Dosen Pengampu :
Penuli
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah.................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dan Pembagian Ilmu Pengetahuan Alam............................ 3
2.2 Metode Ilmiah Sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan alam ................................................................ 4
2.2.1 Ciri-ciri Dan Syarat-Syarat Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 4
2.2.3 Susunan Ilmu Pengetahuan Ilmiah ......................................................................................... 8
2.3 Awal Kelahiran Ilmu pengetahuan Alam.................................................................................... 12
2.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam ..................................................................................... 14
2.4.1 Zaman Kuno......................................................................................................................... 14
2.4.2 Zaman Yunan Kuno ............................................................................................................. 14
2.4.3 Zaman Pertengahan .............................................................................................................. 16
2.4.4 Zaman Modern ..................................................................................................................... 20
2.5 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern ..................................... 20
2.5.1 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik ........................................................................................... 21
2.5.2 Ilmu Pengetahuan Alam Modern ......................................................................................... 21
2.6 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern .................... 25
III PENUTUP........................................................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 27
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam ilmu yang mempelajari tentang alam, sangat penting bagi kita
untuk mengetahui asal usul dari Ilmu Pengetahuan Alam itu seperti apa dan bagaimana
perkembanagn Ilmu Pengetahuan Alam, jika kita dapat pengetahui bagaiman perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam dari zaman kuno hingga sekarang maka kita akan lebih mudah
dalam memahami apa itu Ilmu Pengetahuan Alam.
Darmodjo & Kaligis (1991/1992: 3) menjelaskan bahwa IPA berarti “Ilmu” tentang “
Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar
artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan
objektif. Adapun “pengetahuan” itu sendiri adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan
segala isinya. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
alam semesta dengan segala isinya. Selain itu Ilmu Pengetahuan Alam juga mempelajari
mengenai gejala-gejala alam dengan melakukan eksperimen dan penelitian. Peran penting
Ilmu Pengetahuan Alam yaitu bagi kehidupan manusia, lingkungan dan sumber daya alam.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dari dulu hingga sekarang tentu sanagt
berbeda. Dalam pembahasan ini terdapat empat perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
yaitu:
Dalam penulisan makalah kali ini tentunya kami memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan maupun di bidang penelitian
Dalam penulisan kali ini kami membuat rumusan masalah kajian yang akan kami bahas,
yaitu:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dan Pembagian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata inggris, yaitu natural
science, yang artinya dapat disebut juga sebgaai ilmu tentang alam atau ilmu yang
mempelajari tentang pristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-
gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan manusia. Menurut Iskandar (1996/1997:2) ilmu pengetahuan
alam secara harfiah disebut sebafai ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam.
Ilmu pengetahuan alam dapat dibagi menjadi tiga bidang utama yaitu:
1. Ilmu Sosial dan Budaya; membahas hubungan antarmanusia sebagai makhluk
sosial, yang selanjutnya dibagi atas:
a. Psikologi, mempelajari proses mental dan tingkah laku.
b. Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.
c. Antropologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan
tingkah laku sosial.
d. Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem sosio-ekonomi
dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya.
e. Sejarah, pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara
atau individu.
f. Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang
produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara atau perusahaan.
g. Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi,
institusi, perkembangan masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Alam, yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya
dan selanjutnya terbagi atas:
a. Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat
sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir
b. Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi dan
perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi kimia organik (protein, lemak)
3
dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan
peledak
c. Biologi, yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan
Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup
Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam mahkhluk hidup
Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk hidup
Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam
Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan
serentetan sel sejenis
Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu
4
c. Objektif
Hasil dari ilmu pengetahuan alam merupakan suatu produk yang terhindar dari
maksud-maksud tertentu pelaku (subjektif), baik itu berupa kepentingan seseorang
maupun golongan.
d. Empiris
Ilmu pengetahuan alam dan sains dikembangkan berdasarkan penglaman empiris,
yaitu suatu pengalaman konkret yang dapat dirasakan oleh semua orang dan dapat
dibuktikan secara ilmiah.
e. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat. Baik kajian hasil penelitian atau kajian ilmiah,
didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis
f. Universal atau teori yang berlaku umum
Banyak teori-teori yang lahir dari ilmuan yang mengkaji gejala-gejala alam. Teri-teori
itu berlaku umum dan dapat diketahui oleh orang lain tanpa batas.
