Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi menular yang
diakibatkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis yang sampai saat ini menjadi
masalah kesehatan di dunia maupun indonesia. Hal ini mendorong
pengendalian Tb paru tingkat nasional terus dilakukan dengan intensitikasi,
ekstensifikasi, dan inovasi program (Kemenkes, 2019). Hutama dkk, (2019)
mengemukakan bahwa tuberkulosis paru juga merupakan salah satu penyakit
yang menyebabkan morbiditas, mortilitas, serta kecacatan dunia. Menurut
Mardiatun & Haqiqi (2019) keberhasilan pengobatan dan pencegahan Tb paru
tergantung pada pengetahuan pasien dan adanya dukungan keluarga serta
informasi yang didapat tentang upaya pencegahan penularan Tb paru.
Kurangnya informasi yang diperoleh akan mempengaruhi sikap pasien dan
keluarga untuk melakukan upaya pencegahan penularan Tb paru. Jika hal ini
dibiarkan akan memberikan dampak baruk yaitu penularan Tb paru akan
semakin meluas dan angka kesakitan Tb paru akan semakin meningkat yang
akan mengakibatkan angka kematian terus bertambah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ketua coordinator program Tb paru Puskesmas Sikumana
tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tb paru masih sangat minim. Bahkan
ketikan mereka ditanya tentang bahaya penyakit Tb paru pada umumnya
mereka belum mengerti tentang bahaya Tb tersebut. Puskesmas sudah
melakukan berbagai upaya diantaranya pendidikan kesehatan untuk membagi
pengetahuan dan fakta kesehatan seperti ceramah karena metode ini lebih
mudah dan murah dari segi waktu, biaya, dan tenaga, namun metode ceramah
yang selama ini digunakan kurang efektif (Malik, 2020). Penelitian Buang
(2015) menyatakan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual lebih
efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku hidup sehat keluarga
tentang Tb paru.

1
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2019 terdapat
6,4 juta kasus insiden Tb paru yang setara dengan 64 kasus per 100.000
penduduk dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunya beban
tinggi / Hight Burden Countries (HBC) dengan jumlah kasus baru Tb paru di
Indonesia sebanyak 344.992 kasus pada tahun 2020., menurun dibandingkan
dengan jumlah kasus Tb paru yang ditemukan pada tahun 2019 yaitu sebanyak
568.987 kasus (Kemenkes, 2020). Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
menempati peringkat ke-17 dari total 34 provinsi di seluruh wilayah Indonesia
pada tahun 2020 dengan laporan kasus sebanyak 7842 kasus Tb paru
mengingkat dibandingkan dengan tahun 2019 sebanyak 7543 kasus (Dinkes
Kota Kupang, 2021).
Berdasarkan data survei Tb Puskesmas Sikumana secara kumulatif dari
bulan Januari sampai Desember 2019 terdapat 97 kasus dari total 392 kasus
terduga atau suspek Tb paru. Penderita Tb paru yang dinyatakan sembuh dan
melaksanakan pengobatan lengkap sebanyak 88 orang dan 4 orang meninggal
akibat Tb Paru. Tahun 2020 tercatat 105 kasus Tb paru dari 456 kasus yang
terduga atau suspek Tb paru. Penderita yang dinyatakan sembuh dan menjalani
pengobatan lengkap sebanyak 95 orang dan 1 orang meninggal akibat Tb paru.
Tuberkulosis dapat menyerang semua kalangan umur, kelompok dengan
usia produktif lebih beresiko terserang Tb paru, di Indonesia angka kejadian Tb
paru mengalami peningkatan pada penduduk dengan karakterisktik lanjut usia,
kategori pendidikan rendah, dan tidak berekerja (Najmah, 2016). Tuberkulosis
paru ditularkan dari satu individu ke individu lainnya oleh bakteri melalui udara
serta makanan yang sudah terkontaminasi oleh penderita Tb paru (Saranani
dkk, 2019). Setiap penderita Tb paru akan menularkan 10-15 orang per tahun,
sehingga pencegahan penularan Tb paru perlu dilakukan untuk mencegah
meningkatan kasu Tb paru dari tahun ke tahun (Ramli & Andriyani, 2019).
Ketika suatu rumah terdapat keluarga yang terkena Tb paru aktif, maka semua
anggota keluarga lainnya lebih rentan terkena Tb paru, karena riwayat kontak
dengan penderita selama 3 bulan atau lebih akan beresiko tinggi untuk terkena

