Anda di halaman 1dari 10

Nama : Protea Neriifolia

NIM : 11180950000027
Mata Kuliah : Pemuliaan Tanaman
Dosen : Junaidi, M.Si

Teknik Pemuliaan Tanaman Kedelai


Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
karakter tanaman yang diwariskan pada suatu populasi baru dengan sifat genetik baru.
Produk pemuliaan tanaman adalah kultivar dengan ciri-ciri khusus sesuai dengan yang
diinginkan pemulianya seperti: produksi tinggi, toleran terhadap kondisi-kondisi
lingkungan yang mariginal, resisten terhadap hama, dan lain-lain. Pemuliaan tanaman
dalam kerangka usaha pertanian (agribisnis) merupakan bagian awal dari mata rantai
usaha tani dan memastikan tersedianya benih atau bahan tanam yang baik dan bermutu
tinggi (Nuraida, 2012).

1.1 Teknik Introduksi


Pemuliaan tanaman kedelai dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan pendayagunaan aksesi introduksi. Aksesi kedelai yang diintroduksi dari wilayah
atau negara lain, seperti Cina, berpotensi sebagai sumber gen dalam program pemuliaan
seleksi. Hal ini disebabkan Cina merupakan salah satu negara asal kedelai yang memiliki
tingkat variasi morfologis tinggi (Mahbub et al., 2016). Aksesi introduksi yang memiliki
kelebihan adaptabilitas tinggi dengan penampilan agronomis baik dan hasil tinggi sangat
berpeluang untuk dilepas menjadi varietas unggul nasional dan sumber gen atau tetua
persilangan untuk perbaikan varietas. Total varietas unggul kedelai yang telah dilepas di
Indonesia sejak tahun 1965 hingga 2012 yaitu sebanyak 68 varietas, 14 varietas
diantaranya merupakan aksesi introduksi dari luar negeri dan beberapa di antaranya dari
Cina (Asadi, 2014).
Varietas hasil introduksi dari Cina dikembangkan pertama kali di Indonesia pada
tahun 1919, yaitu varietas No. 27 dan 29 yang kemudian digunakan sebagai tetua
persilangan untuk mendapatkan varietas unggul baru Ringgit dan Davros yang memiliki
sifat genjah dan berdaya hasil tinggi. Aksesi kedelai introduksi Cina yang dikoleksi di
Bank Gen BB Biogen sejak tahun 2007 diketahui memiliki karakter agronomis yang
lebih baik dibanding dengan varietas lokal dengan ukuran biji besar dan daya adaptasi
yang tinggi (Asadi, 2014).
Tabel 1. Jumlah varietas unggul kedelai yang telah dilepas tahun 1965-2012

Tabel 2. Varietas unggul kedelai asal introduksi luar negeri sejak tahun 1965
(Hermanto et al., 2009)

