Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK MK DASAR KESLING

INSPEKSI SANITASI RUMAH SEHAT


DI DESA KAWUNGCARANG RT 04 RW 01
KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2019

Disusun oleh :

Wisanja Diaz Amandaru (P133743311089)

Soviana Kusumaningrum (P1337433119091)

Dedy Prasetyo (P1337433119092)

Gita Laras (P1337433119093)

Dwi Satya Hatama (P1337433119094)

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat karunia
dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Survei
Perumahan untuk mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan dengan judul “Inspeksi Sanitasi
Rumah Sehat di Desa Kawungcarang RT 04 RW 01 Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas”.

Laporan ini menjelaskan tentang keadaan sanitasi rumah, permasalahan sanitasi rumah, dan
pemecahannya di Desa Kawungcarang RT 04 RW 01 Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas.

Laporan ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak terkait. Oleh sebab
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Asep Tata Gunawan, S.KM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Dasar Kesehatan Lingkungan
2. Bapak Budi Utomo, S.KM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar
Kesehatan Lingkungan
3. Orang tua penulis
4. Kepala Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
5. Kepala RT 04 dan RW 01
6. Para kader Kelurahan Kawungcarang

Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna terutama pada bagian gambaran
umum tentang Kelurahan Kawungcarang. Oleh karena itu, penulis terbuka atas segala saran
dan kritik yang masuk. Dengan itu, penulis berharap agar dalam kepenulisan ke depannya
akan menjadi lebih baik.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada para pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya. Terimakasih.

Purwokerto, 25 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................................... 1

C. Ruang Lingkup .................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

BAB III PENGELOLAAN SANITASI DI RUMAH BAPAK SLAMET ........ 7

BAB IV PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGENDALIAN ...................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22

LAMPIRAN ........................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya bagi
setiap warga negara. Tingkat kesehatan yang tinggi daya produksi manusia akan
meningkat, sehingga dapat pula meningkatkan kesejahteraan bangsa. Kesehatan
lingkungan merupakan unsur dari program kesehatan , baik didaerah perkotaan maupun
daerah pedesaan.
Kesehatan lingkungan yang kurang baik merupakan masalah utama dari
timbulnya ganguan penyakit, misalnya penyebaran penyakit menular dan angka kematian
dan kesakitan yang tinggi. Sedangkan perkembanangan ilmu dan teknologi juga akan
mengganggu keadaan kesehatan lingkungan masyarakat.
Untuk menanggulangi keadaan – keadaan dan akibat-akibat yang tidak baik.
Pemerintah pada akhir-akhir ini sangat memperhatikan tentang perumahan. Langkah-
langkah pemeritah ini ditempuh untuk menanggulangi masalah perumahan yang timbul
dan terdapat di masyarakat, permasalahan yang ada pada umumnya adalah :
a. Kurang seimbangnya abtara harga rumah dengan daya beli masyarakat, sehingga
bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah makin sulit untuk mendapatkan
rumah. Namun bagi masyarakat yang berpenghasilan tinggi akan mudah untuk
mendapatkanya.
b. Kurangnya rumah, yang disebabkan makin pesatnya pertambahan penduduk,
sedangkan penyediaan rumah yang lamaban.
Permasalahan tersebut di atas merupakan permasalahan yang banyak dijumpai di
perkotaan. Hal ini diakibatkan kota sangat pesat pertambahan pendudknya. Sedangkan
bagi masyarakat dipedesaan masalah yang sering timbul adalah :
 Kurang pengetahuan bagi masyarakat desa tentang rumah sehat, baik konstruksi
rumah, tata ruang gar rumah tidak mudah sebagai sarang tikus dan lain-lain,
kesemuanya itu ditunjau dari segi kesehatan.
 Adat istiadat masyarakat desa yang msih kuat, sehingga tidak jarang rumah yang
dibuatnya kurang memenuhi syarat kesehatan.

2. Tujuan

a) Ingin mengetahui pengelolaan sanitasi di rumah Bapak Slamet, Desa


Kawungcarang RT 04 RW 01 Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
b) Ingin mengetahui permasalahan dalam pengelolaan sanitasi di rumah Bapak Slamet
Desa Kawungcarang RT 04 RW 01 Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.