2
Tb paru terutama jika kontak dengan cara berciuman, berbicara langsung, dan
lainnya (Wikurendra, 2017).
Droplet yang dikeluarkan melalui batuk, bersin dan lainnya pada suatu
ruangan dengan durasi yang lama akan mudah untuk terjadinya penularan
kepada orang lain. Ventilasi yang cukup dapat mengurangi droplet tersebut.
MicrobacteriumTuberculosis ini akan mati jika terpapar dengan sinar matahari
langsung,berbeda jika dalam keadaan gelap atau lembab bakteri tersebut akan
hidup dalam waktu beberapa jam (Agustina & Wahyuni, 2017). Lama kontak,
aliran udara, serta kerentanan individu terhadap infeksi menjadi resiko
penularan Tb paru (Wikurendra, 2017). Membuang dahak sembarangan tempat
dan tidak memakai masker merupakan perilaku pasien yang tidak sehat dan
menajdi faktor yang menyebabkan penularan tuberkulosis paru semakin
meningkat (Moa et al., 2018). Faktor lain seperti gizi buruk dan penurunan
daya tahan tubuh berpengaruh pada kejadian tuberkulosis paru (Saftarina &
Fitry, 2019).
Karena Tb paru menular dengan cara yang sudah dijelaskan sebelumnya
sehingga dibutuhkan suatu pencegahan terhadap penyakit menular terseebut.
Pencegahan penyakit adalah suatu bagian penting pada pelayanan kesehatan.
Pencegahan ini termasuk dalam aktivitas untuk peningkatan kesehatan seperti
pendidikan kesehatan khusus, dibuat untuk membantu pasien mengurangi
resiko sakit, meningkatkan kebiasaan yang berkaitan dengan kondisi kesehatan
yang baik, serta mempertahankan fungsi secara maksimal. Pencegahan Tb paru
ini dilaksanakan guna menurunkan angka kematian pada penderita Tb paru.
Upaya pencegahan ini berupa penyediaan nutisi yang baik, rumah yang tidak
terlalu padat, sanitasi yang baik dan udara yang segar merupakan suatu tindakan
yang efektif untuk mencegah tuberkulosis paru (Susilawati et al., 2016).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk memutuskan mata rantai
penularan dengan cara pola atau kebiasaan sehari-hari, sistem sosial, serta
perilaku sehat melalui perbaikan pada lingkungan dengan melakukan desinfeksi
udara menggunakan bahan kimia atau sinar ultra violet, serta dapat dilakukan

3
dengan memperbaiki ventilasi ruangan atau sirkulasi udara dalam ruangan
(Noor, 2017). PERMENKES RI No 67 (2016) menetapkan bahwa salah satu
penagggulangan tuberkulosis paru deselenggarakan melalui kegiatan promosis
kesehatan dalam memperdayakan masyarakat seperti kegiatan mempengaruhi,
menginformasi, dan membantu masyarakat agar berperan aktif dalam rangka
pencegahan penularan ruberkulosis, serta hidup meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Salah satu penyebab makin itngginya kasus tuberkulosis paru akibat dari
kurangnnya pengetahuan dan sikap (Syaripi dkk, 2016). Faktor pengetahuan
dan sikap memiliki dampak besar bagi status kesehatan seseorang maupun
masyarakat serta fungsi dalam memutuskan keberhasilan program pengendalian
suatu penyakit dan pencegahan penularan yang termasuk pencegahan
tuberkulosis (Rahman et al., 2017).
Menurut Donsu (2017) pengetahuan adalah hasil dari tahu, hal ini terjadi
setelah seseorang telah melakukan pengindraan sautu objek, pengindraan itu
terjadi dengan adanya indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
peraba. Pengetahuan mengenai pencegahan tuberkulosis bagi pasien, keluarga,
dan masyarakat sangat penting agar penularan tidak terus meningkat (Suteri et
al., 2018). Angka kejadian tuberkulosis paru meningkat di Indonesia
disebabkan karena kurangnnya pengetahuan masyarakat tentang tuberkulosis
paru dan hanya 8% responden yang menjawab benar car penularan tuberkulosis
serta 66% yang mengetahui tanda dan gejala tuberkulosis (Sari & Samingan,
2017).
Pieter et al., (2017) menjelaskan bahwa sikap berkaitan dengan tingkat
perasaan, yakni derajat afek positif atau negative terhadap objek-objek fisik,
psikologis, dan sosial yang dinyatakan dalam unsure senang atau tidak senang,
bahagia atau tidak bahagia, dan setuju atau tidak setuju. Candra et al., (2017)
menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan seseorang dalam merespon
suatu kondisi tertentu secara konsisten baik itu secara negatif atau positif.

