Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI

“INFLASI DAN DEFLASI”

KELAS XI MIPA 2

KELOMPOK 6

OLEH :

1. FATRICIA MORAULI

2. NI MADE DINDA

3. MUHAMMAD RAIHAN Z

4. SALSABILA ANANDA

5. YASMINE MUMTAZ P
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga Penyusunan Makalah  ini telah dapat diselesaikan.

Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk Mengikuti Ulangan Semester guna untuk mendapatkan
nilai yang baik di mata pelajaran Biologi di SMP Negeri Maronge Sumbawa  Nusa Tenggara Barat

Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Sarta selaku Guru Mata Pelajaran Ekonomi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan Makalah ini
2. Rekan-rekan semua di Kelas XI MIPA 2, SMAN 4 KOTA BEKASI
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan
doa,dorongan, bantuan serta pengertian yang besar , baik selama mengikuti pembelajaran
maupun dalam menyelesaikan Makalah ini

Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan penulis makalah yang kami banggakan.
Semoga Tuhan, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada kami. Kami menyadari
Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat
diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkompeten. Amin.

BEKASI, 14 AGUSTUS 2017

NURCAHYO BUWONO
(Perwakilan Kelas XI Mipa 2)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A.           LatarBelakangMasalah........................................................................................1
B.           RumusanMasalah................................................................................................2
C.           TujuanPenulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.           PengertianInflasi dan Deflasi..............................................................................3
B.           Jenis-Jenis Inflasi dan Deflasi.............................................................................4
C.           Sebab-Sebab terjadinya Inflasi dan Deflasi .......................................................6
D.           Metode Perhitungan Inflasi.................................................................................7
E.            Cara Mengatasi Inflasi .......................................................................................10
BAB III PENUTUP
A.           Kesimpulan.........................................................................................................13
B.           Saran …………………………...........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang

Inflasi dan deflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini
dikarenakan inflasi maupun deflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas
ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa
yang akan datang.
Keberadaan permasalahan inflasi dan deflasi serta tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke
waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas
moneter. Lebih dari itu, ada kecendrungan inflasi dan deflasi dipandang sebagai permasalahan
yang senantiasa akan terjadi. Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga
tingkat inflasi maupun deflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa
angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat. Fenomena
deflasi di negara-negara maju membawa kekhawatiran tertentu terhadap kinerja perekonomian
dunia. Jepang membuktikan, deflasi menyebabkan kredit macet raksasa di sektor perbankan.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, begitu pula dengan deflasi. Inflasi
dan Deflasi merupakan bagian dari masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para
ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan
dikembangkan supaya inflasi dan deflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
Pada makalah ini akan kami akan membahas mengenai “Inflasi dan Deflasi”.
B.           Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan hal-hal apa saja yang akan dikaji oleh penulis. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.            Apa pengertian dari Inflasi dan Deflasi?
2.            Apa saja Jenis-Jenis dari Inflasi dan Deflasi?
3.            Apa saja Sebab-Sebab terjadinya Inflasi dan Deflasi
4.            Bagaimana Metode yang digunakan dalam Perhitungan Inflasi?
5.            Bagaimana Cara Mengatasi Inflasi maupun Deflasi?

C.          Tujuan Penulisan


Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas Mata Kuliah Ekonomi
Moneter juga sebagai berikut :
1.            Untuk mengetahui definisi dari Inflasi dan Deflasi.
2.            Untuk mengetahui Jenis-Jenis Inflasi dan Deflasi.
3.            Untuk mengetahui Penyebab terjadinya Inflasi dan Deflasi.
4.            Untuk mengetahui Metode Perhitungan Inflasi.
5.            Untuk mengetahui Cara Mengatasi Inflasi.

