Anda di halaman 1dari 33

REVISI KELOMPOK 1

Dosen Pengampu :

Dr. Yuni Ratna, S.P., M.P.


Hajar Setyaji, S.TP., M.P
DISUSUSN OLEH

1. Tiara Anjarwati (A1A120030)


2. Nabila (A1A120033)

3. Melda Fitria (A1A120041)


4. Nurlisa Agraini (A1A12001)

5. Arif Agustian (A1A120044)


6. Silvi Widianesya (A1A120042)

PENDIDIKAN EKONOMI 2020


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai
Berbagai Disiplin Ilmu” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam
segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran
tugas kami, serta pada teman-teman yang memberikan banyak saran dan masukan dalam
penyelesaian tugas ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah


ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya
dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Jambi, 20 Oktober 2021

Penuli

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah.................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dan Pembagian Ilmu Pengetahuan Alam............................ 3
2.2 Metode Ilmiah Sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan alam ................................................................ 4
2.2.1 Ciri-ciri Dan Syarat-Syarat Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 4
2.2.3 Susunan Ilmu Pengetahuan Ilmiah ......................................................................................... 8
2.3 Awal Kelahiran Ilmu pengetahuan Alam.................................................................................... 12
2.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam ..................................................................................... 14
2.4.1 Zaman Kuno......................................................................................................................... 14
2.4.2 Zaman Yunan Kuno ............................................................................................................. 14
2.4.3 Zaman Pertengahan .............................................................................................................. 16
2.4.4 Zaman Modern ..................................................................................................................... 20
2.5 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern ..................................... 20
2.5.1 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik ........................................................................................... 21
2.5.2 Ilmu Pengetahuan Alam Modern ......................................................................................... 21
2.6 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern .................... 25
III PENUTUP........................................................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 27
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam ilmu yang mempelajari tentang alam, sangat penting bagi kita
untuk mengetahui asal usul dari Ilmu Pengetahuan Alam itu seperti apa dan bagaimana
perkembanagn Ilmu Pengetahuan Alam, jika kita dapat pengetahui bagaiman perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam dari zaman kuno hingga sekarang maka kita akan lebih mudah
dalam memahami apa itu Ilmu Pengetahuan Alam.

Darmodjo & Kaligis (1991/1992: 3) menjelaskan bahwa IPA berarti “Ilmu” tentang “
Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar
artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan

objektif. Adapun “pengetahuan” itu sendiri adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan

segala isinya. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
alam semesta dengan segala isinya. Selain itu Ilmu Pengetahuan Alam juga mempelajari
mengenai gejala-gejala alam dengan melakukan eksperimen dan penelitian. Peran penting
Ilmu Pengetahuan Alam yaitu bagi kehidupan manusia, lingkungan dan sumber daya alam.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dari dulu hingga sekarang tentu sanagt
berbeda. Dalam pembahasan ini terdapat empat perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
yaitu:

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman kuno


2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman yunani kuno
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman pertengahan
4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman modern.

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah

Dalam penulisan makalah kali ini tentunya kami memiliki beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk memenuhi tugas Ilmu Alamiah Dasar


2. Mengetahui apa pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
3. Dapat mengerti apa ciri-ciri dan syarat Ilmu Pengetahuan
4. Metode ilmiah sebagai dasar Ilmu Pengetahuan Alam
5. Dapat mengetahui awal lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam
1
6. Mengetahui perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Alam klasik dan Ilmu Pengetahuan Alam modern
8. Mengetahui apa perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam klasik dan Ilmu Pengetahuan
Alam modern.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan maupun di bidang penelitian

1.4 Rumusan Masalah

Dalam penulisan kali ini kami membuat rumusan masalah kajian yang akan kami bahas,
yaitu:

1. Apa pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ?


2. Apa ciri-ciri dan syarat Ilmu Pengetahuan ?
3. Apa yang dimaksud dengan Metode ilmiah sebagai dasar Ilmu Pengetahuan Alam?
4. Bagaimana awal lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam ?
5. Bagaimana perkembanagan Ilmu Pengetahuan Alam ?
6. Apa yang dimaksud Ilmu Pengetahuan Alam klasik dan Ilmu Pengetahuan Alam
modern?
7. Apa perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam klasik dan Ilmu Pengetahuan Alam modern?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dan Pembagian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata inggris, yaitu natural
science, yang artinya dapat disebut juga sebgaai ilmu tentang alam atau ilmu yang
mempelajari tentang pristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-
gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan manusia. Menurut Iskandar (1996/1997:2) ilmu pengetahuan
alam secara harfiah disebut sebafai ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam.
Ilmu pengetahuan alam dapat dibagi menjadi tiga bidang utama yaitu:
1. Ilmu Sosial dan Budaya; membahas hubungan antarmanusia sebagai makhluk
sosial, yang selanjutnya dibagi atas:
a. Psikologi, mempelajari proses mental dan tingkah laku.
b. Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.
c. Antropologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan
tingkah laku sosial.
d. Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem sosio-ekonomi
dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya.
e. Sejarah, pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara
atau individu.
f. Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang
produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara atau perusahaan.
g. Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi,
institusi, perkembangan masyarakat.

2. Ilmu Pengetahuan Alam, yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya
dan selanjutnya terbagi atas:
a. Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat
sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir
b. Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi dan
perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi kimia organik (protein, lemak)

3
dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan
peledak
c. Biologi, yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
 Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
 Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan
 Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup
 Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam mahkhluk hidup
 Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk hidup
 Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam
 Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan
serentetan sel sejenis
 Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu

3. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa


Studi tentang bumi sebagai salah satu anggota tatasurya, dan ruang angkasa dengan benda
angkasa lainnya.
a. Geologi, yang membahas tentang struktur bumi. (yang bahasannya meliputi dari ilmu
kimia dan fisika) contoh dari ilmu ini petrologi (batu-batuan), vukanologi (gempa bumi),
mineralogi (bahan-bahan mineral)
b. Astronomi, membahas benda-benda ruang angkasa dalam alam semesta yang meliputi
bintang, planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya dapat digunakan dalam navigasi, kalendar
dan waktu

2.2 Metode Ilmiah Sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan alam


2.2.1 Ciri-ciri Dan Syarat-Syarat Ilmu Pengetahuan
a. Konkret
Ilmu pengetahuan alam memiliki objek kajian berupa benda-benda atau gejala-gejala
alam yang nyata dan dapat ditangkap oleh indra, contohn ya seperti tumbuhan, benda
langit, dan hujan
b. Logis
Ilmu pengetahuan alam dikembangkan berdasarkan cara berpikir logis. Cara bepikir
logis adalah cara berpikir dengan menggunakan logika dan ajek

4
c. Objektif
Hasil dari ilmu pengetahuan alam merupakan suatu produk yang terhindar dari
maksud-maksud tertentu pelaku (subjektif), baik itu berupa kepentingan seseorang
maupun golongan.
d. Empiris
Ilmu pengetahuan alam dan sains dikembangkan berdasarkan penglaman empiris,
yaitu suatu pengalaman konkret yang dapat dirasakan oleh semua orang dan dapat
dibuktikan secara ilmiah.
e. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat. Baik kajian hasil penelitian atau kajian ilmiah,
didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis
f. Universal atau teori yang berlaku umum
Banyak teori-teori yang lahir dari ilmuan yang mengkaji gejala-gejala alam. Teri-teori
itu berlaku umum dan dapat diketahui oleh orang lain tanpa batas.
2.2.2 Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan suatu permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah yang sistematis,
teratur, dan terkontrol. Metode Ilmiah, yaitu gabungan antara dua pendekatan rasional
(deduktif) dan pendekatan empiris (induktif). Metode Ilmiah, merupakan cara dalam
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme.
Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio
sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam
segala jalan pikiran.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam
penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti,
dalam pikiran manusia. Kelemahan rasionalise yaitu bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi,
kemungkinan dapat diperoleh pengetahuan yang berbeda dari obyek yang sama, cenderung
bersifat subyektif dan solpsistik, yaitu hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang
berbeda dalam otak orang yang berfikir tersebut.