4
Beberapa penelitian membahas tentang pengetahuan terhadap upaya
pencegahan penularan tuberkulosis antara lain Miranda dan Ridwan (2019)
dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat pengetahuan pada Tb paru
didominasi oleh yang berpengetahuan rendah. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Rahman et al., (2017) menunjukan bahwa pengetahuan
responden tentang Tb paru kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
respenden dari penelitian tersebut masih memiliki pengetahuan yang rendah.
Bebapa penelitian lainnya yang membahas tentang sikap terhadap upaya
pencegahan penularan tuberkulosis diantaranya Andika et al., (2016)
menunjukan bahwa sikap positif responden dalam upaya pencegahan penularan
tuberkulosis dengan hasil sikap negatif lebih tinggi dari positif. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Susilawati et al., (2016) menunjukan bahwa
responden yang memiliki sikap baik dalam upaya pencegahan tuberkulosis
dengan hasil negatif lebih banyak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
responden dari penelitian tersebut memiliki sikap kurang baik dibandingkan
dengan sikap baik.
Dalam meningkatkan keefektifan pelayanan kesehatan dan menjawab
permasalahn-permasalahan di atas, diperlukan suatu pengetahuan dan sikap
untuk pencegahan penularan Tb paru secara berkesinambungan. Tingak
pengetahuan dan sikap saling berkaitan dalam mendukung pencegahan
penuaran penyakit tuberkulosis. Untuk mengetahuinya, maka peneliti tertarik
malakukan penelitian tentang “pengaruh pendidikan kesehatan tentang
pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru terhadap pengetahuan dan
sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sikumana kecamatan Maulafa”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah adakah
pengaruh pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis paru terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Sikumana Kecamatan Maulafa?

5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
kesehatan tentang pencegahan punalaran penyakit tuberkulosis paru terhadap
pengetahuan dan sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sikumana
Kecamatan Maulafa.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sikumana Kecamatan Maulafa sebelum diberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan penularan TB.
2. Mengidentifikasi sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sikumana
Kecamatan Maulafa sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang
pencegahan penularan TB.
3. Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sikumana Kecamatan Maulafa sesudah diberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan penularan TB.
4. Mengidentifikasi sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sikumana
Kecamatan Maulafa sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang
pencegahan penularan TB.
5. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
sikumana kecamatan maulafa terhadap pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan penularan TB.
6. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
sikumana kecamatan maulafa terhadap sikap masyarakat tentang pencegahan
penularan TB.

6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu keperawatan
terutama dibidang medical bedah keperwatan mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan tentang pencegahan penularan penyakit tuberkulosis terhapap
pengetahuan dan sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sikumana
Kecamatan Maulafa.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. bagi tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Kecamatan
Maulafa
sebagai informasi serta gambaran kepada masyarakat mengenai pentingnya
memahami pendidikan kseshatan tentang pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat.
2. Bagi petugas kesehatan di wilayah kerja puskesmas Sikumana Kecamatan
Maulafa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya dan memperluas pengetahuan petugas kesehatan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
untuk mengembangkan penelitian dimasa yang akan dating, khususnya pada
aspek medical bedah keperawatan.

7
1.5. Keaslian Penelitian
N Nama Judul Penelitian Hasil Persamaan dan Perbedaan
o dan tahun
1 Manik et al., Pengaruh metode Berdasarkan hasil 1. Variabel penelitian
. (2020) promosi peneletitian Pengaruh metode promosi
kesehatan diperoleh terdapat kesehatan terhadap pengetahuan
terhadap perbedaan dan sikap
pengetahuan dan pengetahuan dan 2. Metode penelitian Quasi
sikap penderita sikap penderita TB eksperiment
Tb dalam sebelum dan sesudah 3. Teknik sampling menggunakan
pencegahan Tb di diberikan intervensi teknik non probability dengan
Puskesmas Aek dengan kombinasi pendekatan purposive sampling
Parobunan Kota metode media 4. Populasi
Sibolga ceramah dan 48 penderita Tb paru dengan
audiovisual/film jumlah sampel 15 responden
5. Uji statistik menggunakan uji
paired t-test
6. Penelitian dilakukan di Puskesmas
Aek Parobunan Kota Sibolga tahun
2020