1
c) Ingin memberikan alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan sanitasi di
rumah Bapak Slamet Desa Kawungcarang RT 04 RW 01 Kecamatan Sumbang,
Kabupaten Banyumas.

3. Ruang Lingkup
Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar
manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah
karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.Untuk itu
kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat.
Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah sanitasi/sanitasi
lingkungan. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), menyebutkan pengertian sanitasi
lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang
mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia
(Kusnoputranto, 1986).
Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi:
1) Penyediaan air minum
2) Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air
3) Pengelolaan sampah padat
4) Pengendalian vektor penyakit
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah
6) Hygiene makanan
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan biologis
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat
dari perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi
12) Perencanaan daerah dan perkotaan
13) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut, dan darat
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana
alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada
umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sehat


Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan
sehat apabila memenuhi kriteria yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak
yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari
pagi
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir
(Notoatmodjo, 2003).
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum
komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada
masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
1. Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai,
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur,
dan pencahayaan
2. Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana
pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana
pembuangan sampah
3. Perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan (Dinas Kesehatan, 2005).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani
dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya
produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh
lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan
rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan
pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang
rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya
(Notoatmodjo, 2003).

3
B. Penyehatan Air

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar
terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-
anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks
antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya.
Pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air
antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat
penting adalah kebutuhan untuk minum. Untuk keperluan air minum dan masak air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia (Notoatmodjo, 2003).
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-
jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar
(Depkes RI, 2000).
Macam-macam sumber air minum antara lain :
1. Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya air
sungai, air rawa dan danau
2. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air
tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh pengumpulan air pada lapisan
tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air dari mata air
3. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Slamet,
2002).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah :


1. Mengambil air dari sumber air yang bersih
2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air
3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan
sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.
4. Menggunakan air yang direbus
5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup
(Depkes RI, 2000).

C. Sarana Pembuangan Tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.


Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit
tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Syarat pembuangan
kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya

4
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya
5. Tidak menimbulkan bau
6. Pembuatannya murah
7. Mudah digunakan dan dipelihara (Notoatmodjo, 2003).
Macam-macam tempat pembuangan tinja, antara lain:
1. Jamban cemplung : Jamban cemplung sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini
dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80 ± 120 cm
sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan
mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15
meter.
2. Jamban air : Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan
tinja dalam air kali.
3. Jamban leher angsa: Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air.
Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila
dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang
menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.
4. Jamban bor : Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih
kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah
permukaan (meluap).
5. Jamban keranjang : Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian
dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan
tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar,
tidak di lokasi jambannya, tetapi disepanjang perjalanan ke tempat pembuangan.
Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau.
6. Jamban parit : Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk tempat defeacite.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit sering
mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan
dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan
pencapaian tinja oleh hewan.
7. Jamban empang / gantung : Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas
kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan
sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana
dengan air, yang dapat menimbulkan wabah.
8. Jamban kimia : Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga
dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum
misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam rumah.
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan
risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan
keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi
(Entjang, 2000).

5
Anak balita yang berasal dari keluarga yang menggunakan jamban yang dilengkapi
dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan
keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan
8,9% di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga yang mempergunakan sungai
sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu 17% di kota dan 12,7 di desa (Entjang, 2000).

D. Pengelolaan Air Limbah


Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari limbah
rumah tangga. Pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia serta mencemari lingkungan hidup.
Cara pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yakni
dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu. Pengenceran ini dilakukan untuk
menurunkan konsentrasi dari air limbah itu sendiri, kemudian baru dibuang.
Cara lain adalah dengan membuat kolam oksidasi. Pada umumnya cara ini adalah
memanfaaatkan cahaya langsung dari sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen dalam
pembersihan secara alamiah.
Cara selanjutnya adalah dengan membuat saluran irigasi yakni dengan membuat parit
terbuka untuk saluran pembuangan air limbah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar air
limbah meresap terlebih dahulu kedalam parit-parit terbuka yang dalam hal ini terbuat dari
galian tanah sehingga lingkungan sekitar tidak akan tercemar (Evierni, 2010).

E. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi oleh
manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan
dibuang. Pengelolaan sampah yang baik adalah dengan cara dikumpulkan dan kemudian
dilakukan pengangkutan. Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab masing-masing
rumah tangga yang dalam hal ini menghasilkan sampah. Selanjutnya untuk kemudian
dilakukan pemusnahan. Hal ini dilakukan untuk sampah yang berbentuk sampah padat, yakni
bisa dilakukan pembakaran dalam tungku pembakaran, ditimbun dalam tanah, maupun dibuat
pupuk. Dengan demikian akan tercipta lingkungan dalam rumah yang bersih dan
menyehatkan (Evierni dkk, 2010).

6
BAB III

PENGELOLAAN SANITASI DI RUMAH BAPAK SLAMET

Nama KK : Slamet

Desa/RT/RW : Kawungcarang RT 04 RW 01

Kecamatan : Sumbang

Kabupaten : Banyumas

Provinsi : Jawa Tengah

Tanggal inspeksi : 2 Oktober 2019

Secara umum komponen yang ada di rumah Bapak Slamet Desa Kawungcarang RT 04 RW
01 termasuk dalam kondisi yang tidak sehat sehingga dapat mempengaruhi kesehatan
penghuni rumah itu sendiri. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan dari komponen –
komponen rumah (kontruksi, sarana sanitasi dan perilaku penghuni) yang tidak sehat adalah
sebagai berikut :
1. Langit-langit
Langit-langit rumah berfungsi untuk menahan debu-debu yang berasal dari atap
rumah. Selain itu langit-langit dapat mencegah tikus untuk turun ke lantai rumah. Apabila
keberadaan langit-langit tidak diperhatikan maka akan menimbulkan berbagai masalah.
Setelah dilakukan inspeksi rumah di Desa Kawungcarang RT 04 RW 01 didapati
rumah Bapak Slamet tidak memiliki langit-langit. Kondisi langit-langit yang buruk
bahkan tidak terdapat langit-langit rumah akan menyebabkan debu-debu yang berasal dari
atap akan berjatuhan ke lantai, makanan yang tidak tertutup, sehingga dapat mengganggu
kesehatan penghuni rumah.

2. Dinding
Fungsi dinding selain untuk menyokong berdirinya rumah juga berfungsi untuk
melindungi penghuni dari kondisi alam di luar rumah (angin, hujan, panas, dll) serta
menghalau kedatangan vektor dan tikus (Djasio Sanropie 1989).
Dari hasil inspeksi sanitasi rumah Bapak Slamet sudah berdinding permanen,
sedangkan 1 rumah masih semi permanen.

7
3. Lantai
Hasil dari inspeksi rumah Bapak Slamet sudah memiliki lantai yang kedap
air/diplester/dikeramik.

4. Jendela Ruang Keluarga dan Kamar Tidur serta Kebiasaan Membuka Jendela
Dari hasil inspeksi rumah di rumah Bapak Slamet didapatkan bahwa semua rumah
telah memiliki jendela ruang keluarga dan jendela kamar tidur.
Semua rumah telah menerapkan kebiasaan membuka jendela kamar tidur dan
jendela ruang keluarga setiap hari. Keberadaan jendela ruang keluarga fungsinya sama
seperti dengan jendela pada kamar tidur, yaitu sebagai ventilasi tidak tetap dan jalan
masuknya cahaya. Suatu ruang keluarga yang tidak meliliki jendela akan menyebabkan
udara menjadi pengap dan lembap sehingga berpotensi untuk menjadi tempat hidup
bakteri-bakteri penyebab penyakit. Padahal apabila udara dapat bersirkulasi dengan baik,
bakteri-bakteri dapat keluar bersama udara selain itu cahaya yang masuk dapat
membunuh bakteri terutama bakteri TB.

5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran
udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis.
Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia,
sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan
over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan
(Gunawan et al., 1982).
Hasil inspeksi rumah didapati Bapak Slamet terdapat ventilasi permanen < 10%
dari lantai.
Rumah dengan luas ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai dapat beresiko
dalam penyebaran penyakit gangguan pernafasan dan TBC. Hal ini disebabkan karena
pertukaran udara tidak lancar dan pencahayan kedalam rumah kurang baik.

6. Lubang Asap Dapur


Dari hasil inspeksi rumah yang dilakukan di rumah Bapak Slamet memiliki
lubang asap dapur namun luas ventilasinya <10% dari luas lantai dapur.

7. Pencahayaan
Penerangan ada dua macam, yaitu penerangan alami dan buatan. Penerangan
alami sangat penting dalam menerangi rumah untuk mengurangi kelembapan.
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain berguna

8
untuk penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk
membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet
(Azwar, 1990).
Cahaya matahari disamping berguna untuk menerangi ruangan, mengusir
serangga (nyamuk) dan tikus, juga dapat membunuh beberapa penyakit menular
misalnya TBC, cacar, influenza, penyakit kulit atau mata, terutama matahari
langsung. Selain itu sinar matahari yang menga ndung sinar ultra violet baik untuk
pertumbuhan tulang anak-anak (Suyono, 1985).
Hasil inspeksi rumah di rumah Bapak Slamet menunjukan bahwa pencahayaan
kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal.

8. Sarana Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah
air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Dari hasil pengamatan kepemilikan sarana air bersih penduduk rumah Bapak
Slamet menunjukan bahwa responden memiliki sarana air bersih bukan milik sendiri dan
tidak memenuhi syarat.

9. Kepemilikan Jamban dan Kebiasaan Membuang Tinja


Dari hasil inspeksi sanitasi rumah Bapak Slamet didapatkan bahwa responden
belum memiliki jamban yang saniter.
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab
tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang memanfaatkan
sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum memadai. Menurut data dari
200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di
antaranya adalah di Indonesia.

10. Sarana Pembuangan Air Limbah


Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk
yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah. Air limbah rumah tangga hendaknya
diolah dengan benar, jangan dibuang sembarangan. Hal ini dapat menyebabkan sumber
air di sekitar dapat tercemar akibat resapan air limbah. Selain itu air limbah yang tidak
diolah dapat menjadi alasan kedatangan lalat.
Dari hasil inspeksi rumah Bapak Slamet menunjukan bahwa responden tidak
memiliki SPAL sehingga air limbah tergenang di halaman rumah.

9
11. Sarana Pembuangan Sampah (Tempat Sampah)
Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, nyamuk,
tikus dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan,
antara lain penyakit diare, kolera, tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai,
demikian pula penyakit jamur ( misalnya jamur kulit ).
Dari hasil inspeksi sanitasi rumah rumah Bapak Slamet tidak memiliki tempat
sampah.

12. Membersihkan Rumah dan Halaman Rumah


Halaman yang kotor dan tidak rapi tentu akan menjadi habitat yang
menyenangkan bagi binatang-binatang. Tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk akan betah
tinggal di tempat – tempat yang kotor lagi tidak terawat. Keberadaan mereka tentu dapat
mengganggu kesehatan penghuninya. Maka sudah seahrusnya panghuni rumah untuk
selalu membersihkan rumah dan halaman.
Dari hasil inspeksi sanitasi rumah Bapak Slamet didapati bahwa responden telah
membersihkan rumah dan halaman setiap hari.

13. Membuang Sampah


Hasil inspeksi rumah Bapak Slamet didapati bahwa responden masih membuang
sampah di kebun atau di kolam.
Kebiasaan membuang sampah secara sembarangan akan menyebabkan
lingkungan tercemar. Hal ini akan menyebabkan tanah tidak subur serta dapat
mengundang kedatangan vektor penyakit untuk berkembang biak di tempat itu.

