Anda di halaman 1dari 8

Pengagungan Kepada Allah

[Khutbah ‘Idul Adh-ha 10 Dzulhijjah 1433 H]

Kaum muslimin dan muslimat, Jamaah Shalat Idul Adha yang saya hormati dan saya
muliakan,

Dalam sebuat haditsnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫أَ ْع َظ ُماألَ َّيا ِم ِع ْندَ اللَّ ِه َي ْو ُمال َّن ْح ِر ُث َّم َي ْو ُما ْل َق ِّر‬
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari An-Nahr kemudian hari Al-
Qarr.”[Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dâwud, An-Nasâ`iy dan selainnya dari Abdullah
bin Qurâth radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Irwâ’ul Ghalîl no.
1958.]
Suatu hal yang dimaklumi bahwa, pada hari yang agung ini, Allah telah mengumpulkan
berbagai ibadah yang agung berupa shalat Id, ibadah qurban, dzikir dan takbir,
pelemparan jamratul aqba bagi jamaah haji, thawaf ifadhah, dan selainnya.

Marilah, pada hari yang agung ini, kita merenungi keagungan dan kebesaran
Allah ‘Azza wa Jalla yang telah mensyariatkan sejumlah ibadah agung pada hari yang
berbahagia ini.
Allah menyebutkan dua kaidah agung dalam dua ayatAl-Qur`an yang patut kita renungi
dan menjadi pijakan kehidupan kita.

Ayat pertama adalah firman Allah,

‫ت هَّللا ِ َف ُه َو َخ ْي ٌر لَ ُه عِ ْندَ َر ِّب ِه‬


ِ ‫َذلِ َك َو َمنْ ُي َع ِّظ ْم ُح ُر َما‬
“Demikianlah (perintah Allah).Dan barangsiapa yang mengagungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah, hal itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” [Al-Hajj: 30]
Ayat kedua adalah firman Allah,

ِ ‫ش َعائ َِر هَّللا ِ َفإِ َّن َها مِنْ َت ْق َوى ا ْلقُلُو‬


‫ب‬ َ ‫َذلِ َك َو َمنْ ُي َع ِّظ ْم‬
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah,
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]
Dua ayat di atas berisi kaidah pengagungan terhadap segala hal yang diharamkan dan
dibesarkan di sisi Allah dan kaidah pengagungan terhadap simbol-simbol pokok agama
Islam.

Kenalilah kebesaran dan keagungan Allah Al-‘Azhîm (Yang Maha Agung). Allah telah


mengingatkan dalam sebuah hadits qudsy,
َ ‫ َف َمنْ َن‬،‫ َوا ْل َع َظ َم ُة إِ َز ِاري‬،‫ا ْل ِك ْب ِر َيا ُء ِردَ ائِي‬
ِ ‫ َق َذ ْف ُت ُه فِي ال َّن‬،‫از َعنِي َوا ِحدًا ِم ْن ُه َما‬
‫ار‬
“Kebesaran adalah rida`-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yang
mengganggu-Ku pada salah satu di antara keduanya, Aku akan melemparkannya
kedalam neraka.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Mâjah. Dishahihkan
oleh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah no. 541]
Mereka yang lalai dari mengagungkan dan membesarkan Allah bukanlah tergolong
sebagai orang-orang yang beriman kepada-Nya,

ُ ‫الس َم َاواتُ َم ْط ِو َّياتٌ بِ َيمِينِ ِه‬


ْ ‫س ْب َحا َن ُه َو َت َعالَى َع َّما ُي‬
َ‫ش ِر ُكون‬ َّ ‫ض ُت ُه َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة َو‬ ُ ‫َو َما َقدَ ُروا هَّللا َ َحقَّ َقدْ ِر ِه َواأْل َ ْر‬
َ ‫ض َجمِي ًعا َق ْب‬
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya,
padahal bumi seluruhnya berada dalam genggaman-Nya pada hari kiamat, sedang
langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci (Allah) dan Maha Tinggi Dia dari
kesyirikan yang mereka lakukan.” [Az-Zumar: 67]
Marilah, pada hari yang agung ini, kita membesarkan Allah ‘Azza wa Jalla dan
mengagungkan segala tuntunan dan syariat-Nya.
Pada hari raya Idul Qurban ini, Allah telah menyebutkan kewajiban pengagungan yang
paling besar. Allah berfirman,

