2, Mei 2015
Email: trisiwiningrum@yahoo.com
ABSTRAK
Penderita Tubekulosis pada saat ini sangat banyak terjadi pada usia dewasa khususnya pada usia 21-
45 tahun. Penderita tuberkulosis di Asia Tenggara dilaporkan sebanyak 35 persen. Tuberkulosis
merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis,yang dapat
ditularkan melalui percikan dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat karakteristik Penderita Tuberkulosis Di Puskesmas
Harapan Raya Tahun 2011-2012 Pekanbaru. Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan teknik pengambilan sampel total sampling berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya dengan jumlah 60 sampel. Teknik pengumpulan data adalah lembaran Check
List dan analisa data yang digunakan adalah univariate. Hasil penelitian secara umum yaitu
karakteristik penderita tuberkulosis di Puskesmas Harapan Raya tahun 2011-2012 Pekanbaru
menunjukan bahwa karakteristik penderita tuberkulosis berdasarkan usia tahun 2011-2012 adalah
mayoritas berada pada usia dewasa (21-45 tahun) sebanyak 34 responden (56,67%). Berdasarkan jenis
kelamin tahun 2011-2012 adalah mayoritas laki-laki sebanyak 44 responden (73,33%). Berdasarkan
hasil pemeriksaan BTA mayoritas adalah positif 3+ sebanyak 22 responden (36,67%).
FMIPA-UMRI 111
Vol. 5 No.2, Mei 2015 Jurnal Photon
penyakit TBC terbanyak di dunia, setelah Cina perkembangan pengobatan dan program
dan India. Di perkirakan terdapat 582.000 dengan mekanisme pendataan yang mengacu
kasus baru TBC pertahun di Indonesia, yang ke arah faktor-faktor penyebab terjadinya
hampir separuhnya adalah TBC paru dengan penyakit TBC (Effendi, 2012).
hasil pemeriksaan BTA positif (Wahyu, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Ditjen PP&PL Kementrian terjadinya penyakit TBC atau karakteristik
Kesehatan RI 2011, data laporan situasi yang ada pada penderita TBC sangat perlu
perkembangan TBC di Indonesia, total seluruh diperhatikan sebagai salah satu indikator
kasus TB tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, evaluasi dan monitoring keberhasilan program
dimana 57,4 persen adalah kasus TB BTA baru pemberantasan penyakit TBC, yaitu dengan
Basil Tahan Asam (BTA) positif, 36,8 persen cara mengevaluasi perkembangan karakteristik
adalah kasus TB BTA negative, 3,8 persen setelah diberikan pengobatan TBC sehingga
adalah kasus TB Ekstra Paru 1,3 persen adalah program pemberantasan penyakit TBC yang
kasus TB kambuh, dan 0,7 persen adalah kasus dilaksanakan pemerintah berhasil secara
pengobatan ulang diluar kasus kambuh. maksimal.
Laporan Global Tuberculosis Control tahun Berdasarkan data Medical Record Dinas
2011 menyebutkan bahwa India, Cina, South Kesehatan Kota Pekanbaru yang di peroleh
Afrika dan Indonesia berada pada urutan ke-4 peneliti pada tanggal 3 Desember 2012
dengan jumlah pasien TB sebesar 450 ribu menunjukkan bahwa angka penderita penyakit
kasus. tuberkulosis yang tertinggi di wilayah kerja
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga Puskesmas Pekanbaru adalah Puskesmas
(SKRT) tahun 1985 dan Survei Kesehatan Harapan Raya. Data tersebut menunjukkan
Nasional (Suksesnas) tahun 2001, penyakit terjadinya penurunan angka prevalensi yang
TBC merupakan penyebab kematian ketiga di bervariasi yaitu di dapati data bahwa tahun
Indonesia, setelah penyakit jantung dan 2009 sebesar 71 persen, tahun 2010 sebesar 69
pembuluh darah (Kardiovaskuler), dan persen, tahun 2011 sebesar 61 persen, dan
penyakit infeksi saluran pernafasan pada tahun 2012 sebesar 31 persen yang pernah
semua kelompok usia. Sedangkan, dari mengalami penyakit tuberkulosis.