Proses pemuliaan yang dilakukan sebelum pelepasan varietas introduksi menjadi


varietas unggul nasional adalah dengan cara memurnikan, menguji adaptasi, dan daya
hasilnya di berbagai lokasi bersama-sama dengan galur harapan lainnya. Varietas atau
galur introduksi yang memiliki adaptibilitas tinggi dengan penampilan agronomi baik
dan hasil lebih tinggi dari varietas cek berpeluang untuk dilepas menjadi varietas unggul
baru. Selain itu varietas introduksi yang memliki sifat baik seperti karakter agronomis
baik (polong dan cabang banyak dengan potensi hasil tinggi tapi memiliki beberapa
kelemahan seperti umur dalam) dapat pula digunakan sebagai sumber gen atau tetua
dalam perbaikan varietas (Asadi, 2014).
Aksesi kedelai introduksi dari Cina yang diterima tahun 2007 dan beberapa aksesi
edamame dari AVRDC yang memiliki karakter agronomi yang bagus pada tahun 2009
telah disilangkan dengan beberapa varietas unggul dalam negeri dan aksesi introduksi
lainnya. Hasilnya yaitu diperoleh beberapa kombinasi persilangan yang memperlihatkan
turunan dengan keragaman segregan yang tinggi. Beberapa galur F8 terbaik dari
persilangan kedelai Cina x kedelai Jepang (polong dan cabang banyak, biji besar dengan
potensi hasil >3 t/ha) (Asadi,2014).
1.2 Teknik Mutasi Radiasi
Perakitan varietas unggul baru salah satunya melalui pemuliaan tanaman dengan
teknik mutasi radiasi menggunakan sinar gamma untuk menciptakan keragaman genetik
baru. Pemanfaatan sinar gamma sudah berkembang di berbagai bidang untuk
kesejahteraan umat manusia, antara lain dibidang kesehatan, industri, pengawetan
makanan, pertanian dan lain-lain. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik
yang mempunyai daya tembus sangat kuat. Salah satu sumber sinar gamma adalah 60Co
dengan daya tembus yang sangat kuat. Sinar gamma dapat dimanfaatkan dalam bidang
pemuliaan tanaman untuk menciptakan keragaman genetik baru dalam perakitan varietas
unggul (Karen, 2012).
Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi bertujuan untuk mendapatkan sifat baru
dari tanaman melalui perubahan genetik dan sifat dari tanaman induk setelah mendapat
radiasi sinar gamma pada dosis tertentu pada tanaman induk. Kelebihan teknik mutasi
antara lain adalah salah satu sifat dari suatu varietas dapat diperbaiki tanpa merubah sifat
yang lain, menimbulkan sifat baru yang tidak dimiliki oleh induknya, dapat memisahkan
pautan gen dan metode ini bersifat komplemen dengan teknik yang lain sehingga teknik
tersebut dapat digunakan bersamaan dengan teknik lain seperti hibridisasi dan
bioteknologi. Pengunaan teknik iradiasi sinar gamma yang tepat dapat meningkatkan
frekuensi dan spectrum mutasi (Arwin, 2013).
Mutasi adalah suatu proses dimana gen mengalami perubahan atau segala macam
tipe perubahan keturunan yang menyebabkan perubahan fenotip yang diwariskan dari
satu ke generasi berikutnya. Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi sudah
berkembang cukup pesat di Indonesia untuk mendapatkan varietas unggul baru. Salah
satu komoditi pertanian yang sudah banyak dihasilkan dengan teknik mutasi radiasi ini
adalah kedelai. Menurut Ashadi (2013), pemuliaan mutasi untuk perbaikan terhadap
umur tanaman menghasilkan sejumlah varietas unggul kedelai berumur genjah dari
varietas asalnya.
Sinar gamma memproduksi energi, hal ini dapat menyebabkan kerusakan
molekul melalui reaksi spontan dimana energi radiasi diserap oleh molekul DNA. Energi
tidak diserap (diabsorbsi) oleh DNA pada reaksi tidak langsung, tetapi diserap oleh
molekul lain dalam sel yang memproduksi radikal bebas sehingga mengakibatkan
perubahan molekul DNA (Gambar 1) (Nunoo et al., 2014).
Gambar 1. Pertukaran rantai basa DNA akibat induksi mutasi. Pertukaran basa thymine
(T) memberikan tempat kepada pasangan yang salah dengan basa guanine
(G) (tengah). Mutan yang membawa kode genetik baru (kanan)
Mutasi induksi sementara ini merupakan metode pemuliaan yang paling efektif
untuk perbaikan satu atau beberapa sifat yang tidak diinginkan. Sejalan dengan ini
perbaikan sifat yang diinginkan melalui metode pemuliaan mutasi dapat mungkin
berkonsentrasi hanya pada satu target. Pemuliaan mutasi di Batan, telah menghasilkan
varietas unggul dengan hasil produksi yang tinggi yaitu kedelai berumur genjah
(Gamasugen 1 dan Gamasugen 2), Kedelai berbiji besar (Mutiara 1), Kedelai hitam
(Mutiara 2 dan 3), kedelai tahan lahan masam (Rajabasa). Mutasi menggunakan iradiasi
sinar gamma merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik
terhadap tanaman kedelai mulai fase awal (perkecambahan), pertumbuhan sampai pada
hasil dengan berbagai dosis iradiasi yang nantinya akan menjadi varietas unggul kedelai
nasional yang hanya 1% (Harsanti & Yulidar, 2019).
Berdasarkan penelitian Harsanti & Yulidar (2019), kemampuan berkecambah
pasca iradiasi tanaman kedelai tahan naungan yang mampu hidup pada satu minggu
setelah tanam yang tertinggi pada dosis 0 Gy yaitu 100 % sedangkan yang terendah pada
dosis 400 Gy yaitu 97,78%. Tinggi tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam 0 Gy
(19,95 cm) dan yang terendah pada dosis 400 Gy yaitu 11,48 cm. Perlakuan pasca
iradiasi orietasi dosis adalah untuk mengetahui dosis pada tanaman, untuk dapat bertahan
hidup pada masing-masing tanaman kedelai.
Efektifitas perbaikan genetik untuk sifat-sifat yang diinginkan seperti sifat
agronomis, fisiologi dalam program pemuliaan mutasi ditentukan oleh dosis iradiasi dan
tingkat radio sensitivitas tanaman yang diradiasi dan kondisi tanaman saat diiradiasi.
Hasil penelitian Mudibu et al. (2012) menunjukkan tingkat lokus yang polimorfis
meningkat secara signifikan pada mutan kedelai yang diberi 200 Gy iradiasi sinar gama
dibandingkan dengan yang tidak di radiasi (kontrol). Hal yang sama juga dilaporkan oleh
Hanafiah et al. (2010) bahwa pada varietas Argomulyo, keragaman yang tinggi pada
generasi M2 kedelai diperoleh pada iradiasi dengan dosis 200 Gy.
Pemuliaan mutasi melalui iradiasi benih untuk perbaikan terhadap umur dan
produktivitas kedelai juga telah dilakukan pada tahun 2012 dengan hasil 15 galur
harapan M9 umur genjah (lebih genjah dari varietas cek) dan produktivitas tinggi (Asadi
et al., 2012). Tahapan penelitian hingga diperolehnya galur harapan kedelai berumur
genjah dan produktivitas tinggi dapat dilihat pada Gambar 2. Sebanyak 30 galur M8 telah
dilakukan uji daya hasilnya di lahan sawah tadah hujan setelah panen padi (Kabupaten
Maros dan Pangkep) dan di lahan kering (Kabupaten Gowa) di Provinsi Sulawesi
Selatan. Hasil penelitian uji daya hasil lanjutan di 3 kabupaten tersebut diperoleh 15
galur kedelai mutan terbaik (umur genjah dan daya hasil tinggi). Galur-galur pilihan
tersebut merupakan galur atau mutan harapan yang siap untuk diuji di berbagai lokasi
(uji multilokasi) pada tahun 2013 (Asadi et al., 2012).