5
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat
penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkrit, berpegang pada
prinsip keserupaan, pada dasarnya alam adalah teratur, gejala-gejala alam berlangsung
dengan pola-pola tertentu. Dengan mengetahui kejadian masa lalu atau sekarang akan dapat
diramalkan kejadian di masa datang. Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan keterbatasan
alat yang digunakan (misal panca indera).
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode-metode ilmiah secara garis besar ada
dua macam, yaitu:
1. Metode ilmiah yang bersifat umum.
Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua, yaitu metode analitiko-
sintesa dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sistesa merupakan gabungan dari metode
analisa dan metode sintesa. Metode non-deduksi merupakan gabungan dari metode deduksi
dan metode induksi.
Apabila kita menggunakan metode analisa, maka dalam babak terakhir kita
memperoleh pengetahuan analitik. Pengetahuan analitik itu ada dua macam, yaitu:
pengetahuan analitik a priori dan pengetahuan analitik a posteriori. Metode analisa ialah cara
penanganan terhadap barang sesuatu atau sesuatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan
memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian-pengertian yang lainnya.
Pengetahuan analitik a priori misalnya, definisi segitiga yang mengatakan bahwa segitiga itu
merupakan suatu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus yang saling beririsan yang
membentuk sudut-sudut yang berjumlah 180 derajat.
Pengetahuan analitik a posteriori berarti bahwa kita dengan menerapkan metode
analisa terhadap sesuatu bahan yang terdapat di alam empirik atau dalam pengalaman sehari-
hari memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya, setelah kita mengamati sejumlah
kursi-kursi yang ada, kemudian kita berusaha untuk menentukan apakah yang dinamakan
kursi itu? Definisinya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah tangga yang khusus
disediakan untuk tempat duduk. Pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode
sintetik dapat berupa pengetahuan sintetik a priori dan pengetahuan sintetik a posteriori.
Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap sesuatu obyek tertentu dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru.
Pengetahuan sintetik a priori misalnya, pengetahuan bahwa satu ditambah empat sama
dengan lima. A posteriori menunjuk kepada hal-hal yang adanya berdasarkan atau terdapat
melalui pengalaman atau dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan inderawi.
6
Pengetahuan sintetik a posteriori itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lain yang menyangkut hal-hal
yang tertadapat dalam alam tangkapan inderawi atau yang adanya dalam pengalaman
empirik. Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu obyek tertentu dengan
jalan menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan
atas ketentuan-ketentuan hal-hal yang bersifat umum.
Metode induksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu obyek tertentu dengan jalan
menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum atau yang bersifat lebih umum
berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
(Soejono Soemargono, 1983, hal. 13-16)

2. Metode Penyelidikan Ilmiah.


Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu: metode penyelidikan
yang berbentuk daur/metode siklus empirik dan metode vertikal atau yang berbentuk garis
lempang/metode linier. Yang dinamakan metode siklus-empirik ialah suatu cara penanganan
terhadap sesuatu obyek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empirik-kealaman dan yang
penerapannya terjadi di tempat yang tertutup, seperti di dalam laboratorium-laboratorium,
dan sebagainya. Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa penerapan metode siklus-empirik
itu berupa, pertamatama
pengamatan terhadap sejumlah hal atau kasus yang sejenis, kemudian berdasarkan
atas pengamatan itu kita menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat sementara berupa
„hipotesahipotesa‟ dan dalam babak terakhir, kita menguji atau mengadakan pengujian
terhadap hipotesahipotesa itu dalam eksperimen-eksperimen.
Apabila kita sudah berulang-ulang mengadakan eksperimen-eksperimen dan hasilnya
juga sama, artinya menunjukkan bahwa hipotesa-hipotesa itu mengandung kebenaran, maka
dalam hal yang demikian ini berarti bahwa hipotesa-hipotesa tersebut telah dikukuhkan
kebenarannya. Apabila sifat halnya atau obyeknya begitu pentingnya, maka orang
melakukan kajian-kajian lebih lanjut. Dan apabila ternyata hipotesa-hipotesa yang
bersangkutan dapat bertahan juga, maka dapatlah hipotesa-hipotesa yang bersangkutan
ditingkatkan martabatnya menadi „teori-teori‟. Tetapi apabila ternyata halnya atau obyeknya
dipandang sangat menentukan bagi kehidupan manusia, maka dengan melakukan kajian-
kajian berikutnya dapatlah teori-teori yang bersangkutan (bila dapat bertahan) ditingkatkan
menjadi „hukum-hukum alam‟. Dalam hal yang demikian ini berarti bahwa isi kebenaran

7
dari teori-teori tersebut telah diperiksa sekali lagi atau telah diteliti secara dalamdalam
Mengenai isi kebenarannya (verifikasi terhadap teori-teori).
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa manakala kita menerapkan metode
penyelidikan ilmiah yang berbentuk daur/metode siklus-empirik, maka pengetahuan yang
dapat dihasilkannya akan berupa:
1. Hipotesa.
2. Teori.
3. Hukum-hukum alam. (Soejono Soemargono, 1983)
Metode vertikal/berbentuk garis tegak lurus atau metode linier/berbentuk garis
lempang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan yang pada umumnya mempunyai
obyek materialnya hal-hal yang pada dasarnya bersifat kejiwaan, yaitu yang lazimnya berupa
atau terjelma dalam tingkah laku manusia dalam pelbagai bidang kehidupan, seperti dalam
bidang politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. (Soejono Soemargono, 1983, hal. 16-18)
Penerapan metode semacam ini apabila dikatakan mengambil bentuk garis tegak lurus berarti
merupakan suatu proses yang bertahap-tahap, dan apabila dikatakan mengambil bentuk garis
lempang berarti merupakan proses yang bersifat setapak demi setapak.

2.2.3 Susunan Ilmu Pengetahuan Ilmiah


A. langkah-langkah Metode Ilmiah
Setiap penyelidikan ilmiah selalu diawali dengan situasi masalah dan berlangsung
dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Perumusan masalah.
Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan
jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta
apa saja yang harus dikumpulkan.
2. Pengamatan dan pengumpulan data/observasi.
Penyelidikan ilmiah dalam tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif di mana
seluruh kegiatan diarahkan pada pengumpulan data dengan melalui pengamatan yang cermat
sambil didukung oleh berbagai sarana yang canggih. Hasil observasi ini kemudian dituangkan
dalam bentuk pernyataanpernyataan.

3. Pengamatan dan klasifikasi data.


Dalam tahap ini ditekankan penyusunan fakta-fakta dalam kelompok tertentu, jenis
tertentu, kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Kegiatan inilah yang disebut klasifikasi.
8
Dengan klasifikasi, menganalisa, membandng-bandingkan dan membeda-bedakan data-data
yang relevan.
4. Perumusan pengetahuan (definisi)
Dalam tahap ini, ilmuwan mengadakan analisa dan sintesa secara induktif. Lewat
analisa dan sintesa ilmuwan mengadakan generalisasi (kesimpulan umum). Generalisasi
merupakan pengetahuan umum yang dituangkan dalam pernyataan-pernyataan
umum/universal. Dari sinilah teori terbentuk.
5. Tahap ramalan (prediksi)
Dalam tahap ini, deduksi mulai memainkan peranan. Disini dari teori yang sudah
terbentuk tadi, diturunkan hipotesa baru dan dari hipotesa ini, lewat deduksi pula, ilmuwan
mulai menyusun implikasi-implikasi logis agar ia dapat mengadakan ramalan-ramalan
tentang gejala-gejala yang perlu diketahui atau yang masih terjadi. Deduksi ini selalu
dirumuskan dalam bentuk silogisme.
6. Pengujian kebenaran hipotesa (verifikasi)
Dalam tahap ini dilakukan pengujian kebenaran hipotesa dan itu artinya menguji
kebenaran ramalan-ramalan tadi melalui pengamatan/observasi terhadap fakta yang
sebenarnya atau percobaanpercobaan. Dalam hal ini keputusan terakhir terletak pada fakta.
Jika fakta tidak mendukung hipotesa, maka hipotesa itu harus dibongkar dan diganti dengan
hipotesa lain dan seluruh kegiatan ilmiah harus dimulai lagi dari permulaan. Itu berarti data
empiris merupakan penentu bagi benar tidaknya hipotesa. Dengan demikian langkah terakhir
dari seluruh kegiatan ilmiah adalah pengujian kebenaran ilmiah dan itu artinya menguji
konsekuensi-konsekuensi yang telah dijabarkan secara deduktif. (Beerling, 1988)