BAB II

PEMBAH ASAN

A.          Pengertian Inflasi dan Deflasi

Inflasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kecenderungan kenaikan harga-harga


umum secara terus-menerus atau suatu keadaan dimana nilai riil uang secara terus menerus
turun. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu keadaan makin turunnya harga barang-barang,
namun daya beli masyarakatnya makin berkurang. Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara konkret tingkat pendapatannya juga menurun.
Misalnya, besarnya inflasi pada suatu tahun sebesar 7%, sementara pendapatannya tetap maka itu
berarti pendapatan riil mengalami penurunan sebesar 7% yang akibatnya akan menurunkan daya
beli masyarakat sebesar 7% pula.1[1]
Berikut adalah data inflasi dari oktober 2014 sampai bulan september 2015 yang diambil
dari Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi tahunan oleh
Bank Sentral.
Gambar 1.1 Diagram data Inflasi

1
B.           Jenis-Jenis Inflasi dan Deflasi

Jenis inflasi dapat dilihat dari tingkat keparahan inflasi, faktor yang menyebabkan inflasi
dan sumber/asal inflasi.2[2]
1.            Berdasarkan Tingkat Keparahan
Tinggi rendahnya persentase inflasi sangat menentukan tingkat inflasi. Dalam ilmu ekonomi,
inflasi dapat dibedakan menurut tingkat keparahannya, antara lain sebagai berikut:
a.             Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation) adalah inflasi yang lajunya kurang dari
10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang yang selalu berada dalam
proses pembangunan.
b.            Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun. Tingkat sedang
ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.
c.             Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%. Kenaikan harga sudah sulit
dikendalikan.
d.            Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga
lebih baik ditukarkan dengan barang.
2.            Berdasarkan Sebabnya
a.             Demand Pull Inflation
Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat terhadap berbagai barang lebih besar dari
pada penawaran barang, sehing-ga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.

2
Gambar 1.2 kurva demand-pull inflation3[3]

 
b.             Cost Push Inflation
Berbeda dengan demand pull inflasi, cost push inflation terjadi bukan karena ketidaksembangan
antara permintaan barang dan penawaran melainkan karena adanya kenaikan biaya produksi
yang dilakukan oleh perusahaan.
Gambar 1.3 kurva cost-push inflation4[4]

3.            Berdasarkan Asalnya


Inflasi yang terjadi pada suatu negara, bisa berasal dari:
a.             Domestic Inflation

4
Inflasi yang terjadi semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor didalam negeri, misalnya:
1)            Terjadi defisit anggaran secara terus menerus yang kemudian ditutup dengan mencetak uang
baru. Penciptaan uang baru yang berlebihan, sebagaimana kita tahu, dapat menyebabkan inflasi.
2)            Terjadinya gagal panen. Gagal panen dapat mengurangi penawaran barang di pasar. Bila
permintaan lebih tinggi dari penawaran, maka harga akan meningkat.
b.            Imported Inflation
Inflasi ini terjadi akibat kenaikan harga diluar negeri yang menyebabkan kenaikan harga didalam
negeri.
Dilihat dari proses terjadinya, deflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:5[5]
1.            Deflasi strategis
Deflasi ini terjadi akibat diterapkannya kebijakan pengontrolan terhadap gejala konsumsi
berlebihan untuk mengatasi kenaikan harga pasar.
2.            Deflasi sirkulasi
Deflasi ini terjadi pada masa transisi dari kemakmuran ekonomi menjadi kemerosotan ekonomi,
akibat ketidakseimbangan antara daya produksi dan konsumsi. Gejala ini mendorong penurunan
harga penjualan pasar dalam resesi ekonomi, akibat semakin kurangnya jumlah kebutuhan
terhadap barang-barang ekonomis yang berlebihan.

