NIM : 11180950000027
Mata Kuliah : Pemuliaan Tanaman
Dosen : Junaidi, M.Si
Tabel 2. Varietas unggul kedelai asal introduksi luar negeri sejak tahun 1965
(Hermanto et al., 2009)
Gambar 2. Alur penelitian pemuliaan mutasi untuk perbaikan terhadap umur genjah,
toleran kekeringan, dan produktivitas pada kedelai (Asadi, 2009).
1.3 Teknik Seleksi Galur
Metode seleksi pada pemuliaan mutasi yang lazim digunakan adalah menggunakan
metode bulk yang diikuti oleh pedigree. Galur homozigot umumnya sudah dapat
diperoleh pada generasi M5 . Berdasarkan Tabel 3 seleksi bulk hanya dilakukan pada
generasi M1, selanjutnya pada generasi M2-M3 diteruskan dengan seleksi pedigree, yaitu
dengan cara memilih baris terbaik yang diikuti dengan memilih tanaman terbaik dari
setiap baris terbaik (Asadi, 2013).
Tanaman sudah mulai homozigot pada generasi M4, galur-galur homozigot yang
berumur genjah pada generasi M5-M6 dievaluasi daya hasilnya di beberapa lokasi,
sekitar 10-15 galur terbaik pada generasi M7-M8 diuji daya hasil dan adaptasinya di
berbagai lokasi (8-10 lokasi). Galur harapan terbaik (1-2 galur) berumur genjah dan
berdaya hasil tinggi serta memiliki adaptasi yang luas dipersiapkan untuk dilepas sebagai
varietas unggul kedelai berumur genjah dan berdaya hasil tinggi (Asadi, 2013).
Tabel 3. Skema dan metode seleksi pada pemuliaan mutasi tanaman kedelai
Besarnya persentase keberhasilan ditentukan oleh pembuahan serbuk sari pada kepala
putik. Bunga yang terbuahi akan tetap segar, sedangkan yang tidak terbuahi akan kering
dan gugur dalam waktu 3 hari setelah persilangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setyaningsih (2011) yang menyatakan bahwa penyerbukan yang tidak di ikuti
pembuahan menyebabkan bunga gugur sebelum menjadi buah. Rendahnya tingkat
keberhasilan pada persilangan Dering x Detam diduga karena incompatible serbuk sari
pada kepala putik dari verietas Dering.
Self incompatible yang terjadi pada persilangan karena interaksi stigma menolak
polen untuk berkecambah ini menandakan yang mengendalikan pada persilangan
tersebut adalah sporophitic incompatible. Sedangkan gagalnya polen membuahi ovum
merupakan indikasi adanya sistem gametophitic incompatible (Rahajeng &
Rahayuningsih, 2013). Menurut Syukur et al. (2015) keberhasilan persilangan dapat
dilihat setelah satu minggu setelah penyerbukan ditandai dengan tidak rontoknya calon
buah.
DAFTAR PUSTAKA
Arwin. (2013). Evaluasi produktivitas galur-galur mutan kedelai umur genjah dengan dua
pola jarak tanam pada lahan sawah. Prosiding Seminar dan Pameran Teknologi
Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta, 269-277.
Asadi, N., Dewi, T., Suhartini, S., Gayatri, T., Zulchi, & Fattah, A. (2012). Daya hasil galur-
galur harapan mutan kedelai berumur genjah di lahan sawah tadah hujan dan lahan
kering Sulawesi Selatan. Seminar Nasional PERIPI.
Asadi, T., Suhartini, S.A., Rais, & Dewi, N. (2009). Identifikasi dan seleksi mutan padi umur
genjah (90 hari) dan produktivitas lebih tinggi dari 7 t/ha serta mutan kedelai untuk
umur genjah (75 hari), produktivitas lebih dari 2,5 t/ha, berbiji besar (15 g/100 biji),
dan toleran kekeringan. Laporan Hasil Penelitian BB Biogen, Bogor.
Asadi. (2013). Pemuliaan mutasi untuk perbaikan terhadap umur dan produktivitas pada
kedelai. Jurnal Agrobiogen, 9(3), 135-142.
Asadi. (2014). Pendayagunaan kedelai introduksi dalam perbaikan varietas. Warta Biogen, 10
(1), 8-10.
Hanafiah, D. S., Trikoesoemaningtyas, Yahya, S., & Wirnas, D. (2010). Induced mutations
by gamma ray irradiation to Argomulyo soybean. Nusantara Bioscience, 2, 121-125.
Harsanti, L. & Yulinda. (2019). Pertumbuhan varietas kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada
generasi M2 dengan teknik mutasi. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia,
20(1), 1-8.
Hermanto, Sadikin, D., & Hikmat, E. (2009). Deskripsi varietas unggul palawija 1918-2009.
Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor : Badan Litbang Pertanian.
Karen, H. (2012). Soybean oil quality variants identified by Kanrge Scale. International
Journal of Agronomy, 212, 7.
Kartono. (2005). Persilangan buatan pada empat varietas kedelai. Buletin Teknik Pertanian,
10(2), 49-52.
Mahbub, M.M., Rahman, M.M., Hossain, M.S., Nahar, L. & Shirazy, B.J. (2016).
]Morphophysiological variation in soybean (Glycine max [L.] Merriil). American-
Eurasian Journal of Agricultural and Environmental Sciences, 16(2), 234-238.
Mudibu, J., Nkongolo, K.K.C., Kalonjimbuyi, A., & Roger, V.K. (2012). Effect of gamma
irradiation on morphoagronomic characteristics of soybean (Glycine max L.). Am. J.
Plant. Sci, 3, 331-337.
Nunoo, J., Quartey, E.K., Amoatey, H.M., & Klu, G.Y.P. (2014). Effect of recurrent
irradiation on the improvement of a variant line of wild tomato (Solanum
pimpinellifolium). Journal of Radiation Research and Applied Sciences, 7, 337-383.
Nuraida, D. (2012). Pemuliaan Tanaman Cepat dan Tepat melalui Pendekatan Marka
Molekuler. El-Hidayah, 2(2), 97-103.
Rahajeng, W., & Rahayuningsih, A. (2013). Kemampuan pembentukan buah dan biji pada
persilangan ubijalar. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi.
Setyaningsih, F.H. (2011). Persilangan dialel pada enam varietas untuk peningkatan hasil
kedelai (Glycine max (L) Merril). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
Sihaloho, A.N., & Purba, J. (2021). Evaluasi karakter vegetatif F3 tanaman kedelai (Glycine
max L.) hasil seleksi pedigree pada tanah masam dataran tinggi. Agro Bali :
Agricultural Journal, 4(1), 87-93.
Sitepu, M.B., Rosmayati, & Bangun, M.K. (2015). Persilangan genotipe-genotipe kedelai
(Glycine max L. Merrill.) hasil seleksi pada tanah salin dengan tetua betina verietas
anjasmoro. Jurnal Online Agroekoteknologi, 3(1), 257-263.
Suprayogi, B. (2016). Pendugaan nilai heterosis dan evaluasi daya hasil mentimun hibrida
persilangan dua varietas. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Syukur, M., Sujiprihatni, S., & Yuniati, R. (2015). Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Utomo, F.H., Kristanto, B.A., & Kusmiyati, F. (2018). Persilangan 4 varietas kedelai
(Glycine max L.) dalam rangka perakitan kedelai tahan kering. J. Agro Complex, 2(1),
93-101.