B. Limas ilmu.
Dalam tradisi, ilmu-ilmu biasa digambarkan dalam bentuk limas. Dasar limas meliputi semua
data yang diperoleh suatu disiplin ilmu tertentu melalui pengamatan (observasi), percobaan-
percobaan (eksperimen). Sedang puncak limas tadi diduduki oleh teori. Antara dasar dan puncak
limas masih terdapat lagi beberapa tahap, misalnya klasifikasi data, perumusan hipotesa, pengujian
hipotesa dan lain-lain. Limas sebagai keseluruhan merupakan sistem ilmu. Atas dasar kesatuan ilmu-
ilmu ada tedensi untuk menerpakan gambar limas ini pada keseluruhan ilmu dan memang hal
ini dapat dimengerti karena ilmu pada dasarnya merupakan kesatuan metode dan dalam
kesatuan metode ini tiap-tiap ilmu mendapat tempatnya meskipun masih ada metode yang
sangat teoritis. Lebih lanjut setiap ilmu mempunyai bahasa sendiri yang berbeda dengan

9
bahasa sehari-hari. Karena itu untuk mengerti ciri khas ilmu perlulah dia dibedakan dari
bahasa sehari-hari.

C. Siklus Empirik.
Ilmu empirik memperoleh bahan-bahannya melalui pengalaman. Proses penyelidikan
ilmiah yang dapat digambarkan sebagai suatu daur yang terdiri dari lima tahap.
1. Observasi.
Pengamatan yang biasa. Ilmu empirik memperoleh bahan-bahan dari kenyataan
empirik yang dapat diamati dengan pelbagai cara. Bahan itu disaring, diselidiki,
dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi, didaftar, diklasifikasi secara ilmiah.
Observasi dibedakan observasi sehari-hari dan observasi ilmiah. Observasi sehari-hari
bersifat emosional, dikaitkan dengan emosi si pengamat, pengamatannya bersifat subyektif,
sangat dipengaruhi oleh persepsi sosial, dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang bersifat
pribadi, menguntungkan dirinya sendiri.
Observasi ilmiah emosi harus dikeampingkan bahkan unsur subyektif dihilangkan,
hal-hal yang dikenal dan berpengaruh subyek dan variasi-variasi yang ada tidak diperhatikan,
tidak ada kepentingan dirinya sendiri, dipakai sarana-sarana tertentu, ditingkatkan.
2. Induksi.
Hal-hal yang diamati harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan kemudian
disimpulkan kembali dalam pernyataan-pernyataan umum. Setelah terulang-ulang kembali
maka pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum.
3. Deduksi..
Matematika serta logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut bahan-bahan
empirik begitu bahan ini tercakup dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
4. Kajian (eksperimentasi).
Berdasarkan atas sistem itu dapatlah dijabarkan pernyataan-pernyataan khusus
tertentu, yang kemudian dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi eksperimental atau tidak
epksperimental tertentu. Dengan kajian eksperimental maka pernyataan yang telah dijabarkan
secara deduktif mendapatkan verifikasi atau falsifikasi secara empirik.
5. Hasil-hasil kajian
Hasil-hasil kajian membawa kita kepada tahap evaluasi, suatu teori yang disusun
dengan menggunakan induksi dan deduksi. (Beerling, 1988)

D. Penjelasan dan ramalan


10
Seorang ilmuwan jika telah selesai melakukan pengamatan, ia harus membuat suatu
uraian atau tuturan dari hal yang dicatatnya. Keserbanekaan masalah dalam suatu penelitian
menyebabkan adanya kebutuhan untuk memberikan penjelasan, ramalan, dan batasan, yang
sudah barang tentu harus sesuai dengan sistem ilmu itu sendiri apakah ia ilmu sosial, ilmu
alam, filsafat, sejarah, kedokteran dll.

 Penjelasan.
Penjelasan yang lazimnya selalu disertai dengan pemahaman (verstehen) adalah
merupakan pelengkap dari permulaan dalam penelitidan dari suatu yang dicatat untuk disusun
suatu hipotesa yang baik dan menarik. Adapun macam penjelasan dalam pengetahuan ilmiah
antara lain adalah:
1. Penjelasan logis.
Penjelasan deduktif. Penjelasan ini terdiri dari serangkaian tindakan berpikir untuk
menarik kesimpulan berdasar hal-hal yang bersifat umum, dengan demikian dalam penjelasan
deduktif diperlukan adanya suatu pernyataan yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai
pangkal tolak atau dalil. Penejalasan induktif. atau biasa disebut juga sebagai penjelasan
kausal, adalah penjelasan yang
mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus tertentu untuk sampai pada hal yang
umum.
2. Penjelasan probabilistik.
Penjelasan probabilistik atau keadaan boleh jadi adalah apabila terdapat suatu
pertanyaan yang tak dapat dijawab secara pasti yang biasa dikemukakan dengan mengajukan
kata-kata 'mungkin', 'hampir pasti' atau 'boleh jadi'. Penjelasan probabilistik banyak
diperguanakan dalam ilmu sosial utamanya ilmu politik.
3. Penjelasan finalistik.
Penjelasan finalistik adalah penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada
tujuan. Penjelasan semacam ini bersifat pragmatik karena menerangkan sesuatu dari segi
keguannnya.
4. Penjelasan historik atau genetik.
Penjelasan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi. Jelas
hal ini menuntut suatu jawaban tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang lampau.
5. Penjelasan fungsional.

11
Penjelasan fungsional adalah bentuk penjelasan yang hendak memberikan gambaran
atas sesuatu dengan mengemukakan apa yang diselidiki dalam hubungannya dengan tempat
atau keadaan yang sedang diteliti dalam keseluruhan sistem dunia obyek tersebut berada.

 Ramalan.
Seorang ilmuwan yang baik tidak lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah
dicapainya jika belum diuji dengan cara yang sesuai dengan masalahnya. Satu hal yang patut
dipakai dalam persiapan pengujian disamping penjelasan atau verstehen juga ramalan atau
prediksi. Bentuk-bentuk ramalan yang banyak dipakai antara lain adalah:
1. Ramalan menurut hukum.
Bentuk ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak
pada keajegan-keajegan. Keajegan ini diperlukan untuk memecahkan atau menghampiri suatu
permasalahan yang hampir mirif baik dalam ilmu sosial maupun ilmu alam, karena hukum
adalah suatu keteraturan yang fundamental yang dapat diterapkan pada setiap keadaan atau
persoalan.
2. Ramalan menurut struktur.
Ramalan ini secara langsung mampu memperhitungkan untuk keadaan dimasa yang
akan datang berdasarkan pada suatu kemajuan baik yang vertikal maupun horizontal, karena
perubahan menurut
struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.
3. Ramalan menurut proyeksi.
Ramalan ini mempelajari kejadian-kejadian yang terdahulu sehingga diperoleh suatu
pernyataan berdasar kejadian itu. Ramalan proyeksi ini banyak dipergunakan dalam
perkembangan ilmu sosial dengan dibantu oleh faktor peluang.
4. Ramalan menurut utopia.
Ramalan yang terjadi berdasar pengetahuan teoritik yang sekarang dimiliki untuk
mengetahui kejadian dan keadaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh dewasa ini ada
penjelajah ruang angkasa. al ini sebelumnya hanya merupakan fantasi belaka dan kebetulan
sudah difilmkan. (Abbas Hamami, M., 1980, 31-35)