golongan penyakit infeksi, TBC merupakan Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
penyebab kematian utama (Wahyu, 2008). tertarik untuk melakukan penelitian yang
Program pemberantasan TBC mulai berjudul “Karakteristik Penderita
diperkenalkan pada tahun 1952 di Amerika Tuberkulosis Tahun 2011-2012 Di
yaitu dengan menggunakan obat Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru”.
antituberkulosis, sehingga angka kasus TB
yang dilaporkan di Amerika Serikat menurun 2. METODOLOGI PENELITIAN
rata-rata 6 persen setiap tahun antara 1953 dan Dalam penelitian ini peneliti
1985 (Smeltzer dan Brenda, 2002). mengguankan jenis penelitian deskriptif.
Sedangkan sejak tahun 1995, pemerintah Menurut Notoatmodjo (2010), deskriptif yaitu
Indonesia memprogramkan pemberantasan TB dilakukan terhadap sekumpulan objek yang
dengan strategi DOTS (directly observed biasanya bertujuan untuk melihat gambaran
treatment shortcourse). Meliputi komitmen fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di
pemerintah untuk mempertahankan kontrol dalam suatu populasi tertentu. Dalam
terhadap TB, deteksi kasus TB di antara orang- penelitian ini peneliti ingin mengemukakan
orang yang memiliki gejala-gejala melalui karakteristik penderita tuberkulosis
pemeriksaan dahak, pengobatan teratur selama berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan,
6-8 bulan yang diawasi, ketersediaan obat TB hasil pemeriksaan BTA, dan Status Sosial
yang rutin dan tidak terputus, dan sistem Ekonomi.
laporan untuk monitoring dan evaluasi
112 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 5 No. 2, Mei 2015
FMIPA-UMRI 113
Vol. 5 No.2, Mei 2015 Jurnal Photon
ditandai dengan sekurang – kurangnya 2 dari 3 sejenis bakteri berbentuk batang yang tahan
spesimen sputum sewaktu, pagi, sewaktu asam (BTA) dengan ukuran panjang 1-4/Um
adalah positif ditemukannya Basil Tahan dan ketebalan 0,3-0,6/Um, yang ditularkan
Asam (BTA).Pemeriksaan mikrokopis BTA melalui percikan dahak (droplet) dari penderita
ini digunakan untuk menbantu diagnosis TBC kepada individu lain yang rentan
penyakit tuberculosis. Penulisan gradasi hasil (Wahyu, 2008).
bacaan penting, untuk menunjuk keparahan
penyakit dan tingkat penularan penderita 8. Penularan
menurut Departemen Kesehatan RI, (2001) Tuberkulosis ditularkan dari orang ke
yaitu: orang oleh transmisi melalui udara. Individu
1. 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin,
ditulis jumlah kuman yang ditemukan. tertawa, atau bernyanyi, melepaskan droplet
2. 10-99 BTA dalam 100 lapang besar dan kecil. Droplet yang besar menetap,
pandang disebut + atau (1+). sementara droplet yang kecil tertahan diudara
3. 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, dan terhirup oleh individu yang rentan
disebut ++ atau (2+). (Smeltzer dan Brenda, 2002).
4. > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, Penyakit ini mudah menular, yaitu melalui
disebut +++ atau (3+) (Faud, 2011). udara yang dihembuskan oleh penderita pada
saat bernapas atau batuk serta lendir atau dahak
6. Status Sosial Ekonomi (Mujiatun, 2009).
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat Berdasarkan hasil pengamatan pada
dengan pendidikan, keadaan sanitasi penelitian Helper Manalu dkk, penderita TB
lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan paru mempunyai kebiasaan sering tidak
kesehatan. Apabila status gizi buruk maka menutup mulut saat batuk, hal ini tentunya
akan menyebabkan kekebalan tubuh menurun dapat membuat penularan TB pada orang-
sehingga memudahkan terkena infeksi TB paru orang yang sehat di sekitarnya. Sedangkan
(Chaesarani, 2013) Menurut Tjandra Yoga (2007), TB juga mudah
WHO tahun 2007 menyebutkan 90 persen menular pada mereka yang tinggal di
penderita TB di dunia menyerang kelompok perumahan padat, kurang sinar matahari dan
sosial ekonomi lemah atau miskin dan menurut sirkulasi udaranya buruk/pengap, namun jika
Enarson TB merupakan penyakit terbanyak ada cukup cahaya dan sirkulasi, maka kuman
yang menyerang negara dengan penduduk TB hanya bisa bertahan selama 1-2 jam
berpenghasilan rendah. Sosial ekonomi yang (Manalu, 2010).
