Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA

MAKALAH TENTANG:

HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA

DISUSUN OLEH:

RAIHAN AJAMI

210180034

KELAS 1A
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi
untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah,
karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya
tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat
instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau
menggunakan narkoba dan main judi).
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama),
maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia
dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu
karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
1.2.Rumusan Masalah
1.Apa Definisi Agama dan Manusia?
2.Apa unsur dan Pokok Agama?
3.Apa Hakekat manusia terhadap agama?
4.Apa Hubungan Manusia dengan Agama?
5.Apa pengertian Falsafah Agama?

1.3.Tujuan dan Manfaat


Tujuan Pembuatan dari makalah ini adalah:
1)      Membantu Mahasiswa mengetahui hubungan manusia dan agama
2)      Memahami unsur dan Pokok Agama
3)      Mengetahui definisi agama dan hakekat Agama
Manfaat:
1)      Memberikan Mahasiswa pengetahuan baru
2)      Memperbaiki nilai pelajaran Agama Umum dan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN

    
A.      PENGERTIAN AGAMA
         Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama =
kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan
manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama
ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh
penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang
dilakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu
addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan
pembalasan.
Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan
penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan
tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965). Dari sudut
sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu
kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan
terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek
secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi. Sedangkan menurut M. Natsir
agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara
lain :
a.    Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b.    Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c.     Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d.    Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e.    Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f.     Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g.    Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.

B.  PENGERTIAN AGAMA ISLAM


Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah,
syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Allah Azza wa Jalla menyuruh manusia untuk
menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Allah Azza wa Jalla berfirman. ““Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia
telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Islam (bahasa Arab, al-isl?m) “berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani
satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya
oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim.
Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan
Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan
Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi
perempuan.
C. Pengertian Manusia Menurut Para Ahli

 OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY


Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia
dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
 ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
 PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
D.PENGERTIAN MANUSIA SECARA UMUM
      pengertian manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk
sosil. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka
sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.

.UNSUR dan Pokok Agama


  Berberapa Unsur Pokok Agama:

1. Sistem Credo (keyakinan) yaitu tata keimanan atau keyakinan (adanya suatu yang
mutlak di luar manusia yang dapat mengatur alam)
2. Sistem ritus (peribadatan) yaitu tingkah laku manusisa dalam hubungan dengan
kekuatan supranatural, sebagai konsekuensi atas pengakuannya
3. Sistem norma (tata kaidah) yaitu mengatur hubungan manusia antara manusia Allah
Swt dan alam
Beberapa unsur pokok yang menjadi cerminan seluruh isi Al Quran terdapat didalam
surat Al-Fatihah, yaitu :
      1. Keimanan:
Pada ayat ke-2 surat Al-fatihah mengandung makna beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji-pujian dan ucapan syukur atas suatu
nikmat itu dutujukan hanya kepada Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala
nikmat yang terdapat di alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat
mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat "....Rabbil-'aalamiin" tidak
hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan
menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam
dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang
Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini
haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi
sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada
keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan
(ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al Faatihah tidak
cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu :
Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya
kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang
baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.

F.HAKEKAT MANUSIA
Arti Hakekat Manusia
      Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
      Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk
yang diciptakan oleh Allah SWT.[1]
.     Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam
      
      Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai
alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-
Maha Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam
memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi mampu
memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-
perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia
menurut pandangan Islam:
        1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.
      Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru,
sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan meupakan alam
nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT
yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.
          Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai
ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang
konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat
ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
              2.     Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
      Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri
individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri
masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan.
Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali  jati dirinya sehingga
mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain
       Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan
sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:
       “Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai
dirinya sendiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
       “Senyummu kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan
Baihaqi)
       Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia
mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan
manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT.[6] Selain
itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan
berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam
juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.
[7]
             3.Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.
       Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai satu
diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari
berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu merupakan
hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan Allah SWT.
Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada
makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak
manusia pada saat berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji atau
kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid.
          Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai
individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi
akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah
sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan
mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.[8]

Hubungan Agama Dan Manusia


Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena
kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi
nilai-nilai keimanannya. Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :
1.  Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film
yang berbau porno.
2.  Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.
3.  Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku
yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
4.  Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan
kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.
Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi
umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak
ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat
kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu
sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi
“Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah)
tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq
(iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).
Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan
makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling
menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa
umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah
(hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka
membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh
pengampunan Allah SWT.
Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan :
a. sumber moral, b. petunjuk kebenaran, c. sumber informasi tentang masalah metafisika, dan
d. bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun duka.
a.   Agama Sumber moral
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat
diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari agama. Agama menjadi
sumber moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta
karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
b.  Agama Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas pertanyaan
ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi
pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi
dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau
agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh
manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Dapat disimpulkan,
bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-carioleh
manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat
dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu
kebenaran yang mutlak dan universal.

c.   Agama Sumber Informasi Metafisika


Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama tau iman, dan hanya Allah
saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam
batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui
wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang
metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan
metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah,
alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya. Dapat
disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan),
karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia
metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber
informasi tentang metafisika.
d.  Agama pembimbing rohani bagi manusia
Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah
pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu
ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap
mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang
beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah
hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup
seluruhnya serba baik.Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu
bersyukur, padahal “ Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi” , kata Allah sendiri berjanji
(Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan
tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-
dosanya(H.R Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan
sebagainya. Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan
agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, “Setiap orang yang
betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena
gelisah rsau yang terus-menerus.
G.FILSAFAH AGAMA

Filsafat agama adalah filsafat yang membuat agama menjadi obyek pemikirannya.

Dalam hal ini, filsafat agama dibedakan dari beberapa ilmu yang juga mempelajari agama,
seperti antropologi budaya, sosiologi agama dan psikologi agama. Kekhasan ilmu-ilmu itu
adalah bahwa mereka bersifat deskriptif.

Antropologi budaya meneliti pola kehidupan sebuah masyarakat dan kerangka spiritual
hidup. Dalam rangka itu, bentuk-bentuk penghayatan agama dalam masyarakat itu diteliti.
Antropologi mengamati dan berusaha ikut menghayati bagaimana masyarakat yang diteliti
menghayati Yang ilahi. Antropologi adalah ilmu deskiptif. la tidak menilai apakah
penghayatan itu baik atau buruk dan tidak berusaha untuk mengubah penghayatan itu,
melainkan berusaha untuk memahami apa yang merupakan kenyataan keagamaan dalam
masyaraka

BAB III
KESIMPULAN

    Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan.Sedangkan  Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik
dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Allah Azza wa Jalla
menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Allah Azza wa Jalla
berfirman. ““Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada
ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
pengertian manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk
sosil. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka
sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Manusia adalah
makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang
dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di
muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
      Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Agama sangat penting dalam kehidupan manusia
antara lain karena agama merupakan : a. sumber moral, b. petunjuk kebenaran, c. sumber
informasi tentang masalah metafisika, dan d. bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala
suka maupun duka.

DAFTAR PUSTAKA

   Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968


                           Ahmad Norma (ed.). 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta: Pustaka          Pelajar.
https://id-id.facebook.com/Islamadiyna/posts/335488906522693
                           Hadari Nawawi. 1993. Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
                          

Anda mungkin juga menyukai