2.3 Awal Kelahiran Ilmu pengetahuan Alam


Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam,
mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas
12
pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada titik kemudian makin bertambah
dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari peningkatan
kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan
mencari kebenaran dari suatu pengetahuan titik dari hasil eksperimen ini kemudian diperoleh
pengetahuan yang baru. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan
eksperimen ini lahirlah IPA (ilmu pengetahuan alam) sebagai suatu ilmu yang mantap.
Perkembangan IPA itu sendiri mulai berkembang sangat lambat antara abad 15-16.
namun, perkembangan IPA lebih pesat setelah adanya konsep copernicus yang kemudian
diperkuat oleh Galileo (konsep geosentris ® konsep heliosentris), dikenal sebagai permulaan
abad ilmu pengetahuan modern kebenaran berdasarkan induksi titik di awal abad 20
perkembangan IPA khususnya di bidang fisika makin berkembang pesat setelah konsep fisika
kuantum dan relativitas dan bermunculan beberapa Fisikawan seperti Newton. Hal tersebut
perlu direvisi dan Penyesuaian dengan konsep ilmu pengetahuan ke arah pemikiran yang
modern.
2.2.4 Sikap Yang Harus Dimiliki Seorang Ilmuwan
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996)
sedikitnya ada enam, yaitu:
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan
pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan
pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam,
metodologi yang masingmasing menunjukkan kekuatannya masing-masing atau cara
penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera
serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti
(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai
aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk
mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus
untuk pembangunan bangsa dan negara.
13
2.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
2.4.1 Zaman Kuno
Kemampuan yang dikumpulkan pada zaman kuno ini berasal dari kemampuan mengamati
dan membeda-bedakan dari hasil percobaan yang bersifat spekulatif atau trial and error,
semua pengetahuan yang diperloah diterima apa adanya, belum ada usaha untuk mencari asal
usul dan sebab akibat dari segala sesuatu. Pada proses trial eror ini tersusunlah “know how”
meski tidak diketahui sebabnya. Dengan demikian pada zaman ini diperoleh kemampuan
mengamati, memilih, membeda-bedakan, melakukan percobaan tanpa sengaja, yang
didasarikan pasa proses trial and eror.
Pada saat manusia mempunyai sebuah kemauan menulis, membaca, dan menghitung ,
maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan berlangsung terus menerus.
Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi babilonia
menetapkan pembagian waktu. Tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari,
dan hari dibagi dalam 24 jam. Jam kemudian di bagi menjadi 60 menit dan menit di bagi
dalam 60 detik.

2.4.2 Zaman Yunan Kuno


Pada masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi
ini biasanya disebut dengan zaman Yunani. Dimana pola pikir pada zaman ini lebih maju dari
zaman sebelumnya, dimana pada zaman ini terjadi penggabungan antara pengamatan,
pengalaman dan akal sehat, serta logika atau rasional yang mana aliran ini disebut dengan
rasionalisme. Dan juga perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali pada
zaman Yunani, hal ini disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani.
Dimana pada zaman ini berlangsung pada abad 6 SM sampai dengan 6 M. dimana pada masa
ini ilmu didapat melalui sebuah proses penyelidikan yang kritis (inquiring), sehingga pada
saat itu manusia tidak menerima ilmu sebagaimana adanya tetapi mereka berusaha
menemukan asal usul atau sebab akibat dari segala sesuatu.
Aristama menyatakan bahwa pada zaman ini, banyak ilmuan terkenal yang
bermunculan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Thales (625-548 SM)
Thales merupakan seorang ilmuan yang ahli dibidang filsafat dan matematika yang
juga merupakan pelopor dari segala ilmu. Thales ialah orang pertama yang mempertanyakan
mengenai dasar dari alam semesta dan segala isinya, oleh karena itu lah ia mendapat gelar

14
sebagai “bapak filsafat”. Dan juga Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah
air, dimana alasan Thales memilih air sebagai asal alam yaitu karena menurutnya air
merupakan sesuatu yang amat diperlukan baik itu bagi kehidupan maupun bumi yang
terapung diatas air. Disamping itu dia juga menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya
sendiri, sedangkan bulan menerima cahaya dari matahari.

2) Pythagoras (580-500 SM)


Seorang ilmuan yang ahli dibidang matematika, Ia mengemukakan pendapat bahwa
ada 4 unsur dasar suatu benda, yaitu air, api, tanah, dan udara. Pythagoras ini terkenal akan
dalil yang telah ditemukannya dan sampai saat ini masih dipakai yaitu dalil Pythagoras
tentang segitiga siku-siku.
Diman dalil ini mengatakan bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segitiga siku-siku
sama dengan jumlah dari kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya (a 2  b 2  c 2 ) .
Pythagoras juga berpendapat mengenai alam semesta, dimana ia berpendapat bahwa bumi ini
bulat dan berputar dikarenakan ia berputar sehingga alam semesta tampak berputar
mengelilingi bumi.

3) Socrates (470-339SM)
Socrates sendiri dianggap sebagai tonggak dari ilmu pengetahuan Yunani, hal ini
dikarenakan ia sering melakukan penyelidikan terhadap ilmu pengetahuan yang menyangkut
kehidupan manusia. meskipun ia tidak memiliki karya tertulis tetapi ia mempunyai pemikiran
yang mana dikumpulkan oleh muridnya Plato diantaranya tentang logika (mengajak manusia
untuk berpikir) yakni adanya major premise, minor premise, serta conclusion.

4) Demokritos (460–370 SM) dan Leucippus (450 SM)


Dimanz mereka merupakan seorang penemu materi terkecil dari suatu benda yang
tidak bisa dibagi lagi atau yang disebut dengan atom. Atom ini memiliki bentuk yang
beraneka ragam dan selalu bergerak ke segala arah sehingga menyebabkan sering terjadinya
benturan antara yang satu dengan yang lain dan menghasilkan sebuah pusaran. Dari jumlah
atom dan pusaran ini lah yang nantinya akan menghasilkan beraneka ragam benda.
Atom ini tidak dapat dimusnakan apalagi diubah, dimana atom ini dapat berbeda dalam
bentuk dan juga ukurannya, serta segala zat itu berbeda dalam hal jumlah dan susunan atom.

15
Dimana dalam hal perubahan yang terjadi pada benda merupakan akibat penggabungan dan
penguraian atom menurut dari hokum sebab akibat.

5) Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles ini merupakan filusuf dari Yunani dan murid dari Plato. Ia berpendapat
mengenai dasar terbentuknya benda ada 5 unsur dasar dari segala sesuatu, yaitu, air api,
udara, tanah dan eter (quint essentia). Mengenai hal tersebut, ia berpendapat bahwa ada unsur
dasar yang disebut dengan hule yang dapat berupa tanah,api,udara, dan air yang dapat
berubah menjadi unsur lain kecuali eter. Misalnya seperti apabila hule ini berada dalam
kondisi yang lembab dan panas maka akan berbentuk udara.
Aristoteles ini tidak mempercayai akan adanya ruang hampa, hal ini dkarenakan apabila
disuatu tempat tidak terdapat apapun ataupun benda maka akan terdapat sesuatu yang
immaterial, yaitu adalah eter, dan juga salah satu pemikirannya yaitu pola pikir untuk dapat
memperoleh sesuatu kebenaran haruslah berdasarkan dari logika, serta dia juga adalah
sebagai orang pertama yang menyusun tentang klasifikasi bintang yang ada di muka bumi.

6) Archimedes (287-212 SM)


Archimedes ialah seorang ilmuan yang dikenal sebagai ahli dibidang fisika,
matematika, astronomi, dan filsafat, serta penemuan beliau yang paling terkenal yaitu hukum
Archimedes, dimana inti dari hukum tersebut adalah benda yang tercelup (mengapung) baik
itu sebagian maupun seluruhnya sehingga akan mengalami gaya keatas atau akan mengalami
kehilangan berat sesuai dengan berat air yang terdesak (zat cair yang dipindahkan) .
Archimedes ini juga sudah pernah menggunakan cara empiris yang didasarkan pada
pengalaman atau percobaannya.

