Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TENAGA KERJA”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Sistem Ekonomi Syariah

Dosen Pembimbing:
Rizki Febri E.P, M.Pd

Disusun oleh:
KELOMPOK 5

1. Noer Rohmat Fadilah (1942400013)


2. M. rizki Zainullah (1942400030)

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NURUL JADID 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
serta hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah “TENAGA KERJA” ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang di miliki. Dan juga kami berterima kasih
kepada Ibu Rizki Febri E. P, M.Pd selaku dosen pemangku mata kuliah Sistem
Ekonomi Syariah yang telah memberika tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bergunadalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai perbedaan agama dan kepercayaan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas initerdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan dating.

Semoga makalah sederhana ini dapat di ahami bagi siapapunyang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mita maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini

27 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2

A. Makna dan Arti Pentingnya Sebagai Faktor Produksi..............................2


B. Kemuliaan Tenga Kerja.............................................................................2
C. Upah yang Halal dan Haram.....................................................................4
D. Hak Tenaga Kerja......................................................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................................7

A. Kesimpulan....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah

Tenaga kerja sebagai sumber daya aktif merupakan salah satu faktor untuk
mencatat suatu proses produksi dalam suatu perusahaan atau organisasi keberadaan
tenaga kerja dalam menjalankan aktivitasnya, harus didukung oleh sarana dan
prasarana serta bentuk manajemen yang baik dan manusiawi, agar tenaga kerja
tersebut dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan harapan perusahaan tanpa rasa
kecewa, harapan dan kecemasan.

Upah menurut Islam adalah ketidakseimbangan yang diterima seseorang atas


pekerjaan dalam bentuk ketidakseimbangan materi di dunia (adil dan layak) dan
dalam bentuk ketidakseimbangan pahala di akherat (imbalan yang lebih baik). Upah
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu Upah yang telah disebutkan (ajrul musamma)Upah
yang sepadan (ajrul mistli) Menurut Imam Syaibani: “Kerja merupakan usaha untuk
mendapatkan uang atau harga dengan cara halal. Dalam islam kerja yang didasarkan
pada konsephlaf, dimana manusia untuk memakmurkan bertanggung jawab atas
dunia dan juga mengembangkan harta yang diamanatkan allah untuk memenuhi
kebutuhan

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut :

a) Apa Makna Dan Arti Pentingnya Sebagai Faktor Produksi?


b) Bagaimana Kemuliaan Tenaga Kerja?
c) Seperti Apa Upah Yang Halal Dan Haram?
d) Apa Saja Hak Tenaga Kerja?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Dan Arti Pentingnya Sebagai Faktor Produksi

Tenaga kerja merupakan faktor pendaya guna dari faktor produksi


sebelumnya, yakni faktor alam. Tenaga kerja juga merupakan asset bagi keberhasilan
suatu perusahaan, karena kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber
daya manusia yang ada di dalamnya. Tenaga kerja yang memiliki skill dan integritas
yang baik merupakan modal utama bagi suatu perusahaan. Tenaga kerja merupakan
pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang tidak akan bisa menghasilkan
suatu barang/jasa apapun tanpa adanya tenaga kerja (Ika Yunia Fauzia dan Abdul
Kadir Riyadi). Dengan demikian, tenaga kerja dibutuhkan untuk melakukan proses
transformasi dari bahan menjadi barang jadi sesuai yang dikehendaki perusahaan.

Buruh/tenaga kerja bukan hanya merupakan suatu jumlah usaha atau jasa
yang ditawarkan untuk dijual pada perusahaan, sehingga yang mempekerjakan
buruh/karyawan/tenaga kerja mempunyai tanggung jawab moral dan sosial, sehingga
dasar penetapan besaran upah yang dibayarkan harus dapat meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja yang bersangkutan dengan tidak mengabaikan tingkat
efisiensi kerja sehingga dapat menekan biaya produksi (Indriyo Gitosudarmo, 2002).

Hak pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh pelakunya ialah terpenuhinya syarat-
syarat akad (kontrak) pekerjaan yang telah disetujui. Salah satu yang harus terpenuhi
adalah hak para pekerja. Adapun yang menjadi hak yang harus diterima oleh pekerja
adalah (Djazuli, A., Yadi Janwari): mendapatkan upah/gaji dari hasil pekerjaannya,
mendapatkan jaminan kerja dari pihak pemberi kerja, mendapatkan pelayanan
kesehatan dan tujuan sosial lainnya, mendapatkan pendidikan agar kualitas bekerja
dari para pekerja semakin meningkat.

2
B. Kemuliaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No.13 ayat 1 dan 2 berisi bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna memperoleh barang atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk keluarga dan sosialnya. Penduduk tergolong tenaga
kerja yakni berusia 15-64 tahun hal ini yang berlaku di Indonesia.