Gambar 2. Alur penelitian pemuliaan mutasi untuk perbaikan terhadap umur genjah,
toleran kekeringan, dan produktivitas pada kedelai (Asadi, 2009).
1.3 Teknik Seleksi Galur
Metode seleksi pada pemuliaan mutasi yang lazim digunakan adalah menggunakan
metode bulk yang diikuti oleh pedigree. Galur homozigot umumnya sudah dapat
diperoleh pada generasi M5 . Berdasarkan Tabel 3 seleksi bulk hanya dilakukan pada
generasi M1, selanjutnya pada generasi M2-M3 diteruskan dengan seleksi pedigree, yaitu
dengan cara memilih baris terbaik yang diikuti dengan memilih tanaman terbaik dari
setiap baris terbaik (Asadi, 2013).
Tanaman sudah mulai homozigot pada generasi M4, galur-galur homozigot yang
berumur genjah pada generasi M5-M6 dievaluasi daya hasilnya di beberapa lokasi,
sekitar 10-15 galur terbaik pada generasi M7-M8 diuji daya hasil dan adaptasinya di
berbagai lokasi (8-10 lokasi). Galur harapan terbaik (1-2 galur) berumur genjah dan
berdaya hasil tinggi serta memiliki adaptasi yang luas dipersiapkan untuk dilepas sebagai
varietas unggul kedelai berumur genjah dan berdaya hasil tinggi (Asadi, 2013).
Tabel 3. Skema dan metode seleksi pada pemuliaan mutasi tanaman kedelai

Metode seleksi Pedigree merupakan metode pemuliaan yang dilakukan di generasi


awal dengan tingkat segregasi tinggi (F2 atau F3), seleksi dilakukan kembali terhadap
individu dan famili terbaik hingga tercapai tingkat homozigositas tinggi dan silsilah
setiap generasi dicatat (Sihaloho & Purba, 2021).

