Anda di halaman 1dari 16

Zakiya Darajat : Warisan Islam … 77

Warisan Islam Nusantara


Zakiya Darajat1

Abstrak
Di tengah perbenturan dua arus utama yang saling tarik menarik antara arus
sekulerisme-liberal Barat dan arus fundamentalisme-radikal Timur Tengah, Islam
Nusantara—dengan berbagai macam karakteristiknya—berhasil mempertahankan
warna kemoderatannya. Sikap mengambil jalan tengah dalam segala dimensi
kehidupan keberagamaan sangat selaras dengan watak dan karakteristik umat
Islam Indonesia yang sangat fleksibel, toleran dan terbuka dalam menerima dan
mensikapi segala perbedaan tradisi, pandangan dan keyakinan keberagamaan,
sehingga melahirkan kearifan lokal (local wisdom), serta corak dan warna Islam
Nusantara yang sangat khas, berupa Islam yang ramah, toleran, dan pluralistik.
Karakteristik Islam Indonesia yang toleran, ramah, smiling, dan flowering ini
bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba, akan tetapi merupakan hasil sebuah
proses panjang yang telah dilalui umat Islam Indonesia, menyangkut profil para
tokoh pendakwah Islam, metode yang digunakan dalam penyebaran Islam di
Nusantara, sarana dan media penyebaran Islam, juga relasinya dengan kekuasaan
politik. Beberapa hal inilah yang turut mempengaruhi begitu kokohnya warna
moderatisme Islam di Nusantara. Kini, Islam Nusantara telah banyak melahirkan
warisan peradaban sebagai harta peninggalan yang tak ternilai harganya,
sekaligus sebagai bukti otentik betapa Islam telah ikut memberi corak dan warna
bagi kemajuan peradaban masyarakat Muslim Indonesia maupun dunia.
Kata Kunci: Islam Moderat, Kearifan Lokal, Warisan Peradaban Nusantara.

Abstract
In the midst of the clash between two mainstreams; ‘liberal-secularism’ of the West
mainstream and radical-fundamentalism of Middle East mainstream, Islam
Nusantara—with its various characteristics—managed to maintain its moderate
color. The attitude to choose moderate way in every dimension of religious life is in
line with the nature and characteristics of Indonesian muslim community which is
flexible, tolerant, and open minded to receive and respond with the various of
traditions, views, and religion belief to create local wisdom, characteritistics, and
the distinctive type of Islam Nusantara that shows friendly, tolerant, and pluralistic
Islam. The characteristics of Indonesian muslims which are tolerant, friendly,
smiling, and flowering do not suddenly appear, but it is the result of a long process
experienced by Indonesian muslim community, including the profile of Islamic
figures, method used to spread Islam in Nusantara, infrastructure and media of
spreading Islam, and its relation with political power. These factors influence the
strength of moderation of Islam in Nusantara. Currently, Islam Nusantara has
created civilization heritage as precious inheritance, as well as authentic evidence
showing that Islam has contributed to the civilization progress of Indonesian
muslim community specifically, and the world population generally.
Keywords: Moderate Islam, Local Wisdom, Nusantara Civilization Heritage.

1
Mata Kuliah Umum (MKU) dan Ilmu Agama Islam (IAI) Universitas Negeri Jakarta.
78 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

A. Pendahuluan memurnikan Islam. 4 Kelima adalah


Indo-Pakistan Islamic cultural sphere
Dalam kesempatan perkuliahan
yang berciri khas strong mystical
yang penulis ikuti di Sekolah
tradition karena banyak dipengaruhi
Pascasarjana UIN Jakarta mata kuliah
tradisi Hindu. Keenam adalah Chino
History of Southeast Asian Islam;
Islamic cultural sphere yang sangat
Social Intellectual,2 Guru Besar Sejarah
menghormati leluhur. Ketujuh adalah
Islam UIN Jakarta Prof. Dr. Azyumardi
Western Islamic cultural sphere, di
Azra, MA mengemukakan bahwa
mana Islam masih mengalami
wilayah peradaban Islam terbagi atas
keterancaman sehingga Islam menjadi
delapan cultural domain (sphere).
semacam politic of identity, dan
Pertama adalah Arabic cultural
kedelapan adalah Nusantara Islamic
domain, yang memiliki banyak tradisi
cultural sphere, 5 yang berciri khas
dan kabilah tetapi memiliki bahasa yang
sama, yaitu Bahasa Arab. Kedua adalah
4
Iranian-Persian Islamic cultural sphere Beberapa gerakan Islam di Afrika yang
yang memiliki tradisi intelektual Persia bertujuan memurnikan Islam antara lain
adalah gerakan yang dipimpin Usman dan
yang sangat kuat. Ketiga adalah
Fadio (1754-1817 M) di Nigeria Utara yang
Turkish Islamic cultural sphere, yang memimpin gerakan jihad melawan penguasa
menekankan tradisi ghazi (kewiraan, Muslim dan pendukungnya yang
militerisme), tidak terlalu filosofis, dipandangnya korup dan menjalankan ajaran
hingga Turki bisa menguasai Eropa. 3 Islam yang bercampur baur dengan tradisi
lokal. Demikian juga gerakan Grand Sanusi di
Keempat adalah Sudanic Islamic
Libya (1787-1859 M) dan gerakan Al-Mahdi
cultural sphere, yang memiliki orientasi di Sudan (1849-1885 M). Ciri gerakan
tradisi lokal dan disampaikan dengan revivalis Afrika ini adalah kepemimpinannya,
kewiraan, sehingga di Afrika Selatan antara lain ordo sufi yang berorientasikan
banyak gerakan jihad yang bertujuan politik, militan, dan reformis. Libya dan
Sudan merupakan contoh tegas dari ordo sufi
yang memimpin gerakan revivalis berbentuk
jihad. Lihat John. L. Esposito, Islam and
2
Perkuliahan dilakukan pada 20 Maret 2012. Politics (New York: Syracuse University,
3
James Turner Johnson dalam The Holy War 1998), h. 40.
5
Idea in Western and Islamic Tradition Secara morfologi, kata majemuk ini berasal
mengemukakan bahwa Imperium Turki dari bahasa Jawa kuno, yaitu nusa (pulau) dan
Usmaniyah dikenal sebagai imperium ghaza. antara (lain/seberang). Istilah Nusantara
Dinasti ini sangat bersungguh-sungguh dalam dipakai untuk menggambarkan wilayah
menjalankan kewajiban melindungi dan kepulauan yang membentang dari Sumatera
memperluas kekuasaan Islam, dan bahkan hingga Papua. Sejarawan Indonesia
berusaha untuk membenarkan tuntutan mempercayai bahwa kata ini telah digunakan
mereka untuk menguasai seluruh dunia Islam. oleh Kertanegara, Raja Singasari terakhir
Puncak ghaza adalah ditaklukkannya pada tahun 1275 M, lalu kembali dicetuskan
Konstantinopel, ibukota imperium oleh Gajahmada pada tahun 1336 M. Kitab
Byzantium, oleh Sultan Mehmed II atau Negarakertagama mencantumkan wilayah
Sultan Muhammad al-Fatih (memerintah Nusantara pada masa sekarang mencakup
tahun 1451-1484) pada tahun 1453 M. Daerah Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara,
kekuasaan Imperium Turki Usmaniyah Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, Maluku,
meliputi Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Papua Barat, dan ditambah Malaysia,
Yaman di Asia Kecil, lalu Mesir, Libya, Singapura, Brunei, dan Filipina bagian
Tunis dan Aljazair di Afrika, serta Bulgaria, selatan. Pada awal abad ke-20, Ki Hajar
Yunani, Yugoslavia, Albania, Hungaria dan Dewantoro kembali menghidupkan kembali
Rumania di Eropa. Lihat James Turner istilah ini sebagai alternatif nama bagi negara
Johnson, The Holy War Idea in Western and pelanjut nama Hindia –Belanda, sebelum
Islamic Tradition (terj) (Yogyakarta: Qalam, akhirnya tercetus nama Indonesia (berarti
1997), h. 239. Kepulauan Hindia). Lihat “Pengertian
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 79