ِّ ‫اس َم هَّللا ِ َعلَى َما َر َز َق ُه ْم مِنْ َب ِهي َم ِة اأْل َ ْن َع ِام َفإِلَ ُه ُك ْم إِلَ ٌه َوا ِح ٌد َفلَ ُه أَ ْسلِ ُموا َو َب‬
َ‫ش ِر ا ْل ُم ْخبِتِين‬ َ ‫َولِ ُكل ِّ أ ُ َّم ٍة َج َع ْل َنا َم ْن‬
ْ ‫س ًكا لِ َي ْذ ُك ُروا‬
“Dan bagi tiap-tiap umat, telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka
menyebut nama Allah pada binatang ternak yang telah Allah direzekikan kepada
mereka maka sembahan kalian ialah Sembahan Yang Maha Satu. Oleh karena itu,
berserah-dirilah kalian kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang tunduk patuh (kepada Allah).” [Al-Hajj: 34]
Memurnikan ibadah kepada Allah adalah kewajiban terbesar yang merupakan misi
dakwah setiap nabi dan rasul. Allah mengingatkan,

ْ ‫اع ُبدُوا هَّللا َ َو‬


َّ ‫اج َتنِ ُبوا‬
َ‫الطا ُغوت‬ ْ ‫سواًل أَ ِن‬
ُ ‫َو َل َقدْ َب َع ْث َنا فِي ُكل ِّ أ ُ َّم ٍة َر‬
“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan),
‘Beribadahlah kepada Allah (semata) dan jauhilah thaghut (segala sesuatu yang
diibadahi selain Allah).’.” [An-Nahl: 36]
Oleh karena itu, agungkanlah Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya.

َ‫ش ِري َك َل ُه َو ِب َذلِ َك أُم ِْرتُ َوأَ َنا أَ َّول ُ ا ْل ُم ْسلِمِين‬ ِّ ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر‬
َ ‫اَل‬ . َ‫ب ا ْل َعا َلمِين‬ َ َّ‫ُقلْ إِن‬
ُ ‫صاَل تِي َو ُن‬
َ ‫سكِي َو َم ْح َي‬
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, serta hidup dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya.Demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).”“ [Al-An’âm: 162-163]
Agungkanlah peribadahan hanya kepada Allah agar kita semua meraih kebahagian
hidup yang hakiki,

َ ‫صال ًِحا مِنْ َذ َك ٍر َأ ْو أ ُ ْن َثى َوه َُو ُم ْؤمِنٌ َفلَ ُن ْح ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة َولَ َن ْج ِز َي َّن ُه ْم أَ ْج َر ُه ْم ِبأ َ ْح‬
َ‫س ِن َما َكا ُنوا َي ْع َملُون‬ َ َ ‫َمنْ َع ِمل‬
“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman (bertauhid), sesungguhnya Kami akan memberi kehidupan yang baik (indah,
bahagia) kepadanya dan sesungguhnya Kami akan membalas mereka dengan pahala
yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]
Agungkanlah Allah dalam segala ibadah jika kalian menghendaki kesejahteraan dan
kebaikan di negeri ini,

ِ ‫السمَاءِ َواأْل َ ْر‬


َ‫ض َولَكِنْ َك َّذ ُبوا َفأ َ َخ ْذ َنا ُه ْم ِب َما َكا ُنوا َي ْكسِ ُبون‬ ٍ ‫َولَ ْو أَنَّ أَهْ ل َ ا ْلقُ َرى آ َم ُنوا َوا َّت َق ْوا لَ َف َت ْح َنا َعلَ ْي ِه ْم َب َر َكا‬
َّ َ‫ت مِن‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu maka Kami menyiksa mereka disebabkan oleh perbuatan
mereka.”[Al-A’râf: 96]
Kaum Muslimin dan Muslimat,