10
BAB IV
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGENDALIAN

Rumah mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan ini salah satunya adalah
pengaruh kondisi kesehatan rumah terhadap kesehatan manusia (penghuni rumah). Beberapa
komponen rumah yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah kontruksi dari banguanan
rumah, sarana sanitasi yang ada di rumah serta perilaku penghuni rumah sendiri. Setelah
dilakukan inspeksi sanitasi rumah Bapak Slamet Desa Kawungcarang RT 04 RW 01
didapatkan bahwa semua rumah yang diinspeksi termasuk dalam kriteria rumah tidak sehat.

KOMPILASI DATA HASIL INSPEKSI RUMAH


A. UMUM

Jumlah
1 2 3 4 5
Jmlh % Jmlh % Jml % Jmlh % Jmlh %
h
PENDIDIKAN 2 2,2
PEKERJAAN 1 1,1
KK

PENDIDIKAN : PEKERJAAN :
1. TDK TAMAT SD 1. PETANI
2. SD 2. BURUH
3. SLTP 3. WIRASWASTA
4. SLTA 4. SWASTA
5. PT 5. PNS/ABRI

B. STATUS KESEHATAN

Daftar Keluarga Yang Menderita Sakit

Penyakit JML % Yankes


Sakit
1 2 3 4 5 6 7 8

6 Diare
7 Ispa

11
8 Typus
9 DHF
1 Malaria
0
1 TBC
1
1 Kulit
2

Yankes :
1. beli obat sendiri 4.Polindes/PKD
2. dukun/alternatif 5.Puskesmas
3. Dokter praktek 6.RS

C. K0NDISI RUMAH

KOMP Masalah Upaya


ONEN (kesenjanga pengendalian/
RUM n teori dan peningkatan
NO AH KRITERIA JML % hasil
YANG survei)
DINIL
AI
I. KOMPONEN RUMAH
13 1. Langit a. Tidak ada 0 0 Hendaknya
-langit dibuatkan langit –
langit guna
menahan debu
yang berasal dari
genting serta
untuk
menghindari atap
rumah sebagai
sarang tikus.
Apabila tidak
memungkinkan
untuk membuat
langit – langit
dalam waktu
dekat, maka
pemilik rumah

12
harus sering
membersihkan
atap rumah secara
rutin.
b. Ada, kotor, sulit Membuat langit-
dibersihkan dan rawan langit permanen
kecelakaan. agar kebersihan
rumah tetap
terjaga dengan
baik.
Memperbaiki
langit-langit yang
yang sudah rusak
agar tidak terjadi
kecelakaan.
c. Ada, bersih dan tidak Membuat langit-
rawan kecelakaan. langit permanen
agar kebersihan
rumah tetap
terjaga dengan
baik.
14 2. Dindin a. Bukan tembok (terbuat
g dari anyaman bambu /
ilalang).
b. Semi permanan / 2 0,6 Selalu menjaga
setengah tembok / kebersihan
pasangan batu atau bata dinding agar tidak
yang tidak diplester / berdebu pada
papan yang tidak kedap bagian dinding
air. yang tidak di
tembok.
Bagian dinding
yang tidak
ditembok dijaga
kondisinya,
jangan terkena air
hujan karena akan
membuat cepat
keropos.
Sebaiknya
dinding di tembok
secara
menyeluruh agar
bangunan rumah
kokoh, dan tidak
berdebu.

13
c. Permanen Menjaga
(tembok/pasangan batu kebersihan
bata yang diplester) tembok dengan
papan kedap air. mengecek secara
berkala.
15 3. Lantai a. Tanah.
b. Papan / Anyaman bambu
dekat dengan tanah /
plesteran yang retak dan
berdebu.
c. Diplester / ubin / keramik 3 1 Menjaga
/ papan (rumah kebersihan lantai.
panggung).

16 4. Jendel a. Tidak ada


a
b. Ada 2 0,6 Menjaga
kamar
kebersihan
tidur
jendela kamar
tidur dengan
membersihkan
secara rutin.
17 5. Jendel a. Tidak ada
a
b. Ada 1 0,3 Menjaga
ruang
kebersihan
keluar
jendela ruang
ga
keluarga dengan
mebersihkan
secara rutin.
18 6. Ventil a. Tidak ada
asi
b. Ada, luas ventilasi
permanen < 10 % dari
luas lantai
c. Ada, luas ventilasi 2 0,6 Menjaga
permanen > 10 % dari kebersihan
luas lantai. ventilasi.
19 7. Luban a. Tidak ada
g asap
b. Ada, luas ventilasi
dapur
permanen < 10 % dari
luas lantai dapur.
c. Ada, lubang ventilasi > 2 0,6 Menjaga
10 % dari luas lantai kebersihan
dapur ( asap keluar ventilasi dengan
dengan sempurna ) atau pengecekan
ada exhaust fan ada secara rutin.
peralatan lain yang
sejenis.

14
20 8. Pencah a. Tidak terang, tidak dapat
ayaan. dipergunakan untuk
membaca.
b. Kurang terang, sehingga
kurang jelas untuk
membaca dengan normal.
c. Terang dan tidak silau 2 0,6 Menghemat
sehingga dapat membaca penggunaan
dengan normal. lampu.

II. SARANA SANITASI


21 1. Sarana a. Tidak ada
Air
b. Ada, bukan milik sendiri 1 0,1 Perbaiki kondisi
Bersih
dan tidak memenuhi sanitasi sumur
(SGL / syarat kesehatan. gali agar air
SPT /
sumur lebih
PP /
terlindungi
KU /
PAH) Sebaiknya jarak
SAB dengan
tempat
pembuangan
limbah atau
pembuangan tinja
lebih dari 10m.
Sebaiknya
kandang ternak
berjauhan dengan
sumber air (lebih
dari 10m)
Buatlah sumur
gali baru yang
lebih memenuhi
syarat kesehatan.
c. Ada, milik sendiri dan
tidak memenuhi syarat
kesehatan.
d. Ada, bukan milik sendiri
dan memenuhi syarat.
e. Ada, milik sendiri dan
memenuhi syarat
kesehatan.
22 2. Jamba a. Tidak ada.
n
b. Ada, bukan leher angsa, 2 0,2 Buatlah septic
(Saran
tidak ada tutup, tank untuk
a disalurkan ke sungai / menampung air
pembu kolam). limbah dari rumah
angan

15
kotora c. Ada, bukan leher angsa
n) ada ditutup (leher angsa),
disalurkan ke sungai /
kolam.
d. Ada, bukan leher angsa
ada tutup, septic tank.
e. Ada, leher angsa, septic
tank.
23 3. Sarana a. Tidak ada, sehingga tidak 0 0 Membuat selokan
Pembu tergenang teratur di untuk
angan halaman rumah. menampung air
Air limbah
Limba
b. Ada, diresapkan tetapi
h
mencemari sumber air <
(SPAL 10 m).
) c. Ada, dialirkan ke selokan
terbuka.
d. Ada, diserapkan dan
tidak mencemari sumber
air (jarak dengan sumber
air > 10 m).
e. Ada, dialirkan ke selokan
tertutup (saluran kota)
untuk diolah lebih lanjut.
24 4. Sarana a. Tidak ada. 0 Buatlah penutup
Pembu tempat sampah
angan agar tidak
sarana mengundang
(Temp datangnya lalat
at dan tidak
Sampa menimbulkan bau
h) sampah.
Membeli tempat
sampah yang
sudah kedap air
dan ada
penutupnya.
b. Ada, tetapi tidak kedap
air dan tidak ada tutup.
c. Ada, kedap air dan tidak
bertutup.
d. Ada, kedap air dan
bertutup.
III. PERILAKU PENGHUNI
25 1. Memb a. Tidak pernah dibuka.
uka
b. Kadang-kadang.
jendela
kamar c. Setiap hari dibuka. 3 1 Membiasakan
tidur. secara rutin.