2.4.3 Zaman Pertengahan


Dewiki dan juga Hardini menyatakan bahwa pada saat zaman ini ilmu berkembang
pesat di Timur tengah yang mana dikuasai oleh bangsa Arab, dimana disana terdapat
banyaknya peninggalan Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa arab dan dibukukan
serta dijadikan sebagai acuan pada dunia Ialam dan Eropa.
Dimana pada tahap ini metode eksperimen sudah mulai dikembangkan sehingga
memungkinkan adanya perluasan ilmu di dalam bidang kedokteran, farmasi, astronomi,
kimia dan juga biologi. Tokoh-tokoh pada zaman ini yaitu sebagai berikut:
a. Zaman Alkimia (abad 1-2)
16
Alkimia ini merupakan protosains yang mana menggabungkan unsur-unsur kimia, fisika,
astrologi, seni, semiotika, metalurgi, kedokteran, mistisisme, serta agama. Terdapat dua
tujuan yang saling berkaitan yang diupayakan banyak ahli alkimia yaitu filososi, sebuah zat
mitos yang akan memungkinkan terjadinya transmutasi dari logam biasa menjadi emas dan
yang lainnya.
Alkimia ini dipandang sebagai cikal-bakal dari ilmu kimia modern yang mana sebelum
dirumuskannya metode ilmiah, dan pada zaman alkimia ini ia menerima pendapat empat
buah unsur serta ia juga menambahkan tiga unsur lagi, yaitu air raksa, belerang dan garam.
Berikut ini pengertian dari unsur yang lebih dimaksudkan sebagai sifatnya dari pada unsur itu
sendiri :
 Air raksa ialah logam yang mudah menjadi uap.
 Belerang ialah yang mudah terbakar dan memberi warna.
 Garam ialah yang tak dapat terbakar dan bersifat tanah
b. Zaman Latrokimia (latros = Tabib)
Telah kita ketahui bahwa Islam sesungguhnya ialah ajaran yang sangat cinta terhadap
ilmu pengetahuan hal ini sudah terlihat dari pesan yang terkandung di dalam Al-qur’an yang
diwahyukan pertama kalinya kepada Nabi Muhammad saw, adalah surat al-alaq dengan
diawali kata Iqra yang berarti bacalah.
Pada zaman keemasan Islam (Islamic Golden Age) yaitu pada suatu periode ketika dunia
Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Dimana secara tradisional periode ini
mempunyai rentang waktu antara abad 8 masehi hingga pada abad 13 masehi yang terdapat
banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa periode ini juga ditandai sama dengan waktu
berdirinya Bayt al hikmah (750-1258) yang merupakan pusat studi dari perpustakaan
sekaligus Universitas terbesar di dunia pada saat ini.
Berikut ini beberapa cendekiawan Islam yang mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan dunia yang mana diantaranya yaitu:
1. Al Khowarisni (780-850 M)
Al Khowarisni menulis sebuah buku dimana buku pertamanya yaitu al-jabar,
wa’muqabalah atau “buku rangkuman untuk kalkulasi dengan melengkapkan serta
menyeimbangkan”. Dimana pada buku pertama ini ia membahas mengenai solusi sistematik
dari linear dan notasi kuadrat sehingga itulah ia disebut sebagai bapak aljabar dan juga
aritmatika, yang kemudian hal ini mendorong penggunaan sistem pada desimal.

17
Al Khowarisni juga menulis sebuah perhitungan biasa atau yang disebut dengan
arithmetics, yang mana hal ini menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa
untuk menggantikan tulisan Romawi, dan juga selain itu beliau juga yang berhasil
memetakan dari pergerakan matahari bulan dan kelima planet yang ditulis di dalam kitab atau
perhitungan astronomi Pakistan dan India.
Menurut pada catatan sejarah, karya dari Al Khowarisni ini merupakan
pengembangan dari karya bangsa Hindu yang bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta
(628). Dimana kemudian Omar Khayam (1043-1132)seorang ahli matematika dan
astronomi, serta Abu Ibnusina (atau Avicenna, 980- 1137) menulis sebuah buku tentang
kedokteran.Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangannya yaitu :
1) Menerjemahkan peninggalan dari bangsa Yunani, serta mengembangkannya dan
kemudian menyebarkan ke Eropa kemudian selanjutnya dikembangkan di Eropa.
2) Mengembangkan metode eksperimen sehingga dapat memperluas pengamatan dalam
lapangan kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia dan biologi.
3) Memantapkan penggunaan dari sistim penulisan bilangan dengan dasar sepuluh dan
ditulis pada posisi letak, artinya ialah jika nilai pada suatu angka terletak pada letaknya.
2) Omar Khayam (1043-1132)
Omar Khayam ialah seorang Ahli astronomi, yang mana ia mengoreksi hingga 6
desimal dibelakang, dan mengukur panjangnya 1 tahun sebagai 365, 24219858156 hari, serta
beliau jua merupakan seorang ahli matematika yang menulis buku tentang aljabar berjudul
“Treatise on Demonstration of Problems of Algebra”.
3) Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M)
Ibnu Sina merupakan tokoh yang ahli dalam bidang kedokteran, dimana orang barat
menjulukinya sebagai Avicenna. Ibnu sina ini juga merupakan seorang ilmuan yang pertama
kali menunjukkan bahwa udara merupakan penyalur penyakit dan dapat membantu
pengobatan penyakit saraf, dan salah satu karyanya adalah Al-Qanun fi’ith Thibb atau
Pedoman Kedokteran yang merupakan buku terluas yang dipergunakan dalam dunia Islam
maupun Barat, serta seluruh karyanya berjumlah 170 buah yang mana sebagian besarnya
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Ibnu Sina membuat sebuah kitab Al Shifa atau yang lebih dikenal dengan “the book
of healing” dimana di dalam buku itu Avicenna meletakkan dasar-dasar serta aturan dalam
menjalankan metode eksperimen dan kemudian mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan
yang mana di dalamnya ia telah membuat hipotesis bahwa awal dari terbentuknya gunung
yaitu berawal dari proses pergerakan permukaan bumi, contohnya seperti gempa bumi dan
18
pergerakan dari sungai sampai pada akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh
Galileo yang menjadi bapak sains modern, sehingga tidak heran apabila beliau diberi julukan
ar-ra’s (puncak gunung pengetahuan).
4) Ar-Razi (866-909 M)
Ar-Razi ini ialah tokoh kedokteran dan juga Kimia, yang mana orang bangsa Barat
memanggilnya Razes. Ar-razi ini merupakan orang pertaman yang bisa mendiagnosa
penyakit cacar, dimana ia dapatkan dengan cara membedakan cacar air dan cacar merah. Ia
juga telah banyak berhasil dalam hal pengobatan berbagai penyakit, diantaranya yaitu
pemanasan saraf, penyakit kepala, dan menyembuhkan patah tulang dimana ia menjadikan
kayu sebagai pengikat, serta ia juga seorang ilmuan yang ahli dibidang kimia yang telah
berhasil berhasil menemukan air raksa (mercury)
5) Ibnu Baithar (Wafat th. 1248 M)
Ibnu Baithar merupakan tokoh dibidang tumbuhan, yang mana orang Barat
mengenalnya sebagai Alpetragius. Beliau adalah seorang ahli tumbuh-tumbuhan yang mana
mengarah pada applied science pada bidang obat-obatan. Ia juga sering kali melakukan
terapannya untuk keperluan obat-obatan, dan juga Ilmumya yang memang sebagian berasal
dari Yunani, tetapi terdapat 1.400 ramuan obat yang telah dikemukakannya, dan sebanyak
300 ramuan merupakan temuannya sendiri serta kemudian 200 ramuannya lagi merupakan
ramuan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Yang mana pada karyanya yang sangat terkenal
yaitu Al Adwiyati’l Bashtithah yang artinya Ramuan Sederhana, dan buku ini dicetak dalam
bahasa Latin dengan buku yang judul Simplicia (1758).
6) Al Ashama’I (740-828 M)
Al Ashama’I ialah seorang sarjana yang ahli di dalam ilmu hewan. Dimana karyanya
yang berjudul Al Hayawan yang bearti hewan, dan di dalam buku tersebut dijelaskan
mengenai singa, harimau, gajah, dan ungags, serta ia juga meneliti binatang-binatang
tersebut di dalam alamnya serta akan perpindahannya yang mana berhubungan dengan
musim.