Di antara pengagungan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ adalah menyucikan Allah


terhadap segala bentuk kesyirikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
َّ َ‫ش ِركْ بِاهَّلل ِ َف َكأ َ َّن َما َخ َّر مِن‬
‫السمَاءِ َف َت ْخ َطفُ ُه‬ ْ ‫اء هَّلِل ِ َغ ْي َر ُم‬
ْ ‫ش ِركِينَ بِ ِه َو َمنْ ُي‬ َ ‫ ُح َن َف‬ .‫ور‬ ُّ َ ‫اج َتنِ ُبوا َق ْول‬
ِ ‫الز‬ ِ ‫س مِنَ اأْل َ ْو َث‬
ْ ‫ان َو‬ َ ‫الر ْج‬ ْ ‫َف‬
ِّ ‫اج َتنِ ُبوا‬
‫ِيق‬
ٍ ‫سح‬ َ ‫ان‬ ٍ ‫الري ُح فِي َم َك‬
ِّ ‫الط ْي ُر أ ْو َت ْه ِوي بِ ِه‬ َ َّ
“Maka hendaknya kalian menjauhi berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Dia. Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan
Allah, ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh
angin ke tempat yang jauh.” [Al-Hajj: 30-31]
Perhatikanlah kehancuran orang-orang yang berbuat kesyirikan kepada Allah.

Suatu hal yang sangat mengherankan bahwa kita melihat pada seorang, apabila
mendapatkan kepastian akan datangnya gelombang tsunami, letusan gunung berapi,
gempa bumi, banjir bandang, lonsor, dan selainnya, akan terlihat padanya ketakutan
yang luar biasa dan berbagai persiapan untuk menyelamatkan diri, keluarga dan harta
benda. Merupakan pengagungan yang sangat besar kepada harta dan jiwa mereka.
Namun, dia tidak pernah berpikir untuk mengagungkan Allah, bahkan mereka
mengundang datangnya petaka dan kehancuran dengan berbagai praktik kesyirikan
yang mereka lakukan. Adakah yang mengetahui bahwa sebab kebinasaan dan
kehancuran alam semesta adalah dengan adanya kesyirikan? Bukankah Allah ‘Azza wa
Jalla telah mengingatkan,
َّ ‫أَنْ دَ َع ْوا ل‬ .‫ض َو َتخ ُِّر ا ْل ِج َبال ُ هَدًّ ا‬
‫ِلر ْح َم ِن‬ ُ ‫الس َم َاواتُ َي َت َف َّط ْرنَ ِم ْن ُه َو َت ْنشَقُّ اأْل َ ْر‬
َّ ‫ َت َكا ُد‬ .‫ش ْي ًئا إِدًّ ا‬
َ ‫لَ َقدْ ِج ْئ ُت ْم‬ .‫الر ْح َمنُ َولَدًا‬
َّ ‫َو َقالُوا ا َّت َخ َذ‬
َ َ َّ َ
‫ِلر ْح َم ِن أنْ َيتخِذ َولدًا‬ ْ
َّ ‫ َو َما َين َبغِي ل‬ .‫َولدًا‬ َ
“Dan mereka berkata, ‘Ar-Rahmân (Allah Yang Maha Pemurah) mengambil
(mempunyai) anak.’Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang
sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah, karena ucapan itu, serta bumi terbelah
dan gunung-gunung runtuh, sebab mereka menyerukan bahwa Ar-Rahmân mempunyai
anak. Padahal, Ar-Rahmân tidaklah layak mengambil (mempunyai) anak.” [Maryam: 88-
92]
Wahai Umat Islam,

