Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XII, No. 9/I/Puslit/Mei/2020

PERMASALAHAN LIMBAH MEDIS COVID-19 DI INDONESIA


Teddy Prasetiawan

13 Abstrak
Banyak pihak yang meragukan kesanggupan Indonesia dalam menangani
limbah medis yang jumlahnya meningkat drastis di tengah pandemi Covid-19.
Kapasitas olah fasilitas pelayanan kesehatan dan jasa pengolah limbah medis
saat ini masih berada di bawah timbulan. Bila tidak ditangani dengan baik,
dikhawatirkan limbah medis tersebut akan menjadi sumber penularan baru
Covid-19. Tulisan ini mengulas permasalahan kapasitas pengelolaan limbah
medis dan respons pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut.
Selain dengan mengoptimalkan kapasitas dasar yang telah dimiliki, pemerintah
juga mengupayakan kapasitas cadangan dengan melibatkan jasa pengolah
limbah B3 bukan medis dan industri yang memiliki insinerator, seperti klin
semen. Wabah Covid-19 harusnya dapat menjadi momentum bagi Indonesia,
termasuk DPR RI sebagai pembuat kebijakan, untuk memperbaiki sistem
pengelolaan sampah dan limbah B3 agar lebih siap menghadapi bencana sejenis
di masa yang akan datang.

Pendahuluan Tren kenaikan jumlah timbulan


Sudah hampir dua bulan limbah medis terjadi di seluruh
sejak kasus pertama Coronavirus negara di dunia. Selama wabah
Disease (Covid-19) pertama kali Covid-19 berlangsung di Provinsi
diumumkan Pemerintah Indonesia Hubei, Tiongkok, tercatat kenaikan
pada 2 Maret 2020. Data statistik 6 kali timbulan normal limbah
terus direkam dengan cermat medis, dari 40 ton/hari menjadi
berkaitan dengan jumlah kasus 240 ton/hari (Shi dan Zheng, 2020).
positif-sembuh-meninggal, beserta Asian Development Bank (ADB)
aneka olahan data lain yang tersaji memprediksi DKI Jakarta saja akan
di berbagai portal resmi pemerintah menghasilkan limbah medis 212
pusat maupun daerah. Namun ada ton/hari (adb.org, 2020). Sementara
PUSLIT BKD yang kadang luput dari perhatian itu jumlah fasilitas pengelolaan
kita bersama, yaitu jumlah limbah limbah Bahan Berbahaya dan
medis yang dibuang selama masa Beracun (B3) yang ada di Indonesia
penanganan Covid-19. masih terbatas. Fakta menunjukkan
bahwa dari 132 Rumah Sakit (RS) 2020), tentu akan menimbulkan
rujukan yang ditunjuk pemerintah permasalahan baru di tengah upaya
untuk merawat pasien Covid-19, pemerintah memutus mata rantai
baru 20 RS saja yang memiliki penularan Covid-19. Tulisan ini
insinerator berizin. Di sisi lain, dari mengulas permasalahan kapasitas
total 2.889 RS yang beroperasi, baru pengelolaan limbah medis dan
110 RS saja yang memiliki fasilitas respons pemerintah dalam upaya
insinerator berizin (Soemiarno, mengatasi permasalahan tersebut.
2020).