Islam yang akomodatif, toleran, rilex, Nusantara—yang karena itu segera


dan flowering.6 menimbulkan perasaan permusuhan di
Lahirnya wajah Islam Nusantara tengah warga pribumi 8 —Islam
yang akomodatif, rilex dan flowering diperkenalkan di Nusantara antara lain
bisa ditelusuri dari sejarah interaksi dengan menggunakan jalur
Islam—yang secara faktual turun di perdagangan, sebuah media yang sangat
Tanah Hijaz, sebuah wilayah yang melekat dengan tradisi masyarakat
letaknya ribuan kilometer dari Nusantara. Aktivitas perdagangan
Nusantara dengan penduduk Nusantara meniscayakan adanya interaksi sosial
yang telah ratusan tahun memeluk yang mutual antara penjual dan
keyakinan animisme, dinamisme, pembeli, kesederajatan, dan simbiosis
kemudian Hindu dan Budha sebagai mutualisme antara keduanya, serta jauh
kepercayaan yang telah established dari kesan permusuhan ataupun
sebelum datangnya Islam. Berbeda perasaan superioritas-inferioritas.
dengan ajaran Kristen yang dibawa Selain melalui jalur perdagangan,
seiring dengan masuknya era media budaya menjadi salah satu sarana
7
kolonialisme dan imperialisme Barat di penyebaran Islam yang sangat efektif
bagi masyarakat Nusantara, khususnya
masyarakat Jawa. Para pendakwah
Nusantara”, sumber: http://id.facebook.Dunia
Pengetahuan. Diakses 8/9/2014.
Islam antara lain para Wali Songo,
6
Lihat juga Azyumardi Azra, Renaisans Islam menggunakan media seni, baik seni
Asia Tenggara; Sejarah Wacana dan wayang 9 , gamelan, sastra, dan
Kekuasaan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), h. xv.
7
Kedatangan kolonialisme dan imperialisme api dari agama Mohammet, sehingga api itu
Barat di Nusantara pada abad ke-16 disertai tidak akan pernah lagi menyebar sesudah itu.
dengan missi 3 G, yaitu gold, glory and Saya yakin benar, jika kita rampas
gospel. Di samping untuk mencari sumber- perdagangan Malaka ini dari mereka, Kairo
sumber kekayaan (gold) berupa rempah- dan Mekkah akan hancur…”. Lihat
rempah, emas, dan sebagainya, kerajaan- Mualimbunsu Syam Muhammad, Motivasi
kerajaan Eropa juga berkeinginan untuk Perang Sabil di Nusantara (Jakarta: Media
memperluas imperiumnya dengan mendirikan Madania, 2013), h. 96.
8
koloni dan menjajah wilayah-wilayah baru Sartono Kartodirdjo mencatat dua bentuk
demi memperoleh kejayaan (glory). Selain rekasi terhadap penetrasi Barat (Belanda) di
itu, dalam missi penjelajahan Indonesia. Sikap radikal menolak
ini,diikutsertakan para missionaries yang diperlihatkan oleh para pemimpin agama,
menjalankan missi zending untuk sedangkan sikap menerima dan adaptif
menyebarkan ajaran-ajaran Kristus (gospel) di diperlihatkan kaum adat, seperti pangreh-
daerah yang menjadi jajahannya. praja di Jawa, kaum adat di Sumatera Barat,
Menyatunya ketiga motif ini, yaitu motif dan oeloebalang di Aceh. Perbedaan respons
ekonomi, politik dan agama dalam missi ini dipengaruhi oleh kedudukan dan sikap
kolonialisme dan imperialisme terlihat dalam religius mereka masing-masing. Lihat Sartono
ucapan Alfonso d’Albuquerque, Panglima Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia
perang Kerajaan Kristen Portugis yang pada Baru 1500-1900 (Jakarta: Gramedia Pustaka
tahun 1511 melakukan agresi militer terhadap Utama, 1999), h. 374.
9
Kerajaan Islam Malaka yang saat itu Sunan Kalijaga misalnya, memasukan unsur-
diperintah Sultan Mahmud Syah II (1488- unsur ajaran Islam ke dalam pertunjukan seni
1511 M). Setelah membakar semua kapal wayang. Pengenalan jamus kalimosodo (dua
orang Arab dan Cambay di Pelabuhan Malaka kalimat syahadat), juga penggambaran empat
dan menyelamatkan kapal milik orang China tokoh punakawan yang digambarkan arif dan
dan non-Muslim, Alfonso berujar, “...jasa bijaksana, yaitu Semar, Gareng, Petruk dan
yang akan kita berikan kepada Tuhan kita Bagong, adalah personifikasi dari ucapan Ali
dengan mengusir orang Moor (Islam-Arab) bin Thalib, “itsmar khairan, fatruk ma
keluar dari negeri ini adalah memadamkan bagha” (kerjakan yang baik dan tinggalkan
80 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

sebagainya, sebagai sarana untuk satu ajaran rajadharma adalah


mengintrodusir Islam, sehingga mudah asthabrata, yaitu perilaku berjumlah
menarik minat dan hasrat masyarakat delapan. Maksudnya adalah seorang
Jawa yang memang sangat familiar raja haruslah memiliki perpaduan jiwa
dengan seni tersebut terhadap agama dari delapan dewa, yaitu Dewa Indra,
baru ini. Mereka menghindarkan cara- Yama, Surya, Soma, Wayu, Kuwera,
cara radikal dalam menyebarkan Islam, Waruna dan Agni. 10 Warisan kerajaan
dan sebaliknya, mengambil cara-cara Hindu dan Budha di Indonesia dapat
persuasif dan damai (penetration dilihat dari bangunan-bangunan candi
pacifique) dengan tetap membiarkan yang tersebar di beberapa wilayah di
dan mengakomodir tradisi yang telah Jawa dan Sumatera, yang
melekat sebelumnya di tengah mencerminkan perhatian penguasa
masyarakat. Doktrin al-muhȃfaẓatu ‘alȃ terhadap kehidupan beragama saat itu.11
al-qadȋmi al-ṣȃlih wa al-akhdzu bi al- Islamisasi di ranah politik berjalan
jadȋd al-aṣlah (memelihara hal-hal lama demikian cair, tanpa ada pergolakan
(tradisi) yang baik dan mengambil hal- sama sekali. Ulama memerlukan
hal baru yang lebih baik) menjadi perlindungan demi memperlancar
doktrin yang sampai sekarang dipegang dakwahnya, sedangkan penguasa (raja)
erat oleh kaum Islam tradisionalis membutuhkan legitimasi dari ulama
dalam memelihara tradisi-tradisi lama. sebagai ‘wakil Tuhan di bumi’ agar
Kokohnya Islam Nusantara yang lebih legitimate di depan rakyat. Oleh
moderat dan akomodatif tidak hanya karena itu, umumnya raja-raja atau
disebabkan cara-cara persuasif yang ataupun keluarga raja kerajaan Islam
digunakan para pendakwah dalam segera berganti nama menjadi nama
menyebarkan risalah Islam, akan tetapi Islam atau menyematkan gelar
juga ditopang oleh legitimasi penguasa keagamaan di belakang namanya.
politik (kerajaan Islam). Dalam tradisi Penguasa Kerajaan Pasai, Merah
sejarah Nusantara, lahirnya simbiosis Silau segera berganti nama menjadi
mutualisme antara pemuka agama dan Sultan Malik al-Shalih. Kemudian Raja
penguasa kerajaan telah berlangsung Mataram yang bernama Raden Mas
lama sejak kerajaan Hindu dan Budha. Jatmiko (memerintah 1613-1645 M)
Sejarawan LIPI, Asvi Warman atau nama lainnya adalah Raden
Adam, menjelaskan bahwa bentuk Rangsang, juga memiliki gelar Sultan
simbiosis ini adalah berupa pemberian Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo,
legitimasi dari pendeta kepada raja sebuah gelar pemberian Syarif Mekkah
bahwa raja adalah titisan dewa, setelah utusannya pada tahun 1641 M
sementara pendeta mendapatkan emas menghadap ke Syarif Mekkah. 12
dari sang raja. Pada akhirnya, Hindu Sedangkan Pangeran Diponegoro, yang
dan Budha bahkan menjadi agama masih berasal dari keluarga kerajaan
resmi negara. Dalam naskah kuno Mataram bergelar Sultan Ngabdulkamid
Ramayana Kakawin misalnya, Herucakra Kabirulmukminina Kalifatul
ditegaskan adanya rajadharma, yaitu
tugas dan kewajiban seorang raja. Salah 10
“Negara, Raja dan Pendeta”, Forum Keadilan
Edisi 31 Desember 2000.
11
yang jelek). Dengan metode penyebaran Bernard H.M. Viekke, Nusantara; A History
persuasif seperti ini, islamisasi budaya of Indonesia (terj), (Jakarta: Gramedia, 2008),
Nusantara berjalan dengan sangat damai dan h. 32-35.
12
dapat diterima dengan tanpa menimbulkan Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia
resistensi penduduk lokal. Tenggara, h. 78.
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 81