Adapun islam mengangkat nilai tenaga kerja dan menyuruh orang bekerja
baik untuk mencapai penghidupan yang layak dan menghasilkan barang atau jasa
yang menjadi keperluyan manusia maupun amal yang bersifat ibadah semata-mata
kepada Allah swt. Seperti yang tertera dalam surat At-Taubah ayat 105 yang artinya
“dan katakanlah : bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu diberitakannya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan. QS At-Taubah : 105.

Diceritakan pula dalam sebuah hadis bahwasanya Rosulullah SAW merasa


heran ketika melihat seorang pemuda, rupanya pemuda tadi bersungguh-sungguh dan
giat sekali bekerja pada pekerjaan duniawi. Kata para sahabat, ‘’sekiranya ini dia
lakukan pada jalan Allah?”mendengar itu Rasulullah berkata “kalau pemuda itu
bekerja demi memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya,maka dia pada jalan
Allah dan apabila dia bekerja demi ibu bapaknya yang sudah tua renta dan menjadi
tanggungannya maka dia pada jalan Allah (pula). Tapi kalau dia bekerja hanya untuk
berbangga diri maka dia pada jalan syaiton.(musnad imam ahmad dan hambal).

Kerja merupakan suatu kemuliaan dan kebanggaan bagi seorang pekerja


muslim, dan segala keahlian yang diperlukan untuk kehidupan dan kelangsungan
hidup bermasyarakat adalah fardhu kifayah. Jadi, apabila ada sesuatu pekerjaan yang
merupakan keperluan masyarakat muslim sedangkan pekerjaan itu tidak ada didesa
tersebut maka seluruh masyarakat didesa itu berdosa dan dosa itu akan hilang apabila
ada seorang didesa tersebut yang melakukan pekerjaan tersebut seperti: tukang kayu,

3
pandai besi, dokter, guru dan lain-lain. Jika tidak ada masyarakat muslim yang
melakukan pekerjaan tersebut maka semua orang islam berdosa. Demikian pendapat
imam ghazali dalam kitabnya ihya ulumuddin.

Ketika seorang muslim tidak bekerja atau pengangguran maka akan terjadi
krisis ekonomi di Negara ini dan mengakibatkan industri-industri mengalami gulung
tikar akibatnya banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu banyak
pula perusahaan bangkrut dan semakin sempit lapangan pekerjaan yang ada di
Negara ini dan menigkatnya angkatan kerja,dengan demikian pengangguran akan
semakin banyak. Berbalik kenyataan pada era sekarang, lapangan pekerjaan kurang
akibatnya pengangguran bertambah angka kejahatan semakin banyak dilakukan.
C. Upah Yang Halal Dan Haram
a. Upah yang Halal

Upah yang halal adalah upah yang diperoleh dari pekerjaan yang baik, yaitu
pekerjaan yang dapat mengandung kemaslahatan sosial yang manfaatnya dapat
dirasakan oleh masyarakat.

1) Upah jasa menyusui


Membayar jasa orang lain untuk menyusui hukumnya boleh dengan upah
yang jelas atau berupa makanan dan pakaian. Selain itu syaratnya juga jelas
mengenai masa waktu menyusui, mengetahui anak yang disusui dan
mengetahui tempat melakukan jasa tersebut . Hal ini berdasarkan firman
Allah SWT : yang Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena
anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak

4
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S al-Baqarah: 233).
2) Upah hasil sewa-menyewa tanah
Diperbolehkan menyewakan tanah dan disyaratkan menjelaskan kegunaan
tanah yang disewa, jenis apa yang ditanam di tanah tersebut, kecuali jika
orang yang menyewakan mengizinkan ditanami apa saja yang dikehendaki.
3) Upah bekerja sebagai buruh tani
Di perbolehkan seorang muslim bekerja sebagai buruh tani. Seperti jasa
bekerja dalam pembuatan batu bata, atau bercocok tanam. Namun dalam
bercocok tanam yang dihalalkan. Jika majikan menyuruh bercocok tanam
yang diharamkan, misalnya menyuruh menanam ganja. Maka tidak
diperbolehkan.

4) Upah bekerja sebagai pegawai


Seorang muslim boleh saja bekerja mencari rezeki dengan jalan menjadi
pegawai, baik itu pegawai negeri atau swasta, selama dia mampu memikul
pekerjaannya dan dapat menunaikan kewajiban. Tetapi, di samping itu
seorang muslim tidak boleh mencalonkan dirinya untuk suatu pekerjaan yang
bukan ahlinya, lebih-lebih menduduki jabatan hakim.
b. Upah yang Haram
Upah yang diharamkan adalah upah yang diperoleh dari pekerjaan yang dapat
mengakibatkan kerugian dan kerusakan, serta mengakibatkan kebinasaan
masyarakat.
1) Upah Pelacuran
Allah SWT. Berfirman dalam al-qur’an yang Artinya:
“Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan
pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu
hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa
mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.” (QS. An-Nu>r:
33).

