya. Sistem proteksi bangunan berupa proteksi
pasif dan/atau proteksi aktif untuk menjegah dan menangukangi
bahaya kebakaran dan petir.
Selanjutnya, bangunan gedung sekolah harus
memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu mempunyai fasilitas
secukupnya untuk pentilasi udara dan pencahayaan yang memadai;
memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran
3
Barnawi dan M. Arifin, Op.cit., hal.89
4
Barnawi dan M. Arifin, Op.cit., hal.97

5
air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah, dan
saluran air limbah; dan bahan bangunan aman bagi kesehatan
pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Kemudian, persyaratan keamanan yang
harus dipenuhi gedung sekolah ialah bangunan mampu meredam
getaran dan kebisingan; setiap ruangan memiliki pengaturan
penghawaan yang baik; dan dilengkapi dengan lampu penerangan.
Sistem keamanan yang harus ada di sekolah berupa
peringatan bahaya dan akses evakuasi. Bangunan gedung sekolah
harus memiliki peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau
bencana alam. Akses evakuasi harus dapat dicapai dengan mudah
dan dilengkapi petunjuk arah yang jelas. Pemeliharaan bangunan
mencakup pemeliharaan ringan dan pemeliharaan berat,
pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebahai
daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalansi air
dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
Pemeliharaan berat meliputi, penggantian rangka atap, rangka
plavon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan
minimum sekali dalam 20 tahun.
Selain itu, bangunan gedung sekolah harus menyediakan
fasilitas dan aksebilitas yang mudah, aman, dan nyaman
termasuk bagi penyandang jika bangunan bertingkat, harus di
lengkapi tangga yang mempertimbangksn kemudahan, keamanan
dan keselamatan, serta kesehatan pengguna. Maksimum tingkat
bangunan sebanyak tiga lantai.
Luas lantai bangunan terhadap peserta didik
dibedakan berdasarkan jumlah peserta didik per rombel. Berdasarkan
permendiknas No.24 tahun 2007 rasio minimum luas lantai bangun
terhadap peserta didik di tiap-tiap jenjang pendidikan.

6
D. Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah
Sarana dan prasarana sekolah dapat dikelompokkan menjadi
sejumlah prasarana dengan bermacam-macam sarana yang melengkapinya.
Untuk SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki 14 jenis prasarana
sekolah, yaitu:
1. Ruang kelas
Ruang kelas, pembelajaran dapat bersifat teori maupun
praktik. Pembelajaran yang bersifat praktik dapat dilakukan di kelas
jika tidak memerlukan alat khusus atau memerlukan alat khusus,
tetapi mudah dihadirkan dalam kelas. Kapasitas ruangan kelas di
SMA/MA dan SMK/MA maksimum 32 peserta didik. Lebarnya
diberi ketentuan minimum 5m. Namun, untuk SMK/MAK jumlah
minimum ruang kelas adalah 60% dari jumlah rombel. Rasio minimum
ruang kelasnya adalah m2/peserta didik untuk rombel yang kurang
dari 16 orang. Selain itu, luas minimum ruang kelas SMK/MAK adalah
32m2 dengan lebar minimum 4m.

2. Ruang perpustakaan
Ruang perpustakaan adalah tempat di mana buku-buku
disimpan dan dibaca. Di sana guru dan peserta didik dapat
memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
cara membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat
petugas mengelola perpustakaan. Luas perpustakaan minimum satu
setengan kali luas ruang kelas dan lebarnya minimum 5m. Ruang
perpustakaan harus cukup memadai untuk membaca, perlu
ada jendela untuk memeberikan pencahayaan. Selain itu, lokasinya
hendaknya di bagian yang mudah di capai.

3. Ruang laboratorium
Sebuah SMK/MA memiliki 6 jenis ruang laboratorium dan satu
ruang praktik gambar. Ruang laboratorium meliputi ruang
laboratorium biologi, ruang laboratorium fisikan, ruang

7
laboratorium kimia, ruang laboratorium IPA, ruang laboratorium
komputer, dan ruang laboratorium bahasa. Ruang laboratorium
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran tertentu
secara praktik yang memerlukan peralatan khusus. Daya tampung
ruang laboratorium adalah 3 m2/peserta didik. Luas minimumnya 16
m2. Lebar minimum ruang laboratorium adalah 8 m.

4. Ruang pimpinan
Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan
kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan
sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite
sekolah/majelis madrasah, petugas Dinas Pendidikan, dan tamu
lainnya. Luas minimum ruang pemimpin adalah 12 m2 dan lebar
minimumnya adalah 3 m. Tetapi, untuk SMK/MAK luas minimum
ruang pemimpin adalah 18 m2. Dan lebarnya sama, yaitu 3 m. Ruang
pimpinan harus diakses oleh guru dan tamu dan dapat dikunci
dengan baik. Jangan sampai ruang pimpinan tidak dikunci sehingga
keamanannya tidak terjamin.

5. Ruang guru
Ruang guru memiliki fungsi sebagai tempat guru bekerja dan
istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu
lainnya. Rasio minimum luas ruang guru adalah 4 m 2/pendidik. Luas
minimum ruang guru untuk SMA/MA maupun SMK/MAK adalah
56 m2. Ruang guru harus mudah dicapai dari halaman
sekolah/madrasah ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah,
serta dekat dengan ruang pimpinan.

6. Ruang tata usaha


Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas
untuk mengerjakan administrasi sekolah/madrasah. Di SMA/MA
adalah 16 m2, sementara di SMK/MAK adalah 32 m2. Ruang tata

8
usaha mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari
luar sekolah/madrasah, serta dekat dari ruang pimpinan.