Rasulullah Hamengkubuwana Senapati pembebasan (futuh) dan terkadang


Ing Ngalaga Sabilullah Ing Tanah melibatkan kekuatan militer. Meskipun
Jawa. 13 Sebutan raja pun berganti tidak selalu terjadi pemaksaan
dengan istilah sultan. Gelar keagamaan penduduk untuk memeluk Islam, akan
ini bertujuan untuk semakin tetapi wilayah-wilayah ini kemudian
mengukuhkan kedudukan mereka tidak lebih intens mengalami proses
hanya sebagai pemimpin sosial dan Arabisasi. Sedangkan di wilayah Asia
penguasa politik, tetapi juga sebagai Tenggara (Nusantara), hampir tidak
pemimpin spiritual. Kemanunggalan pernah terjadi futuh, sehingga sering
sejati antara raja, ulama dan rakyat juga disebut sebagai the least Arabicized,
tampak dalam tata letak yang menyatu paling kurang mengalami Arabisasi.14
(berdekatan) antara keraton sebagai Karena akomodatifnya Islam
simbol kekuasaan kerajaan, masjid Nusantara terhadap tradisi lokal, banyak
sebagai tempat ibadah yang pengamat yang menilai Islam di
merepresentasikan kekuasaan ulama, Nusantara sebagai Islam sinkretis, Islam
dan alun-alun sebagai representasi periferal, atau sebutan lainnya yang
tempat berkumpulnya rakyat. Gambaran menggambarkan betapa Islam
tiga komponen ini hampir selalu terlihat Nusantara bukanlah Islam
di setiap pusat kerajaan di Nusantara, sesungguhnya dibandingkan dengan
khususnya di Jawa. Islam seperti di negara asalnya, Timur
Beberapa faktor inilah yang Tengah. Islam di Nusantara lebih
menyebabkan Islam di Nusantara banyak didominasi tradisi dan sistem
memiliki watak dan karakteristik yang kepercayaan lokal yang terkadang tidak
lebih ramah, toleran, dan akomodatif. sesuai dengan ajaran Islam
Hal ini tentu saja berbeda dengan wajah sesungguhnya, sehingga mengarah pada
Islam di Timur Tengah, Asia Selatan praktik-praktik takhayul, bid’ah dan
dan Afrika yang mengalami ekspansi khurafat.
Islam antara lain melalui jalur Terhadap realita wajah Islam
Nusantara yang disebut sebagai Islam
13
Peter Carey, The Power of Prophecy; Prince
periferal, Islam sinkretis, Islam adat,
Dipanegara and The End of an Old Order in atau sebutan lainnya yang sejenis,
Java, 1785-1855 (Leiden: KITLV Press, beberapa ormas Islam berbeda dalam
2007), h. 72. Pangeran Mangkubumi yang mensikapinya. Muhammadiyah, Persis,
kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono Al-Irsyad, dan sejenisnya, tampil
I, pendiri Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, menambahkan gelar dibelakang
dengan gerakan purifikasi yang
namanya, yaitu Senopati Ing Ngalogo menginginkan pemurnian ajaran Islam
Abdurrahman Sayidin Panata Gama dari segala praktek anti tauhid.15 Hanya
Kalifatullah. Senopati Ing Ngalaga artinya
panglima perang, Abdurrahman adalah
manusia yang mendapatkan kasih sayang –
14
Nya, panatagama menggambarkan manusia Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia
yang menjadi pengelola agama yang Tenggara, h. xvi.
15
mempunyai orientasi surgawi, sedangkan Sejarawan Deliar Noer mengelompokkan
kalifatullah adalah cerminan penguasa yang organisasi Islam keagamaan di Indonesia ke
mendapat nur Illahi, yang memerintah sebagai dalam dua kategori besar, yaitu pertama
waliyullah di muka bumi. Lihat GBPH H. gerakan modernis yang direpresentasikan
Joyokusumo, Spiritual Islam dan Perspektif antara lain oleh Muhammadiyah, Al-Irsyad,
Budaya Jawa, dalam Aswab Mahasin dkk dan Persis. Kedua, kelompok Islam
(ed), Ruh Islam dalam Budaya Bangsa tradisionalis, yang direpresentasikan antara
(Jakarta: Yayasan Festifal Istiqlal, 1996), h. lain oleh NU, Perti (Persatuan Tarbiyah
227. Indonesia), dan sebagainya. Lihat Deliar
82 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

