Anda di halaman 1dari 9

BAB 3

GANGGUAN SISTEM JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

A. HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisme,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastilik).
Tekanan darah ditulis sebangai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80
mmHg. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolikmencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan kekanan sistolik dan diastolik.
1. Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi
ini sering ditemukan pada usia lanjut.
2. Hipertensi maligna, hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan
kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200
penderita hipertensi.
 PENYEBAB
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini dikenal
sebagai hipertensi esensial atau hipertensi proimer.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10 %
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pik KB).
Jantung normalnya berdetak 60-100 kali per-menit (sekitar 100 hibu/hari). Jantung yang
berdetang tidak normal disebut aritmia atau dysrhythmia. Jantung yang berdetak lambat (di
bawah 60 kali/menit) disebut bradyarrhythmias, sedang yang cepat (berdetak di atas 100
kai/menit) disebut tachyarrhytmias.
 KLASIFIKASI
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal < 120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi Sistol terisolasi ≥ 140 Dan < 90
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tungkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup: perbatasan 140-159 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup: perbatasan 140-149 < 90
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal < 120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

B. CARDIACT ARREST
 DEFINISI
Serangan jantung (CARDIAC Arrest), adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi
pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung
(miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
 PENYEBAB
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan
terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya
atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan
jantung akan mati.
Kemampuan memompa jantung setelah suatu serangan jantung secara langsung
berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan (infark). Jika lebih dari separuh
jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan
kemungkinan terjadi kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak
mampu memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung (decompensatio cordis).
Penyebab lain dari serangan jantung adalah :
1. Suatu bekuan dari bagian jantungnya sendiri. Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk
dalam jantung, lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner.
2. Kejang pada arteri koroner yang menyebabkan terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa
disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau karena merokok, tetapi kadang penyebabnya
tidak diketahui.

C. ANGINA PEKTORIS
 DEFINISI
Angina pektoris merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi
jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen
ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung).
Aktifitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu
menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau
tersumbat sehingga aliran darah ke otot gidak dapat memenuhi kebutuhan jantung atak
oksigen, maka bisa terjadi iskemia otot jantung dan menyebabkan nyeri.
 PENYEBAB
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner. Penyebab lainnya adalah
stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta), regurgitasi katup aorta (kebocoran katup
aorta), stenosis subaortik hipertrofik, spesme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang
terjadi secara tiba-tiba), anemia yang berat.
 GEJALA
Tidak semua penderita iskemia mengalami angina. Iskemia yang tidak disertai dengan angina
disebut silent ischemia.
Masih belum dimengerti mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina. Biasanya
penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit dibawah tulang dada
(sternum). Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, dan juga lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan
nyeri. Yang khas adalah bahwa angina:
1. Dipicu oleh aktivitas fisik
2. Berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
3. Akan menghilang jika penderita beristirahat. Kadang penderita bisa meramalkan akan
terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.
Angina seringkali memburuk apabila aktivitasnfisik dilakukan setelah makan, cuaca
dingin, dan stres emosional.
 UNSTABLE ANGINA
Merupakan angina yang pola gejalanya mengalami perubahan. Ciri angina pada seorang
penderita biasanya tetap, oleh sebab itu setiap perubahan merupakan masalah yang serius
(misalnya nyeri menjadi lebih hebat, serangan menjadi lebih sering terjadi atau nyeri timbul
ketika sedang beristirahat).

D. GAGAL JANTUNG KONGESTIF


 DEFINISI
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient
dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
 ETIOLOGI
 Kelainan otot jantung; Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
 Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.
 Hipertensi sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
 Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
 Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
 Faktor sistemik; terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurukan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan
funsional:
1. Timbul sesak pada aktivitas fisik berat
2. Timbul sesak pada aktivitas fisik sedang
3. Timbul sesak pada aktivitas fisik ringan
4. Timbul sesak pada aktivitas fisik sangat ringan/istirahat.
 PATOFISIOLOGI
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme dengan
menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak
output, yaitu meliputi:
1. Respon sistem saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
2. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan
volume.
3. Vaskontraksi arterirenal dan aktivitas sistem rennin angiostensin.
4. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorpsi terhadap cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi
yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskular oleh pengencangan
jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisisan ventrikel dari arteri coronaria.
Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium.
Peningkatan dinding akibat dilatasi memnyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan
pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang
menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
 TANDA DAN GEJALA
Tanda Dominan
 Meningkatnya volume intravaskuler
 Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah
jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
Gagal Jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiritak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Manifestasi klinisnya yang terjadi yaitu:
1. Dispnea, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam
hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).
2. Batuk
3. Mudah lelah, terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dan
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang
terjadi karena distress pernapasan dan batuk.
4. Kegelisahan atau kecemasan, terjadi karena akibat gagguan oksigenasi jaringan, stress
akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
Gagal jantung kanan
1. Kongestif jaringan perifer dan visceral
2. Oedema ekstermitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting, penambahan
BB.
3. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan tas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar.
4. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
5. Nokturia.
6. Kelemahan.
 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa CFH.
2. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan AMI), Ekokardiogram.
3. Pemeriksaan lab meliputi :Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang
rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl,
Ureum, gula darah.