Limbah medis di Indonesia Sumber Penghasil Limbah
tergolong ke dalam limbah B3 Medis Covid-19
yang pengelolaannya diatur dalam Limbah medis terdiri dari
Peraturan Pemerintah Nomor 101 fase cair dan padat. Namun
Tahun 2014 tentang Pengelolaan limbah medis cair dihasilkan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Pengelolaan limbah
terbatas pada fasilitas pelayanan 14
kesehatan (fasyankes) sehingga
B3 dilakukan dengan prinsip penanganannya dapat lebih mudah
kewaspadaan dan menggunakan dilakukan. Penanganan limbah
metode pengelolaan limbah yang medis fasyankes diatur dalam
aman dan ramah lingkungan. Peraturan Menteri Lingkungan
Dibutuhkan perlakuan dan fasilitas Hidup dan Kehutanan Nomor 56
khusus sejak limbah itu dihasilkan Tahun 2015 tentang Tata Cara dan
(from cradle) hingga dimusnahkan (to Persyaratan Teknis Pengelolaan
grave). Limbah Bahan Berbahaya dan
Limbah medis Covid-19 perlu Beracun dari Fasilitas Pelayanan
ditangani secara serius. Penelitian Kesehatan. Limbah medis Covid-19
membuktikan bahwa penyebab dihasilkan oleh beberapa sumber,
Covid-19, virus Severe Acute antara lain RS rujukan Covid-19,
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 fasilitas khusus yang digunakan
(SARS-CoV-2), mampu bertahan untuk pasien terkait Covid-19
dalam kondisi (suhu dan kelembapan) (misalnya RS Darurat Wisma
tertentu. Butuh waktu beberapa hari Atlet Kemayoran di Jakarta dan
bagi virus tersebut untuk tidak aktif Palembang), fasyankes yang telah
menulari manusia, tergantung pada berfungsi selama ini, dan rumah
jenis material permukaan media tangga serta fasilitas umum yang
hidupnya. Namun, dengan proses menghasilkan sampah biasa.
disinfeksi standar (penggunaan Menghadapi Covid-19 yang
sabun, disinfektan atau dengan penyebarannya sangat cepat dan
pemanasan) virus tersebut akan mudah, penggunaan Alat Pelindung
mudah untuk tidak aktif atau Diri (APD) menjadi sebuah
dengan kata lain tidak menular keharusan. APD, yang umumnya
(Chin, dkk, 2020). Bayangkan saja terdiri dari masker, sarung tangan,
jika limbah medis Covid-19 dibuang baju, penutup kepala, sebagian besar
begitu saja tanpa penanganan, berbahan dasar plastik dengan masa
seperti yang terjadi di Jagakarsa, penggunaan sekali pakai (single-
Jakarta Selatan (health.detik.com, use). Hal ini menyebabkan timbulan
8 April 2020), dan Timika, Papua limbah medis bekas APD melonjak
(radartimikaonline.com, 27 April secara signifikan. Selain itu, limbah
medis Covid-19 juga dapat berupa Fakta ini perlu mendapatkan
spesimen, bahan farmasi bekas, alat respons yang baik dari pemerintah.
kesehatan bekas, dan kemasan bekas Meskipun angka persis kenaikan
makanan/minuman pasien Covid-19. timbulan limbah medis di Indonesia
Peningkatan jumlah pemakaian belum dirilis oleh pihak berwenang,
masker dan sarung tangan pada namun pemerintah dituntut untuk
tingkat rumah tangga pula perlu meningkatkan kapasitas pengolahan
mendapatkan perhatian khusus. limbah medis beberapa kali lipat dari
Terlebih limbah medis rumah kapasitas yang ada saat ini.
tangga lebih berpotensi tercampur
dengan sampah rumah tangga Respons Pemerintah terhadap
lainnya sehingga membahayakan Gap Kapasitas Pengelolaan
petugas angkut sampah yang Limbah Medis
umumnya bekerja tanpa APD atau Dalam rangka menjamin
15 menggunakan APD yang tidak
memadai.