1.4 Teknik Persilangan


Persilangan merupakan salah satu metode untuk memperluas keragaman genetik dan
memperbanyak koleksi plasma nutfah dengan penyerbukan silang beberapa tetua yang
memiliki susunan genetik yang berbeda untuk mendapatkan karakter yang diharapkan.
Persilangan ditentukan oleh faktor manusia, alat yang digunakan serta faktor lingkungan.
Peran pelaksana (manusia) dalam memperbesar keberhasilan persilangan terutama
ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Faktor alat lebih berhubungan pada
kebersihan alat, sedangkan faktor lingkungan seperti adanya serangan hama dan penyakit
serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan. Fluktuasi musim dan suhu
seringkali juga memiliki peran penting dalam kegiatan persilangan. Disamping itu perlu
penetapan tujuan dari persilangan (Sitepu et al., 2015).
Penyilangan dilakukan setelah tanaman mulai berbunga, yaitu pada umur 35 HST.
Penyilangan diawali dengan melakukan kastrasi (pengebirian) pada bunga betina yang
belum mekar dan diperkirakan belum terjadi penyerbukan. Bunga dipegang antara
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, kemudian mahkota bunga dibuka dengan menggunakan
pinset sehingga tampak kepala putik yang dikelilingi benang sari. Selanjutnya, tangkai
sari dibuang sampai bersih sehingga pada bunga tersebut hanya tertinggal kepala putik
(Kartono, 2005).
Bunga yang paling tepat untuk disilangkan adalah kuncup yang masih terbungkus
kelopak, tetapi pada bagian ujungnya telah tampak mahkota bunga dengan panjang
kurang lebih 0,5 mm. Kuncup bunga yang muncul pada lima hari pertama umumnya
lebih baik untuk disilangkan karena ukurannya lebih besar dibanding bunga yang muncul
pada tahap akhir pembungaan. Bunga pada batang utama juga lebih baik daripada bunga
pada cabang. Setelah bunga tetua betina dikastrasi segera dilakukan persarian. Tepung
sari dari tetua jantan yang baru mekar dan masih segar diambil menggunakan pinset
kemudian ditempelkan pada kepala putik pada bunga tetua betina. Bunga yang telah
dilakukan persarian diberi tanda dengan benang yang diikatkan pada tangkai bunga serta
diberi label seri persilangan dan tanggal persilangan agar polong hasil persilangan dapat
diketahui dengan mudah (Kartono, 2005).
Hasil persilangan buatan pada tanaman kedelai dipengaruhi oleh karakter dari masing-
masing varietas. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persilangan kedelai
adalah keunggulan dari varietas yang akan disilangkan (Setyaningsih, 2011). Kombinasi
persilangan dari masing-masing tetua akan menghasilkan karakter dengan keragaman
yang berbeda. Persilangan antara varietas grobogan dengan kedelai hasil seleksi di tanah
salin menunjukkan bahwa hasil polong berbiji 3 memiliki jumlah paling banyak (Lubis,
2015). Persilangan antara varietas grobogan dan anjasmoro menghasilkan bobot tiap biji
0,18 g hal itu disebabkan karena tetua grobogan memiliki karakter biji tergolong
berukuran besar sehingga mampu memperbaiki bobot tiap biji dari varietas anjasmoro
(Setyaningsih, 2011). Heterosis merupakan peningkatan yang terlihat pada dua galur
varietas tertentu yang disilangkan. Peningkatan diukur dengan menghitung perbedaan F1
dengan nilai mid parent (rata rata tetua) atau dari nilai tetua yang superior (Suprayogi,
2016).
Persilangan terhadap beberapa varietas kedelai juga dilakukan oleh Utomo et al.
(2018). Hasil persilangan antara dialel varietas Dering dengan varietas Gobogan, Devon
dan Detam menghasilkan persentasi keberhasilan yang berbeda (Tabel 4). Berdasarkan
hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa hasil persilangan kedelai tertinggi adalah
persilangan antara varietas Dering x Devon yaitu 64,52%, sedangkan tingkat
keberhasilan persilangan yang paling rendah Dering x Detam 26,92%. Hasil persilangan
tersebut dapat digolongkan memiliki keberhasilan yang baik. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Sitepu et al. (2015) persentase keberhasilan persilangan antara varietas
Grobogan dan Anjasmoro 45 – 47%.
Tabel 4. Persentase Keberhasilan Persilangan (Utomo et al., 2018)

Besarnya persentase keberhasilan ditentukan oleh pembuahan serbuk sari pada kepala
putik. Bunga yang terbuahi akan tetap segar, sedangkan yang tidak terbuahi akan kering
dan gugur dalam waktu 3 hari setelah persilangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setyaningsih (2011) yang menyatakan bahwa penyerbukan yang tidak di ikuti
pembuahan menyebabkan bunga gugur sebelum menjadi buah. Rendahnya tingkat
keberhasilan pada persilangan Dering x Detam diduga karena incompatible serbuk sari
pada kepala putik dari verietas Dering.
Self incompatible yang terjadi pada persilangan karena interaksi stigma menolak
polen untuk berkecambah ini menandakan yang mengendalikan pada persilangan
tersebut adalah sporophitic incompatible. Sedangkan gagalnya polen membuahi ovum
merupakan indikasi adanya sistem gametophitic incompatible (Rahajeng &
Rahayuningsih, 2013). Menurut Syukur et al. (2015) keberhasilan persilangan dapat
dilihat setelah satu minggu setelah penyerbukan ditandai dengan tidak rontoknya calon
buah.
DAFTAR PUSTAKA