7) Niarizi (Wafat th. 922 M)


Niarizi merupakan seorang ilmuan yang banyak menghasilkan buku yang membahas
tentang cuaca, iklim dan pengetahuan tentang bintang. Beliau juga pernah membuat sebuah
alat bantu tentang bintang untuk mengetahui gerak benda-benda langit serta mengukur

jaraknya.

19
2.4.4 Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan.
Sejak zaman itu sampai sekarang eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat
manusia pada umumnya. Permulaan perkembangan dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-
1294) yang mengajukan agar penngalaman manusia sendiri dijadikan sumber penelitian.
Copernicus, Tycho Broche, Koppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Bila dilihat dari segi metodelogi dan pisikologi maka seluruh ilmu pengetahuan
didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara
4. Penyusunan mode-model atau teori serta penyususnan ramalan-ramalan sehubungan
dnegan model itu
5. Percobaan untuk pengujian ramalan
Tokoh-tokoh terkenal di masa ini antara lain:
a). Evangelista Torricelli (1588-166647 M)
Seorang ahli fisika dan ilmu pasti yang berhasil menemukan termometer sebagai alat
pengukur suhu udara sekaligus dapat memperkirakan tekanan udara pada suatu tempat
b). Antoni LaurentLavoisier (1743-1749 M)
Pelopor di bidang kimia. Ia menemukanhubungan zat asam dan udara dalam pembakaran,
serta menemukan sifat asam dan basa dalam suatu zat
c). Antony Van Leuwenhoek (1632-1723)
Seorang ahli biologi, dengan menggunakan miskroskop hasil karyanya, dapat melihat bakteri
dengan perbedaran 270 kali. Ia juga menemukan spertozoa anjing, kelinci, ikan, manusia, dan
sejumlah binatang lainnya
2.5 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern
Seiring dengan sifat manusia yang tidak puas dengan apa yang telah dimiliki maka
sejalan dengan ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang. Maka dari itu ilmu
pengetahuan merupakan siklus ilmu dengan penelitian yang tidak pernah terputus. Dengan
demikian ilmu pengetahuan semakin luas. Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern”
mengacu pada konsepsi, yakni cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu
fenomena alam dan bukan dari waktu ataupun klasifikasi bidang ilmu. Klasik serupa dengan
20
sesuatu yang telah diketahui, sesuatu yang terjadi di waktu yang cukup lama, dan sesuatu
yang erat kaitannya dengan cara-cara tradisional. Sedangkan modern serupa dengan sesuatu
yang telah mengalami modernisasi ke yang lebih kompleks.
Pada umumnya, langkah-langkah dalam penerapan metode ilmiah pada IPA klasik dan
IPA modern adalah sama, yaitu dengan penginderaan, perumusan masalah, pengajuan
hipotesis, eksperimen, dan penarikan kesimpulan (teori). Pada akhirnya IPA klasik dan IPA
modern mempunyai tujuan yang serupa yaitu keingintahuan.
IPA klasik yang analisisnya mengikuti kaidah ilmu tradisional bersumber pada
pengalaman, kebiasaan, dan bersifat makroskopik. Sementara itu IPA modern yang bersifat
mikroskopik, bersumber dari penlitian maupun pengujian dan sudah dilakukan pembaharuan
yang ditautkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada.
2.5.1 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik
Jika menilik dari definisi klasik, bisa diartikan bahwa klasik secara umum bersifat
tradisional yang bersumber dari pengalaman, kebiasaan, atau naluri semata. Walaupun ada
kreasi, tetapi merupakan tiruan dari alam sekitar. Berikut ini ciri-ciri IPA klasik:
a) Lebih mendahulukan eksperimen daripada teori
b) Mendeskripsikan gejala-gejala alam
c) Penekanannya secara kualitatif sehingga yang ditunjukkan kuantitatif
Secara umum contoh IPA klasik digambarkan pembuatan ragi tempe serta ragi tapis;
walaupun hanya berdasarkan pengalaman petani, namun tanpa disadari petani tersebut telah
berkiprah dalam bidang mikrobiologi, mikologi, dan ilmu fisika yang melandasinya. Contoh
lain seperti pembuatan gula kelapa yang merupakan proses fisika dan kimia yang telah tinggi
tingkatannya. Kemudian karya IPA klasik lainnya seperti pembuatan terasi, ikan asin,
rendang, dan telor asin.
Para petani/pengrajin sama sekali tidak mengetahui proses yang terjadi dalam
pembuatan karyanya. Begitu pula dengan kegiatan yang merupakan larangan berdasarkan
kepercayaan. Sesuatu dianggap tabu atau pamali ialah usaha untuk mempertahankan
keseimbangan lingkungan, seperti tokek tidak boleh dibunuh, ikan yang ada di tempat angker
tidak boleh dimakan. Hal ini tidak berdasarkan penelitian dan pengujian tetapi hanya
berdasarkan pengalaman dari nenek moyang.