2.2.2 Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan suatu permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah yang sistematis,
teratur, dan terkontrol. Metode Ilmiah, yaitu gabungan antara dua pendekatan rasional
(deduktif) dan pendekatan empiris (induktif). Metode Ilmiah, merupakan cara dalam
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme.
Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio
sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam
segala jalan pikiran.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam
penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti,
dalam pikiran manusia. Kelemahan rasionalise yaitu bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi,
kemungkinan dapat diperoleh pengetahuan yang berbeda dari obyek yang sama, cenderung
bersifat subyektif dan solpsistik, yaitu hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang
berbeda dalam otak orang yang berfikir tersebut.
5
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat
penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkrit, berpegang pada
prinsip keserupaan, pada dasarnya alam adalah teratur, gejala-gejala alam berlangsung
dengan pola-pola tertentu. Dengan mengetahui kejadian masa lalu atau sekarang akan dapat
diramalkan kejadian di masa datang. Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan keterbatasan
alat yang digunakan (misal panca indera).
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode-metode ilmiah secara garis besar ada
dua macam, yaitu:
1. Metode ilmiah yang bersifat umum.
Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua, yaitu metode analitiko-
sintesa dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sistesa merupakan gabungan dari metode
analisa dan metode sintesa. Metode non-deduksi merupakan gabungan dari metode deduksi
dan metode induksi.
Apabila kita menggunakan metode analisa, maka dalam babak terakhir kita
memperoleh pengetahuan analitik. Pengetahuan analitik itu ada dua macam, yaitu:
pengetahuan analitik a priori dan pengetahuan analitik a posteriori. Metode analisa ialah cara
penanganan terhadap barang sesuatu atau sesuatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan
memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian-pengertian yang lainnya.
Pengetahuan analitik a priori misalnya, definisi segitiga yang mengatakan bahwa segitiga itu
merupakan suatu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus yang saling beririsan yang
membentuk sudut-sudut yang berjumlah 180 derajat.
Pengetahuan analitik a posteriori berarti bahwa kita dengan menerapkan metode
analisa terhadap sesuatu bahan yang terdapat di alam empirik atau dalam pengalaman sehari-
hari memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya, setelah kita mengamati sejumlah
kursi-kursi yang ada, kemudian kita berusaha untuk menentukan apakah yang dinamakan
kursi itu? Definisinya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah tangga yang khusus
disediakan untuk tempat duduk. Pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode
sintetik dapat berupa pengetahuan sintetik a priori dan pengetahuan sintetik a posteriori.
Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap sesuatu obyek tertentu dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru.
Pengetahuan sintetik a priori misalnya, pengetahuan bahwa satu ditambah empat sama
dengan lima. A posteriori menunjuk kepada hal-hal yang adanya berdasarkan atau terdapat
melalui pengalaman atau dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan inderawi.
6
Pengetahuan sintetik a posteriori itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lain yang menyangkut hal-hal
yang tertadapat dalam alam tangkapan inderawi atau yang adanya dalam pengalaman
empirik. Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu obyek tertentu dengan
jalan menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan
atas ketentuan-ketentuan hal-hal yang bersifat umum.
Metode induksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu obyek tertentu dengan jalan
menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum atau yang bersifat lebih umum
berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
(Soejono Soemargono, 1983, hal. 13-16)
7
dari teori-teori tersebut telah diperiksa sekali lagi atau telah diteliti secara dalamdalam
Mengenai isi kebenarannya (verifikasi terhadap teori-teori).