C.          Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi dan Deflasi

Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:6[6]


1.            Jumlah uang yang beredar terlalu berlebihan
2.            Tradisi masyarakat yang bersifat konsumtif, sering mengimpor barang
3.            Terjadinya bencana alam
4.            Terjadinya defisit pada APBN
5.            Terjadinya eksparsi kredit
6.            Terjadi pemberontakan
7.            Pengenaan pajak pada konsumen
8.            Kenaikan harga BBM

6
Istilah deflasi adalah lawan kata dari inflasi. Inflasi berkaitan erat dengan gejala konsumsi
yang berlebihan, sedangkan deflasi ada kaitannya dengan pemasokan yang berlebihan. Dengan
kata lain, apabila pemasokan barang-barang ekonomis melampaui daya konsumsi, dapat
mengakibatkan penurunan harga penjualan pasar. Gejala ini mendorong kemerosotan inves-tasi
modal oleh perusahaan, dan memicu turunnya suku bunga sehingga menimbulkan pengurangan
baik jumlah tenaga kerja maupun upah gaji.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada empat buah penyebab Deflasi:7[7]
1.            Menurunnya persediaan uang di masyarakat.
2.            Meningkatnya Persediaan Barang
3.            Menurunnya permintaan akan barang.
4.            Naiknya permintaan akan uang

D.          Metode Perhitungan Inflasi

Laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan dalam beberapa indeks harga dari satu
periode ke periode lain. Tingkat inflasi dapat dihitung menggunakan Indeks Harga atau dengan
menggunakan GNP deflator. GNP deflator merupakan cara mengukur tingkat inflasi dengan
membandingkan GNP yang diukur berdasarkan pada harga yang berlaku terhadap GNP pada
harga konstan. 8[8]
Adapun Rumus untuk menghitung besarnya tingkat inflasi adalah:

IHt – IHt-1
Inflasi = X 100 %
Dft-1
IH t – Dft-1

Inflasi = X 100 %
Dft-1
Keterangan: 
IHt = Indeks harga tahun tertentu  Dft = Deflator tahun tertentu
IHt–1 = Indeks harga tahun sebelumnya  Dft-1= Deflator tahun sebelumnya

8
Angka Indeks adalah angka yang diharapkan dapat memberitahukan perubahan-perubahan
variabel sebuah atau lebih karakteristik pada waktu dan tempat yang sama atau berlainan.9[9]
Secara umum, ada tiga macam indeks yang sering digunakan dalam perekonomian, yaitu:
1.            Indeks Harga
Adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk menunjukkan perubahan mengenai
harga-harga, baik harga untuk semacam maupun berbagai macam barang dalam waktu dan
tempat yang sama atau berlainan.
2.            Indeks Jumlah
Adalah angka yang diharapkan dapat memperlihatkan perubahan mengenai jumlah
barang sejenis ataupun sekumpulan barang yang dihasilkan, digunakan dan dijual untuk
waktu yang sama atau berlainan.
3.            Indeks Nilai
Angka yang digunakan untuk mengetahui perubahan nilai barang yang sejenis atau
sekumpulan barang dalam jangka waktu yang diketahui.
Indeks harga dapat dibagi menjadi indeks harga tertimbang dan indeks harga biasa (tidak
tertimbang).10[10]
1.            Indeks Harga Tidak tertimbang
Metode ini digunakan untuk menghitung besarnya harga suatu komoditi setiap periodenya
berdasarkan harga nominalnya.
Metode yang biasa digunakan untuk mengukur indeks harga tidak tertimbang ialah metode
agregatif sederhana dan metode rata-rata dari relatif harga.
a.             Metode Agregatif Sederhana

Σ Pn
IHA = X 100 %
Σ P0

Keterangan: 
IH = Indeks harga metode agregatif sederhana
Pn = Harga tahun tertentu

10
P0 = Harga tahun dasar

b.            Metode Rata-Rata dari Relatif Harga


Apabila setiap jenis bahan pokok dalam tabel kita hitung rasio-nya (Pn /P0), akan diperoleh relatif
harga tiap-tap jenis bahan pokok itu. Indeks harga bahan pokok keseluruhan diperoleh dengan
menjumlahkan relatif harga kemudian merata-ratakannya.11[11]

Pn .
Σ P0 100
IHR
%
=
n

Keterangan: 
IHR = Indeks harga metode rata-rata relatif harga
Pn = Harga tahun tertentu
P0 = Harga tahun dasar
n = Jumlah Komponen