2 Buang et al., Efetifitas perbedaan post test 1. Variabel penelitian


(2015) pendidikan perilaku hidup sehat Efektifitas pendidikan kesehatan
kesehatan dengan keluarga antara tentang pencegahan Tb paru
audio visual kelompok terhadap pengetahuan dan perilaku
terhadap eksperimen dan hidup sehat.
pengetahuan dan kelompok kontrol 2. Metode penelitian quasy
perilaku hidup berdasarkan hasil eksperiment dengan pendekatan
sehat keluarga uji statistik t non equivalent control-group
tentang independen 3. Teknik sampling menggunakan
pencegahan didapatkan p value purposive sampling
penularan TB 0,000 < (0,05) yang 4. Polulasi
paru artinya bahwa anggota keluarga penderita Tb paru
pendidikan yang paling sering mendampingi ke
kesehatan dengan puskesmas dengan total 30
audio visual efektif responden.
terhadap perilaku 5. Uji statistik menggunakan
hidup sehat Nonparametric wilcoxon test.
keluarga tetntang 6. Penelitian berlokasi di wilayah
pencegahan kerja Puskesmas Harapan Jaya
penularan pekanbaru tahun 2015.
tuberkulosis paru
3 Handayani Pengaruh Hasil uji beda rata- 1. Variabel penelitian
(2011) pendidikan rata pengetahuan Pengaruh pendidikan kesehatan
kesehatan dan sikap dengan tentang pencegahan Tb paru
terhadap tingkat perhitungan Mann terhadap tingat pengetahuan dan
pengetahuan dan Whitney test sikap
sikap masyarakat menunjukan nilai Z 2. Metode penelitian menggunakan
tentang = -4,28, nilai p- quasi eksperiment dengan
pencegahan Value=0,001 dan rancangan pre test post test with
tuberkulosis paru nilai Z = -2,30, nilai control group design.
di dusun p-Value =0,022. 3. Teknik sampling menggunakan

8
kayangan keputusan yang simple ramdom sampling.
kecamatan akan diambil adalah 4. Populasi dalam penelitian ini
Karanganyar Ho ditolak, artinya adalah semua warga berdasarkan
Kabupaten ada perbedaan kartu keluarga (KK)yang belum
Karanganyar pengetahuan dan pernah mendapatkan pendidikan
sikap antara kesehatan dan berumur 20 tahun ke
kelompok atas.
perlakuan yang di 5. Uji statistik menggunakan
berikan pendidikan wilcoxon rank sign test.
kesehatan tentang 6. Penelitian ini berlokasi di RW.4/
pencegahan RT.1-RT.3 di dusun Kayangan
tuberkulosis paru Kecamatan Karanganyar
dengan kelompok Kabupaten Karanganyar pada
kontrol tahun 2011
4 Andika et Upaya Hasil penelitian 1. Variabel penelitian
al., (2016) pencegahan menunjukan ada Umur, pekerjaan, sikap, dan
penularan hubungan antara pengetahuan dengan uapaya
penderita penyakit pengetahuan dan pencegahan penularan Tb paru
Tb paru di sikap dengan 2. Metode penelitian bersifat analitik
wilayah kerja pencegahan dengan menggunakan pendekatan
Puskesmas Kota penularan Tb paru Cross Sectional Study.
Baro Aceh Besar karena nilai dari p- 3. Teknik sampling menggunakan
Value <0,05. purposive sampling.
Sedangkan variable 4. Populasi semua penderita Tb paru
yang tidak dengan total 34 responden.
berhubungan 5. Uji statistik menggunakan uji Chi
dengan upaya Square dengan CI (Confident
pencegahan Interval) 95%
penularan Tb paru 6. Penelitian ini berlokasi di wilayah
adalah umur dan kerja Puskesmas Kota Baro Aceh
pekerjaan karena Besar tahun 2016
nilai p-Value >0,05.
5 Nuraeni Hubungan tingkat Hasil penelitian 1. Variabel penelitian
(2015) pengetahuan terdapat hubungan Tingkat pengetahuan tentang Tb
tentang antara tingkat paru dengan tingkat kecemasan
tuberkulosis pengetahuan pasien Tb paru
dengan tingkat tentang tuberkulosis 2. Metode penelitian menggunakan
kecemasan pada dengan tingkat korelasional dengan pendekatan
pasien Tb paru di kecemasan pada Cross Sectional.
RSUD. Cideres pasien Tb paru di 3. Teknik sampling menggunakan
Kabupaten RSUD. Cideres Porposive sampling
Majalengka Kabupaten 4. Populasi yaitu semua pasien Tb
Majalengka paru di RSUD Cideres dengan
jumlah 145 pasien.
5. Uji statistik menggunakan uji Chi
Square.
6. Peneitian ini dilakukan di RSUD.
Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai