Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANSI DI

PUSKESMAS SUKARAMI KOTA PALEMBANG

TAHUN 2022

OLEH :

SELVIANA

19.02.023

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ABDI NUSA PALEMBANG

TAHUN 2022
PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANSI DI

PUSKESMAS SUKARAMI KOTA PALEMBANG

TAHUN 2022

OLEH :

SELVIANA

19.02.023

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan (A. Md.AK)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Ahli

Madya Analis Kesehatan (Amd.AK)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ABDI NUSA

BAB I PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ABDI NUSA PALEMBANG

TAHUN 2022

BAB I

PENDAHULIANPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60

tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk

berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan

jumlah tesebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.

Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66

tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahuntahun 2013 menjadi 71

tahun.jumlah proporsi lansia diindonesia juga bertambah setiap tahunnya.data WHO

pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi,tahun 2011

menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total

populasi (WHO, 2015 dalam hidyat,2017).


Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis

dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan

gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Diabetes Melitus juga dapat diartikan sebagai sekumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(Nugroho,2019).

Diabetes Militus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kadar glukosa

darah (KGD) yang tinggi (hiperglikemia) akibat pengaturan homeostasis glukosa tidak

berjalan sempurna. Diabetes merupakan penyebab tertinggi kebutaan pada usia

produktif. Akibat diabetes, peredaran darah kejantung bisa terganggu dan resiko

terjadinya serangan jantung juga ikut meningkat. Sebenarnya, diabetes tidak berdampak

pada kematian,nama komplikasinya inilah yang mendatangkan kematian. Selain

kematian diabetes juga dapat menyebabkan kelumpuhan (Syasiyah,2017).gula darah

terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa.Glukosa merupakan monosakarida yang

paling dominan,sedangkan fruktosa akan meningkat pada saat hamil dan

laktasi.sebagian besar karbohidrat yang dapat dicema akan dialirkan kedalam darahh,

dan gula lain akan dirubah menjadi glukosa dihati (Eka,2018).

Resiko DM tipe 2 terkait usia dan pada tahun 2030, diperkirakan lebih dari 82 juta

populasi lansia dinegara berkembang menderita diabetes tipe 2. DM tingkat 2 seringkali

muncul pada usia lanjut, pada DM tipe 2 pankreas masih bisa memproduksi insulin

tetapi kualitas insulinnya buruk sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan ujung-

ujungnya menyebabkan glukosa dalam darah meningkat. Pasien demikian biasanya tidak

perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatanya,tapi perlu obat tablet yang
bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin, menurun glukosa, memperbaiki pengolahan

gula hati, dan lain-lain (Tandra,2017).

Pravalensi diabetes militus di Indonesia, data Riskesdas menunjukan bahwa terjadi

peningkatan prevalensi Diabetes di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau

sekitar 9,1 juta pada tahun 2016. Dari angka 9,1 juta tersebut sebanyak 1,67 juta berusia

dibawah 40 tahun 4,65 juta berusia 40-59 tahun, sedangkan sisanya ( 2,78 juta) berusia

60-79 tahun (kemenkes,2016).

Dari data dinas Kesehatan provinsi Sumatra selatan menyatakan, jumlah penderita

diabetes di Sumsel tahun 2013 mencapai 49,432. Berdasarkan data profil Kesehatan

kota Palembang tahun 2013, Diabetes tertinggi berada dikota Palembang sebesar

22,79% dibandingkan dengan kabupaten musi Banyuasin hanya sebesar 1,03% dan

kabupaten OKI sebesar 1,42% (Dinkes prop 2018).


1.1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu mengetahui Gambaran Kadar Glukosa

Darah Pada Lansia Di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2022 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambararan kadar glukosa darah pada lansia di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah sewaktu pada

lansia Di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2022.


2. Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah pada lansia

berdasarkan usia di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2021.

3. Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah pada lansia

berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Di Puskesmas Sukarami

Palembang Tahun 2022.

4. Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa dara pada lansia

berdasarkan Riwayat penyakit keluarga penderita diabetes militus

(DM) Di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaryakan wawasan konsep

praktek pekerjaan sosial terutama tentang gambaran kadar glukosa

darah pada lansia di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2022.

1.4.2 Praktisi (penggunaan hasil penelitian)

1. Diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang lebih

luas dari penelitian-penelitian sebelumnya.


2. Dapat mengembangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah

yang berkaitan dengan gambaran glukosa darah pada lansia

berdasarkan variable,umum, jenis kelamin dan riwayat penyakit

keluarga diabetes militus (DM) di Puskesmas Sukarami Palembang

Tahun 2022.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian

lanjutan oleh penelitian sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glukosa Darah
2.1.1 Defenisi Glukosa Darah
Gula darah (glukosa darah) adalah salah satu gula monosakarida

dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai

glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh

tiga macam hormone yang dihasilkan oleh kalenjar pancreas.

Hormone-hormon tersebut adalah insulin, glikogen dan somastatin

(Eka, 2018).
Glukosa Darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar

glukosa di dalam darah. Menurut diagnostic PERKENI (Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia) 2006,seorang dikatakan menderita diabetes

jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dl dan pada test

sewaktu >200 mg/dl. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari

setelah malam sebelumnya berpuasa adalah <70-110 mg/dl. Kadar

gula darah puasa biasanya <120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan

dan minum cairan yang mengandung jika gula yang masuk kedalam

tubuh manusia baik melalui makanan maupun minuman, tidak masuk

ke sel karena kurangnya hormone insulin, kadar gula meningkat.

Pengolahan makanan dan minuman itu didalam tubuh secara kimiawi

oleh hati darah dan masuk ke urin. Selain itu kadar di tubuh yang tidak

masuk ke sel hati, sel otot dan kerja keras yang mengeluarkan

keringat. Tetapi bila hal itu tidak dilakukan, kadar gula yang

berlebihan didalam tubuh akan terkumpul, sehingga dia menjadi

seorang penderita diabetes militus (Fox and kliver, 2010).

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat

asupan makanan yang kuat atau darah banyak mengandung insulin.

Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin


yang beredar tidak mencukupi atau tidak berfungsi dengan baik,

keadaan ini disebut diabetes militus (Ajiansyah, 2017).

2.1.2 Metabolisme Glukosa Darah


Glukosa adalah karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat

dalam makanan diserap kedalam aliran darah sebagai glukosa, dan

gula lain, diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekurso

untuk sintesis semua karbohidrat lain ditubuh, termasuk glikogen

untuk menyimpan ribose dan deoksiribosa dalam asam nukleat,

galakosa dalam laktosa susu dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi

dengan protein dalam glikoptotein dan proteoglikan (Eka,2018).

Sebagai hasil pertengahan, metabolisme glukosa Menyusun

asam piruvat asam lektat dan asetil-coenzim A. jika glukosa dioksidsi

total, terjadi CO2 H2 O dan energi yang disimpan sebagai fosfat

berenergi tinggi, yakni adenosin trifosfat (ATP). Kalua glukosa tidak

langsung dirombak, dapat disimpan dalam hati atau otot dalam bentuk

glikogen, satu polimer yang tersusun dari banyak molekul glukosa.

Hati sanggup mengubah glukosa yang tidak terpakai, melalui

senyawa-senyawa pertengahan menjadi asam lemak yang disimpan

sebagai trigeliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk


protein. Hati berperan dalam menentukan apakah glukosa langsung

dipakai selaku bahan bakar atau disimpan atau digunakan untuk tujuan

structural. Bila banyak glukosa atau glikogen tidak cukup untuk

menutupi kebutuhan energi, hati dapat mensintesis glukosa dari asam

lemak atau dari asam amino yang berasal dari protein

(Ajiansyah,2017).