rendah akan menyebabkan kondisi kepadatan
hunian yang tinggi dan buruknya lingkungan, 9. Tanda dan Gejala
selain itu masalah kurang gizi dan rendahnya Keluhan yang terbanyak adalah:
kemampuan untuk mendapatkan pelayanan 1) Berat badan turun tanpa sebab yang
kesehatan yang layak juga menjadi problem jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
bagi golongan sosial ekonomi rendah (Gilarso, penangan gizi
2004). 2) Anoreksia dengan gagal tumbuh dan
berat badan tidak naik secara adekuat (failure
7. Pengertian Tuberkulosis to thrive)
Tuberkulosis adalah penyakit gangguan 3) Demam lama dan berulang tanpa
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri sebab yang jelas, kadang-kadang panas badan
tuberkulosis. Penyakit ini disebut juga TBC mencapai 40-41 derajat celcius (bukan tifus,
(tuberculosis) (Mujiatun, 2009). malaria, atau infeksi saluran pernapasan akut),
TBC adalah penyakit infeksi kronis yang dapat disertai keringat malam
disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis,
114 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 5 No. 2, Mei 2015
Tabel. 1. Distribusi Frekuensi Usia Penderita Tuberkulosis Tahun 2011-2012 Di Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru
2011 2012 Total
No Usia
f % f % f %
1. Balita (0-5 tahun) - - - - - -
2. Kanak-kanak (>5-12 tahun) - - 1 3,23 1 1,67
3. Remaja (13-20 tahun)
4. Dewasa (21-45 tahun) 4 13,79 1 3,23 5 8,33
5. Lansia (46-64 tahun) 14 48,28 20 64,52 34 56,67
6. Manula (65 tahun keatas) 11 37,93 8 25,81 19 31,67
- - 1 3,23 1 1,67
Jumlah 29 100 31 100 60 100
Tabel. 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Tuberkulosis Tahun 2011-2012 Di Puskesmas Harapan
Raya Pekanbaru
2011 2012 Total
No Jenis Kelamin F % f % f %
1. Laki-laki 21 72,41 23 74,19 44 73,33
2. Perempuan 8 27,59 8 25,81 16 26,67
Jumlah 29 100 31 100 60 100
Tabel. 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan BTA Penderita Tuberkulosis Tahun 2011-2012 Di Puskesmas
Harapan Raya
2011 2012 Total
No Hasil Pemeriksaan BTA f % f % f %
1. Positif 1+ 4 13,79 5 16,13 9 15
2. Positif 2+ 2 6,90 4 12,90 6 10
3. Positif 3+ 11 37,93 11 35,48 22 36,67
4. Negatif 10 34,48 5 16,13 15 25
5. Tanpa Keterangan - - 4 12,90 4 6,67
6. TBC Kelenjar 2 6,90 - - 2 3,33
7. 1-9 Lapang Pandang - - 2 6,45 2 3,33
Jumlah 29 100 31 100 60 100
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru yang
dilakukan pada tanggal 27 Juli s/d 01 Agustus berjudul “Karakteristik Penderita Tuberkulosis
2013 bertempat di Ruang Medical Record (MR)
FMIPA-UMRI 115
Vol. 5 No.2, Mei 2015 Jurnal Photon
Di Puskesmas Harapan Raya Tahun 2011-2012 Asumsi peneliti bahwa jenis kelamin dapat
Pekanbaru” adalah sebagai berikut: mempengaruhi untuk terjadinya penyakit TBC,
Pembahasan pertama membahas karena laki-laki suka mengkonsumsi rokok dan
karakteristik berdasarkan usia, dimana penderita pekerjaan yang mudah terpapar dengan sumber
Tuberkulosis dalam penelitian ini adalah polusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Achmadi
mayoritas berada pada usia dewasa (21–45) (2005), bahwa laki-laki mudah terkena penyakit
tahun, yang ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 TB Paru karena pola gaya hidupnya yang tidak
sebanyak 14 orang (48,28%) dan pada tahun 2012 sehat. Seperti, mempunyai kebiasaan merokok,
sebanyak 20 orang (64,52 %). Disini peneliti kurangnya olah raga dan istirahat yang cukup
menemukan terjadi peningkatan dari tahun 2011- sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.