2.5.2 Ilmu Pengetahuan Alam Modern


IPA modern timbul atas penelitian dan pengujian yang terjadi pembaharuan yang
dihubungkan dengan disiplin ilmu yang ada. Proses canning, pengalengan ikan, buah-buahan,
21
dan kegiatan yang berhubungan dengan fisika, biologi, kimia, biokimia merupakan hasil
perkembangan IPA yang telah diamati manusia. IPA modern yang dikaitkan dengan
ditemukannya teori relavitas dan kuantum menggambarkan sifat atom, inti, dan partikel lain
molekul zat padat. Contonya, teknologi nuklir adalah teknologi modern yang dapat
digunakan dalam bidang kedokteran, transportasi, angkatan bersenjata, dan bermacam
penelitian yang berhubungan dengan disiplin ilmu.
IPA modern didapat atas dasar penelitian melalui metode ilmiah disertai pengujian
berulang kali sehingga didapat ilmu yang baik untuk terapan atau ilmu murni. Contoh
kegiatan IPA modern adalah seperti pemanfaatan energi matahari untuk kegiatan yang
behubungan dengan listrik untuk transportasi, industri, rumah tangga adalah pemanfaatan
foron untuk menimbulkan aliran muatan listrik (elektron) sebab perbedaan panas sehingga
terbentuklah sel pembangkit listrik. Tungku sinar matahari telah banyak digunakan yang
hanya berprinsip pada titik fokus lensa cekung, dengan adanya energi panas bumi dapat
diperoleh tenga listrik.
Hubungannya dengan alam lingkungan, untuk mewujudkan suasana bersih timbul
pemikiran pemanfaatan sampah sisa organisme, seperti jerami, sisa tanaman lain, dan kotoran
hewan yang diproses dengan bantuan bakteri dalam kondisi tertentu sehingga menghasilkan
gas-gas yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar. Proses ini disebut sebagai
energi biogas. Analisis IPA modern lebih terperinci sehingga diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam tentang suatu fenomena alam. IPA klasik merupakan pengembangan dari
IPA klasik karena pengetahuan diperoleh melalaui eksperimen yang berorientasi pada teori
yang telah ada dan dengan bantuan teknologi yang canggih dan maju.
Pengembangan ilmu yang terus menerus dan begitu cepatnya, terutama mulai awal
abad ke-20 menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang ke arah disiplin ilmu yang lebih
spesifik. Sebagai contoh dalam displin ilmu kimia maka telah terjadi pemfokusan menjadi
berbagai sub-disiplin ilmu kimia antara lain : kimia teoritis, kimia analisis, kimia anorganik,
biokimia, kimia fisik, kimia organik. Selanjutnya contoh adalah dalam sub-disiplin kimia
organik maka terdapat antara lain fokus kearah kimia organik sintesis dan kimia bahan alam.
Kimia bahan alampun dapat terbagi lagi berdasarkan kelompok senyawa kimianya.
Berdasarkan pengembangan fokus ilmu tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesatnya sehingga tidak memungkinkan lagi seseorang dapat menguasai
ilmu dengan sempurna. Untuk dapat menguasai ilmunya dengan baik, maka pada akhirnya
seorang ahli akan lebih memfokuskan atau menspesialisasikan dirinya dalam salah satu fokus
disiplin ilmu tertentu.
22
Dalam hal lain, perkembangan ilmu tidak hanya ke arah fokus disiplin ilmu saja.
Tetapi banyak ilmu baru yang tidak bisa dibahas berdasarkan satu disiplin ilmu saja. Ilmu
semacam ini disebut sebagai multidisiplin ilmu. Contoh ilmu multidisiplin yang paling
popular adalah ilmu lingkungan . Pembahasan ilmu lingkungan dapat dilihat dari disiplin
ilmu social maupun IPA. Pendekatan IPA pun dapat dilihat dari berbagai disiplin ilmu
seperti kimia (kimia lingkungan), fisika (fisika lingkungan), biologi (ekologi,
biodiversivitas), hidrologi (pencemaran air), geografi (pencemaran udara, perubahan iklim),
pertanian dan banyak lainnya. Perkembangan multidisiplin IPA pun cukup banyak dan
beberapa ilmu multidisiplin saat ini berkembang dengan sangat pesat, sebagai contoh adalah
bioteknologi, rekayasa genetika, informatika/computer dan ilmu material. Perkembangan
tersebut sangat mempengaruhi pola pandang dan kehidupan sosial manusia saat ini.
Ilmu dalam bidang IPA dan pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam IPA dasar atau
murni, IPA terapan, dan teknologi. IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi mengkaji bahan
pokok yang sama, yaitu alam. Perbedaan ketiganya terletak pada aspek yang dikajinya.
Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA dasar mencoba untuk memahami bagaimana alam
bekerja. Sedangkan ilmuwan IPA terapan mencoba mencari cara untuk mengendalikan cara
alam bekerja. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA dasar dan IPA terapan untuk
membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja. Menurut White & Frederiksen (2000)
IPA dapat dipandang sebagai proses untuk membentuk hukum, model, dan teori yang
memungkinkan orang untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku
alam.
Konsep-konsep IPA dasar terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu yang belum
diketahui orang, keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip atau teori yang dapat
diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan. Pengkajian ini merupakan
pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi atau proses optimal yang
diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi penjelasan dari objek (benda dan energi) dan
peristiwa alam. Konsep-konsep IPA dasar merupakan konsep-konsep IPA mengenai
kondisi, interaksi, dan peristiwa dari kondisi yang normal (biologi) atau ideal (fisika).
Dalam konsep-konsep IPA dasar, seringkali ada variabel (parameter), yang dalam
kenyataannya berpengaruh, tidak dimasukkan ke dalam konsep-konsepnya. Konsep-konsep
itu sengaja disusun secara ideal atau normal agar berlaku umum, yang berarti dapat
digunakan kapan saja dan dimana saja. Keberlakuan umum konsep-konsep tersebut luas,
sehingga berfungsi sebagai konsep-konsep dasar bagi IPA terapan dan teknologi. Para
ilmuwan menempatkan IPA dasar sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan dan teknologi.
23
Dampak atau efek dari ilmu alamiah dan teknologi yang telah dikembangkan manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhannya sehingga lebih mudah dan menyenangkan dapat
bersifat positif artinya benar-benar bermanfaat, dan dapat juga bersifat negatif, karena
menimbulkan akibat sampingan. Akibat itu bila dibiarkan akan membawa malapetaka.
Karena itu, manusia setalah mengetahui beberapa hasil ilmu alamiah dan teknologi , mencoba
mengatasi juga dengan ilmu alamiah dan teknologi yang baru.
1)Sandang
Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi telah banyak sumbangannya dalam bidang
sandang; andaikata tidak, maka barang???? kita masih hidup dalam zaman purba di mana
manusia dalam zaman purba masih menggunakan kulit kayu atau daun-daun sebagai penutup
tubuh kita. Baik pada abad yang lalu maupun masa kini ilmu pengetahuan alam dan teknologi
telah menolong manusia dalam pengadaan sandang berupa mesin-mesin tekstil. Dengan
teknologi itu orang tidak perlu menunggu terlalu lama hasil serta tanaman kapas. Dengan
teknologi itu orang tidak perlu menunggu terlalu lama hasil serta tanaman kapas. Dengan
serat-serat sintetis itu orang dapat membuat serat secara besar-besaran dalam waku yang
singkat.
Dapak negatif dari segala penemuan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi ini
sehubangan dengan polimersintetis yaitu bahwa bahan-bahan berupa polimersintetis itu yang
dalam kata sehari-hari disebut “plastik” menimbulkan keuntungan dan kerugian.
Keuntungannya sudah jelas kita dapat memproduksi serat tekstil untuk sandang, bahkan
hampir semua kebutuhan sehari-hari yang berupa alat rumah tangga tidak luput dari
penggunaan plastik sebagai bahan dasarnya. Yang menjadi masalah sekarang ialah bahwa
sampah-sampah plastik itu tidak dapat dihancurkan oleh bakteri-bakteri pembusuk. Untuk
menjawab tantangan ini kiranya perlu diciptakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam dan
teknologi yang lebih maju lagi misalnya dengan menciptkan jenis polimer yang dapat
dihancurkan oleh bakteri pembusuk dengan jalan mencampur polimer itu dengan suatu bahan
lain yang menjadi makanan bakteri pengurai. Cara lain ialah memusnahkan sampah plastik
itu dengan membakarnya atau mengolahnya kembali menjadi bahan plastik lagi.
2) Papan
Dikemukan bahwa burung camar semua pandai membuat sarang yang begitu indah,
namun setelah berabad-abad alamnya ternyata tidak terlihat adanya kemajuan sedikit pun.
Burung itu membuat sarangnya secara naluri. Berbeda dengan manusia yang oleh Tuhan
diberi karunia keunggulan berupa akal dan budi. Dengan akal inilah manusia dapat
menyempurnakan rumah tinggalnya dari gua-gua alami ke pohon-pohon, kemudian
24
berkembang lagi menjadi rumah diatas tiang-tiang penyangga, dan lebih maju lagi pada masa
kini kita telah mampu membuat rumah tembok dengan penuh kenyamanan. Untuk mencapai
puncaknya orang tidak perlu meniti tangga langkah demi langkah, tetapi cukup tekan tombol
dan beberapa detik kemudian sampai ke lantai yang ke 60 dan seterusnya. Uraian diatas
menunjukkan dampak positif Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dalam bidang papan.
Sebagai contoh dengan alat-alat modern, sekarang orang begitu mudah membabat hutan
untuk bangunan atau perabot lainnya. Pohon-pohon yang relatif mudah yang sehausnya tidak
boleh dibabat, sehingga menimbulkan akibat berantai, mulai dari erosi, pendangkalan sungai,
kematian sumber air, kemerosotan kesuburan tanah, banjir dan selanjutnya rantai itu sampai
pada kesengsaraan manusia itu sendiri yang sebenarnya tidak ikut secara langsung menikmati
hasil hutan itu.
3)Pangan
Dampak positif ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dibidang pangan telah jelas
dikemukakan di muka, misalnya saja dalam memperoleh bibit unggul yang banyak
produksinya dalam waktu yang relatif singkat melalui nuklir. Sumbangan Ilmu Pengetahuan
Alam di bidang pangan pun telah banyak dimanfaatkan orang misalnya dengan cara
pemupukan yang tepat dan penggunaan bakteri yang sanggup menunjang akar-akar tanaman
mengambil zat hara dengan lebih baik sehingga produksi bertambah banyak.
Dampak negatif Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi juga ada, misalnya pemakaian
racun pemberantas hama tanaman (pestisida) ternyata tidak saja dapat memberantas hama,
tetapi juga membunuh hewan ternak, meracuni hasil panen, meracuni manusia itu sendiri.
Karena itu kesadaran, kesadaran dan tanggung jawab manusia itu sendiri juga perlu ikut di
tingkatkan untuk kepentingan bersama dan generasi yang akan datang..

