Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MK ISBD

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN VEKTOR NYAMUK


PENYEBAB MALARIA

Disusun oleh :

1. Aditya Satria Wicaksono (P1337433119083)


2. Yusrika Nosi Gusmanti (P1337433119085)
3. Soviana Kusumaningrum (P1337433119091)
4. Gita Laras (P1337433119093)
5. Yaumal Fathan (P1337433119054)
6. Ilfiana Salma (P1337433119060)
7. Elynda Dea Dwi Ismoyowati (P1337433119069)

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019/2020

i
2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hubungan Sosial
Budaya dengan Vektor Nyamuk Penyebab Malaria ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Hubungan Sosial Budaya dengan Vektor Nyamuk Penyebab Malaria bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zaeni Budiono,BE,S.IP, M.Si selaku dosen mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 13 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Sosial Budaya dan Vektor Nyamuk .................................................... 3

2.2 Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Tentang Penyebaran Malaria ........................... 3

2.3 Kebiasaan Masyarakat Berkaitan Dengan Penanggulangan Malaria ............................ 4

2.4 Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Malaria ............................................. 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 6

3.2 Saran .............................................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyamuk merupakan organisme hidup yang tersebar di berbagai penjuru dunia, yang sebagian
besar dapat merugikan bagi kehidupan manusia karena perannya dapat menyebar luaskan
penyakit menular (penyakit tular vektor) di antaranya malaria, demam berdarah, radang otak
hencephalitis, filaria, chikungunya. Tidak semua spesies nyamuk betina dapat berperan sebagai
penular penyakit hanya beberapa saja diantaranya genus Anopheles, culex, Aedes dan Mansonia.
Penyakit penting yang dapat ditularkan oleh keempat genus tersebut adalah malaria, filaria,
demam berdarah dan Japanese encephalitis. Tujuan dari penulisan ini mengkaji sejauh mana
nyamuk Anopheles dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat serta sebarannya yang
terkait dengan aktivitas kehidupan manusia di Indonesia. Berbagai aktivitas manusia dapat
memberikan kontribusi terhadap tempat perkembangbiakan bagi kehidupan nyamuk, apabila
tempat-tempat tersebut tidak terawat /terkontrol dengan baik. Hal ini akan memberikan kerugian
bagi manusia sendiri, karena populasi nyamuk bertambah memberi peluang kontak gigitan
nyamuk terhadap manusia. Spesies nyamuk vektor tertentu mempunyai kaitan erat dengan
aktivitas kehidupan manusia dari mulai pengelolaan lahan sawah, tambak ikan, perkebunan,
peternakan, menampung air sampai pembuangan air limbah rumah tangga akan memberikan
peluang nyamuk untuk berkembangbiak. Pada umumnya vektor malaria di Indonesia mempunyai
sifat perilaku zoofilik dan sedikit antropofilik yang berbeda pada setiap daerah endemis, dan
bersifat eksofagik, eksofilik berbeda pula sebagai parameter entomologi kesehatan.
Hingga kini di Indonesia malaria masih menimbulkan permasalahan di bidang kesehatan.
Bahkan diperkirakan hingga tahun 2000 malaria akan tetap merupakan salah satu penyakit yang
masih perlu mendapat perhatian utama di bidang kesehatan I). Hal ini disebabkan adanya
masalah teknis medis antara lain adanya penurunan efektivitas penyemprotan menggunakan
DDT, Plasmodium falcipamrn yang telah resist en terhadap chloroquin, dan juga masalah yang
menyangkut aspek sosial budaya. Dalam upaya penanggulangan malaria aspek sosial budaya ikut
berperan di dalam keberhasilan upaya tersebut, karena timbul dan hilangnya suatu penyakit
dipengaruhi oleh aspek sosial budaya yang ada dalam masyarakat.
Aspek sosial budaya yang erat kaitannya dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit
meliputi : kebiasaan, kepercayaan, nilai tradisi, sikap, pengetahuan dan persepsi masyarakat
tentang penyakitlsakit 2. Dalam tulisan ini aspek sosial budaya yang dibahas dalam kaitannya
dengan upaya penanggulangan malaria terutama mengenai pengetahuan, persepsi,
tindakanlkebiasaan masyarakat. Selain itu juga dibahas mengenai potensi yang ada di dalam
masyarakat, baik menyangkut potensi sosial maupun ekonomi. Potensi sosial adalah peranan
pimpinan, baik pimpinan formal maupun informal termasuk di dalamnya tokoh atau pemuka
masyarakat. Sedangkan potensi ekonomi adalah dana yang dapat digali dari masyarakat. Potensi
sosial maupun ekonomi bila digarap dapat dimanfaatkan dalam upaya penanggulangan malaria.
Diharapkan apa yang dibahas dalam tulisan ini dapat memberikan gambaran dan masukan bagi
pelaksana program dalam rangka penanggulangan malaria di Indonesia.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan ilmu sosial budaya dengan penyebaran vektor nyamuk penyebab
malaria?
2. Apa peran serta masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui hubungan ilmu sosial budaya dengan penyebaran vektor nyamuk penyebab
malaria?
2. Mengetahui peran serta masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria?