pengelolaan limbah medis di seluruh
wilayah Indonesia, pemerintah
telah mengeluarkan surat edaran
Gap Kapasitas Pengelolaan yang ditujukan kepada pihak-pihak
Limbah Medis Indonesia terkait, antara lain: Surat MENLHK
Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 167 Tahun 2020 tentang
dan Kehutanan (KLHK) menyatakan Pengelolaan Limbah B3 Medis
bahwa kapasitas pengolahan pada Fasyankes Darurat Covid-19;
limbah medis fasyankes seluruh Surat Edaran MENLHK Nomor 02
Indonesia baru mencapai 70,21 ton/ Tahun 2020 tentang Pengelolaan
hari. Ditambah dengan kapasitas Limbah Infeksius (Limbah B3)
jasa pengolahan oleh pihak ketiga dan Sampah Rumah Tangga dari
sebesar 244,08 ton/hari (Soemiarno, Penanganan Covid-19; dan Surat
2020). Sementara itu, Kementerian Dirjen Pengelolaan Sampah,
Kesehatan menyebutkan bahwa Limbah, dan B3 Nomor 156 Tahun
kapasitas pengolahan limbah 2020 Perihal Pengelolaan Limbah
medis fasyankes baru mencapai B3 Masa Darurat Penanganan
53,12 ton/hari ditambah kapasitas Covid-19. Pada intinya, surat
jasa pengolahan oleh pihak ketiga edaran tersebut merupakan upaya
sebesar 187,90 ton/hari. Dengan optimalisasi kapasitas pengelolaan
jumlah fasyankes sebanyak 2.889 RS, limbah medis di Indonesia, baik
10.062 puskesmas, 7.641 klinik, dan yang dilakukan oleh fasyankes atau
fasilitas lain seperti laboratorium jasa pengelola limbah B3 berizin.
kesehatan, apotek, dan unit transfusi SE MENLHK Nomor 02 Tahun
darah, diprediksi limbah medis 2020 memungkinkan fasyankes
yang dihasilkan Indonesia per untuk mengolah limbah B3
hari sebanyak 294,66 ton, dengan meskipun belum mengantongi izin
kata lain defisit 70,432 ton/hari dengan menggunakan insinerator
(Nurali, 2020). Angka ini bahkan dengan suhu mininal 800oC atau
belum termasuk timbulan limbah menggunakan autoclave yang
medis yang dihasilkan pada tingkat dilengkapi shredder.
rumah tangga berupa masker dan KLHK menyampaikan bahwa
sarung tangan yang jumlahnya turut solusi penanganan gap kapasitas
meningkat. pengolahan limbah medis sedang
diupayakan dengan melibatkan pihak pengumpulan pada tingkat rumah
lain. Kapasitas dasar pengolahan tangga, dipo kecamatan, dipo kota,
dengan proses insinerasi saat ini dan diangkut oleh pihak ketiga
adalah 314,53 ton/hari yang berasal menuju fasilitas pemusnahan di
dari kapasitas pengolahan fasyankes Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
70,45 ton/hari dan kapasitas (PLTSa) Bantar Gebang (Warih,
pengolahan pihak ketiga (swasta) 2020).
sebesar 244,08 ton/hari. Kemampuan
jasa pengolah limbah B3 (swasta Covid-19 sebagai Momentum
berizin), bila dioptimalkan untuk Perbaikan Pengolaan Limbah
mengatasi limbah medis Covid-19, Medis
sebenarnya dapat mencapai 679,2 Harus diakui bahwa tidak
ton/hari. Jumlah ini masih bisa ada negara yang benar-benar siap
ditambah dengan melibatkan pihak menghadapi wabah Covid-19,
industri yang memiliki fasilitas
insinerasi, seperti klin semen.
termasuk Indonesia. Langkah 16
yang dilakukan pemerintah dalam
Dengan meminjam kurang lebih 1% mengatasi gap kapasitas limbah
kapasitas pemusnahan pada kiln medis Covid-19 patut diapresiasi.