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa manakala kita menerapkan metode
penyelidikan ilmiah yang berbentuk daur/metode siklus-empirik, maka pengetahuan yang
dapat dihasilkannya akan berupa:
1. Hipotesa.
2. Teori.
3. Hukum-hukum alam. (Soejono Soemargono, 1983)
Metode vertikal/berbentuk garis tegak lurus atau metode linier/berbentuk garis
lempang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan yang pada umumnya mempunyai
obyek materialnya hal-hal yang pada dasarnya bersifat kejiwaan, yaitu yang lazimnya berupa
atau terjelma dalam tingkah laku manusia dalam pelbagai bidang kehidupan, seperti dalam
bidang politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. (Soejono Soemargono, 1983, hal. 16-18)
Penerapan metode semacam ini apabila dikatakan mengambil bentuk garis tegak lurus berarti
merupakan suatu proses yang bertahap-tahap, dan apabila dikatakan mengambil bentuk garis
lempang berarti merupakan proses yang bersifat setapak demi setapak.
B. Limas ilmu.
Dalam tradisi, ilmu-ilmu biasa digambarkan dalam bentuk limas. Dasar limas meliputi semua
data yang diperoleh suatu disiplin ilmu tertentu melalui pengamatan (observasi), percobaan-
percobaan (eksperimen). Sedang puncak limas tadi diduduki oleh teori. Antara dasar dan puncak
limas masih terdapat lagi beberapa tahap, misalnya klasifikasi data, perumusan hipotesa, pengujian
hipotesa dan lain-lain. Limas sebagai keseluruhan merupakan sistem ilmu. Atas dasar kesatuan ilmu-
ilmu ada tedensi untuk menerpakan gambar limas ini pada keseluruhan ilmu dan memang hal
ini dapat dimengerti karena ilmu pada dasarnya merupakan kesatuan metode dan dalam
kesatuan metode ini tiap-tiap ilmu mendapat tempatnya meskipun masih ada metode yang
sangat teoritis. Lebih lanjut setiap ilmu mempunyai bahasa sendiri yang berbeda dengan
9
bahasa sehari-hari. Karena itu untuk mengerti ciri khas ilmu perlulah dia dibedakan dari
bahasa sehari-hari.
C. Siklus Empirik.
Ilmu empirik memperoleh bahan-bahannya melalui pengalaman. Proses penyelidikan
ilmiah yang dapat digambarkan sebagai suatu daur yang terdiri dari lima tahap.
1. Observasi.
Pengamatan yang biasa. Ilmu empirik memperoleh bahan-bahan dari kenyataan
empirik yang dapat diamati dengan pelbagai cara. Bahan itu disaring, diselidiki,
dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi, didaftar, diklasifikasi secara ilmiah.
Observasi dibedakan observasi sehari-hari dan observasi ilmiah. Observasi sehari-hari
bersifat emosional, dikaitkan dengan emosi si pengamat, pengamatannya bersifat subyektif,
sangat dipengaruhi oleh persepsi sosial, dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang bersifat
pribadi, menguntungkan dirinya sendiri.
Observasi ilmiah emosi harus dikeampingkan bahkan unsur subyektif dihilangkan,
hal-hal yang dikenal dan berpengaruh subyek dan variasi-variasi yang ada tidak diperhatikan,
tidak ada kepentingan dirinya sendiri, dipakai sarana-sarana tertentu, ditingkatkan.
2. Induksi.
Hal-hal yang diamati harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan kemudian
disimpulkan kembali dalam pernyataan-pernyataan umum. Setelah terulang-ulang kembali
maka pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum.
3. Deduksi..
Matematika serta logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut bahan-bahan
empirik begitu bahan ini tercakup dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
4. Kajian (eksperimentasi).
Berdasarkan atas sistem itu dapatlah dijabarkan pernyataan-pernyataan khusus
tertentu, yang kemudian dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi eksperimental atau tidak
epksperimental tertentu. Dengan kajian eksperimental maka pernyataan yang telah dijabarkan
secara deduktif mendapatkan verifikasi atau falsifikasi secara empirik.
5. Hasil-hasil kajian
Hasil-hasil kajian membawa kita kepada tahap evaluasi, suatu teori yang disusun
dengan menggunakan induksi dan deduksi. (Beerling, 1988)
Penjelasan.