1.4. Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai hubungan ilmu sosial
budaya dengan penyebaran vektor nyamuk penyebab malaria
2. Bagi pembaca, sebagai sumber pengetahuan mengenai hubungan ilmu sosial budaya
dengan penyebaran vektor nyamuk penyebab malaria.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Sosial Budaya dan Vektor Nyamuk

Ilmu budaya adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendasar
dalam kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya. Dan masalah-masalah yang menyertainya,
sering disebut sebagai humanities yang merupakan pengetahuan yang diharpkan dapat
memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep yang dapat di gunakan untuk masalah-masalah
manusia dan kebudayaan. Sebagai integrasi ISBD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan
sosial dan konsep-konsep budaya kepada manusia sehinnga mampu mengkaji masalah sosial dan
budaya secara arif. ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan dan budaya sekaligus pula
memberi dasar yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial yang terintregasi. ISBD bukanlah
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-
aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosialyang
berbudaya, dan masalah masalah yang terwujud dari padanya.
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya
dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor juga merupakan anthropoda
yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada
induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok
vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga
sebagai perantara penularan penyakit seperti yang sudah di jelaskan di atas (Nurmaini,2001).
Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan
masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut
(Menkes, 2010).

2.2 Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Tentang Penyebaran Malaria

Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan, terutama
mengenai aspek sosial budaya dalam kaitannya dengan malaria hasilnya menun- jukkan bahwa
pada umumnya pengetahuan masyarakat tentang malaria relatif tinggi. Namun jika ditelaah lebih
mendalam, pengetahuan masyarakat tentang malaria belum sampai pada hal-ha1 yang mendasar.
Ini tercermin dari hasil penelitian yang dilakukan di daerah Temanggung dan Banjarnegara 3).
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa hanya sekitar 18,8 % penduduk di daerah penelitian di
Temanggung dan sekitar 36,6 % penduduk di daerah penelitian di Banjarnegara menge- tahui
dengan benar tentang gejalaltanda-tanda malaria, mengenai pengetahuan tentang apa yang
menularkan malaria, di daerah penelitian di Temanggung yang tahu benar hanya sekitar 40,O %.
Sementara itu di daerah penelitian di Banjarnegara yang tahu benar hanya sekitar 41,6 %. Lain
halnya dari hasil penelitian yang dilakukan di Berakit, Riau Kepulauan pada tahun 1983 4). Pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa secara umum masyarakat mengetahui mengenai
gejalaltanda-tanda malaria. Demikian pula tentang apa yang menularkan malaria, sekitar 81,4 %
menyatakan dengan benar. Dari penelitian ini terungkap bahwa penyakit malaria oleh
masyarakat biasanya disebut "Demam Kura".
Hasil penelitian serupa yang dilakukan di daerah Jawa Tengah ', dengan mengambil 3 desa untuk
dijadikan daerah penelitian yaitu desa Kalikutes, desa Bedono Kluwung dan desa Pablengan
(sebelum dilakukan intervensi menggunakan buku panduan malaria), secara keseluruhan