saja, mereka tetap saja lebih memilih (memelihara tradisi yang baik dan
untuk mengedepankan pendekatan mengambil hal-hal baru yang lebih
persuasif dalam dakwahnya baik) telah mendarah daging di benak
dibandingkan dengan cara-cara setiap warga Nahdliyin sebagai acuan
radikal. 16 Sehingga banyak masyarakat mereka dalam meyakini
mau menerima dakwah mereka dan diperbolehkannya tradisi sebagai bagian
bahkan gerakan ini tetap bisa eksis dari praktik-praktik ibadah dan syariah.
sejak berdirinya di awal abad ke-20 Mereka memiliki argumentasi teologis
hingga sekarang ini. Terhadap tradisi dalam memegang teguh keyakinan ini.
lokal, mereka tetap memberikan ruang Menurut mereka, pada masa Nabi
dan menerimanya sebagai bagian dari Muhammad SAW, Islam hadir dengan
praktik keberagamaan sepanjang tidak suasana dialogis dengan budaya lokal
ada nash yang jelas dan tegas melarang masyarakat Arab, sehingga ia tidak
tradisi tersebut. Akan tetapi jika berdiri sendiri.
terdapat nash yang jelas melarangnya, Beberapa praktik ritual keagamaan
mereka akan meninggalkannya, terlebih seperti tawȃf, ṣalat istisqȃ’, dan
yang berkaitan dengan praktik ibadah sebagainya adalah tradisi Arab yang
mahdhah. Inilah yang oleh sudah ada sebelum Islam dibawa Nabi
Muhammadiyah disebut sebagai Muhammad. Oleh karena itu, menurut
Dakwah Kultural, yaitu menjadikan mereka, Islam sesungguhnya dibesarkan
budaya sebagai sarana dakwah, seperti oleh lokalitas. Dengan kata lain, Islam
pribumisasi Islam yang pernah dan lokalitas harus dikawinkan.17
dilakukan Walisongo. Dalam analisis Nurcholish
Berbeda dengan Muhammadiyah, Madjid, hasil peradaban maupun
organisasi tradisionalis Nahdlatul pemikiran manusia akan lebih tangguh
Ulama (NU) sejak berdirinya telah jika ia memiliki akar pada tradisi,
mendeklarasikan dirinya sebagai mengandung orisinalitas (al-aṣlah), dan
organisasi pelestari tradisi. Doktrin al- bersifat relevan (mu‘ṣarah, up to
muhȃfaẓatu ‘alȃ al-qadȋmi al-ṣȃlih wa date). 18 Akulturasi timbal balik antara
al-akhdzu bi al-jadȋd al-aṣlah Islam dan budaya lokal—ilmu Ushul al-
Fiqh disebut juga ‘urf—sangat
Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia dimungkinkan dan diakui dalam suatu
(Jakarta: LP3ES, 1996).
16
Gerakan Paderi (1803-1834 M) di Sumatera
17
Barat sempat menerapkan cara-cara radikal Lihat Post Tradisionalisme Islam; Wacana
dalam usaha purifikasi agama. Gerakan yang Intelektualisme dalam Komunitas NU,
dipimpin trio haji, yaitu Haji Piobang, Haji (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI,
Sumanik dan Haji Miskin banyak 2007), h. 300. Kalangan Nahdliyin menyebut
dipengaruhi ajaran Wahhabi sepulang mereka gagasan pembumian nilai-nilai Islam ke
dari Tanah Hijaz pada tahun 1803. Namun dalam tradisi lokal Indonesia sebagai Islam
pada akhirnya terjadi rekonsiliasi antara Pribumi. Gagasan ini bertujuan menghindari
ulama Paderi dengan tokoh kaum adat yang klain otensitas, bahwa Islam yang otentik
menghasilkan sebuah kesepakatan, adat adalah Islam Timur Tengah, sehingga tercipta
basandi syara, syara basandi kitabullah, yang pola-pola keberagamaan yang sesuai dengan
menggambarkan keselarasan antara tradisi konteks lokal. Islam tidak lagi dipandang
dan syariat agama yang berlaku untuk secara tunggal, melainkan beraneka ragam.
masyarakat Minangkabau. Uraian detail Islam Indonesia, dengan segala macam
tentang Gerakan Paderi lihat M.D. Mansoer, pernak-perniknya, juga adalah Islam.
18
Sedjarah Minangkabau (Jakarta: Bhratara:, Orasi ilmiah Nurcholish Madjid dalam acara
1970), Murodi, Melacak Asal-usul Gerakan pembukaan Muktamar pemikiran Islam NU di
Paderi di Sumatera Barat (Jakarta: Logos, Ponpes Salafiyah Syafi‘iyah Sukorejo,
1999). Situbondo, 5 Oktober 2003.
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 83

kaidah ushul fiqh, bahwa al-‘Adah akan muncul dikotomi antara tradisi dan
muhakkamah (adat dan kebiasaan modernitas.
‘budaya lokal’ adalah sumber hukum- Selanjutnya, Cak Nur menegaskan
dalam Islam). bahwa memang kedatangan Islam akan
Cak Nur menambahkan bahwa membawa sebuah perubahan dan
budaya lokal yang bisa dijadikan perombakan masyarakat (transformasi
sumber hukum adalah yang tidak sosial) menuju kea arah yang lebih baik.
bertentangan dengan prinsip-prinsip Akan tetapi, di saat yang sama,
Islam dan tidak melanggar ajaran hadirnya Islam tidak harus bersifat
tauhid, seperti tahayul, mitologi, disruptive atau memotong suatu
feodalisme, tata sosial tanpa hukum masyarakat dari masa lampaunya
(laotik), ketidakperdulian terhadap semata, namun bisa ikut melestarikan
rakyat kecil, pengingkaran hak asasi, dan mempertahankan sesuatu yang baik
perlawanan terhadap prinsip persamaan dari masa lampau tersebut.21 Inilah yang
umat manusia, dan sebagainya. telah dilakukan Walisongo dengan
Karakteristik jahiliyah ini harus diganti konsep Pribumisasi Islam, yang banyak
dengan prinsip-prinsip ajaran tauhid, melahirkan kearifan dan budaya lokal,
seperti tertib hukum, rasionalitas, seperti yang terlihat dalam tradisi
penghargaan terhadap sesama manusia, sekatenan di pusat-pusat kekuasaan
keadilan sosial, persamaan antarumat Islam seperti di Yogyakarta, Solo,
manusia (al-musȃwah, egalitarianisme), Demak, Cirebon, dan sebagainya, juga
dan sebagainya.19 bangunan-bangunan masjid yang masih
Untuk bisa membedakan mana mempertahankan bangunan aslinya.
budaya lokal yang baik dan mana yang
tidak baik, tentu saja harus B. Pembahasan
dikembangkan sikap kritis dari umat
Islam demi terjadinya sebuah Beberapa Warisan Islam Nusantara
transformasi sosial yang baik. Untuk Keberhasilan perkawinan antara
itu, Cak Nur membedakan antara tradisi lokal dan Islam yang
“tradisi” dan “tradisionalitas”. menghasilkan berbagai local wisdom
Menurutnya, dalam suatu tradisi (kearifan lokal) bisa disaksikan dalam
belum tentu semuanya tidak baik. Oleh banyak dimensi kehidupan masyarakat
karena itu, perlu sikap kritis dan Muslim Indonesia. Berbagai
ketelitian untuk memilah mana yang peradaban 22 Nusantara hasil akulturasi
baik dan perlu dipertahankan, dan mana
yang tidak. Sementara itu,
tradisionalitas merupakan sikap tertutup 21
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan
akibat pemutlakan terhadap tradisi Peradaban, h. 551.
22
secara keseluruhan, tanpa sikap kritis Budayawan Kuntjaraningrat menjelaskan
bahwa wujud budaya ada tiga, pertama adalah
mana yang baik dan mana yang buruk, wujud benda. Peradaban adalah salah satu
dan karena itu, tradisionalitas pasti tidak wujud atau bentuk budaya yang berupa
baik.20 Jika ini dipahami, niscaya tidak benda, di dalamnya termasuk sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan, dan sebagainya. Wujud budaya
yang kedua menurut Kuntjaraningrat adalah
19
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan berupa ide-ide, norma, gagasan, peraturan,
Peradaban (Jakarta: Paramadina, 2000), IV, hukum, dan sebagainya, dan wujud budaya
h. 550. ketiga berupa tingkah laku. Dengan kata lain,
20
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan peradaban adalah bagian dari budaya, tapi
Peradaban, h. 553. tidak sebaliknya.
84 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