2012. Pembahasan ketiga membahas karakteristik
Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan pemeriksaan BTA yang
Firdaus, dkk (2005), dengan judul “Faktor-Faktor menunjukkan bahwa karakteristik Penderita
Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Tuberkulosis dalam penelitian ini mayoritas BTA
Penderita TB Paru Di Poli Paru Rumah Sakit positif 3+, yang ditunjukkan bahwa pada tahun
Persahabatan Jakarta Februari – Desember 2011 sebanyak 11 orang (37,93%) dan pada tahun
2005”. Hasil penelitian karakteristik penderita Tb 2012 sebanyak 11 orang (35,48%).
di RS Persahabatan di Poli Paru mayoritas usia Menurut Ditjen PP & PL Kementerian
produktif atau usia dewasa sebanyak 80 0rang Kesehatan RI (2011), pemeriksaan dahak
(90,91%). mikroskopik merupakan salah satu strategi untuk
Menurut asumsi peneliti, usia produktif dapat mengidentifikasi penyakit TBC, agar dapat
mempengaruhi terjadinya penyakit TBC, karena dilakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai
orang yang berusia produktif biasanya akan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Jika hasil
bekerja dan melakukan aktivitas di luar rumah. pemeriksaan diperoleh hasil positif, baik positif
Sehingga mudah terpapar dengan sumber polusi. 1, positif 2 dan positif 3, maka penderita TBC
Selain itu dengan aktivitas yang tinggi dan dianggap sebagai penderita TBC aktif. Dengan
kurang istirahat dapat menyebabkan penurunan demikian penderita TBC tersebut dikhawatirkan
sistim imun, sehingga rentan terjadinya infeksi akan menularkan penyakit kepada orang lain,
termasuk infeksi tuberkulosis. Hal ini sesuai terutama kepada anggota keluarga. Sebagai
dengan pendapat Achmadi (2005), dan Laban langkah pengobatan pada tahap ini, maka
Yoannes (2008 ), bahwa di Indonesia 75 persen penderita diberikan pengobatan pada tahap
penderita TB Paru adalah kelompok usia tenaga intensif secara tepat, sehingga biasanya penderita
kerja produktif. menular menjadi tidak menular dalam kurun
Pembahasan kedua membahas karakteristik waktu 2 minggu.
berdasarkan jenis kelamin. Peneliti menemukan Selain itu, berdasarkan data proporsi pasien
bahwa kecenderungan penderita Tuberkulosis TB Paru BTA positif diantara suspek yang
pada jenis kelamin laki-laki, yang ditunjukkan diperiksa dahak tahun 2005-2011 masih dalam
pada tahun 2011 sebanyak 21 orang (72,41%) dan range target yang diharapkan (5-15%). Sesuai
pada tahun 2012 sebanyak 23 orang (74,19%). dengan target tersebut, angka proporsi pasien TB
Menurut hasil penelitian Firdaus, dkk (2005), Paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ini sekitar 5-15%. Apabila angka ini bila terlalu
Dengan Kesembuhan Penderita TB Paru Di Poli kecil (<5%) kemungkinan disebabkan antara lain
Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Februari penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang
– Desember 2005”. Hasil penelitian karakteristik yang tidak memenuhi kriteria suspek, atau ada
penderita Tb di RS Persahabatan di Poli Paru masalah dalam pemeriksaan laboratorium
berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki (negatif palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu
sebanyak 53 orang (60,23%). besar (>15%) kemungkinan disebabkan antara
116 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 5 No. 2, Mei 2015
FMIPA-UMRI 117
Vol. 5 No.2, Mei 2015 Jurnal Photon
118 FMIPA-UMRI