(tanur) semen, maka akan dihasilkan Namun, terdapat beberapa catatan
kapasitas pengolahan sebesar yang perlu diperhatikan menanggapi
127,61 ton/hari sehingga kapasitas respons tersebut. Pertama, teknologi
cadangan yang dimiliki Indonesia pengolahan masih tergantung pada
saat ini dapat mencapai 877,26 ton/ insinerator. Faktanya, teknologi ini
hari (Soemiarno, 2020). Angka ini sudah mulai ditinggalkan karena
tentunya cukup menggembirakan berpotensi mengemisikan merkuri
di tengah kekhawatiran terhadap dan dioksin (Damanhuri, 2020).
kapasitas pengolahan limbah Selain itu, khusus untuk penanganan
medis yang masih rendah. limbah medis, insinerator
Walaupun terkesan terlambat, dinilai overkill, boros, dan rawan
KLHK menyampaikan bahwa penyalahgunaan (korupsi). Banyak
pembangunan fasilitas pengolahan insinerator RS yang ada di Indonesia
limbah B3 oleh fasyankes sudah tidak dibangun dengan kriteria
menjadi program prioritas nasional. yang benar sehingga tidak mencapai
Pemerintah berencana akan pembakaran dengan suhu optimal
membangun fasilitas tersebut di 32 (850-1.200oC) atau tidak dilengkapi
lokasi dalam kurun waktu 2020-2024. dengan pengendali pencemaran
Beberapa daerah telah udara yang memadai.
menindaklanjuti SE MENLHK Kedua, fasilitas pengelolaan
Nomor 02 Tahun 2020 melalui limbah medis baik oleh fasyankes
surat edaran kepala daerah. maupun pihak swasta tidak tersebar
Harapannya penanganan limbah merata di seluruh Indonesia. Dari
medis, baik bersumber dari kapasitas dasar sebesar 314,29 ton/
fasyankes ataupun rumah tangga hari, 267,20 ton/hari-nya berada di
dapat lebih diperhatikan. Misalnya, pulau Jawa dan tidak ada sama sekali
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di region Maluku dan Papua. Ini
Provinsi DKI Jakarta saat ini telah menyebabkan prinsip pengelolaan
mengimplementasikan pengelolaan limbah B3 tidak terpenuhi,
limbah medis Covid-19 melalui yaitu precautionary principle
(secepat mungkin) dan proximity kapasitas dasar atau menambah
principle (sedekat mungkin). kapasitas cadangan yang sehingga
Hal ini diperparah lagi dengan kapasitas total mencapai 877,26
keterbatasan jumlah transporter ton/hari, kurang lebih 3 kali
berizin yang baru dimiliki oleh 140 kapasitas cadangan. Ke depan, DPR
penyedia jasa. Sebagai solusi jangka diharapkan dapat mengarahkan
pendek, pelibatan pihak industri pemerintah untuk mengembangkan
yang memiliki fasilitas insinerasi teknologi pengelolaan limbah medis
perlu dipertimbangkan, mengingat yang tidak hanya bergantung pada
di region Maluku dan Papua teknologi insinerasi, menyebarkan
terdapat beberapa industri yang fasilitas pengolahan tersebut
dimaksud. ke seluruh Indonesia, serta
Ketiga, pemerintah perlu meningkatkan iklim investasi jasa
menciptakan iklim investasi yang pengolahan dan pengangkutan
17 sehat bagi jasa pengolah dan limbah medis.
pengangkutan limbah medis. Wabah Covid-19 seharusnya
Rendahnya investasi usaha bidang dapat menjadi momentum bagi
ini salah satunya diakibatkan oleh Indonesia untuk memperbaiki
perizinan yang rumit. Bila perlu, saat sistem pengelolaan sampah dan
minat investor masih dirasa rendah, pengelolaan limbah B3. Penerapan
pemerintah harus tetap hadir dengan pemilahan sampah dan limbah B3
mengembangkan jasa pengolahan sedari sumber merupakan salah
limbah medis berbasis Badan Usaha satu upaya untuk memutus rantai
Milik Negara (BUMN) atau Badan penyebaran Covid-19 melalui
Usaha Milik Daerah (BUMD). limbah medis.