Penjelasan yang lazimnya selalu disertai dengan pemahaman (verstehen) adalah
merupakan pelengkap dari permulaan dalam penelitidan dari suatu yang dicatat untuk disusun
suatu hipotesa yang baik dan menarik. Adapun macam penjelasan dalam pengetahuan ilmiah
antara lain adalah:
1. Penjelasan logis.
Penjelasan deduktif. Penjelasan ini terdiri dari serangkaian tindakan berpikir untuk
menarik kesimpulan berdasar hal-hal yang bersifat umum, dengan demikian dalam penjelasan
deduktif diperlukan adanya suatu pernyataan yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai
pangkal tolak atau dalil. Penejalasan induktif. atau biasa disebut juga sebagai penjelasan
kausal, adalah penjelasan yang
mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus tertentu untuk sampai pada hal yang
umum.
2. Penjelasan probabilistik.
Penjelasan probabilistik atau keadaan boleh jadi adalah apabila terdapat suatu
pertanyaan yang tak dapat dijawab secara pasti yang biasa dikemukakan dengan mengajukan
kata-kata 'mungkin', 'hampir pasti' atau 'boleh jadi'. Penjelasan probabilistik banyak
diperguanakan dalam ilmu sosial utamanya ilmu politik.
3. Penjelasan finalistik.
Penjelasan finalistik adalah penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada
tujuan. Penjelasan semacam ini bersifat pragmatik karena menerangkan sesuatu dari segi
keguannnya.
4. Penjelasan historik atau genetik.
Penjelasan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi. Jelas
hal ini menuntut suatu jawaban tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang lampau.
5. Penjelasan fungsional.
11
Penjelasan fungsional adalah bentuk penjelasan yang hendak memberikan gambaran
atas sesuatu dengan mengemukakan apa yang diselidiki dalam hubungannya dengan tempat
atau keadaan yang sedang diteliti dalam keseluruhan sistem dunia obyek tersebut berada.
Ramalan.
Seorang ilmuwan yang baik tidak lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah
dicapainya jika belum diuji dengan cara yang sesuai dengan masalahnya. Satu hal yang patut
dipakai dalam persiapan pengujian disamping penjelasan atau verstehen juga ramalan atau
prediksi. Bentuk-bentuk ramalan yang banyak dipakai antara lain adalah:
1. Ramalan menurut hukum.
Bentuk ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak
pada keajegan-keajegan. Keajegan ini diperlukan untuk memecahkan atau menghampiri suatu
permasalahan yang hampir mirif baik dalam ilmu sosial maupun ilmu alam, karena hukum
adalah suatu keteraturan yang fundamental yang dapat diterapkan pada setiap keadaan atau
persoalan.
2. Ramalan menurut struktur.
Ramalan ini secara langsung mampu memperhitungkan untuk keadaan dimasa yang
akan datang berdasarkan pada suatu kemajuan baik yang vertikal maupun horizontal, karena
perubahan menurut
struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.
3. Ramalan menurut proyeksi.
Ramalan ini mempelajari kejadian-kejadian yang terdahulu sehingga diperoleh suatu
pernyataan berdasar kejadian itu. Ramalan proyeksi ini banyak dipergunakan dalam
perkembangan ilmu sosial dengan dibantu oleh faktor peluang.
4. Ramalan menurut utopia.
Ramalan yang terjadi berdasar pengetahuan teoritik yang sekarang dimiliki untuk
mengetahui kejadian dan keadaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh dewasa ini ada
penjelajah ruang angkasa. al ini sebelumnya hanya merupakan fantasi belaka dan kebetulan
sudah difilmkan. (Abbas Hamami, M., 1980, 31-35)
14
sebagai “bapak filsafat”. Dan juga Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah
air, dimana alasan Thales memilih air sebagai asal alam yaitu karena menurutnya air
merupakan sesuatu yang amat diperlukan baik itu bagi kehidupan maupun bumi yang
terapung diatas air. Disamping itu dia juga menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya
sendiri, sedangkan bulan menerima cahaya dari matahari.
