Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

COLIC ABDOMEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM WANITA RSUD

Dr. H. BOB BAZAR, SKM

Disusun Oleh :

CHARITA SALSABELLA (2114901011)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI PROFESI NERS TANJUNGKARANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN COLIC ABDOMEN

A. Pengertian
Colic abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011).

B. Penyebab
Adapun yang menjadi penyebab dari colic abdomen yaitu :

1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena
radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam
usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak
dapat bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
3. Etiologi yang lain yaitu

a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti


kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis
infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, colic bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru
dan lainnya.

C. Manifestasi Klinik

Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengan sederhana


atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Mahadevan, 2009):
1. Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien.
2. Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang lebih menonjol
pada obstruksi sederhana.
3. Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada perkiraan lokasi
dan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa hari, yang menjadi
progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas untuk obstruksi yang lebih
distal.
4. Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan komplikasi yang
lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi atau iskemik).
5. Mual
6. Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
7. Diare (temuan awal)
8. Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak adanya gerakan
usus atau buang angin.
9. Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait dengan
strangulasi.
10. Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
11. Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)

D. Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat
dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula
diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.
Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak
obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus
dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan
bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan
terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen
usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan,
yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan colic abdomen.
E. Pathway

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :


a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine)
(Reeves, 2011).

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital.


2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
3. Pemeriksaan rectal.
4. Laboratorium : leukosit, HB.
5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus.
8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
(Reeves, 2011).

H. Pengkajian

1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan
apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau
menular.
4. Pola- pola fungsi kesehatan
a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat.
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme.
Terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran
terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
c. Pola eliminasi.
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga
terjadi konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan.
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri.
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
f. Pola sensori dan kognitif.
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang.
g. Pola reproduksi dan seksual.
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
h. Pola hubungan peran.
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan
dengan proses penyakitnya.
i. Pola penanggulangan stress.
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
b. Sistem respirasi.
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak
terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
c. Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
d. Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing/sakit kepala karena sinar.
e. Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu
makan berkurang, muntah.
f. Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.

I. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

J. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan
Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan
Kriteria Hasil
Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan (L.08063)
1. Observasi
agen pencedera Setelah dilakukan
a. Indentifikasi lokasi,
fisiologis tindakan
karakteristik, durasi,
keperawatan
frekuensi, kuantitas,
diharapkan nyeri
intensitas nyeri
akut menurun
b. Indentifikasi skala nyeri
dengan kriteria
c. Indentifikasi respon nyeri
hasil:
non verbal
1. Nyeri terkontrol
d. Indentifikasi faktor yang
2. Kemampuan memperberat dan
mengenal nyeri memperingan nyeri
meningkat 2. Terapeutik
3. Mampu a. Berikan teknik
menggunakan nonfarmakologis untuk
teknik mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis b. Kontrol lingkungan yang
4. Tidak meringis memperberat rasa nyeri
5. Tidak bertindak c. Fasilitasi istirahat dan tidur
protektif 3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian

analgesik, jika perlu


Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
berhubungan (L.03030) 1. Observasi
dengan ketidak- Setelah dilakukan a. Identifikasi status nutrisi
mampuan tindakan b. Identifikasi alergi dan
mencerna keperawatan intoleransi makanan
makanan diharapkan status c. Identifikasi makanan yang
nutrisi membaik disukai
dengan kriteria d. Identifikasi kebutuhan kalori
hasil: dan jenis nutrient
1. Porsi makanan e. Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
2. Berat badan nasogastrik
meningkat f. Monitor asupan makanan
3. Frekuensi makan g. Monitor berat badan
meningkat h. Monitor hasil pemeriksaan
4. Nafsu makan laboratorium
meningkat 2. Terapeutik
5. Bising usus a. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan, jika perlu
6. Nyeri abdomen b. Fasilitasi menentukan
menurun pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
g. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Gangguan pola Pola tidur Dukungan Tidur (I.05174)
tidur berhubungan (L. 05045) 1. Observasi
dengan nyeri Setelah dilakukan a. Identifikasi pola aktivitas dan
tindakan tidur
keperawatan b. Identifikasi faktor penganggu
diharapkan tidur
gangguan pola tidur c. Identifikasi makanan dan
pasien teratasi minuman yang mengganggu
dengan kriteria tidur
hasil: d. Mengidentifikasi obat tidur
1. Keluhan sulit yang dikonsumsi
tidur menurun 2. Terapeutik
2. Pola tidur a. Modifikasi lingkungan
membaik b. Batasi waktu tidur siang
3. Keluhan istirahat c. Fasilitasi menghilangkan
tidak cukup stres sebelum tidur
menurun d. Tetapkan jadwal rutin tidur
4. Kepuasan tidur e. Lakukan prosedur untuk
meningkat meningkatkan kenyamanan
f. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan unruk
menunjang siklus tidur
terjaga
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan
tidur

Anda mungkin juga menyukai