Agungkanlah Allah dengan meninggalkan segala dosa dan kemaksiatan,

َ ‫إِنْ َت ْج َت ِن ُبوا َك َبائ َِر َما ُت ْن َه ْونَ َع ْن ُه ُن َك ِّف ْر َع ْن ُك ْم‬


‫م ُمدْ َخاًل َك ِري ًما‬nْ ‫س ِّي َئاتِ ُك ْم َو ُندْ ِخ ْل ُك‬
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kalian dilarang
kerjakan, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan
kalian ke tempat yang mulia (surga).” [An-Nisâ`: 31]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
ِ ‫س الَّت ِْي َح َّر َم هللاُ إِاَّل بِا ْل َحقِّ َوأَ ْكل ُ َم‬
‫ال‬ ِ ‫الس ْح ُر َو َق ْتل ُ ال َّن ْف‬
ِّ ‫ش ْر ُك بِاهللِ َو‬ ِّ ‫س ْول َ هللاِ َو َما هُنَّ ؟ َقال َ ال‬ ِ ‫الس ْب َع ا ْل ُم ْوبِ َقا‬
ُ ‫ت قِ ْيل َ َيا َر‬ َّ ‫اج َتنِ ُب ْوا‬
ْ
‫ت‬ ْ
ِ ‫ت ال ُم ْؤ ِم َنا‬ ‫اَل‬
ِ ِ‫ت الغاف‬ َ ْ ِ ‫ص َنا‬
َ ‫ف ال ُم ْح‬ ْ ْ َ
ُ ‫الز ْحفِ َوقذ‬ ِّ
َّ ‫الر َبا َوال َت َول ْي َي ْو َم‬ َ ْ
ِّ ُ ‫ال َيتِ ْي ِم َوأ ْكل‬
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan.” Ditanyakan kepada beliau, “Wahai
Rasulullah, apa (ketujuh) hal itu?” Beliau menjawab, “(1) Berbuat kesyirikan kepada
Allah, (2) (berbuat) sihir, (3) membunuh jiwa yang Allah haramkan, kecuali dengan haq,
(4) memakan harta anak yatim, (5) memakan riba, (6) lari pada hari perjumpaan dengan
musuh, dan (7) menuduh perempuan mukminah, yang menjaga diri lagi tidak kenal
maksiat, dengan perbuatan zina.”.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari
hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]
Di mana pengagungan sejumlah kaum muslimin yang masih saja mendatangi dukun-
dukun dan memercayai paranormal? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda,
‫ َف َقدْ َك َف َر ِب َما أ ُ ْن ِزل َ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬،ُ‫صدَّ َق ُه ِب َما َيقُول‬ َ ‫ َف‬،‫ أَ ْو َع َّرا ًفا‬،‫َمنْ أَ َتى َكا ِه ًنا‬
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau paranormal, lalu membenarkan ucapan
(dukun atau paranormal) itu, sungguh dia telah kafir terhadap (risalah) yang diturunkan
kepada Muhammad.” [Dikeluarkan oleh Ahmad dan Al-Hâkim. Dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albâny dalam Irwâ`ul Ghalîl 7/69-70]
Di mana pengagungan sejumalah kaum muslimat yang masih saja menanggalkan jilbab
dan mengikuti pakaian perempuan-perempuan kafir? Bukankah Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam telah mengingatkan,
، ٌ‫ار َياتٌ ُم ِمياَل تٌ َمائِاَل ت‬ ِ ‫ِسا ٌء َكاسِ َياتٌ َع‬ َ ‫ َون‬،‫اس‬ َ ‫ض ِر ُبونَ ِب َها ال َّن‬ ْ ‫ب ا ْل َب َق ِر َي‬ ِ ‫ َق ْو ٌم َم َع ُه ْم سِ َيا ٌط َكأ َ ْذ َنا‬،‫ار َل ْم أَ َر ُه َما‬ ِ ‫ان مِنْ َأهْ ِل ال َّن‬ ِ ‫صِ ْن َف‬
َ‫ير ِة َك َذا َو َكذا‬ َ ِ‫وج ُد مِنْ َمس‬ َ
َ ‫يح َها ل ُي‬ َ ‫ َوإِنَّ ِر‬،‫يح َها‬ ‫اَل‬ َ َّ ْ ْ
َ ‫ َو َي ِجدْ نَ ِر‬،‫ َيدْ خلنَ ال َجنة‬،ِ‫ت ال َمائِلة‬ُ ‫اَل‬ َ ْ ْ ْ َ
ِ ‫س ُهنَّ كأ ْسنِ َم ِة ال ُبخ‬ َ ُ ‫ُر ُءو‬
“Dua golongan dari penduduk neraka, yang aku belum pernah melihat keduanya: suatu
kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor-ekor sapi, dia memukul manusia
dengan (cambuk-cambuk) itu, dan para perempuan yang berpakaian tetapi telanjang,