3) Socrates (470-339SM)
Socrates sendiri dianggap sebagai tonggak dari ilmu pengetahuan Yunani, hal ini
dikarenakan ia sering melakukan penyelidikan terhadap ilmu pengetahuan yang menyangkut
kehidupan manusia. meskipun ia tidak memiliki karya tertulis tetapi ia mempunyai pemikiran
yang mana dikumpulkan oleh muridnya Plato diantaranya tentang logika (mengajak manusia
untuk berpikir) yakni adanya major premise, minor premise, serta conclusion.
15
Dimana dalam hal perubahan yang terjadi pada benda merupakan akibat penggabungan dan
penguraian atom menurut dari hokum sebab akibat.
17
Al Khowarisni juga menulis sebuah perhitungan biasa atau yang disebut dengan
arithmetics, yang mana hal ini menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa
untuk menggantikan tulisan Romawi, dan juga selain itu beliau juga yang berhasil
memetakan dari pergerakan matahari bulan dan kelima planet yang ditulis di dalam kitab atau
perhitungan astronomi Pakistan dan India.
Menurut pada catatan sejarah, karya dari Al Khowarisni ini merupakan
pengembangan dari karya bangsa Hindu yang bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta
(628). Dimana kemudian Omar Khayam (1043-1132)seorang ahli matematika dan
astronomi, serta Abu Ibnusina (atau Avicenna, 980- 1137) menulis sebuah buku tentang
kedokteran.Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangannya yaitu :
1) Menerjemahkan peninggalan dari bangsa Yunani, serta mengembangkannya dan
kemudian menyebarkan ke Eropa kemudian selanjutnya dikembangkan di Eropa.
2) Mengembangkan metode eksperimen sehingga dapat memperluas pengamatan dalam
lapangan kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia dan biologi.
3) Memantapkan penggunaan dari sistim penulisan bilangan dengan dasar sepuluh dan
ditulis pada posisi letak, artinya ialah jika nilai pada suatu angka terletak pada letaknya.
2) Omar Khayam (1043-1132)
Omar Khayam ialah seorang Ahli astronomi, yang mana ia mengoreksi hingga 6
desimal dibelakang, dan mengukur panjangnya 1 tahun sebagai 365, 24219858156 hari, serta
beliau jua merupakan seorang ahli matematika yang menulis buku tentang aljabar berjudul
“Treatise on Demonstration of Problems of Algebra”.
3) Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M)
Ibnu Sina merupakan tokoh yang ahli dalam bidang kedokteran, dimana orang barat
menjulukinya sebagai Avicenna. Ibnu sina ini juga merupakan seorang ilmuan yang pertama
kali menunjukkan bahwa udara merupakan penyalur penyakit dan dapat membantu
pengobatan penyakit saraf, dan salah satu karyanya adalah Al-Qanun fi’ith Thibb atau
Pedoman Kedokteran yang merupakan buku terluas yang dipergunakan dalam dunia Islam
maupun Barat, serta seluruh karyanya berjumlah 170 buah yang mana sebagian besarnya
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Ibnu Sina membuat sebuah kitab Al Shifa atau yang lebih dikenal dengan “the book
of healing” dimana di dalam buku itu Avicenna meletakkan dasar-dasar serta aturan dalam
menjalankan metode eksperimen dan kemudian mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan
yang mana di dalamnya ia telah membuat hipotesis bahwa awal dari terbentuknya gunung
yaitu berawal dari proses pergerakan permukaan bumi, contohnya seperti gempa bumi dan
18
pergerakan dari sungai sampai pada akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh
Galileo yang menjadi bapak sains modern, sehingga tidak heran apabila beliau diberi julukan
ar-ra’s (puncak gunung pengetahuan).