2.            Indeks Harga Tertimbang


a.             Indeks Laspeyers
Merupakan angka indeks tertimbang yang sering digunakan dalam perhitungan, indeks ini
menggunakan komoditi tahun dasar sebagai timbangannya.
Σ (Pn x Q0)
IHL = X 100 %
 Σ (P0 x Q0)

Keterangan: 
IHL = Indeks harga
Pn = Harga barang tahun tertentu
P0 = Harga barang tahun dasar
Q0 = Jumlah barang tahun dasar

11
b.            Indeks Paasche
Merupakan metode tahun berjalan. Indeks Paasche menggunakan faktor penimbang harga
periode dasar dan kuantitas (jumlah) komoditas yang dihasilkan selama jangka waktu yang
diselidiki.

Σ (Pn x Qn)
IHP = X 100 %
 Σ (P0 x Qn)

Keterangan: 
IHL = Indeks harga
Pn = Harga barang tahun tertentu
P0 = Harga barang tahun dasar
Qn = Jumlah barang tahun tertentu

E.           Cara Mengatasi Inflasi dan Deflasi

Dalam batas-batas tertentu inflasi atau deflasi memang menguntungkan, karena pada
dasarnya inflasi atau deflasi yang terkendali akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tetapi jika sudah dalam taraf yang membahayakan, inflasi atau deflasi harus segera diatasi.

Adapun cara mengendalikan inflasi dan yaitu:


1.           Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah dibidang keuangan (melalui bank sentral) untuk
mengatur agar jumlah uang yang beredar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu
sistem perekonomian.
Bentuk kebijakan moneter yang dilakukan untuk mengatasi inflasi maupun deflasi antara lain:
a.             Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran
uang dengan jalan menurunkan atau menaikkan tingkat bunga.
b.            Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah tindakan bank sentral dalam memperjual belikan surat-surat
berharga.
Apabila dirasakan jumlah uang yang beredar terlalu banyak, bank sentral akan menjual surat-
surat berharga seperti obligasi, SBI dan Surat berharga pasar uang (SBPU). Dengan demikian
dana yang dimiliki oleh bank-bank umum akan tersedot untuk membeli surat berharga, sehingga
jumlah uang yang beredar berkurang. Begitu juga sebaliknya.
c.             Persediaan Kas Minimum
Dalam rangka mengendalikan inflasi maupun deflasi, bank sentral dapat membuat kebijakan
menaikkan atau mengurangi
persentase persediaan kas minimum bagi bank umum.
2.            Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dan perpajakan.
Bentuk kebijakan fiskal yang ditempuh dalam mengatasi inflasi maupun deflasi adalah:
a.             Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Apabila pemerintah mengurangi (meningkatkan) pengeluarannya, permintaan secara agregat
dapat berkurang (bertambah). Dengan demikian, jumlah uang yang beredar juga berkurang
(bertambah) sehingga dapat mengurangi tekanan inflasi (deflasi).
b.            Pengaturan Tarif Pajak
Jika tarif pajak dinaikkan (diturunkan) uang yang dibelanjakan oleh masyarakat cenderung
menurun (meningkat). Sehingga dengan demikian uang akan lebih sedikit (banyak)
kemasyarakat.
3.            Kebijakan Non Moneter
Kebijakan ini tidak termasuk dalam kebijakan moneter ataupun fiskal, kebijakan ini sering
disebut dengan kebijakan riil. Pemerintah mengendalikan inflasi maupun deflasi dengan
kebijakan riil yang dapat ditempuh dengan cara-cara tertentu, antara lain sebagai berikut:
a.             Meningkatkan/menurunkan Hasil Produksi
Jika produksi ditingkatkan, permintaan masyarakat akan terpenuhi sehingga dapat mengurangi
inflasi.
Sedangkan menurunkan hasil produksi dapat memperkecil laju deflasi. Penurunan hasil produksi
dapat dilakukan dengan cara memberikan batasan terhadap produsen. Pengurangan jumlah
barang di dalam negeri cenderung akan menaikkan harga.
b.            Kebijakan Upah
Jika terjadi deflasi, maka kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli. Hal ini
pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan. Apabila hal ini
terjadi, maka akan menimbulkan inflasi. Jadi untuk kebijakan ini resiko yang harus dihadapi
cukup besar karena sedikit saja mengalami kesalahan, inflasi akan membayangi.
3. Kebijakan riil
Kebijakan riil adalah kebijakan nonmoneter dan nonfiskal untuk mengatasi inflasi yang
dilakukan dengan cara :
1. Menaikkan hasil produksi
2. Kebijakan upah
3. Pengawasan harga dan distribusi barang
Adapun cara mengatasi deflasi,yaitu :