dengan Islam antara lain terlihat dalam tradisi bangunan lokal China
berbagai bangunan masjid yang dipadupadankan dengan tradisi Islam.
mencerminkan perkawinan budaya yang Selain bangunan-bangunan
sangat serasi. masjid, warisan Islam Nusantara
Di Kudus, Masjid Agung Kudus lainnya adalah lahirnya mushaf Al-
menjadi saksi bisu betapa antara Islam Qur’an Nusantara yang berbeda
dan budaya Hindu bisa saling karakteristiknya dengan mushaf Al-
berasimiliasi tanpa saling mengalahkan Qur’an Timur Tengah. Fadhal AR
satu sama lain. Menara masjid dibiarkan Bafadhal dan Rosihan Anwar mencatat
seperti apa adanya berbentuk candi. bahwa aktifitas penulisan mushaf telah
Begitu juga Masjid Agung Demak yang berlangsung sejak abad ke-13 pada
dibangun oleh Walisongo, dibangun masa Kerajaam Samudera pasai.
dengan memadukan unsur lokalitas Selanjutnya, sejarah mencatat bahwa
Jawa dengan ruh ajaran Islam. geliat penulisan mushaf Al-Qur’an
Arsitekturnya masih bergaya Hindu, Nusantara pada abad 16 hingga abad 20
sedangkan atapnya yang berundak tiga banyak disponsori oleh kerajaan,
dimaksudkan untuk mencerminkan tiga pesantren, dan elit sosial. Mushaf Al-
bangunan suci ajaran Islam yaitu iman, Qur’an Nusantara ini memiliki
Islam dan ihsan. 23 Bentuk bangunan karakteristik yang unik, antara lain
beratap susun terdapat pada relief-relief terdapat catatan tambahan seperti
candi di Jawa Timur, seperti candi- tajwid, dan kaligrafi yang digunakan
candi di Surawana, Jawa dan jago. sederhana.
Pijper bahkan berasumsi bahwa bentuk Ada yang menggunakan khat
atap susunan masjid merupakan Naskhi untuk ayat, dan khat Tsuluts
kelanjutan tradisi (survival) dari meru.24 untuk penulisan juz. Ada pula yang
Tidak hanya welcome dengan menggunakan kaligrafi floral atau gaya
nilai-nilai keislaman yang muncul dari tulisan lokal, sedangkan mushaf Timur
Timur Tengah, lokalitas Nusantara juga Tengah menggunakan gaya hias
bisa berbaur dengan tradisi budaya geometris. Mushaf Al-Qur’an
bangsa lain. Bangunan Masjid Cheng Nusantara kuno ini banyak ditemukan
Ho di beberapa daerah25 mencerminkan di bekas pusat kerajaan lama dan di
betapa Muslim Nusantara juga sangat antaranya masih tersimpan di beberapa
akomodatif terhadap budaya luar (baca: pesantren, seperti Pesantren Telagasari,
China). Begitu juga Masjid Lao Tze Ponorogo, Buntet Cirebon, dan
26
yang dibangun komunitas China sebagainya.
Muslim di Jakarta, yang mengadopsi Warisan Islam Nusantara lainnya
yang tak ternilai harganya tentulah
23
munculnya banyak ulama Nusantara
Uraian detail tentang berbagai masjid yeng beserta maha karyanya yang hingga kini
bersejarah lihat Abdul Baqir Zein, Masjid-
Masjid bersejarah di Indonesia (Jakarta:
terus menjadi mata air pengetahuan dan
Gema Insani Press, 1999).
24 26
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Fadhal AR Bafadhal dan Rosihan Anwar,
Peradaban Arkeologi dan Islam di Indonesia Mushaf-Mushaf Kuno di Nusantara, disarikan
((Jakarta:Pulit Arkenas, 1998), h. 259. dari “Pasang Surut Penulisan Mushaf
25
Masjid Cheng Ho ada di Semarang, Surabaya Nusantara”, Republika, 7 September 2014.
dan Palembang. Masjid Cheng Ho di Museum Baitul Qur’an di Taman Mini
Palembang disebut juga Masjid Cheng Ho Indonesia Indah (TMII) menyimpan ragam
Sriwijaya, didesain dengan perpaduan mushaf Al-Qur’an dari berbagai daerah di
akulturasi antara Tiongkok, Timur Tengah Nusantara dengan berbagai karakteristik dan
dan lokal Palembang. ukuran.
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 85

penelitian para intelektual Indonesia Beberapa nama ulama yang


maupun dunia. 27 Munculnya maha pernah melakukan studi di Tanah
karya bernilai tinggi di berbagai bidang Haramayn yang kemudian dikenal
keilmuan, baik tafsir, hadith, tasawuf, dengan sebutan jamȃ‘at al-Jȃwiyȋn
fikih, tauhid, sastra Islam, tarikh (komunitas Jawi)29 di Mekah antara lain
(sejarah) dan sebagainya ini bisa Nuruddin al-Raniry (w. 1658 M),
ditelusuri dari sejarah awal tradisi Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri
intelektual Islam Nusantara. Hal ini (1615-1693 M), Yusuf al-Maqassari
tidak bisa dilepaskan dari terjalinnya (1629-1699 M), Abdussamad al-
jaringan antara ulama Melayu- Palimbani, Arsyad al-Banjari (1710-
Nusantara dengan ulama-ulama Tanah 1812 M), Dawud al-Fattani (w. 1847
Haramayn sejak abad ke-17. 28 Sebagai M), Nawawi al-Bantani (1813-1879 M),
pusat ibadah dan pusat studi Islam Mahfudz al-Tarmasy (w.1919 M),
ketika itu, para ulama Nusantara Ahmad Rifa’i Kalisasak (1786-1870
berziarah ke Tanah Haramayn tidak M), Ahmad Khatib Sambas (1803-1875
sekedar menunaikan rukun Islam ke M), Muhammad Saleh Darat al-
lima, melainkan juga untuk menuntut Samarani (w. 1903 M), Ahmad Khatib
ilmu. Di antara mereka ada yang al-Minangkabawi (1860-1916 M), 30
kemudian pulang dan berkarir di tanah K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923 M),
air dan mengembangkan ajaran dan K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1947 M),
ilmu-ilmu keislaman di daerah masing- dan masih banya lagi. Di tangan
masing, dan sebagian kecil lagi komunitas Jawi inilah, seperti yang
mengembangkan karir keilmuannya di diungkapkan Snouck Hurgronye,
Tanah Haramayn. Mekkah memegang peranan penting
sebagai jantung kehidupan keagamaan
27 di Nusantara.31
Berbeda dengan karya ilmiah para ulama di
Setelah berguru di Tanah
luar Nusantara yang ditulis dengan bahasa
dan tulisan yang homogen, yaitu bahasa dan
Haramayn, beberapa ulama di atas
huruf Arab, karakteristik istimewa karya kemudian mengembangkan
ilmiah ulama Nusantara ditulis cukup keilmuannya di tanah air. Nuruddin al-
heterogen, yaitu dengan berbagai bahasa Raniry dan Abdurrauf al-Sinkili, seperti
lokal, seperti bahasa Melayu, Jawa, Aceh, yang kita tahu, selain mengembangkan
Minangkabau, Sunda, Madura, Bugis, Sasak, keilmuannya di tanah air khususnya
dan sebagainya, serta ditulis dengan aksara
lokal pula, seperti aksara Jawa, Pegon, 29
Istilah Jawi (Jawa) digunakan untuk merujuk
Serang, Rejang, Kaganga, Palawa, dan pada para pelajar Muslim asal Asia Tenggara
sebagainya. Lihat Oman Fathurahman, yang belajar di Tanah Haramayn (Mekkah),
“Tradisi Penulisan Kitab Hadis di Dunia mencakup wilayah Indonesia, Malaysia,
Melayu-Nusantara; Tinjauan Khusus atas Patani di Thailand Selatan, Brunei, Filipina,
Hidayat al-Habib Karangan Nuruddin al- kamboja dan Myanmar. Lihat Oman
Fathurahman, ”Jaringan dengan Timur
Raniri”, makalah disampaikan dalam
Tengah dan Menguatnya Diskursus Islam
perkuliahan di Sekolah Pascasarjana mata Berorientasi Syariah”, makalah disampaikan
kuliah History of Southeast Asian Islam; dalam perkuliahan di Sekolah Pascasarjana
Social Intellectual, Selasa, 3 April 2012 mata kuliah History of Southeast Asian Islam;
Social Intellectual, Selasa, 17 April 2012.
28 30
Uraian detail tentang jaringan ulama Oman Fathurahman, “Tradisi Penulisan Kitab
Nusanatara lihat Azyumardi Azra, Jaringan Hadis di Dunia Melayu-Nusantara”.
31
Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Oman Fathurahman, ”Jaringan dengan Timur
Nusantara Abad XVII-XVIII (Bandung: Tengah dan Menguatnya Diskursus Islam
Mizan, 2004). Berorientasi Syariah”.
86 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