Keempat, pemerintah perlu
mengembangkan skema pembiayaan Referensi
dalam rangka mendukung Chin, A., dkk. 2020. “Stability of SARS-
pengelolaan limbah medis yang CoV-2 in Different Environmental
sangat membebani fasyankes di Conditions”. Lancet Microbe.
masa-masa sulit seperti sekarang. https://doi.org/10.1016/S2666-
Menurut Perhimpunan Rumah Sakit 5247(20)30003-3, diakses 3 Mei
Seluruh Indonesia (PERSI), neraca 2020.
keuangan RS sangat terganggu Damanhuri, Enri. 2020. Pengelolaan
sehingga dikhawatirkan berimplikasi Limbah B3 Medis Covid-19 di
pada penurunan pelayanan RS Indonesia. Disampaikan pada
(Partakusuma, 2020). Bila RS Webinar Pengelolaan Limbah
mengabaikan pengelolaan limbah Medis B3 Covid-19, 28 April 2020.
medis karena keterbatasan anggaran, “Limbah Medis Masih Dibuang
maka potensi bocornya limbah medis Sembarangan”, 27 April 2020,
ke lingkungan akan semakin besar http://radartimikaonline.
dan berbahaya bagi manusia. com/2020/04/27/limbah-medis,
diakses 3 Mei 2020.
Penutup “Managing Infectious Medical Waste
Berbagai upaya telah dilakukan during the Covid-19 Pandemic”,
pemerintah guna mengatasi gap April 2020, https://www.adb.
kapasitas pengolahan limbah org/publications/managing-
medis, baik melalui optimalisasi medical, diakses 20 April 2020.
Nurali, Imran Agus. 2020. Soemiarno, Sinta Saptarina. 2020.
“Pengelolaan Limbah B3 Medis “Penanganan Limbah B3
dan Sampah Terkontaminasi Infeksius Covid-19: Analisa Gap
Covid-19”. Disampaikan pada Kapasitas dan Alternaif Solusi”.
Webinar Pengelolaan Limbah Disampaikan pada Webinar
Medis B3 Covid-19. Jakarta, 28 Pengelolaan Limbah Medis B3
April 2020. Covid-19, 28 April 2020.
Partakusuma, Lia G. 2020. “Upaya “Viral APD Dibuang di Selokan,
Pengendalian Limbah Medis Begini Proses Pemusnahan
Rumah Sakit di Era Covid-19”. Limbah Medis”, 8 April 2020,
Disampaikan pada Webinar https://health.detik.com/berita-
Pengelolaan Limbah Medis B3 detikhealth/d-4969734/viral-apd,
Covid-19, 28 April 2020. diakses 3 Mei 2020.
Shi J., dan W. Zheng. 2020. Warih, Andono. 2020. “Implementasi
“Coronavirus: China struggling
to deal with mountains of medical
Pengelolaan Limbah B3 Medis
Covid-19 di Provinsi DKI
18
waste created by epidemic”, Jakarta”. Disampaikan pada
5 Maret 2020, www.scmp. Webinar Pengelolaan Limbah
com/news/china/society/ Medis B3 Covid-19, 28 April 2020.
article/3065049/coronavirus-
china, diakses 20 April 2020.

Teddy Prasetiawan
teddy.prasetiawan@dpr.go.id

Teddy Prasetiawan, S.T., M.T., menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Lingkungan ITB pada
tahun 2004 dan pendidikan S2 Magister Teknik Lingkungan ITB pada tahun 2008. Saat ini
bekerja sebagai Peneliti Muda Kebijakan Lingkungan pada Pusat PenelitianBadan Keahlian
DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku
antara lain: "Peluang Implementasi Extended Producer Responsibility (EPR) di Indonesia"
(2014), “Masa Depan Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) PascaPembatalan
UU No. 7 Tahun 2004” (2015), dan “Bad Piped Water and Other Perceptual Drivers
of Bottled Water Consumption in Indonesia” (Wire Interdisciplinary Reviews, 2017).

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai