Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN

MAKALAH INOVASI KAITANNYA DENGAN KETAHANAN


PANGAN DAN GIZI

Dosen Pengampu
Nuryanto, S.Gz., M. Gizi.

Disusun oleh :
Sabela Nadhira Rakhmatika
22030118130054
Kelas Genap

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada negara berkembang diperkirakan terdapat 806 juta orang mengalami
kelaparan kronis dan 166 juta anak pertumbuhan ini disebabkan karena
kemiskinan sehingga konsumsi makanan tidak terpenuhi secara maksimal.
Dampak negative lainnya ya terjadi di negara berkembang banyak individu
yang belum terpenuhi nutrisi seperti kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan
mineral) dan kalori. Sedangkan di negara maju juga mengalami permasalahan
ketahanan pangan,hal ini disebabkan adanya ketimpagan pendapatan dan
terdapat rumah tangga/keluarga yang mengalami kekurangan uang. Dampak
negative yang dirasakan pada negara maju tidak hanya persoalaan mengenai
malnutrisi namun kelebihan berat badan/obesitas merupakan permasalahan
karena akan mempengaruhi biaya kesehatan yang menggunakan biaya
pribadi.1
Permasalahan diatas sebagian besar disebabkan karena perubahan
permintaan makanan akibat dari produksi pangan. Permintaan pangan akan
terus berkembang pesat terutama pada kawasan berkembang seperti Asia-
Afrika. Namun pada sisi penawaran produksi pangan terdapat tiga tantangan
utama yang meliputi lahan pertanian semakin menipis,sumber daya alam yang
semakin berkurang, dan factor iklim/cuaca yang mudah berubah . Jika ketiga
tantangan ini tidak dapat diatasi dengan baik dapat mempengaruhi harga
pangan secara global dan dampaknya terjadi krisis ketahanan pangan.
Pengertian ketahanan pangan menurut Food and Agriculture Organization
(FAO), yaitu ketika semua orang, sepanjang waktu, memiliki akses fisik,
sosial dan ekonomi untuk makanan yang memadai, aman dan bergizi yang
memenuhi kebutuhan makanan dan makanan mereka preferensi untuk
kehidupan yang aktif dan sehat.1
Maka dibutuhkan inovasi untuk ketahanan pangan dan gizi merupakan
solusi yang efektif agar permasalahan global ini tidak terus berkembang dan
harapannya dapat menghasilkan dampak positif sehingga dapat meningkatkan
harapan hidup individu di seluruh dunia.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari inovasi kaitannya dengan ketahanan pangan dan gizi ?
b. Bagaimana dampak inovasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan
gizi ?
c. Bagaimana keberlangsungan program pada inovasi kaitannya dengan
ketahanan pangan dan gizi?
d. Bagaimana kondisi inovasi kaitannya dengan ketahanan pangan dan gizi di
Indonesia ?
e. Apa yang dapat dilakukan Indonesia mengenai inovasi kaitannya dengan
ketahanan pangan dan gizi?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian inovasi kaitannya dengan keamanan pangan dan
gizi.