fikih, syariah, hadits dan tafsir, juga Sementara itu, Abdurrauf al-
berkarir di dunia politik dengan menjadi Sinkili yang kemudian melanjutkan
mufti (Syaikh al-Islam) di Kerajaan karir Al-Raniry sebagai mufti pada
Aceh Darussalam pada masa masa kekuasaan Sultanah Tajul Alam
pemerintahan Sultan Iskandar Tsani (1641-1674) berhasil melakukan
(1637-1641M) (lihat buku 100 tokoh). rekonsiliasi antara para penganut
Karya Nuruddin al-Raniry di bidang sufisme falsafi dengan para penganut
fikih, Ṣirȃṭ al-Mustaqȋm merupakan sufisme akhlaqi. Beberapa karya yang
kitab fikih ibadah pertama dalam ditorehkan Abdurrauf al-Sinkili antara
Bahasa Melayu. Di bidang hadith, karya lain kitab Mir’ȃt al-Ṭulȃb yang
nya berjudul Hidȃyȃt al-Habȋb fȋ al- merupakan kitab fikih muamalat
Targhȋb wa al-Tarhȋb dianggap sebagai pertama dalam Bahasa Melayu. Karya
kitab hadith pertama dalam Bahasa al-Sinkili yang lain antara lain kitab
Melayu. Kitab yang diperkirakan ditulis Tarjumȃn al-Mustafid, sebuah karya
pada 6 Syawal 1045 H/14 Maret 1636 ilmiah bidang tafsir berbahasa Melayu
M ini berisi 831 buah hadith dari pertama yang penyusunannya banyak
berbagai sumber, seperti kitab Bukhȃrȋ, diilhami Tafsir al-Jalȃlayn karya al-
Muslim, Turmudhȋ, dan sebagainya.32 Suyȗṭȋ.34
Pada masa karirnya menjadi Selain kedua ulama ini, beberapa
Syaikh al-Islam, Nuruddin al-Raniry ulama Nusantara yang telah mewariskan
pernah berpolemik dengan Hamzah al- karyanya bagi Muslim Nusantara adalah
Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani Dawud bin Abdullah al-Fattani (w.
yang mengembangkan ajaran sufisme 1847 M), yang menulis kitab di bidang
falsafi. Menurut al-Raniry, ajaran yang hadith berjudul Farȃ’id Fawȃ’id al-Fikr
dikembangkan kedua organisasi ini fi al-Imȃm al-Mahdi. Meskipun kitab
berupa ajaran wihdatul wujud sebagai ini merupakan karya terjemahan dari
paham yang sesat dan membahayakan kitab Shaikh Mirghȃni ibn Yȗsuf
aqidah, dan karena itu harus diberangus. dengan judul yang sama, namun kitab
Lewat kekuasaan yang dimilikinya, ia yang selesai ditulis pada tahun 1215
melakukan aksi radikal dan H/1800 M ini dianggap sebagai kitab
revolusioner dengan membakar semua hadith berbahasa Melayu pertama yang
karya Hamzah al-Fansuri dan secara khusus membicarakan tentang
Syamsuddin al-Sumatrani di depan Imam Mahdi.35
Masjid Baiturrahman, Aceh dan Sementara itu, beberapa ulama
menghukum keduanya sebagai murtad. Nusantara pada akhirnya memutuskan
Dalam karyanya yang berjudul al-Fath untuk tidak kembali ke tanah air dan
al-Mubȋn ‘ala al-Mulhidȋn memilih berkarir di Tanah Haramayn.
(kemenangan terhadap golongan atheis), Syaikh Nawawi al-Bantani, Mahfudz al-
al-Raniry bahkan menduduh al-Fansuri Tarmasy, dan Ahmad Khatib al-
sebagai ulama zindiq.33 Minangkabawi adalah beberapa anggota
komunitas ulama Jawi yang melakukan
hal ini. Nawawi bin Umar binn Arabi
32
atau yang lebih dikenal sebagai Nawawi
Oman Fathurahman, “Tradisi Penulisan Kitab al-Bantani merupakan ulama asal Desa
Hadis di Dunia Melayu-Nusantara”.
33
Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100
34
Tokoh Islam paling Berpengaruh di Indonesia Oman Fathurahman, “Tradisi Penulisan Kitab
(Jakarta; Nusantara Lestari ceriapratama, Hadis di Dunia Melayu-Nusantara”.
35
2004), 138. Lihat juga Azyumardi Azra, Oman Fathurahman, “Tradisi Penulisan Kitab
Jaringan Ulama, h. 169. Hadis di Dunia Melayu-Nusantara”.
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 87

Tanara, Tirtayasa, Kabupaten Serang, Agustus 1868 M dan wafat di Mekkah


Banten. pada 1 Rajab 1338 H/20 Mei 1919 M,
Setelah berguru selama hampir 30 dikenal sebagai ulama Nusantara paling
tahun dengan ulama-ulama besar di terkemuka di bidang hadith. 37
Mekkah, al-Bantani pun memulai Sedangkan Ahmad Khatib al-
karirnya sebagai salah satu pengajar di Minangkabawi yang lahir di Bukittingi,
Masjidil Haram. Karena itulah ia Sumatera Barat pada tahun 1860
dipanggil dengan sebutan Syaikh, guru merupakan ulama Nusantara yang
besar. Murid-muridnya berasal dari berhasil mencapai puncak karir
berbagai negeri Islam. Di antara murid intelektualnya sebagai Imam Besar
al-Bantani yang kemudian juga menjadi Masjidil Haram. Di antara murid-
ulama besar di Nusantara antara lain muridnya antara lain adalah pendiri
adalah KH Kholil Bangkalan, KH organisasi Muhammadiyah yaitu KH
Asy’ari Bawean Madura, KH Hasyim Ahmad Dahlan, pendiri NU KH Hasyim
Asy’ari Jombang, KH Raden Asnawi Asy’ari, Syaikh Muhammad Nur (Mufti
dari Kudus, juga KH Dawud dari Perak, Kerajaan Langkat), Syaikh Hasan
Malaysia. Banten menjadi sangat Maksum (Mufti Kerajaan Deli), Syaikh
populer di mata para jamaah haji dan Muhammad Saleh (Mufti Kerajaan
pelajar Islam seluruh dunia berkat Selangor), Syaikh Muhammad Jamil
kemasyhuran al-Bantani. Selama 69 Jambek, Syaikh Ibrahim Musa, Abdul
tahun pengabdiannya dalam Malik Karim Amrullah, Syaikh
mengajarkan ilmu-ilmu Islam di Sulaiman rasul, dan sebagainya.38
Mekkah, ia telah menghasilkan berbagai Meski bermukim di Mekkah,
macam mahakarya di berbagai bidang namun Ahmad Khatib al-Minangkabawi
keilmuan, seperti ilmu tafsir, tauhid, tetap memberikan perhatian terhadap
fikih, akhlak, tarikh, bahasa Arab, dan persoalan-persoalan yang dihadapi
sebagainya. Karena kepopulerannya bangsa Indonesia. Di antara tulisannya
inilah kitab al-Munjid mengabadikan adalah Al-Manhaj al-Marsyu yang
nama Nawawi al-Bantani sebagai tokoh berisi respons dan kritik terhadap
Indonesia yang tercantum di dalamnya masalah pembagian warisan serta
sebelum nama Soekarno. Karya- sistem keturunan matrilineal.
karyanya di berbagai bidang seperti Tulisannya ini banyak mendapat
tafsir al-Munir, Bidayatul Hidayah, penolakan dari pemangku adat
Lubab al-Bayan, Fath al-Majid, dan Minagkabau. Selain itu, tulisannya yang
masih banyak lagi, hingga sekarang berjudul Izhar Zagli al-Kȃzibȋn fȋ
masih menjadi referensi utama di Tasyabbuhihim bi al-Sȃdiqȋn
pesantren-pesantren, madrasah hingga merupakan kritik terhadap Tariqat
perguruan tinggi di seluruh pelosok Naqsabandiyah yang menurutnya tidak
dunia Islam seperti Timur Tengah, Asia, memiliki dasar dalam syariat Islam.
maupun Indonesia.36 Bukunya yang berjudul Dau al-Siraj
Sementara itu, Muhammad yang ditulis tahun 1312 H membahas
Mahfudz bin Abdullah bin Abdul peristiwa Isra Mi’raj dan sikap
Manan bin Abdullah bin Ahmad al- politiknya yang tidak menyukai
Tarmasi yang lahir di Termas, Pacitan,
pada 12 Jumadil Awal 1285 H/31 37
Oman Fathurahman, “Tradisi Penulisan Kitab
Hadis di Dunia Melayu-Nusantara”.
36 38
Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100 Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100
Tokoh Islam paling Berpengaruh di Tokoh Islam paling Berpengaruh di
Indonesia. Indonesia, h, 111.
88 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