4) Ar-Razi (866-909 M)
Ar-Razi ini ialah tokoh kedokteran dan juga Kimia, yang mana orang bangsa Barat
memanggilnya Razes. Ar-razi ini merupakan orang pertaman yang bisa mendiagnosa
penyakit cacar, dimana ia dapatkan dengan cara membedakan cacar air dan cacar merah. Ia
juga telah banyak berhasil dalam hal pengobatan berbagai penyakit, diantaranya yaitu
pemanasan saraf, penyakit kepala, dan menyembuhkan patah tulang dimana ia menjadikan
kayu sebagai pengikat, serta ia juga seorang ilmuan yang ahli dibidang kimia yang telah
berhasil berhasil menemukan air raksa (mercury)
5) Ibnu Baithar (Wafat th. 1248 M)
Ibnu Baithar merupakan tokoh dibidang tumbuhan, yang mana orang Barat
mengenalnya sebagai Alpetragius. Beliau adalah seorang ahli tumbuh-tumbuhan yang mana
mengarah pada applied science pada bidang obat-obatan. Ia juga sering kali melakukan
terapannya untuk keperluan obat-obatan, dan juga Ilmumya yang memang sebagian berasal
dari Yunani, tetapi terdapat 1.400 ramuan obat yang telah dikemukakannya, dan sebanyak
300 ramuan merupakan temuannya sendiri serta kemudian 200 ramuannya lagi merupakan
ramuan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Yang mana pada karyanya yang sangat terkenal
yaitu Al Adwiyati’l Bashtithah yang artinya Ramuan Sederhana, dan buku ini dicetak dalam
bahasa Latin dengan buku yang judul Simplicia (1758).
6) Al Ashama’I (740-828 M)
Al Ashama’I ialah seorang sarjana yang ahli di dalam ilmu hewan. Dimana karyanya
yang berjudul Al Hayawan yang bearti hewan, dan di dalam buku tersebut dijelaskan
mengenai singa, harimau, gajah, dan ungags, serta ia juga meneliti binatang-binatang
tersebut di dalam alamnya serta akan perpindahannya yang mana berhubungan dengan
musim.
jaraknya.
19
2.4.4 Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan.
Sejak zaman itu sampai sekarang eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat
manusia pada umumnya. Permulaan perkembangan dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-
1294) yang mengajukan agar penngalaman manusia sendiri dijadikan sumber penelitian.
Copernicus, Tycho Broche, Koppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Bila dilihat dari segi metodelogi dan pisikologi maka seluruh ilmu pengetahuan
didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara
4. Penyusunan mode-model atau teori serta penyususnan ramalan-ramalan sehubungan
dnegan model itu
5. Percobaan untuk pengujian ramalan
Tokoh-tokoh terkenal di masa ini antara lain:
a). Evangelista Torricelli (1588-166647 M)
Seorang ahli fisika dan ilmu pasti yang berhasil menemukan termometer sebagai alat
pengukur suhu udara sekaligus dapat memperkirakan tekanan udara pada suatu tempat
b). Antoni LaurentLavoisier (1743-1749 M)
Pelopor di bidang kimia. Ia menemukanhubungan zat asam dan udara dalam pembakaran,
serta menemukan sifat asam dan basa dalam suatu zat
c). Antony Van Leuwenhoek (1632-1723)
Seorang ahli biologi, dengan menggunakan miskroskop hasil karyanya, dapat melihat bakteri
dengan perbedaran 270 kali. Ia juga menemukan spertozoa anjing, kelinci, ikan, manusia, dan
sejumlah binatang lainnya
2.5 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern
Seiring dengan sifat manusia yang tidak puas dengan apa yang telah dimiliki maka
sejalan dengan ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang. Maka dari itu ilmu
pengetahuan merupakan siklus ilmu dengan penelitian yang tidak pernah terputus. Dengan
demikian ilmu pengetahuan semakin luas. Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern”
mengacu pada konsepsi, yakni cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu
fenomena alam dan bukan dari waktu ataupun klasifikasi bidang ilmu. Klasik serupa dengan
20
sesuatu yang telah diketahui, sesuatu yang terjadi di waktu yang cukup lama, dan sesuatu
yang erat kaitannya dengan cara-cara tradisional. Sedangkan modern serupa dengan sesuatu
yang telah mengalami modernisasi ke yang lebih kompleks.
Pada umumnya, langkah-langkah dalam penerapan metode ilmiah pada IPA klasik dan
IPA modern adalah sama, yaitu dengan penginderaan, perumusan masalah, pengajuan
hipotesis, eksperimen, dan penarikan kesimpulan (teori). Pada akhirnya IPA klasik dan IPA
modern mempunyai tujuan yang serupa yaitu keingintahuan.