menyesatkan orang lain, bersisir seperti pezina, kepala mereka seperti punuk-punuk
unta yang miring. Mereka tidak akan dimasukkan ke dalam surga dan tidak akan
mencium bau (surga), padahal bau (surga) bisa dicium dari jarak begini dan
begini.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]
Janganlah mengundang musibah dan petaka dengan dosa dan kemaksiatan.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
‫شا‬َ ‫ش ُة ف ِْي َق ْو ٍم َق ُّط َح َّتى ُي ْعلِ ُنوا بِ َها إِالَّ َف‬ َ ‫س إِ َذا ا ْب ُتلِ ْي ُت ْم بِ ِهنَّ َوأَ ُع ْو ُذ بِاهَّلل ِ أَنْ ُتدْ ِر ُك ْوهُنَّ َل ْم َت ْظ َه ِر ا ْل َفا ِح‬ ٌ ‫ش َر ا ْل ُم َها ِج ِر ْينَ َخ ْم‬ َ ‫َيا َم ْع‬
‫السنِ ْينَ َوشِ دَّ ِة‬ ُ ُ
ِّ ‫صوا ا ْلم ِْك َيال َ َوا ْل ِم ْي َزانَ إِالَّ أ ِخذوا ِب‬ ُ
ُ ‫ َولَ ْم َي ْنق‬.‫ض ْوا‬ َ
َ ‫ضتْ ف ِْي أ ْسالَفِ ِه ُم الَّ ِذ ْينَ َم‬ َ
َ ‫الطا ُع ْونُ َواأل ْو َجا ُع الَّت ِْي لَ ْم َت ُكنْ َم‬ َّ ‫فِ ْي ِه ُم‬
َ‫ضوا َع ْهد‬ ُ ُ‫السمَاءِ َولَ ْوالَ ا ْل َب َهائِ ُم لَ ْم ُي ْم َط ُروا َولَ ْم َي ْنق‬ َّ َ‫ َولَ ْم َي ْم َن ُعوا َز َكا َة أَ ْم َوالِ ِه ْم إِالَّ ُمنِ ُعوا ا ْل َق ْط َر مِن‬.‫ان َعلَ ْي ِه ْم‬ ِ ‫س ْل َط‬ُّ ‫ا ْل َمؤُ َن ِة َو َج ْو ِر ال‬
َ َ
‫ب ِ َو َيتخ َّي ُروا‬ ‫هَّللا‬ َ ُ َ ُ َ َ َ
ِ ‫ َو َما ل ْم ت ْحك ْم أئِ َّمت ُه ْم بِ ِكتا‬.‫ض َما ف ِْي أ ْي ِد ْي ِه ْم‬ ُ َ َ َ َ ً
َ ‫سلط ُ َعل ْي ِه ْم َعد ُّوا مِنْ غ ْي ِر ِه ْم فأخذوا َب ْع‬ َ ‫هَّللا‬ َ َّ َّ
َ ‫س ْولِ ِه إِال‬ ُ ‫هَّللا ِ َو َع ْهدَ َر‬
‫س ُه ْم َب ْي َن ُه ْم‬ ْ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬
َ ‫ِم َّما أ ْن َزل َ ُ إِالَّ َج َعل َ ُ َبأ‬ َ
“Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara, apabila kalian tertimpa dengannya -dan saya
berlindung kepada Allah agar kalian tidak mendapatinya-. (Pertama,) tidaklah kekejian
tampak pada suatu kaum, kemudian mereka melakukan (kekejian) itu secara terang-
terangan, kecuali bahwa akan tersebar kepada mereka penyakit thâ’ûn dan penyakit-
penyakit yang belum pernah melanda pendahulu-pendahulu mereka yang telah berlalu.
(Kedua,) tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali bahwa mereka
akan ditimpa oleh kemarau yang panjang, krisis pangan, dan keseweng-wenangan
penguasa. (Ketiga,) tidaklah mereka menunda untuk mengeluarkan zakat harta mereka,
kecuali bahwa hujan dari langit akan ditahan untuk mereka. Andaikata bukan karena
hewan-hewan ternak, niscaya mereka tidak mendapatkan hujan (sama sekali).
(Keempat,) tidaklah mereka melanggar perjanjian dengan Allah dan perjanjian dengan
Rasul-Nya, kecuali bahwa Allah akan menjadikan musuh, yang bukan dari kalangan
mereka, berkuasa terhadap mereka kemudian (para musuh itu) mengambil sebagian
(harta) yang berada di tangan mereka. (Kelima,) tidaklah para penguasa mereka tidak
berhukum dengan kitab Allah dan tidak memilih (hukum) yang Allah turunkan, kecuali
bahwa Allah menjadikan kehancuran mereka antara sesama mereka
sendiri.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah dan selainnya.Dihasankan oleh Al-Albâny
dengan beberapa pendukungnya. Bacalah Ash-Shahîhah no. 106]
Wahai Kaum Muslimin dan Muslimat,