7. Tempat beribadah
Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga
sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama
masing-masing pada saat berada di sekolah. Sesuai dengan
Permendiknas No. 24 tahun 2007 dan Permendiknas No. 40 tahun
2008, tempat ibadah minimum seluas 12 m 2 . tetapi untuk
SMK/MAK minimum seluas 24 m2. Sarana tempat beribadah terdiri
dari lemari/rak, perlengkapan ibadah dan jam dinding. Lemari/rak
harus kuat, stabil dan aman.

8. Ruang konseling
Ruang konseling berfungsi sebagi tempat peserta didik
mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan
pengembangan pribadi, social, belajar, dan karier. Ruang konseling
dapat memberikan kenyamanan suasna dan menjamin privasi peserta
didik. Luas minimum ruang konseling sekolah/madrasah adalah 9
m2. Namun untuk SMK/MAK ruang konseling minimum seluas 12
m2 .

9. Ruang UKS
Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini
peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan
sekolah/madrasah. Standar sarana ruang UKS untuk SMK/MAK
sama seperti standar sarana ruang UKS diatas. Tetapi, ruang UKS di
SMK/MAK dilengkapi dengan kotak kontak minimum 1 buah/ruang.
Tujuannya untuk mendukung operasionalisasi peralatan yang
membutuhkan daya listrik.

9
10. Ruang organisasi kesiswaan
Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi
kesiswaan. Luas minimum ruang organisasi kesiswaan untuk
SMK/MAK adalah 12 m2.

11. Jamban
Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/ atau
kecil. Luas minimum 1 unit jamban adalah 2 m 2. Di SMK/MAK
minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria,
1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit
jamban untuk guru. Jumlah minimum jamban di setiap
sekolah/madrasah adalah 3 unit. Jamban harus berdinding, beratap,
dapat dikunci, dan mudah dibersihkan. Selain itu, jamban harus
tersedia air bersih di setiap unit jamban.

12. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan
sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan tempat
menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah berusia lebih dari 5
tahun. Gudang SMK/MAK bukan hanya berfungsi sebagai tempat
menyimpan peralatan, melainkan pula sebagai tempat menyimpan
bahan pembelajaran yang belum dimanfaatkan, luas minimum
gudang SMK/MAK adalah 24 m2. Gudang harus dapat dikunci.

13. Ruang sirkulasi


Ruang sirkulasi terdiri dari dua macam, yaitu ruang
sirkulasi horizontal dan ruang sirkulasi vertical. Ruang sirkulasi
horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antara-ruang
dalam bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat

10
berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi social peserta didik
diluar jam pelajaran, terutama pada saat hujan, ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dihalaman
sekolah/madrasah. Sedangkan ruang sirkulasi vertical berupa
tangga yang menghubungkan antara ruang atas dengan ruang
bawah.

14. Tempat bermain/berolahraga.


Tempat bermin atau berolahraga berfungsi sebagai area
bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan
ekstrakulikuler. Tempat bermain ditanami pohon penghijauan agar
terasa sejuk dan nyaman. Tempat bermain/berolahraga diletakkan
di tempat yang paling sedikit mengganggu proses pembelajaran di
kelas. Tempat bermain/berolahraga tidak boleh digunakan untuk
tempat parker.5
Sementara untuk SMK/MA sekurang-kurangnya memiliki
prasarana yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok ruang, yaitu:
a. Ruang pembelajaran umum
b. Ruang penunjang, dan
c. Ruang pembelajaran khusus.
Kelompok ruang pembelajaran umum terdiri dari ruang
kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang
laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium
IPA, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, dan
ruang praktik gambar teknik. Kelompok ruang penunjang terdiri dari
ruang pemimpin, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah,
ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban,
gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga.
Sementara ruang pembelajaran khusus meliputi ruang praktik yang
disesuaikan dengan program keahlian yang ada di SMK/MAK.

5
Putu Jati Arsana, Perencanaan Prasarana Perkotaan, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm.43-
51

11
Secara rinci, ruang pembelajaran khusus di tetapkan dalam pedoman
teknis yang di sususn oleh Direktorat Pembinaan SMK.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Standardisasi sarana dan prasarana sekolah dapat diartikan
penyesuain bentuk, baik spesifikasi, kualitas, maupun sarana dan
prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah ditetapkan untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik serta meningkatkan
kinerja penyelenggaraan sekolah/madrasah.
Standar luas lahan untuk sekolah dasar, menengah, dan kejuruan
antara satu dengan yang lainnya berbeda. Luas lahan yang dimaksud
adalah luas lahan yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun
prasarana sekolah berupa bangunan dan tempat bermain/olahraga.
Bangunan gedung sekolah harus memenuhi persyaratan
kesehatan, yaitu mempunyai fasilitas secukupnya untuk pentilasi
udara dan pencahayaan yang memadai; memiliki sanitasi di dalam dan
di luar bangunan meliputi saluran air bersih, saluran air kotor dan/atau
air limbah, tempat sampah, dan saluran air limbah; dan bahan bangunan
aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Sarana dan prasarana sekolah dapat dikelompokkan menjadi
sejumlah prasarana dengan bermacam-macam sarana yang melengkapinya.
Untuk SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki 14 jenis prasarana
sekolah, yaitu: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang pimpinan, ruang guru, ruang TU, tempat beribadah, ruang BK,
ruang UKS, ruang Organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, dan tempat berolahraga.

12
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan M. Arifin. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.


Jogjakarta: Ar Media.
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Jati Arsana, Putu. 2018. Perencanaan Prasarana Perkotaan. Yogyakarta:
Deepublish.

13
14

Anda mungkin juga menyukai