5
Firman Allah SWT di atas memberi pengertian bahwa larangan memaksa
seseorang wanita melacurkan diri jika mereka tidak menyukainya. Akan
tetapi, meskipun mereka menyukainya tetap tidak diperbolehkan
melacurkan diri.
2) Upah hasil dari mentato
Yang dimaksud membuat tato adalah menusuk-nusukkan jarum atau
sebangsanya di punggung telapak tangan, lengan atau bibir atau tempat-
tempat lainnya pada tubuh wanita yang tidak mengeluarkan darah,
kemudian memberikan celak atau kapur pada bekas tusukan tersebut
sehingga kulitnya berubah menjadi warna hijau.
3) Upah Tarian dan seni tubuh
Islam tidak dapat menerima apa yang disebut pekerjaan tarian hot dan
semua pekerjaan yang dapat menimbulkan gairah, seperti nyanyian porno
dan sandiwara kosong, semua permainan semacam ini tetap tidak dapat
diterima sekalipun oleh sementara orang dianggap seni atau dikatakan
kemajuan dan sebagainya dari namanama yang cukup menyesatkan
orang. Islam mengharamkan semua macam berhubungan lain jenis di luar
perkawinan. Begitu juga setiap omongan atau pekerjaan yang dapat
membuka pintu yang ada hubungannya dengan perbuatan haram. Inilah
dilarangnya zina oleh al-Qur’an, yaitu dengan ungkapan yang ampuh
sekali: Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan 36 yang keji. dan suatu jalan yang
buruk.”(al-Isra’: 32).
D. Hak Tenaga Kerja

Islam mengakui adanya kenyataan bahwa harta dihasilkan bersama oleh


tenaga kerja dan modal. Oleh karena itu tenaga kerja itu memiliki posisi yang secara
komparatif lebih lemah dari pada majikannya, Islam sudah menetapkan beberapa
aturan untuk melindungi hak-haknya. Sebenarnya, hak-hak tenaga kerja tersebut
adalah tanggung jawab majikan dan begitu pula sebaliknya. Di dalam bagian ini kita
akan mengkaji hak-hak tenaga kerja, sedangkan di bagian berikutnya nanti akan kita
bahas tentang kewajiban tenaga kerja.

6
Hak-hak tenaga kerja itu mencakup:

a. mereka harus diperlakukan sebagai manusia, tidak sebagai binatang beban


b. kemuliaan dan kehormatan haruslah senantiasa melekat pada mereka
c. mereka harus menerima upah yang layak dan segera dibayarkan

karena ada hadis "Dari Abdullah bin Umar ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
Berikan upah kepeada pekerja sebelum kering keringatnya."(HR.Ibnu Majah).

Kesemua hak itu diberikan oleh Islam kepada tenaga kerja lebih dari empat belas
abad yang silam, sebelum ada konsep mengenai hak buruh semacam itu, belum ada
serikat buruh, belum ada piagam penghargaan, belum ada gerakan buruh dan konsep
mengenai collective bargaining. Untuk melihat pandangan Islam itu lebih jauh, ada
baiknya kita perhatikan beberapa hal berikut ini.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tenaga kerja sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena
semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah
oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung, tetapi tanpa
usaha manusia semua akan tersimpan. Banyak Negara di Asia Timur, Timur Tengah,
Afrika dan Amerika Selatan yang kaya akan sumber alam tapi karena mereka belum
mampu menggalinya maka mereka tetap miskin dan terbelakang, oleh karena itu
disamping adanya sumber alam juga harus ada rakyat yang bekerja sungguh-
sungguh, tekun dan bijaksana agar mampu mengambil sumber alam untuk
kepentingannya. Agama Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi,
bahkan menjadikan sebagai sebuah kewajiban tehadap orang-orang yang mampu,
lebih dari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal yang sesuai dengan amal
atau kerja sesuai dengan firman Allah dalam al qur’an.

7
Daftar Pustaka

http://mirzagraha.com/read/158383/upah-tiap-batang-rp-17.kr

http://www.gajimu.com/Indonesia-Ratusan-Pekerja%20-Pabrik-Rokok-tidak-
Mendapat-Upah-sesuai-UMK.htm

Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana. Cet. 1, 2010), 280-
281

Kamaluddin A. Marzuki, Fiqh Sunnah 13, Fiqhussunnah, Sayyid Sabiq, (Bandung:


PT Alma’arif, 1987) 15

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/mizani/article/view/51

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/lulukmarzanil/tenaga-
kerja-dan-kedudukannya-dalam-ekonomi-islam_57fd870b6123bdb1075f1ccb

8
https://www.kompasiana.com/atiqur39774/5c8f226595760e54bb776552/hak-dan-
kewajiban-tenaga-kerja-menurut-kaidah-islam?page=2

Anda mungkin juga menyukai