1. Menurunkan tingkat suku bunga

Salah satu cara untuk meredam terjadinya deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku
bunga, hal ini dilakukan untuk menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan
otomatis maka masyarakat akan mengurunkan niatnya untuk menabung. Dengan hal ini maka
masyarakat lebih memilih untuk memegang uangnya sendiri dengan itu maka niat atau keinginan
untuk masyarakat untuk membeli barang akan meningkat. Namun perlu di garisbawahi
bahwasannya cara ini hanya mampu untuk meredam dan tidak bisa dilaksanakan terus menerus,
ketika jumlah  uang stabil dan permintaan juga netral maka selesailah periode penerapan
penurunan suku bunga ini.

2. Menerapkan kebijakan moneter

Salah satu cara yang efektif untuk mengtasai permasalahan deflasi adalah penerapan kebijakan
moneter, kita tahu sendiri bahwa kebijakan moneter merupakan kebijkan yang dilaksanakan oleh
Bank sentral dengan tujuan untuk menambah jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan yakni politik diskonto yakni kebijakan yang berbentuk
menurunkan tingkat suku bunga yang ada dengan hal itu masyarakat akan menarik uangnya dari
Bank. Selanjutnya ada juga kebijakan pasar terbuka dimana Bank sentral membeli surat atau
sertifikat berharga yang dimiliki oleh kalangan masyarakat dengan tujuan jumlah uang yang
beredar di masyarakat bertambah.

3. Menerapkan kebijkan fiskal

Ada juga cara lain yang bisa digunakan untuk mengatasi deflasi yang terjadi yakni kebijakan
fiskal. Jika kebijakan moneter dilakukan oleh Bank sentral maka untuk kebijakan fiskal ini
dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan ini sangat efektif untuk menambah jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Kebijakan fiskal mengeluarakan beberapa kebijkan yang sangat efektif
untuk meningkatkan jumlah uang yang dimiliki oleh masyarakat, diantaranya mengatur
pengeluaran pemerintah, hal ini sangat diperlukan karena untuk menjaga kondisi perekonomian
negara maka pengeluaran harus disesuaikan dengan jumlah dana yang dimiliki atau yang sudah
direncanakan.

Selain itu juga pemerintah juga bisa melaksanakan penurunan tarif pajak, dengan hal ini tentunya
sisa dari pembayaran pajak bisa digunakan untuk berbelanja, selain itu dengan tarif pajak yang
murah maka jumlah uang yang dimiliki masyarakat akan terus meningkat. Selanjutnya
pemerintah juga bisa meminjamkan modal bagi masyarakt, tentunya hal ini akan menarik minat
masyarakat untuk membuka usaha sendiri karena pinjaman sudah tersedia, hal ini bisa juga
disebut dengan manfaat ekonomi kreatif, dengan itu maka jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan senantiasa niak dikarenakan banyak masyarakat yang mendapatkan masukan
tambahan. (Artikel terkait : peran kebijakan fiskal )