penjajah Belanda di Indonesia, tanah Selain dipengaruhi oleh


airnya. 39 Begitu juga karya-karyanya pemikiran-pemikiran Ahmad Khatib al-
yang lain di bidang ushul fiqih, ilmu Minangkabawi yang tidak setuju
hisab, fiqih, dan sebagainya dengan praktik-praktik tariqat karena
menunjukkan kapabilitasnya sebagai dinilai tidak memiliki sandaran kepada
ulama yang produktif. Rasulullah SAW, pemikiran keagamaan
Dua murid Ahmad Khatib al- Ahmad Dahlan banyak dipengaruhi
Minangkabawi, yaitu Ahmad Dahlan oleh pemikiran Ibnu Taymiyyah,
dan Hasyim Asy’ari sepulangnya dari Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Tanah Haramayn pada akhirnya tampil Trio pembaharu ini menganjurkan umat
sebagai ulama pembaharu di tanah air. Islam untuk membebaskan diri dari
Meski pernah mendalami dari satu belenggu mazhab dan kembali kepada
orang guru, keduanya memiliki ajaran Islam yang murni yang sesuai
perbedaan pandangan dalam hal-hal dengan Al-Qur’an dan al-Hadith.
keagamaan. Ahmad Dahlan pada Mereka menilai bahwa kemunduran
akhirnya mendirikan Muhammadiyah 40 umat Islam adalah karena adanya
sebagai gerakan modernis yang salah stagnasi, kebekuan dan kejumadan
satu tujuannya adalah melakukan dalam berfikir. Dengan ungkapannya
purifikasi terhadap ajaran-ajaran Islam. yang terkenal, al-Islȃmu mahjȗbun bi
Sedangkan Hasyim Asy’ari adalah salah al-muslimȋn (agama Islam tertutup
satu pendiri Nahdlatul Ulama yang kesempurnaannya oleh umat Islam
salah satu motivasi pendiriannya adalah sendiri), Abduh mengajak umat
untuk melestarikan nilai-nilai tradisi. 41 Muslimin untuk bangkit dan
Kedua ormas keagamaan ini hingga kini menggunakan rasionalitas dengan
tetap eksis dan tumbuh sebagai ormas membuka pintu ijtihad seluas-luasnya.
terbesar di Indonesia. Karena Islam sangat memberikan
penghargaan tinggi terhadap peran akal.
39
Oleh karena itulah, sejak lahirnya
Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 100 Muhammadiyah memproklamirkan
Tokoh Islam paling Berpengaruh di
Indonesia, h. 113.
dirinya sebagai gerakan non-mazhab
40
Muhamadiyah lahir pada 18 November 1912 dan non-tariqat. Di bidang keagamaan,
di Yogyakarta. Sebelum mendirikan Muhammadiyah langsung mengacu
Muhammadiyah, tahun 1911 Ahmad Dahlan pada Al-Qur’an dan al-Hadith sesuai
terlebih dahulu mendirikan Sekolah perintah QS Al-Nisa (4):59, “Jika kamu
Muhammadiyah sebagai salah satu pioner
pendidikan modern yang berusaha mendobrak
berselisih dalam suatu masalah, maka
dikotomi ilmu agama dan ilmu umum yang kembalikanlah kepada Allah dan
ketika itu melanda dunia pendidikan di RasulNya”, ditambahkan dengan ijtihad
Indonesia Dalam Sekolah Muhammadiyah, ulama, sesuai dengan tuntunan Hadits,
selain diajarkan ilmu agama juga diajarkan “Barang siapa melakukan ijtihad dan
ilmu-ilmu umum.
41
NU lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya.
benar, maka baginya dua pahala,
Banyak pengamat menilai bahwa kelahiran sedangkan bila salah dalam berijtihad,
NU merupakan kelanjutan atau perluasan dari baginya satu pahala” (Al-Hadith). Kini
Komite Hijaz yang dibentuk dengan dua KH Ahmad Dahlan telah meninggalkan
tujuan yaitu untuk mengimbangi Komite warisan tak ternilai berupa organisasi
Khilafat yang banyak didominasi kalangan
modernis, dan untuk menyerukan kepada Raja
Muhammadiyah kepada umat Islam
Saudi Arabia, Ibnu Sa’ud agar Indonesia, yang hingga kini telah
mempertahankan praktik-praktik beragama memiliki banyak amal usaha, baik di
sesuai tradisi. Lihat Deliar Noer, Gerakan
Modern Islam di Indonesia, h. 242.
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 89