b. Mengetahui dampak inovasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan
gizi
c. Mengetahui salah satu program inovasi yang sudah berjalan kaitannya
dengan ketahanan pangan dan gizi
d. Mengetahui kondisi inovasi yang telah dilakukan di Indonesia kaitannya
dengan ketahanan pangan dan gizi
e. Mengetahui inovasi yang dapat dilakukan di Indonesia berkaitan dengan
keamanan pangan dan gizi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian inovasi kaitannya dengan ketahanan pangan dan gizi


Ketahanan pangan dan gizi secara global saat ini sangat
mengkhawatirkan hal ini disebabkan karena pemajuan global yang
berdampak pada kenaikan harga pangan sehingga merugikan populasi kaum
miskin didunia. Dari permasalahan ini menambah beban hingga tiga kali lipat
mengenai masalah gizi. Yang pertama terjadi kekurangan gizi disebabkan
kurangnya akses rumah tangga (perawatan kesehatan,layanan sanitasi) serta
penggunaan makanan bergizi,kemudian Overnourishment atau asupan energy
berlebih,dan kelaparan tersembunyi karena kurangya konsumsi zat gizi
mikro. Permasalahan gizi tidak hanya berdampak buruk untuk masa sekarang
namun sangat berhubungan dengan kehidupan selanjutnya.2
Dari permasalahan inilah,inovasi sangat diperlukan agar dapat
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Inovasi makanan adalah
pengembangan dan komoditis produk, proses, dan layanan. Dalam pemberian
inovasi diharapkan memikirkan dampak dan memahami prioritas yang
dibutuhkan secara global.2 Pemberian inovasi perlu memperhatikan beberapa
aspek seperti sumber daya alam dan sector-sektor yang berkaitan seperti
pertanian,selain itu kondisi geografis,social-budaya,dan studi demografis
merupakan perhatian khusus yang perlu diperhatikan Inovasi yang dapat
dilakukan tidak hanya berupa teknologi saja namun factor kelembagaan
seperti kebijakan dari stakeholder perlu diperhatikan.
2.2. Dampak inovasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan gizi
Pembahasan mengenai dampak inovasi pada ketahanan pangan tidak
dapat dipisahkan dengan dimensi ketahanan pangan itu sendiri,yaitu meliputi
ketersediaan,aksesibilitas,pemanfaat dan stabilitas. Pada sector pertanian
dapat dibedakan menjadi dua jalur yaitu :2
a. Jalur langsung berkaitan dengan dimensi ketersediaan seperti
produksi dan peningkatan kualitas makanan,komposisi
makanan,harga makanan,pengeluaran non makanan dan alokasi
sumber daya rumah tangga.2
b. Jalur tidak langsung berkaitan dengan aksesbilitas seperti
pendapatan.2
Beberapa jenis inovasi yang termasuk dalam pembahasan ketahanan
pangan dan gizi :2
a. Teknologi platform baru 2
Fokus pertama pada teknologi ini yaitu mengenai Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and
Communication Technologie (ICT) untuk sector pertanian,
bioteknologi, dan nanoteknologi. Banyaknya orang sudah dapat
menikmati manfaat ponsel itu sebabnya dibuatlah sejumlah
aplikasi melalui ponsel. Manfaat dari aplikasi telpeon seluler
untuk petani dapat meningkatkan pendapatan,menurunkan biaya
transaksi dn distribusi untuk pemasok input,meningkatkan
keterlacakan dan standar kulaitas untuk pembeli,dan menciptakan
peluang baru bagi lembaga keuangan. Selain itu penggunaan
aplikasi pada ponsel dapat meningkatkan kesejahteraan produsen
dan konsumen.
Fokus yang kedua adalah biofortifikasi yaitu proses
memasukkan nutrisi ke dalam makanan pokok. Biofortifikasi
dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman konvensional,
praktik agronomi seperti aplikasi pupuk untuk meningkatkan
kandungan seng dan selenium, atau teknik transgenetik. Bioforti fi
kasi menyediakan jangkauan yang luas, karena dapat diakses oleh
populasi pedesaan yang kekurangan gizi yang kurang terpapar
dengan makanan yang dipasangkan di pasar dan program
suplemen. Biofortifikasi nampak lebih efektif dari segi
biaya,namun proses ini mungkin hanya dapat diterapkan untuk
beberapa jenis tanaman saja.
b. Teknologi Tradisional 2
Teknologi tradisional didefinisikan sebagai teknologi yang
telah dikembangkan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi
kebutuhan lokal mereka. Teknologi ini sering disebut sebagai
pengetahuan teknis asli. Sayangnya pada sistem ini menghasilkan
input yang rendah dan kurang mencerminkan peluang yang
tersedia untuk petani kecil.
Realisasi nyata pada teknologi ini yaitu home garden. Metode
ini dapat bertindak sebagai cadangan makanan bagi petani
kecil,selain itu metode ini dianggap sebagai cara yang layak dan
efektif untuk meningkatkan konsumsi mikro-nutrisi. Home
garden ini merupakan strategi berkelanjutan yang dapat mengatasi
beberapa defisiensi mikronutrien melalui diversifikasi
makanan,sebuah studi memaparkan anak-anak dari rumah tangga
yang memiliki home garden lebih cenderung mengonsumsi lebih
banyak vitamin A (sayuran) dan memiliki pola makan yang lebih
beragam.
2.3. Keberlangsungan program pada inovasi kaitannya dengan ketahanan
pangan dan gizi
Inovasi pangan diketahui merupakan solusi dalam mengatasi permasalahan
ketahanan pangan dan gizi.Inovasi ini dapat berjalan dengan baik jika
didukung oleh program yang baik.,program mengenai inovasi kaitannya
dengan ketahanan pangan dan gizi sudah banyak dijalankan,salah satunya
yaitu RIPAT ( Rural Initiatives for Participatory Agricultural
Transformation ).3
Tujuan dari projek RIPAT ( Rural Initiatives for Participatory
Agricultural Transformation ) ini yaitu untuk mewujudkan terjadinya
pengadopsian teknologi pertanian baru dalam rangkap menunjang ketahanan
pangan dan gizi. Terdapat tiga dasar RIPAT,yaitu : 3
a. Menumbuhkan visi terkait masa depan yang lebih baik melalui
sensitisasi dan mobilisasi petani
b. Membentuk kelompok petani dengan jiwa kepemimpinan yang
tinggi untuk mendemonstrasikan penggunaan teknologi pertanian
dengan cara pembelajaran reflektif
c. Kolaborasi dengan pemerintah sekitar dan pihak berwajib untuk
memperluas pelayanan untuk kelanjutan dan peningkatan skala
pelayanan
Proyek ini dilakukan didaerah utara Tanzania sejak 2006 diterapkan pada
8-10 desa di daerah tersebut,setiap desa akan dibentuk 2 kelompok dimana
masing-masing kelompok beranggotakan 30-35 petani dengan status ekonomi
menengan kebawah. Dari kelompok-kelompok ini difasilitasi pelatihan
sebanyak 1-3/minggu dalam waktu 3 tahun selain itu diadakan pertemuan
rutin pada ketua kelompok untuk mendiskusikan pengalaman dan
mengoordinasi usaha bersama kaitannya dengan teknologi pertanian.3
Program ini terbilang sukses karena pada rumah tangga yang ikut
perpartisipasi terdapat peningkatan untuk membudidayakan tanaman dan
mengembangbiakan jenis ternak sehingga dapat dikonsumsi secara mandiri.
Pada program ini petani diberikan kebebasan untuk memilih teknologi yang
akan diadopsi yang dirasa sesuai dengan kebutuhan dan keterseediaan sumber
daya masing-masing inilah yang menyebabkan program RIPAT terus dapat
berlanjut walaupun program sudah tidak dijalankan. Keragaman inilah yang
dapat meningkatkan produksi pada sector agrikultur dari petani. Maka dari itu
program RIPAT dapat menjadi pertimbangan apabila suatu hari nanti akan
membentuk program yang kaitannya dengan ketahanan pangan dan gizi.3
2.4. Kondisi inovasi yang telah dilakukan di Indonesia kaitannya dengan
ketahanan pangan dan gizi.
Ketahanan pangan merupakan isu pokok dalam pemenuhan kesejahteraan
masyarakat karena akan menentukan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik
dalam suatu negara. Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi tantangan
tersendiri bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Luas wilayah
Indonesia secara geografis menjadi penyebab adanya perbedaan kondisi tanah
dan kecocokan terhadap jenis-jenis tanaman termasuk tanaman pangan.
Perbedaan budaya bercocok tanam dan makanan pokok antar daerah juga
memengaruhi pilihan masyarakat dalam memilih komoditas pertanian.4
Komoditas pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu,
pemenuhannya harus disegerakan. kelambatan pemenuhan pangan akan
menyebabkan harga pangan tinggi dan bergejolak (volatilitas tinggi). Hal ini
tentunya akan berimplikasi pada sulitnya mengendalikan harga dan
menurunnya kesejahterahaan masyarakat. Di Indonesia, komoditas pangan
menyumbang peran cukup besar pada inflasi. Ketidakstabilan harga pangan di
Indonesia juga disebabkan oleh sifat komoditas pangan yang musiman dan
sangat terpengaruh oleh kondisi alam seperti tanah, perubahan musim, dan juga
letak geografis daerah.4
Indonesia memiliki lima komoditas utama,pemenuhan beras dan jagung
masih didominasi pemenuhan dalam negeri, sementara kedelai dan gula
sebagian besar masih bersumber dari impor. Untuk gandum, karena bukan
merupakan tanaman tropis, seluruh pemenuhan kebutuhan bersumber pada
impor (100%). Dengan melihat komposisi pemenuhan kebutuhan lima
komoditas strategis tersebut, masalah ketahanan pangan masih membutuhkan
perhatian yang besar. Batas suatu negara dianggap tahan atas suatu komoditas
pangan adalah apabila 90% pemenuhan pangan dalam negeri bersumber dari
produksi dalam negeri dan maksimal 10% yang bersumber dari impor. Dari
komposisi itu, hanya beras yang sumber pemenuhan dari impornya melebihi
10%.4
Inovasi teknologi pertanian berperan penting dalam meningkatkan
produktivitas pertanian,mengingat bahwa peningkatan produksi melalui
perluasan lahan ( ekstensifikasi ) sulit diterapkan di Indonesia,di tengah-tengah
konversi lahan pertanian produktif ke non-pertanian semakin luas.
Sayangnya,inovasi teknologi pertanian tidak ada manfaaatnya,jika petani tidak
menggunakannya. Secara makro pemerintah berkepntingan untuk
meningkatkan produksi pertanian,karena selama ini kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia masih menggantungkan dari impor. Dalam mikro,rumah
tangga petani,penggunaan teknologi pertanian yang inovatif diperlukan untuk
meningkatkan hasil panen petani. 5
Terdapat hubungan positif antara pendapatan dan produktivitas
pertanian,namun tidak semua petani mau dan mampu dalam menggunakan
inovasi teknologi,walaupun inovasi ini telah diprogramkan dalam kegiatan-
kegiatan di lingkup kementerian pertanian. Beberapa hasil penelitian
menunjukan bahwa inovasi teknologi yang telah diintroduksikan kepada
masyarakat petanii beberapa diantaranya tidak diadopsi lebih lanjut oleh
petani,seperti pengendalian hama terpadu.5
2.5. Inovasi yang dapat dilakukan Indonesia kaitannya dengan Ketahanan
Pangan dan Gizi
Kementerian Pertanian Republik Indonesia membuat beberapa inovasi
teknologi dalam bidang pangan antara lain:6
a. Inovasi Teknologi sumber daya pertanian,meliputi pengelolaan air,cacing
tanah memperbaiki kesuburan tanah,teknologi mitigasi gas rumah
kaca,inovasi teknologi pengelolaan rawa lebak sebagai lumbung
pangan,dan lain-lain.
b. Inovasi teknologi padi dan palawija,meliputi inovasi teknologi padi
menghadapi perubahan iklim,varietas padi untuk pendertita
diabete,pengendalian penyakit kresek,dan lain-lain.
c. Inovasi teknologi perkebunan,meliputi pengembangan lada di bekas
tambang timah,pengendalian terpadu hama penyakit tanaman
pala,pengendalian terpadu hama penggerek cengkeh,dan lain-lain.
d. Inovasi teknologi ternak dan veteriner,meliputi kebijakan penyelamatan
sapi betina produktif,pembibitan sapi potong model grati,itik hibrida
master,dan lain-lain.
e. Inovasi teknologi Hortikultura,meliputi inovasi memperindah warna
gladiol,varietas baru anyelir,cara mudah memperbanyak tanaman
sukun,dan lain-lain.
f. Inovasi teknologi agro industry,meliputi devertifikasi olahan buah
papaya,devertifikasi olahan berbasis sukun,potensin SUB instan sebagai
alternative pangan darurat,dan lain-lain.
Inovasi teknologi tidak hanya pada aspek pertanian,namun peningkatan
konsumsi pangan local saat ini sedang digencar-gencarkannya. Namun perlu
diperhatikan Inovasi teknologi terhadap pangan lokal bukan saja terhadap
aspek mutu, gizi, dan keamanan yang selama ini didengungkan oleh berbagai
pihak. Inovasi teknologi juga harus menyentuh aspek preferensi konsumen,
yaitu kesesuaian; baik kesesuaian terhadap selera, kebiasaan, kesukaan;
kebudayaan, atau terlebih-lebih terhadap kepercayaan/agama. Salah satu cara
yang ditempuh dalam persoalan ini dengan melakukan kreasi terhadap produk
pangan lokal agar sesuai dengan preferensi konsumen saat ini adalah
melakukan inovasi terhadap nama, bentuk, trend penyajian, dan kemasan dari
produk pangan lokal. Selain itu peran pemerintah daerah dalam mendukung
dan memajukan produk pangan lokal. Pemerintah daerah harus mempunyai
komitmen yang jelas dalam memperjuangkan pangan lokal khususnya melalui
program penganekaragaman pangan.7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Inovasi sangat diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat. Inovasi makanan adalah pengembangan dan komoditis produk,
proses, dan layanan. Dalam pemberian inovasi diharapkan memikirkan
dampak dan memahami prioritas yang dibutuhkan secara global. Terdapat
dua jalur pada sektor pertanian yaitu jalur langsung ( dimensi ketersediaan)
dan jalur tidak langsung ( dimensi aksesbilitas ) Sedangkan terdapat 2 jenis
inovasi pada ketahanan pangan yaitu teknologi platform baru berkaitan
dengan teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) dan biofortifikasi serta
teknologi tradisional realisasi nyatanya yaitu home garden. Terdapat
berbagai program dalam inovasi ketahanan pangan dan gizi salah satunya
RIPAT,tujuannya sendiri untuk mewujudkan terjadinya pengadopsian
teknologi pertanian baru dalam rangkap menunjang ketahanan pangan dan
gizi. Saat ini ketahanan pangan di indonesia masih membutuhkan perhatian
khusus karena pemenuhan kebutuhan komoditas pangan di Indonesia masih
mengandalkan impor kecuali beras,di Indonesia sendiri inovasi teknologi
pertanian masih sulit diterapkan karena tidak semua petani mau dan mampu
dalam menggunakan inovasi teknologi. Inovasi teknologi yang sudah
dijalankan di Indonesia yaitu Inovasi Teknologi sumber daya
pertanian,Inovasi teknologi padi dan palawija,Inovasi teknologi
perkebunan,Inovasi teknologi Hortikultura dan Inovasi teknologi agro
industry. Selain itu pengembangan pangan lokal juga sudah
dilakukan,namun inovasi ini perlu diperhatikan dalam aspek preferensi
konsumen dan komitmen yang jelas dari pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Benton T, Daniel H, Hedlund K, dkk. The Role of Research in Global Food


and Nutrition Security. Milano:Expo 2015 EU Scientific Steering Committee.
2015.
2. Pangaribowo, Evita. Technological and Institutional Innovations for
Marginalized Smallholders in Agricultural Development. 1st edition. Gerber,
Nicolas. Germany: Springer; 2016. 41-59 p.
3. Vesterager JM, Lilleør HB. Rural Agricultural Development Innovation for
Food and Nutrition Security: Findings from a Study in Tanzania. The
Rockwool Foundation and RECODA. 2013
4. Sabran M,dkk. Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan
Kesejahteraan Petani. Jakarta : Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian. 2012.
5. Nurhemi,dkk. Pemetaan Ketahanan Pangan Di Indonesia : Pendekatan TFP
dan Indeks Ketahanan Pangan. Working Paper. Bank Indonesia. 2014
6. Fatchiya Anna,dkk. Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian dan Hubungannya
dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. Jurnal Penyuluhan. 12(2) :
190-197. 2016.
7. Inovasi teknologi produk pangan lokal untuk percepatan ketahanan pangan
[Skripsi]. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka; 2011.

Anda mungkin juga menyukai