Pada hari-hari Tasyrîq yang agung, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah


berkhutbah,
‫ َواَل أَ ْح َم َر َعلَى‬،‫ِي َعلَى َع َربِ ٍّي‬ٍّ ‫ َواَل ل َِع َجم‬،‫ِي‬ ْ ‫ أَاَل اَل َف‬،ٌ‫ َوإِنَّ أَ َبا ُك ْم َوا ِحد‬،ٌ‫ أَاَل إِنَّ َر َّب ُك ْم َوا ِحد‬،‫اس‬
ٍّ ‫ضل َ ل َِع َربِ ٍّي َعلَى َع َجم‬ ُ ‫َيا أَ ُّي َها ال َّن‬
ْ ‫اَّل‬ َ َ َ ‫اَل‬
‫ إِ بِال َّتق َوى‬،‫ َو أ ْس َودَ َعلى أ ْح َم َر‬، َ‫أ ْس َود‬ َ
“Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Rabb kalian adalah satu, dan ayah kalian
semua adalah satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan orang Arab di atas orang Ajam,
juga tidak ada (keutamaan) orang Ajam di atas orang Arab, serta tidak ada (keutamaan)
orang berkulit merah di atas orang yang berkulit hitam, dan tidak ada (keutamaan)
orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah, kecuali dengan
ketakwaan.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albâny dalam Ash-Shahîhah no. 2700]
Wahai Umat Islam, Rabb yang kita sembah hanyalah Allah Yang Maha Satu!
Nabi yang menjadi panutan kita hanyalah Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam!
Kita semua melaksanakan shalat hanya menghadap kepada kiblat yang satu!

Kita semua adalah keturunan Nabi Adam, ayah seluruh manusia.


Tanggalkanlah segala perpecahan dan perselisihan.

Hindarilah segala bentuk fanatisme suku dan golongan.

Janganlah menjadi pendukung syaithan ke jalan kehancuran.