16
26 2. Memb a. Tidak pernah dibuka.
uka
b. Kadang-kadang.
jendela
ruang c. Setiap hari dibuka. 3 1 Membiasakan
keluar secara rutin.
ga
27 3. Memb a. Tidak pernah.
ersihka
b. Kadang-kadang.
n
rumah c. Setiap hari. 3 1 Membiasakan
dan secara rutin.
halama
n
28 4. Memb a. Dibuang ke sungai /
uang kebun / kolam /
tinja sembarangan.
bayi b. Kadang-kadang ke
dan jamban.
balita c. Setiap hari di buang ke
ke jamban.
jamba
n.
29 5. Memb a. Dibuang ke sungai / 2 0,6 Membeli tempat
uang kebun / kolam / sampah yang
sampa sembarangan. sudah kedap air
h pada dan ada
tempat penutupnya.
sampa
b. Kadang-kadang dibuang
h.
ke tempat sampah.
c. Setiap hari dibuang ke
tempat sampah.

PHBS TATANAN RUMAH TANGGA

JML % Masalah Upaya


N (kesenjangan pengendalian/
ITEM
O teori dan peningkatan
hasil survei)

31 Apakah di rumah ada bayi atau balita


 Bila ada isi bagian A,B,C,D
 Bila tidak ada langsung ke bagian
B,C,D
A KELOMPOK KIA DAN GIZI (BILA

17
RESPONDEN ADA BAYI/BALIAT)
32 1 Persalinan oleh nakes
33 2 Pemeriksaan bumil pada Nakes 4 x
34 3 Bayi ASI eksklusif
35 4 Balita timbang teratur 8 x/th
36 5 Makan makanan gizi seimbang
B KELOMPOK KESEHATAN LING
37 6 Menggunakan air bersih
a. PDAM
b. Perpipaan
c. Sumur gali 1 1
d. Mata air
38 7 Menggunakan jamban sehat
a. closet leher angsa 1 1
b. leher angsa dan septiktank
39 8 Saluran air limbah
a. Ada tdk permanen 0 0
b. Ada Permanen
c. Ada permanen dan Disalurkan ke
septik tank
40 9 Membuang sampah pd tempatnya 1 1
41 10 Menempati luas rumah min 9 m2/org 1 1
42 11 Lantai rumah kedap air 1 1
C KELOMPOK GAYA HIDUP
43 12 Olah raga teratur 1 1
44 13 Tidak merokok 0 0
45 14 Mencuci tangan pakai sabun 0 0
46 15 Menggosok gigi 2x sehari 1 1
47 16 Tidak miras / narkoba 1 1
D KELOMPOK UPAYA KES. MASY
48 17 Menjadi anggota JPK 1 1
49 18 Melakukan PSN 0 0

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

18
A. Kesimpulan

1. Kondisi sanitasi di rumah Bapak Slamet semuanya masuk dalam kriteria rumah tidak
sehat.
2. Syarat rumah sehat masih belum diterapkan di rumah Bapak Slamet. Hal ini karena
pengetahuan tentang rumah sehat masih terbatas.
3. Sanitasi rumah masih belum diperhatikan oleh sebagian besar warga masyarakat.

B. Saran

1. Hendaknya setiap penduduk lebih mengetahui tentang rumah sehat serta


menerapkannya sesuai dengan kemampuan penduduk.
2. Perlu sosialisasi terhadap para penduduk untuk memiliki jamban secara pribadi.
3. Pemerintah Desa Kawungcarang hendaknya memberikan stimulus atau bantuan
terhadap warga yang kurang mampu terutama dalam hal pembangunan jamban yang
saniter.
4. Sanitasi rumah sebaiknya lebih ditingkatkan lagi.
5. Sebaiknya diadakan penyuluhan rumah sehat kepada warga masyarakat supaya warga
masyarakat mengerti pentingnya rumah sehat.

DAFTAR PUSTAKA

19
Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2005. 2005. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Untuk
Puskesmas. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng.
Sanropie, Djasio dkk. 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta :
Departemen kesehatan RI.
Suyono. 1985. Pokok Bahasan modul Perumahan dan Pemukiman Sehat. Banjarmasin :
Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat.
http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com di download tanggal 19 november 2010 Pukul:
19:47 wib

LAMPIRAN

20
21

Anda mungkin juga menyukai