2.1.3 Absorbsi Gula Darah


Setelah tubuh mendapatkan makan yang mengandung gula,

tubuh akan melakukan proses pencernaan, dan absorbs akan

berlangsung terutama didalam dua denum dan jejenum proksimal,

setelah absorbasi akan terjadi peningkatan besaline.besarnya kadar

gula yang diabsorbasi sekitar 1gram/kg BB setiap jam.kecepatan

absorbsi gula dalam usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah

gula yang ada atau kadar dimana gula berada. Untuk mengetahui

kemampuan tubuh dalam metabolisme karbohidrat dapat ditemukan

dengan tes toleransi Glukosa Oral (TTGO) (Eka,2018).

2.1.4 Kadar Glukosa Darah


Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)

Tahun 2006, kadar glukosa darah puasa yang berkisaran 80-100 mg/dl
dinyatakan normal. Seseorang dikatakan menderita Diabetes Militus

(DM) jika memiliki kadar glukosa puasa >126 mg/dl

Diabetes Militus merupakan penyakit kronis yang diperkirakan

jumlahnya akan terus meningkat. Berdasarkan hasil studi dari 91

negara yang mewakili 216 negara memperkirakan 6,4% orang dewasa

(berusia 20-79 tahun 2030 akan meningkat menjadi 7,7%).

Jadi, insulin memang peranan yang sangat penting. Jika insulin tidak

ada, otot dan hati kita tidak bisa menerima dan menggunakan gula dari

darah sehingga gula darah melunjak tinggi. Ketika insun dan tidak

berfungsi dengan baik disebut dengan istilah “resestensi insulin”

(insulin resistance), sementara kekurangan/tidak adanya insulin dalam

tubuh disebut dengan istilah “defisiensi insulin” (insulin deficiency).

(Hans tandra 2018).

Keadaan yang menyebabkan gula darah naik digolongkan menjadi 4

yaitu :

1. Usia semakin tua kemampuan insulin dan pankreas semakin

melemah.

2. Gaya hidup salah dan waktu makan tidak teratur, melewatkan

sarapan, makan saat larut malam, tidak bisa tidur malam jika
tidak mengonsumsi makanan “berat”, merokok, kurang

bergerak, tubuh semakin lemah

3. Kehamilan, diabetes dapat terjadi pada 2-5% wanita hamil

4. Stres bisa menyebabkan hormon counter insulin menjadi lebih

aktif sehingga gula darah akan meningkat.

Macam-Macam Diabetes ;
1. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe ini muncul Ketika pancreas sebagai pabrik

insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.

Akhirnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Gula

menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat

diangkat ke dalam sel.

Diabetes tipe 1 juga disebut insulin-dependent diabetes

karenasi pasien sangat bergantungan pada insulin. Ia

memerlukan suntikan setiap hari untuk mencukupi kebutuhan

insulin dalam tubuh. Karena biasnya terjadi pada usia yang

sangat muda, dulu diabetes tipe ini juga disebut juvenile

diabetes.

Diabetes tipe 1 biasanya adalah penyakit otoimun, yaitu

penyakit yang disebabkan oleh gangguan system imun atau


kekebalan tubuh si pasien dan mengakibatkan rusaknya sel

pancreas (Tandra,2017).

2. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering

dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun,tetapi bisa

pula timbul pada usia diatas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita

diabetes adalah tipe 2.

Pada diabetes tipe 2, pankreas masi bisa membuat

insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi

dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan gula kedalam

sel. Akibatnya, gula dalam darah meningkat. Pasien biasanya

tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,

tetapi memerlukan obat untuk merperbaiki fungsi insulin itu,

menurunkan gula, memperbaiki pengolahan gula dihati, dan

lain-lain (Tandra, 2017).