2.6 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Modern
1. IPA klasik
Bila ditinjau dari pengertian klasik sendiri, maka dapat diartikan bahwa yang klasik
umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman kebiasaan atau naluri Semata.
Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam sekitar. Ciri-ciri IPA klasik
adalah sebagai berikut:
a. lebih mendahulukan eksperimen dari teori
b. Mendeskripsikan gejala-gejala alam.

25
c. Penekanannya secara kualitatif sehingga yang ditunjukkan kuantitatif.
Fisika klasik atau fisika terbatas mempelajari komponen materi dan interaksi antara
komponen dengan perkembangan pengamatan.
a. Penglihatan dengan teori cahaya.
b. Pendengaran dengan suara.
c. Indera rasa termodinamika.
d. Listrik magnet.
Contoh IPA klasik adalah dalam pembuatan ragi tempe dan juga ragi tapis; meskipun
hanya Berdasarkan pengalaman petani namun tanpa disadari petani tersebut telah
berkecimpung dalam bidang mikrobiologi, mikologi, dan tentu saja tidak lepas dari ilmu
fisika yang mendasarinya.
2. IPA modern
IPA modern muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian yang telah diadakan
pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada. IPA modern diperoleh
atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian berulang kali
sehingga diperoleh ilmu yang mantap, baik untuk terapan atau ilmu murni.
Pada IPA modern, suatu pengetahuan diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan
dengan berkiblat pada teori yang telah ada dan dengan bantuan teknologi yang lebih canggih
dan laju, maka kajian dari IPA modern Lebih Detail sehingga diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai suatu fenomena alam. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
IPA modern merupakan pengembangan dari IPA klasik.

26
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata inggris, yaitu natural
science, yang artinya dapat disebut juga sebgaai ilmu tentang alam atau ilmu yang
mempelajari tentang pristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Menurut Iskandar (1996/1997:2)
ilmu pengetahuan alam secara harfiah disebut sebafai ilmu tentang alam yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
2. Ciri-ciri dan syarat Ilmu Pengetahuan
- Konkret
- Logis
- Objektif
- Empiris
- Sistematis
- Universal atau teori yang berlaku umum
3. Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah mempunyai ciri pokok empiris,
sistematis, obyektif, analitis dan verifikatif. Plato dan Aristoteles membagi pengetahuan
berbeda. Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan sesuai dengan karakteristik
obyeknya yakni ada pengetahuan eikasia, pistis, dianoya, dan pengetahuan noesis. Sedangkan
Aristoteles membagi pengetahuan menurut jenis sesuai dengan fungsinya yakni ada
pengetahuan produksi, praktis, dan teoritik.
4. Pengetahuan yang obyeknya bersifat empirik kealaman dan penerapannya terjadi di tempat
tertutup maka metodenya siklus empirik dan pengetahuan yang dapat dihasilkan akan berupa
hipotesa, teori, dan hukum-hukum alam. Sedangkan pengetahuan ilmiah yang obyeknya
bersifat kejiwaan maka penerapan metodenya linier yakni diawali dengan pengumpulan
bahan-bahan, kemudian bahan-bahan yang masuk dikelompokkan menurut suatu pola dan
kemudian menarik kesimpulan yang umum dan terakhir bisa mengadakan prediksi yang
menyangkut obyek penyelidikan yang bersangkutan.
5. Pengetahuan ilmiah pada hakekatnya mempunyai fungsi menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol. Penjelasan dalam pengetahuan ilmiah ada penjelasan logis, probabilistik,
finalistik, historik atau genetik, dan fungsional. Sedangkan ramalan bentuknya ada ramalan
menurut hukum, struktur, proyeksi, dan ramalan menurut utopia.
27
6. Awal lahir nya Ilmu Pengetahuan Alam
Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam,
mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula
terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada titik kemudian makin
bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya
dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen
untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan titik dari hasil
eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mampu
memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (ilmu
pengetahuan alam) sebagai suatu ilmu yang mantap.

7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam terdapat 4 zaman yaitu:


- Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman kuno
- Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman yunani kuno
- Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman pertengahan
- Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam zaman modern.
8. Ilmu Pengetahuan Alam Klasik dan Modern
- definisi klasik, bisa diartikan bahwa klasik secara umum bersifat tradisional yang
bersumber dari pengalaman, kebiasaan, atau naluri semata. Walaupun ada kreasi,
tetapi merupakan tiruan dari alam sekitar. Berikut ini ciri-ciri IPA klasik:
d) Lebih mendahulukan eksperimen daripada teori
e) Mendeskripsikan gejala-gejala alam
f) Penekanannya secara kualitatif sehingga yang ditunjukkan kuantitatif

- IPA modern didapat atas dasar penelitian melalui metode ilmiah disertai pengujian
berulang kali sehingga didapat ilmu yang baik untuk terapan atau ilmu murni.
Contoh kegiatan IPA modern adalah seperti pemanfaatan energi matahari untuk
kegiatan yang behubungan dengan listrik untuk transportasi, industri, rumah
tangga adalah pemanfaatan foron untuk menimbulkan aliran muatan listrik
(elektron) sebab perbedaan panas sehingga terbentuklah sel pembangkit listrik.
Tungku sinar matahari telah banyak digunakan yang hanya berprinsip pada titik
fokus lensa cekung, dengan adanya energi panas bumi dapat diperoleh tenga
listrik.

28
9. IPA klasik umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman kebiasaan atau
naluri Semata. Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam
sekitar. Sedangkan IPA modern IPA modern muncul berdasarkan penelitian maupun
pengujian yang telah diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin
ilmu yang ada. IPA modern diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah disertai pengujian berulang kali sehingga diperoleh ilmu yang mantap,
baik untuk terapan atau ilmu murni.

3.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini penulis memiliki kekurangan kami persilahkan
kepada pembaca memberikan saran dan masukan, agar kedepannya bisa kami perbaiki dan
menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

29
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, W.I. dan Suardana, K.A.A. (2019). ILMU ALAMIAH DASAR. Bali : UNHI Press

Harmoni, Ati. (1992). Pengantar Ilmu Alamiah Dasar (AID). Jawa barat : GUNADARMA

Sujalu, A.P., Ismail dkk. (2021). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: ZAHIR PUBLISHING

Herfan, Dermawan. (2020). Teori Ilmu Kealaman Dasar: Kajian Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru
dan Akademis. Yogyakarta: DEEPUBLISH (Grub Penerbit CV. BUDI UTAMA)

Mustofa, azhar. (2015). Ciri-ciri pengetahuan alam. (online). Tersedia:


https://www.tekinolpen.my.id/2015/09.cir-ilmu-pengetahuan-alam.html?m=1 . Diakses:20
Oktober 2021

Surajiyo, Sriyono. (2017). STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH


ILMUWAN. Jakarta

Firtianingsih Eka. 2021. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam. (online). tersedia:


https://klipaa.com/story/2832-perkembangan-ilmu-pengetahuan-alam. 26 Oktober 2021

Nisa. 2011. IAD: Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. (online).
tersedia: http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/07/iad-perkembangan-dan-
pengembangan-ilmu.html?m=1. 26 Oktober 2021

30

Anda mungkin juga menyukai