E. JANTUNG KORONER
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan
faktor resiko yang sebagian besar merupakan perilaku gaya hidup.
PJK adalah disebabkan oleh aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan degeneratif yang
dipengaruhi oleh adanya faktor resiko.
PJK adalah suatu penyakit pada jantung yang terjadi karena adanya kelainan pada pembuluh
koroner, berupa penyempitan pembuluh darah sebagai akibat dari pengeraan dinding pembuluh
darah oleh adanya penimbunan lemak berlebih.
 Etiologi
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding
dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh
berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah dan lain-
lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal
ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah
dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada)
sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat dikenal dengan serangan jantung yang dapat
menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner:
1. Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi.
2. Kadar Kolesterol HDL rendah.
3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
4. Merokok
5. Diabetes Mellitus
6. Kegemukan
7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8. Kurang olah raga
9. Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat
diturunkan secara turun temurun (keturunan). Anda bisa terkena penyakit jantung korner
jika mempunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan
darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti
merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung korner dapat digolongkan secara logis
sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes mellitus. Faktor ini
bersama-sama berperan besar dalam menentukan kecepatan artero-genesis.
2. Kebiasaan hidup dan faktor lingkungan yang tidak ditentukan semaunya
Gaya hidup yang mempedisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang
terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisi,
penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalahgunaan
alkohol.
3. Faktor resiko kecil dan lainnya
Karena faktor resiko yang ditetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung korner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui benar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan
jenis kelamin.
 Manifestasi Klinis
1. Sesak nafas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas yang
cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin
bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.
2. Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstermitas bawah, terjadi
selama atau setelah olah raga peka terhadap rasa dingin.
3. Perubahan warna kulit.
4. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
5. Keringat dingin dan berdebar-debar.
6. Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.
7. Denyut jantung lebih cepat.
8. Mual dan muntah.
9. Kelemahan yang luar biasa.
 Komplikasi
1. Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium (kemtian otot
jantung) karena persediaan darah tidak cukup.
2. Angina pectoris yang tidak stabil, syok dan aritmia.
3. Gagal jantung kongestif
4. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
5. Diabetes.
 Epidemiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh
dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020.
Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pusatnya perubahan gaya hidup.
Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka kematiannya terlihat cenderung
meningkat. Hasil survey kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000
penduduk Indonesia menderita PJK.
Perbaikan nkesehatan secara umum dan kemajuan teknologi kedokteran menyebabkan
umur harapan hidup meningkat, sehingga jumlah penduduk lansia bertambah. Survey tiga
kecamatan di daerah Jakarta Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi lansia
melewati angka 15% yang sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi negara berkembang.
Usia lansia yang didefinisikan sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai
meningkatkan berbagai penyakit degeneratif yang bersifat multiorgan. Prevalensi PJK
(Penyakit Jantung Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan angka kematian mencapailebih
dari 80% yang berarti setiap 2 (dua) orang lansia mengidap PJK dan jika terserang PJK maka
kematian demikian tinggi dan hanya 20% yang dapat diselamatkan.
Pathway Jantung Koroner

Faktor-faktor resiko: Merokok, obesitas,


kolesterol tinggi

Arteriosklerosis

Spesme arteri koroner

Penurunan suplai O2

Iskemia miokard

Perubahan reversibel sel dan jaringan

Peningkatan asam laktat Nyeri Akut

Ph sel menurun

Penurunan kontraktilitas

Penrunan cardiac output Penurunan curah


jantung
Penurunan perfusi jaringan

Akstremitas Hipoksia Cerebral system urine

Sianosis Muskulus Gangguan perfusi jaringan Oliguria

Kelemahan Gangguan eliminasi urine

Intoleransi aktivitas

Pernapasan

Kekurangan O2

Gangguan pola napas Gangguan pola tidur Tidur sering


terbangun
 Pemeriksaan Penunjang
Tergantung kebutuhannya jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasif sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG); pemeriksaan aktivitas listrik jantung atau gambaran
ekektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk
adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-
tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan
jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2. Foto rontgen dada; dari foto rontgen pappa dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-
tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada
koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai
apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang
sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
3. Pemeriksaan laboratorium; dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai
bourgeois resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung
akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya
dokter jantung atau kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk
pemeriksaan diagnostik PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olahraga umumnya,
namun dihubungkan dengan monitor dan dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktivitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat
aktivitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
5. Kateterisasi jantung; pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri).
Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah.
Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.
Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi
pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau
malahan mungkin tidak ada penyumbatan.

Anda mungkin juga menyukai