2.2 Lansia

2.2.1 Defenisi Lansia

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia,

merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat

dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap


ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik

maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai

fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan

penampilan fisik sebagai dari proses penuaan normal, seperti

rambut yang mulai memutih, wajah mulai kerut-kerutan

ketuan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indra, serta

kemunduran daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi

integritas orang lanjut usia. Belum lagi mereka harus

berhadapan dengan orang-orang yang dicintai. Hal tersebut

dimenuntut kemampuan beradaptasi yang besar secara bijak

(Eka 2018).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai

Batasan umur lansia

1. Usia pertengahan (midde age) 45-59 Tahun

2. Lanjut usia (elderly) 60-70 Tahun

3. Lanjut usia tua (old) 70-90 Tahun

4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 Tahun

2.2.2 Berdasarkan Gejala Awal Diabetes (DM)

Tidak sedikit yang merasa kesehatanya baik-baik saja,

padahal sebelumnya penyakit ini berkembangan telah


menunjukan gejala-gejala khusus yang menjadi indikator

diabetes (Lanny Lingga,PhD), berikut ada 9 tanda-tandanya ;

1. Sering berkemih

2. Sering merasa haus

3. Setiap saat merasa kelaparan

4. Penglihatan kabur

5. Mudah mengalami penambahan berat badan

6. Cepat lelah dan mudah ngantuk

7. Imunitas tubuh rendah, daya sembuh lambat terutama

jika mengalami luka pada tangan dan kaki

8. Setiap saat merasakan Lelah, terutama setelah makan

siang atau makan malam

9. Mengalami penurunan daya tahan tubuh saar beraktivitas

2.3 Gambaran Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

2.3.1 Berdasarkan Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang

secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun.

Usia 40 tahun merupakan usia rentan terkena berbagai

penyakit degenerative. Penyakit degenerative adalah

penyakit yang disebabkan oleh penurunan kualitas jaringan


danorgan tubuh. Diabetes merupakan salah satu penyakit

degenerative yang perlu kita waspadai. Pada usia 40 tahun,

produksi insulin mulai berkurang selain itu, aktivitas sel-sel

otot juga mulai menurun (Syamsiah,2017).

Populasi lansia termaksuk pada golongan atau kategori

usia tidak produktif. Populasi usia tidak produktif akan

menjadi beban usia produktif, sehingga diperlukan perhatian

yang lebih khusus kepada kelompok usia yang seperti ini

(Ajiansyah,2017).

Kadar gula darah kita biasanya berfrekuensi, artinya naik

turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada

makanan yang masuk dan aktivitas fisik seseorang.bila kita

berpuasa selama, kadar gula darah yang normal adalaha 70-

100 mg/dl. Kadar ini kira-kira sama dengan satu sendok the

gula dalam satu galon air (Hans Tandra,2018).

2.3.2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Penyakit diabetes ini Sebagian besar dapat dijumpai pada

perempuan dibandingkan laki-laki, hal ini disebabkan karena

memiliki LDL atau kolesterol tingkat trigenliserida yang

lebih tinggi di bandingkan dengan laki-laki perbedaan dalam


melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang

sangat terjadinya penyakit diabetes militus (Eka,2018).

Kebanyakan dari kita menggap hanya ada satu jenis

penyakit diabetes. Kita mengira dengan mengonsumsi satu

obat tentu gula darah ditubuh akan bisa turun dan kemudian

kita menyarankan obat tersebut ke orang lain. Padahal, gula

darah sesungguhnya dapat naik (Hans Tandra,2018).

2.3.3 Berdasarkan Riwayat Keluarga Penderita DM

Penyebab diabetes (DM) adalah pankreas yang tidak

menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Diabetes dapat pula diwariskan dalam keluarga penyebab

diabetes adalah insulin tidak dapat di respon dengan baik

oleh sel-sel tubuh, sel-sel tubuh tidak mau menerima glukosa

yang dibawah insulin. Inilah yang disebut resestensi insulin

ini yang akhirnya menyebabkan kadar gula dara meningkat

(Decroli,E,2019).

Jika diabetes ini tidak diobati atau tidak dikontrol dengan

baik akan mengalami kenaikan, menurut buku (dari diabetes

menuju jantung dan struke,hans tandra,2018).


Risiko seorang menderita diabetes apabila salah satu

orang tuanya menderita diabetes militus sebesar 15% dan

75% apabila kedua orang tuanya menderita diabetes militus.