3
pengetahuan penduduk tentang malaria sekitar 73,8 % mengetahui dengan benar masalah
penyakit tersebut. Setelah dilakukan intervensi, pengetahuan penduduk mcningkat menjadi 90,O
%. Demikian pula pengetahuan tentang penularan malaria, sebelum diintervensi, sekitar 82,5 %
mengetahui dengan benar tentang penularan malaria. Setelah mendapat intervensi, mereka yang
mengetahui tentang ha1 itu meningkat menjadi 96,l %.

2.3 Kebiasaan Masyarakat Berkaitan Dengan Penanggulangan Malaria

Banyak faktor yang menghambat maupun mendukung upaya penanggulangan malaria, salah
satu di antaranya adalah menyangkut tindakanlkebiasaan masyarakat. Kebiasaan adalah suatu
tindakan yang diulang-ulang dan kadang tanpa disadari oleh oranglmasyarakat yang
melakukannya 2. Kebiasaan masyarakat yang erat kaitannya dengan penularan dan pencegahan
malaria antara lain meliputi kebiasaan tidur di luar kamar, kebiasaan memakai kelambu sewaktu
tidur dan cara bercocok tanam di sawah.
Di daerah Banjarnegara dan Temanggung, Jawa Tengah, relatif masih banyak penduduk
yang mempunyai kebiasaan tidur di luar kamar, bahkan di luar rumah. Menurut hasil penelitian
di kedua daerah tersebut, sekitar 27,O % penduduk di daerah Banjarnegara dan sekitar 7,4 %
penduduk di daerah Temanggung yang mempunyai kebiasaan tidur di luar kamar. Demikian pula
sekitar 62,6 % penduduk di daerah penelitian Banjarnegara dan sekitar 80,2% penduduk di
daerah penelitian Temanggung mengggunakan kelambu sewaktu mereka tidur. Dengan
perkataan lain relatif masih banyak penduduk yang belum menggunakan kelambu. Sistem
persawahan yang dianut oleh masyarakat di daerah penelitian Banjarnegara dan Temanggung
sedikit banyak akan membantu upaya penanggulangan malaria. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 29,2 % di daerah Banjarnegara dan 54,4% di daerah penelitian di Temanggung
penduduknya melakukan sistem persawahan berkala, yaitu dengan cara pola tanam bergantian,
tanaman kering dan tanaman basah. Dengan sistem ini diharapkan berkembangbiaknya nyamuk
penular malaria dapat dihambat.
Di samping sistem persawahan berkala, pemeliharaan ikan pemakan jentik juga akan sangat
membantu upaya penanggulangan malaria. Di daerah penelitian di Banjarnegara sekitar 6,O %
dan di Temanggung sekitar 23,6% penduduknya memelihara ikan jenis tersebut. Diharapkan jika
banyak penduduk yang memelihara ikan pemakan jentik, maka daerah dengan angkqmalaria
yang tinggi akan semakin berkurang. Dalam kaitannya dengan penyembuhan penyakit malaria,
hasil penelitian di Banjarnegara dan Temanggung menunjukkan bahwa sekitar 40,O % di daerah
penelitian Banjarnegara dan sekitar 14,6 % di daerah penelitian Temanggung penduduknya bila
sakit malaria pen embuhannya dengan cara meminum pi1 37. Sementara yang masih minum
jamu pahitanlramuan di daerah penelitian Banjarnegara sekitar 30,O % dan di daerah penelitian
Temanggung sekitar 9,O %. Hasil penelitian di daerah Jawa Tengah yang lain tepatnya di desa
Kalikutes, desa Bedono Kluwung dan desa Pablengan secara keseluruhan yang meminum pi1
untuk penyembuhan malaria sekitar 29,4 %. Namun setelah dilakukan intervensi menggunakan
buku panduan malaria, yang minum pi1 untuk penyembuhan malaria meningkat menjadi 39,4%.
Selain minum pil, untuk penyembuhan malaria ada sebagian penduduk minum ramuanljamu
pahitan. Hasil penelitian di daerah tersebut, sekitar 47,7 % penduduk mash meminum jamu
pahitadramu-ramuan jika sakit malaria. Namun setelah intervensi yang minum jamu
pahitanhamu-ramuan menjadi menurun yaitu tinggal 17,s %. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa relatif banyak penduduk dalam penyembuhan malaria melakukan pengobatan secara
kombinasi yaitu minum obat modern dan minum obat tradisional. Sebelum dilakukan intervensi
4
secara keseluruhan yang minum obat dengan cara kombinasi sekitar 12,0%. Namun setelah
dilakukan intervensi menjadi 35,1%. Rupanya penduduk belum bisa sama sekali meninggalkan
cara pengobatan tradisional yaitu terdiri dari ramuanljamu pahitan 6). Akan tetapi yang perlu
mendapat perhatian adalah bagi yang telah diintervensi dengan menggunakan buku panduan
malaria ternyata dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang berkunjung atau memanfaatkan
fasilitas kesehatan Puskesmas.