bidang pendidikan, sosial, kesehatan, Hasyim Asy’ari dan NU ada pada


ekonomi, budaya, dan sebagainya. perannya sebagai organisasi pelestari
Sebagai ahli ilmu falak, kontribusi tradisi. Jika bukan karena Komite Hijaz,
terbesar Ahmad Dahlan adalah yang akhirnya menjadi NU, pastilah
membetulkan arah kiblat karena umat Islam diseluruh dunia tidak akan
sebelumnnya masjid-masjid di pernah lagi bisa menyaksikan situs-situs
Indonesia menghadap lurus ke barat. bersejarah di Tanah Haramayn seperti
Sementara dalam perhitungan ilmu makam Rasulullah SAW dan para
falak, kiblat sebenarnya menuju ka’bah sahabatnya. Ketika gerakan Wahabi
seharusnya miring ke arah utara sekitar pada tahun 1920-an berniat
24 derajat dari sebelah barat. Meski menghancurkan situs-situs ini dan
semula menuai banyak penolakan, hampir mendapatkan legitimasi dari
ijtihad Ahmad Dahlan pada akhirnya penguasa Tanah Hijaz, Komite Hijaz
berhasil meyakinkan para tokoh agama, lah yang berhasil meyakinkan penguasa
dan kini masjid-masjid di Indonesia Saudi Arabia untuk tidak melakukan
menghadap kiblat tidak lurus ke barat, upaya penghancuran tersebut.43
melainkan miring ke arah utara sekitar Masih banyak warisan Islam
24 derajat dari sebelah barat. Nusantara yang lain. Tidak hanya
Sementara itu, murid Al- berupa wujud budaya berupa material
Minangkabawi yang lain, yaitu Hasyim peradaban seperti ragam bangunan
Asy’ari juga meninggalkan warisan tak masjid, institusi berupa pesantren dan
ternilai berupa organisasi NU. Berbeda organisasi keagamaan yang hingga kini
dengan Muhammadiyah yang tetap kokoh berdiri, mushaf Al-Qur’an
menyatakan sebagai organisasi non- Nusantara dengan keunikan dan
mazhab dan non-tariqat, sejak karakteristik lokalnya masing-masing,
kelahirannya. NU menyandarkan kitab-kitab maha karya para ulama yang
pemikiran keagamaannya pada bernilai tinggi, seni kaligrafi,
pemikiran imam mazhab, khususnya penggunaan kalender hijriyah, ritual
Mazhab Syaf’i, dan sangat familiar keagamaan yang berkolaborasi secara
dengan praktek dan ajaran tariqat, apik dengann tradisi semacam sekaten,
khususnya tariqat yang mu’tabarah. slametan, dan sejenisnya, juga
Bagi Hasyim Asy’ari, mempelajari penggunaan bahasa agama (Arab) yang
ilmu-ilmu agama haruslah melalui cukup familier untuk nama orang,
pintu-pintunya, dan pintu-pintu ilmu tempat, maupun istilah-istilah
agama adalah pendapat para imam kenegaraan dan sosial, dan sebagainya.
mazhab. Islam Nusantara juga mewariskan
Selain berperan dalam mencetak
kader ulama dengan mendirikan salah
satu pioner pesantren di Nusantara yaitu belas perkara, membahas 19 masalah tariqat),
al-Nȗr al-Mubȋn (cahaya penerang), dan
Pesantren Tebu Ireng di Jombang, dan sebagainya.
meghasilkan banyak karya yang 43
Isu penghancuran makam Rasulullah SAW
dijadikan pedoman bagi komunitas yang terletak di dalam Masjid Nabawi di
santri dan ulama, 42 kontribusi terbesar Madinah beberapa kali terjadi sejak tahun
1960-an, 1990-an, dan yang termutakhir
tanggal 3 September 2014 menyusul
42
Beberapa karya Hasyim Asy’ari antara lain dipublikasikannya dokumen proposal
Kitab Adab al-‘Alȋm wa al-Muta’alim pemugaran Masjid Nabawi oleh surat abar
(perilaku guru dan murid), Al-Durȃr al- terbitan London, The Daily Mail. Pemerintah
Muntatsiroh fi al-Masȃil al-Tis‘a ‘Asyarah Arab Saudi melalui perwakilannya di Jakarta
(taburan permata yang indah tentang semilan telah membantah isu tersebut.
90 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

berbagai kearifan lokal yang lain. terbesar di dunia yang memiliki


Penghormatan terhadap leluhur, norma beragam budaya.
agama dan tata nilai yang menjadi Di tengah gempuran arus
kesepakatan masyarakat, kelenturan dan radikalisme dan liberalisme yang
kefleksibelan dalam menampilkan sikap melanda sebagian dunia Islam, semoga
dan keyakinan beragama, termasuk warisan Islam Nusantara ini akan tetap
toleransi dengan tetap selektif terhadap terpelihara dengan baik, sehingga
hal-hal yang berasal dari budaya luar, generasi penerus bisa terus
serta ukhuwah Islamiyah yang menyaksikan dan mengabadikan
dibungkus dengan egaliterianisme peninggalan-peninggalan bersejarah ini.
menjadi karakteristik yang melekat Warna moderatisme Islam Nusantara
sebagai warisan Islam asli Nusantara. tidak hanya menjadi ekspektasi bagi
kebangkitan Islam dunia, tetapi juga
telah menjadi referensi bagi umat
C. Penutup Muslim negeri lain tentang potret
kehidupan beragama dan kehidupan
Di tengah situasi global dan arus
sosial yang serasi, harmonis,
ektremitas yang melanda sebagian
akomodatif, dan ramah.
negeri-negeri Muslim Timur Tengah
(Arab Spring) yang berimbas pada luluh
lantaknya situs-situs bersejarah warisan
dunia Islam, 44 umat Islam Indonesia Daftar Pustaka
patut bersyukur, bahwa meski bukan
Abdul Baqir Zein, Masjid-Masjid
menjadi tanah asal turunnya agama
Bersejarah di Indonesia, Jakarta:
mulia ini, berbagai warisan Islam
Gema Insani Press, 1999.
masih terpelihara dengan baik.
Kepiawaian para pendakwah dalam
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama
menyebarkan dan mengenalkan nilai-
Timur Tengah dan Kepulauan
nilai Islam ke tengah-tengah masyarakat
Nusantara Abad XVII-XVIII,
Nusantara dengan berbagai metode dan
Bandung: Mizan, 2004.
pendekatan, telah mengokohkan
Nusantara (Indonesia) yang meskipun
Bernard H.M. Viekke, Nusantara; A
masyarakatnya sangat plural dan terdiri
History of Indonesia (terj),
dari puluhan etnis, dengan ragam
(Jakarta: Gramedia, 2008
budaya, tradisi dan keyakinan sebagai
negeri dengan komunitas Muslim
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di
Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1996.
44
Perhatikan betapa Baghdad yang pernah Dirjen Pendis Depad RI, Post
menjadi ibu kota Daulah Abbasiyah dan
sempat menjadi jantung peradaban dunia pada
Tradisionalisme Islam; Wacana
masa klasik telah luluh lantak oleh invasi Intelektualisme dalam
Amerika Serikat dan sikap ortodok umat Komunitas NU, Jakarta: Dirjen
Islam di sana yang masih mempertentangkan Pendidikan Islam Depag RI,
syiah-sunni. Demikian juga Suriah, di mana 2007.
Damaskus pernah menjadi pusat kekuasaan
Bani Umayyah, dan terakhir adalah Mesir,
salah satu daerah gubernuran kekhalifahan GBPH H. Joyokusumo, Spiritual Islam
Islam. Ribuan situs-situs bersejarah konon dan Perspektif Budaya Jawa,
telah hancur akibat perang saudara di antara dalam Aswab Mahasin dkk
mereka.
Zakiya Darajat : Warisan Islam … 91

(ed), Ruh Islam dalam Budaya Syariah”, makalah disampaikan


Bangsa, Jakarta: Yayasan dalam perkuliahan di Sekolah
Festifal Istiqlal, 1996. Pascasarjana mata kuliah
History of Southeast Asian
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Islam; Social Intellectual,
Peradaban Arkeologi dan Islam Selasa, 17 April 2012.
di Indonesia Jakarta:Puslit
Arkenas, 1998. Peter Carey, The Power of Prophecy;
Prince Dipanegara and The End
James Turner Johnson, The Holy War of an Old Order in Java, 1785-
Idea in Western and Islamic 1855, Leiden: KITLV Press,
Tradition (terj), Yogyakarta: 2007.
Qalam, 1997.
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah
John. L. Esposito, Islam and Politics, Indonesia Baru 1500-1900,
New York: Syracuse University, Jakarta: Gramedia Pustaka
1998 Utama, 1999.

M.D. Mansoer, Sedjarah Minangkabau, Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza,


Jakarta: Bhratara:, 1970. 100 Tokoh Islam paling
Berpengaruh di Indonesia,
Murodi, Melacak Asal-usul Gerakan Jakarta; Nusantara Lestari
Paderi di Sumatera Barat, Ceriapratama, 2004.
Jakarta: Logos, 1999.

Mualimbunsu Syam Muhammad,


Motivasi Perang Sabil di
Nusantara, Jakarta: Media
Madania, 2013.

Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan


Peradaban, Jakarta:
Paramadina, 2000.

Oman Fathurahman, “Tradisi Penulisan


Kitab Hadis di Dunia Melayu-
Nusantara; Tinjauan Khusus atas
Hidayat al-Habib Karangan
Nuruddin al-Raniri”, makalah
disampaikan dalam perkuliahan
di Sekolah Pascasarjana mata
kuliah History of Southeast
Asian Islam; Social Intellectual,
Selasa, 3 April 2012.

________________, ”Jaringan dengan


Timur Tengah dan Menguatnya
Diskursus Islam Berorientasi

Anda mungkin juga menyukai