Arwin. (2013). Evaluasi produktivitas galur-galur mutan kedelai umur genjah dengan dua
pola jarak tanam pada lahan sawah. Prosiding Seminar dan Pameran Teknologi
Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta, 269-277.
Asadi, N., Dewi, T., Suhartini, S., Gayatri, T., Zulchi, & Fattah, A. (2012). Daya hasil galur-
galur harapan mutan kedelai berumur genjah di lahan sawah tadah hujan dan lahan
kering Sulawesi Selatan. Seminar Nasional PERIPI.
Asadi, T., Suhartini, S.A., Rais, & Dewi, N. (2009). Identifikasi dan seleksi mutan padi umur
genjah (90 hari) dan produktivitas lebih tinggi dari 7 t/ha serta mutan kedelai untuk
umur genjah (75 hari), produktivitas lebih dari 2,5 t/ha, berbiji besar (15 g/100 biji),
dan toleran kekeringan. Laporan Hasil Penelitian BB Biogen, Bogor.
Asadi. (2013). Pemuliaan mutasi untuk perbaikan terhadap umur dan produktivitas pada
kedelai. Jurnal Agrobiogen, 9(3), 135-142.
Asadi. (2014). Pendayagunaan kedelai introduksi dalam perbaikan varietas. Warta Biogen, 10
(1), 8-10.
Hanafiah, D. S., Trikoesoemaningtyas, Yahya, S., & Wirnas, D. (2010). Induced mutations
by gamma ray irradiation to Argomulyo soybean. Nusantara Bioscience, 2, 121-125.
Harsanti, L. & Yulinda. (2019). Pertumbuhan varietas kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada
generasi M2 dengan teknik mutasi. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia,
20(1), 1-8.
Hermanto, Sadikin, D., & Hikmat, E. (2009). Deskripsi varietas unggul palawija 1918-2009.
Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor : Badan Litbang Pertanian.
Karen, H. (2012). Soybean oil quality variants identified by Kanrge Scale. International
Journal of Agronomy, 212, 7.
Kartono. (2005). Persilangan buatan pada empat varietas kedelai. Buletin Teknik Pertanian,
10(2), 49-52.
Mahbub, M.M., Rahman, M.M., Hossain, M.S., Nahar, L. & Shirazy, B.J. (2016).
]Morphophysiological variation in soybean (Glycine max [L.] Merriil). American-
Eurasian Journal of Agricultural and Environmental Sciences, 16(2), 234-238.
Mudibu, J., Nkongolo, K.K.C., Kalonjimbuyi, A., & Roger, V.K. (2012). Effect of gamma
irradiation on morphoagronomic characteristics of soybean (Glycine max L.). Am. J.
Plant. Sci, 3, 331-337.
Nunoo, J., Quartey, E.K., Amoatey, H.M., & Klu, G.Y.P. (2014). Effect of recurrent
irradiation on the improvement of a variant line of wild tomato (Solanum
pimpinellifolium). Journal of Radiation Research and Applied Sciences, 7, 337-383.
Nuraida, D. (2012). Pemuliaan Tanaman Cepat dan Tepat melalui Pendekatan Marka
Molekuler. El-Hidayah, 2(2), 97-103.
Rahajeng, W., & Rahayuningsih, A. (2013). Kemampuan pembentukan buah dan biji pada
persilangan ubijalar. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi.
Setyaningsih, F.H. (2011). Persilangan dialel pada enam varietas untuk peningkatan hasil
kedelai (Glycine max (L) Merril). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
Sihaloho, A.N., & Purba, J. (2021). Evaluasi karakter vegetatif F3 tanaman kedelai (Glycine
max L.) hasil seleksi pedigree pada tanah masam dataran tinggi. Agro Bali :
Agricultural Journal, 4(1), 87-93.
Sitepu, M.B., Rosmayati, & Bangun, M.K. (2015). Persilangan genotipe-genotipe kedelai
(Glycine max L. Merrill.) hasil seleksi pada tanah salin dengan tetua betina verietas
anjasmoro. Jurnal Online Agroekoteknologi, 3(1), 257-263.
Suprayogi, B. (2016). Pendugaan nilai heterosis dan evaluasi daya hasil mentimun hibrida
persilangan dua varietas. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Syukur, M., Sujiprihatni, S., & Yuniati, R. (2015). Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Utomo, F.H., Kristanto, B.A., & Kusmiyati, F. (2018). Persilangan 4 varietas kedelai
(Glycine max L.) dalam rangka perakitan kedelai tahan kering. J. Agro Complex, 2(1),
93-101.

Anda mungkin juga menyukai