IPA klasik yang analisisnya mengikuti kaidah ilmu tradisional bersumber pada
pengalaman, kebiasaan, dan bersifat makroskopik. Sementara itu IPA modern yang bersifat
mikroskopik, bersumber dari penlitian maupun pengujian dan sudah dilakukan pembaharuan
yang ditautkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada.
2.5.1 Ilmu Pengetahuan Alam Klasik
Jika menilik dari definisi klasik, bisa diartikan bahwa klasik secara umum bersifat
tradisional yang bersumber dari pengalaman, kebiasaan, atau naluri semata. Walaupun ada
kreasi, tetapi merupakan tiruan dari alam sekitar. Berikut ini ciri-ciri IPA klasik:
a) Lebih mendahulukan eksperimen daripada teori
b) Mendeskripsikan gejala-gejala alam
c) Penekanannya secara kualitatif sehingga yang ditunjukkan kuantitatif
Secara umum contoh IPA klasik digambarkan pembuatan ragi tempe serta ragi tapis;
walaupun hanya berdasarkan pengalaman petani, namun tanpa disadari petani tersebut telah
berkiprah dalam bidang mikrobiologi, mikologi, dan ilmu fisika yang melandasinya. Contoh
lain seperti pembuatan gula kelapa yang merupakan proses fisika dan kimia yang telah tinggi
tingkatannya. Kemudian karya IPA klasik lainnya seperti pembuatan terasi, ikan asin,
rendang, dan telor asin.
Para petani/pengrajin sama sekali tidak mengetahui proses yang terjadi dalam
pembuatan karyanya. Begitu pula dengan kegiatan yang merupakan larangan berdasarkan
kepercayaan. Sesuatu dianggap tabu atau pamali ialah usaha untuk mempertahankan
keseimbangan lingkungan, seperti tokek tidak boleh dibunuh, ikan yang ada di tempat angker
tidak boleh dimakan. Hal ini tidak berdasarkan penelitian dan pengujian tetapi hanya
berdasarkan pengalaman dari nenek moyang.
2.6 Perbedaan Ilmu Pengetahuan Alam Klasik Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Modern
1. IPA klasik
Bila ditinjau dari pengertian klasik sendiri, maka dapat diartikan bahwa yang klasik
umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman kebiasaan atau naluri Semata.
Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam sekitar. Ciri-ciri IPA klasik
adalah sebagai berikut:
a. lebih mendahulukan eksperimen dari teori
b. Mendeskripsikan gejala-gejala alam.
25
c. Penekanannya secara kualitatif sehingga yang ditunjukkan kuantitatif.
Fisika klasik atau fisika terbatas mempelajari komponen materi dan interaksi antara
komponen dengan perkembangan pengamatan.
a. Penglihatan dengan teori cahaya.
b. Pendengaran dengan suara.
c. Indera rasa termodinamika.
d. Listrik magnet.
Contoh IPA klasik adalah dalam pembuatan ragi tempe dan juga ragi tapis; meskipun
hanya Berdasarkan pengalaman petani namun tanpa disadari petani tersebut telah
berkecimpung dalam bidang mikrobiologi, mikologi, dan tentu saja tidak lepas dari ilmu
fisika yang mendasarinya.
2. IPA modern
IPA modern muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian yang telah diadakan
pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada. IPA modern diperoleh
atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian berulang kali
sehingga diperoleh ilmu yang mantap, baik untuk terapan atau ilmu murni.
Pada IPA modern, suatu pengetahuan diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan
dengan berkiblat pada teori yang telah ada dan dengan bantuan teknologi yang lebih canggih
dan laju, maka kajian dari IPA modern Lebih Detail sehingga diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai suatu fenomena alam. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
IPA modern merupakan pengembangan dari IPA klasik.
26
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata inggris, yaitu natural
science, yang artinya dapat disebut juga sebgaai ilmu tentang alam atau ilmu yang
mempelajari tentang pristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Menurut Iskandar (1996/1997:2)
ilmu pengetahuan alam secara harfiah disebut sebafai ilmu tentang alam yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
2. Ciri-ciri dan syarat Ilmu Pengetahuan
- Konkret
- Logis
- Objektif
- Empiris
- Sistematis
- Universal atau teori yang berlaku umum
3. Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah mempunyai ciri pokok empiris,
sistematis, obyektif, analitis dan verifikatif. Plato dan Aristoteles membagi pengetahuan
berbeda. Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan sesuai dengan karakteristik
obyeknya yakni ada pengetahuan eikasia, pistis, dianoya, dan pengetahuan noesis. Sedangkan
Aristoteles membagi pengetahuan menurut jenis sesuai dengan fungsinya yakni ada
pengetahuan produksi, praktis, dan teoritik.
4. Pengetahuan yang obyeknya bersifat empirik kealaman dan penerapannya terjadi di tempat
tertutup maka metodenya siklus empirik dan pengetahuan yang dapat dihasilkan akan berupa
hipotesa, teori, dan hukum-hukum alam. Sedangkan pengetahuan ilmiah yang obyeknya
bersifat kejiwaan maka penerapan metodenya linier yakni diawali dengan pengumpulan
bahan-bahan, kemudian bahan-bahan yang masuk dikelompokkan menurut suatu pola dan
kemudian menarik kesimpulan yang umum dan terakhir bisa mengadakan prediksi yang
menyangkut obyek penyelidikan yang bersangkutan.
5. Pengetahuan ilmiah pada hakekatnya mempunyai fungsi menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol. Penjelasan dalam pengetahuan ilmiah ada penjelasan logis, probabilistik,
finalistik, historik atau genetik, dan fungsional. Sedangkan ramalan bentuknya ada ramalan
menurut hukum, struktur, proyeksi, dan ramalan menurut utopia.
27
6. Awal lahir nya Ilmu Pengetahuan Alam
Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam,
mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula
terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada titik kemudian makin
bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya
dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen
untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan titik dari hasil
eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mampu
memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (ilmu
pengetahuan alam) sebagai suatu ilmu yang mantap.
- IPA modern didapat atas dasar penelitian melalui metode ilmiah disertai pengujian
berulang kali sehingga didapat ilmu yang baik untuk terapan atau ilmu murni.
Contoh kegiatan IPA modern adalah seperti pemanfaatan energi matahari untuk
kegiatan yang behubungan dengan listrik untuk transportasi, industri, rumah
tangga adalah pemanfaatan foron untuk menimbulkan aliran muatan listrik
(elektron) sebab perbedaan panas sehingga terbentuklah sel pembangkit listrik.
Tungku sinar matahari telah banyak digunakan yang hanya berprinsip pada titik
fokus lensa cekung, dengan adanya energi panas bumi dapat diperoleh tenga
listrik.
28
9. IPA klasik umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman kebiasaan atau
naluri Semata. Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam
sekitar. Sedangkan IPA modern IPA modern muncul berdasarkan penelitian maupun
pengujian yang telah diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin
ilmu yang ada. IPA modern diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah disertai pengujian berulang kali sehingga diperoleh ilmu yang mantap,
baik untuk terapan atau ilmu murni.
3.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini penulis memiliki kekurangan kami persilahkan
kepada pembaca memberikan saran dan masukan, agar kedepannya bisa kami perbaiki dan
menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, W.I. dan Suardana, K.A.A. (2019). ILMU ALAMIAH DASAR. Bali : UNHI Press
Harmoni, Ati. (1992). Pengantar Ilmu Alamiah Dasar (AID). Jawa barat : GUNADARMA
Sujalu, A.P., Ismail dkk. (2021). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: ZAHIR PUBLISHING
Herfan, Dermawan. (2020). Teori Ilmu Kealaman Dasar: Kajian Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru
dan Akademis. Yogyakarta: DEEPUBLISH (Grub Penerbit CV. BUDI UTAMA)
Nisa. 2011. IAD: Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. (online).
tersedia: http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/07/iad-perkembangan-dan-
pengembangan-ilmu.html?m=1. 26 Oktober 2021
30