4. Menerapkan kebijakan non moneter

Cara terakhir yang bisa dilakukan yakni menerepakan kebijakan non meneter. Cara ini sangat
efektif dalam mengatasi permasalahan deflasi karena dalam kebijakan ini tergandung beberapa
langkah yang mampu untuk menambah jumlah uang yang ada di genggaman masyarakat.
Langkah-langkah yang dilakukan anatara lain menurunkan hasil produksi, hal ini perlu
diberlakukan karena jika jika tidak ada batasan produksi maka produsen akan terus dan terus
melakukan produksi, tentunya hal ini tidak diharapkan karena selain merugikan prousen yang
tidak maksimal mendapatkan keuntungan malah kerugian. Selain itu cara atau langkah lain yang
bisa ditempuh yakni  menaikkan upah atau gaji pekerja, kita tahu sendiri ketika terjadi deflasi
banyak pekerja yang di PHK namun hal ini salah tidak bisa mengatasi deflasi itu sendirinya, cara
yang tepat dengan manaikkan upah atau gaji agar jumlah uang yang dimilikinya banyak dan
kecenderungan akan permintaan barang akan meningkat.
BAB III

PENUTUP

A.          Kesimpulan

Inflasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kecenderungan kenaikan harga-harga


umum secara terus-menerus atau suatu keadaan dimana nilai riil uang secara terus menerus
turun. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu keadaan makin turunnya harga barang-barang,
namun daya beli masyarakatnya makin berkurang.
Laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan dalam beberapa indeks harga dari satu
periode ke periode lain. Tingkat inflasi dapat dihitung menggunakan Indeks Harga atau dengan
menggunakan GNP deflator.
IHt – IHt-1
Inflasi = X 100 %
  IH0

Inflasi Dft – Dft-1


  Df0
=
Inflasi dapat digolongkan berdasarkan tingkat keparahan inflasi, faktor yang menyebabkan
inflasi dan sumber/asal inflasi. Berdasarkan tingkat keparahan inflasi, yaitu Inflasi ringan (<10%
per tahun), Inflasi sedang (10% - 30% per tahun), Inflasi berat (30% - 100%) dan Inflasi
liar/hyperinflation (>100% per tahun). Berdasarkan penyebabnya, yaitu Demand Pull Inflation
dan Cost Push Inflation. Sedangkan berdasarkan sumber inflasi, yaitu Domestic Inflation dan
Imported Inflation. Untuk Deflasi dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu deflasi
strategis dan deflasi sirkulasi.
Adapun cara untuk mengendalikan inflasi maupu deflasi yakni melalui kebijakan moneter,
kebijakan fiskal dan kebijakan non moneter. Kebijakan moneter meliputi politik diskonto,
operasi pasar terbuka dan kebijakan persediaan kas minimum. Kebijakan Fiskal meliputi
pengaturan pengeluaran pemerintah dan pengaturan tarif pajak. Sedangkan kebijakan non
moneter meliputi pengaturan hasil produksi dan pengaturan kebijakan upah.

B.            Saran

1.             Setiap negara harus membuat kebijakan untuk mengatasi masalah inflasi maupun deflasi, agar
kehidupan rakyatnya makmur sentosa.
2.             Dalam hal ini, tidak hanya pemerintah/penguasa yang bertanggung jawab melainkan rakyatnya
juga bertanggung jawab jika terjadi inflasi/deflasi. Jadi harus ada perbaikan perilaku masyarakat.
3.             Untuk pemerintah / penguasa berhati-hatilah dalam bertindak karna jika Anda sekalian
menyeleweng, maka kalian telah berbuat kerusakan yang amat besar dan merugikan banyak
orang.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugroho, Makalah Inflasi Deflasi dalam https://alipnugroho.wordpress. com/2013/07/01/makalah-


inflasi-deflasi/ (diakses pada 10 Maret 2016)
Iskandar Putong, Economics Pengantar Mikro dan Makro, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2013
Kusmuriyanto, Ekonomi Fenomena di Sekitar Kita untuk Kelas X, Semarang, PT Tiga Serangkai
Pustakan Mandiri, 2012
Tim Abdi Guru, Ekonomi SMA untuk Kelas XI, Jakarta, Erlangga, 2004

Anda mungkin juga menyukai