2.4 Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Malaria

Tanpa disadari ataupun disadari masya- rakat pada hakikatnya telah menunjukkan peran serta
dalam upaya penanggulangan malaria. Bentuk atau sifat peran serta tersebut sangat bervariasi,
ada yang langsung maupun tidak langsung, aktif maupun pasif. Sebagaimana halnya di daerah
penelitian di Berakit, Riau Kepulauan, bentuk peran serta masyarakatnya dapat dikatakan tidak
langsung. Berdasarkan hasil penelitian di daerah tersebut, sekitar 53,O % responden menyatakan
bahwa mereka menyarankan kepada tetangga untuk berobat ke Puskesmas jika tetangga tersebut
terkena malaria. Sebagian bertindak diam jika menjadi berbahaya ada tetangga sakit, dalam arti
tidak menyarankan sesuatu apapun ke tetangga yang sakit tersebut. Jumlahnya tidak banyak akan
tetapi perlu mendapat perhatian agar mereka ini mau ikut secara aktif dalam penanggulan
malaria. Boleh jadi hal yang demikian mencerminkan sikap masa bodoh terhadap lingkungnnya.

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

5
1. Penyuluhan menggunakan buku panduan malaria sangat efektif dalam mening- katkan
pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan
penyakit tersebut.
2. Pandangan masyarakat terhadap penyakit malaria berubah, sebelum intervensi dengan
buku panduan malaria masyarakat beranggapan bahwa penyakit malaria tidak dirasakan
berat karena mereka masih bisa bekerja dan sekolah. Sekarang masyarakat beranggapan
bahwa penyakit malaria cukup membahayakan dan dapat menyebabkan penyakit
menahun.
3. Kebiasaan menanam padi bergantian dengan tanaman kering, pengeringan sawah secara
berkala sangat membantu dalam penanggulangan malaria karena dapat memutus rantai
penularan penyakit tersebut.
4. Pemeliharaan ikan pemakan jentik akan sangat membantu upaya penanggulangan
malaria, karena secara alamiah ikan jenis tersebut dapat mengurangi populasi nyamuk
penular malaria. Jika pemeliharaan ikan pemakan jentik dapat lebih dibudidayakan dalam
masyarakat, maka tidak dapat dipungkiri penularan malaria terutama di daerah-daerah
endcmis akan dapat dikurangi.
5. Tenaga Lapangan Malaria (TLM) meru- pakan salah satu aset dalam rangka
penanggulangan malaria. Keberadaannya sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi masyarakat agar ikur berperan serta dalam upaya
penanggulangan malaria. .
6. Dana Sosial untuk menanggulangi penyakit malaria sangat diperlukan masyarakat dengan
bimbingan dari Kepala Desa

1.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

nyamuk-vektor-malaria-dan-hubungannya-de.pdf
Malaria PBL Rezqananda Adisti - Academia.edu

Anda mungkin juga menyukai