Pada umumnya apabila seseorang menderita diabetes militus

sebanyak 10% (Kemenkes, 2008.). Factor genetic

merupakan salah satu penyebab utama diabetes militus.

Penyelidikan yang objektif telah dilakukan oleh picu dan

white (2008),pada perbandingan keluarga diabetes militus

mencapai 5,33% samoai dengan 8,33% sedangkan pada

keluarga sehat angka kejadiaan diabtes militus hanya 0,61%.

% sampai dengan 1,96.

2.4 Metode Pemeriksaan Glukosa Darah

Untuk mengetahui kadar glukosa darah, dapat dilakukan

dengan beberapa . metode dilakukan adalah ;

2.4.1 Metode Ki atas kimia

Sebagai besar pengukuran dengan metode kimia yang

didasarkan atas kemampuan reduksi sudah jarang dipakai

karena spesifiktas pemeriksaan kurang tinggi. Prinsip

pemeriksaan yaitu proses kondensasi glukosa dengan

akromatik amin dan asam asetat glasial pada suasana pana,


sehinga terbentuk senyawa berwarna hijau kemudian diukur

secara fotometri (Maikuri,2016).

2.4.2 Metode Enzimatik

Metode enzimatik pada pemeriksaan glukosa darah

memberikan hasil dengan spesifiktas yang tinggi, karena

hanya glukosa yang akan terukur. Cara ini adalah cara yang

digunakan untuk menentukan nilai batas. Ada dua macam

metode enzimatik yang digunakan adalah glucose oxidasi

dan metode hexokinase (Maikuri,2016).

1). Metode glucosoxidase

Metode glucosoxidase merupakan metode yang paling

banyak digunakan di laboratorium yang ada di Indonesia.

Sekitar 85% dari peserta program nasional pemantapan mutu

ekternal bidang kimi kelinik (PNPME-E).

Memeriksakan glukosa serum kontrol dengan metode ini

prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah enzim glucose

oxidase mengatalisis reasi oxidase glukosa menjafi asam

glukonat dan hydrogen proksida. Hidrogen proksida yang

terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone

dengan bentuk enzim peroksidase menghasilkan


quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur

dengan fotometer pada Panjang gelombang 546 nm. Intesitas

yang terbentuk setara dengan kadar glukosa darah yang

terdapat dalam sampel.

2).Metode hexokinase

Metode hexokinase merupakan metode pengukuran kadar glukosa

darah yang dianjurkan oleh WHO dan IFCC. Baru sekitar 10%

laboratorium yang ikut PNPME-K mengunakan metode ini untuk

pemeriksaan glukosa darah

Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah hexokinase akan

mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk

glukosa-6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa-6-fosfat

dehidrogenase akan mengkatalisis oksidase-6-fosfat dengan

nicotinamide phosphate (NADP).

2.4.3 Metode Strip

Merupakan pemeriksaan laboratorium yang sederhana yang

dirancang hanya untuk sampel darah kapiler, bukan untuk

sampel serum atau plasma. Strip kalisator spesifik untuk

mengukur glukosa dalam darah prinsip pemeriksaan dalam


metode ini adalah strip tes di letakan pada alat, Ketika darah

diteteskan pada zona reasi tes strip, katalisator glukosa akan

meredusi glukosa dalam darah. Instesitas dari elektron yang

terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa

dalam darah. Cara strip memiliki kelebihan hasil

pemeriksaan akan segera diketahui, hanya butuh sample

sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis, dan

mudah dipergunakan serta dapat dipergunakan oleh siapa

saja tampa butuh keahlian khusus. Kekurangan adalah

keakura sian-nya belum diketahui, dan memiliki

keterbatasan yang dipengarui kadar hematokrit, interfensi zat

lain (Vitamin C, lipid, dan hemoglobin), suhu, volume

sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakan

diagnose klinis melainkan hanya untuk pemantauan.

Anda mungkin juga menyukai