Allah mengingatkan,

َ‫ب ِب َما لَدَ ْي ِه ْم َف ِر ُحون‬


ٍ ‫مِنَ الَّذِينَ َف َّرقُوا دِي َن ُه ْم َو َكا ُنوا شِ َي ًعا ُكل ُّ ح ِْز‬ . َ‫ش ِركِين‬
ْ ‫َواَل َت ُكو ُنوا مِنَ ا ْل ُم‬
“Dan janganlah kalian tergolong sebagai orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa-apa yang ada pada golongan
mereka.” [Ar-Rûm: 31-32]
Kaum muslimini dan Muslimat,

Di antara pengagungan kepada Allah adalah mengagungkan dua golongan yang


kedudukan mereka telah dijelaskan di tengah manusia.

Imam Sahl bin Abdillah At-Tastury berkata,

‫سد ُْوا‬َ ‫اس َت َخ ُّفوا بهذين أَ ْف‬ ْ ‫ َوإِ َذا‬،‫صلَ َح هَّللا ُ ُد ْن َيا ُه ْم َوأ ُ ْخ َرا ُه ْم‬ ْ َ‫ َفإِ َذا َع َّظ ُموا ه ََذ ْينَ أ‬،‫اء‬ َ ‫س ْل َطانَ َوا ْل ُعلَ َم‬
ُّ ‫اس بِ َخ ْي ٍر َما َع َّظ ُموا ال‬
ُ ‫اَل َي َزال ُ ال َّن‬
ُ
‫دَ ْن َياه ُْم َوأ ْخ َرا ُه ْم‬
“Manusia akan terus menerus berada di atas kebaikan selama mereka masih
mengagungkan sulthan dan ulama. Tatkala mereka mengagungkan keduanya, Allah
akan memperbaiki dunia dan akhirat mereka. Apabila mereka menghinakan keduanya,
mereka telah merusak dunia dan akhirat mereka sendiri.” [Tafsîr Al-Qurthuby 5/260-261]
Adanya pemimpin di tengah manusia adalah sebuah hikmah dan anugerah dari Allah.
Allah Subhânahu mengingatkan,
َ‫ض ٍل َعلَى ا ْل َعالَمِين‬ ْ ‫ض َولَكِنَّ هَّللا َ ُذو َف‬ ُ ‫ت اأْل َ ْر‬ِ َ‫سد‬ َ ‫ض لَ َف‬ ٍ ‫ض ُه ْم ِب َب ْع‬
َ ‫اس َب ْع‬َ ‫َولَ ْواَل دَ ْف ُع هَّللا ِ ال َّن‬
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia terhadap
sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini, tetapi Allah mempunyai karunia (yang
dicurahkan) atas alam semesta.” [Al-Baqarah: 251]
Oleh karena itu, hargailah pemimpin dan pemerintah kalian sebagaimana wejangan
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
‫ أَهَا َن ُه هللاُ َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة‬،‫س ْل َطانَ هللاِ فِي ال ُّد ْن َيا‬ُ َ‫ َو َمنْ أَهَان‬،ِ‫ أَ ْك َر َم ُه هللاُ َي ْو َم ا ْلقِ َيا َمة‬،‫س ْل َطانَ هللاِ فِي ال ُّد ْن َيا‬ ُ ‫َمنْ أَ ْك َر َم‬
“Barangsiapa yang memuliakan sulthan Allah di dunia, Allah akan memuliakannya pada
hari kiamat. (Namun), barangsiapa yang menghinakan sulthan Allah di dunia, Allah akan
menghinakannya pada hari kiamat.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya.
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah]
Terhadap pemimpin, hendaklah dia berlaku lembut kepada rakyatnya dan menjaga
segala kebaikan dan kemashlahatan mereka. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan,
‫ارفُقْ ِب ِه‬ َ ‫ َو َمنْ َول َِي مِنْ أَ ْم ِر أ ُ َّمتِي‬،ِ‫شقُ ْق َعلَ ْيه‬
ْ ‫ َف‬،‫ش ْي ًئا َف َر َفقَ ِب ِه ْم‬ ْ ‫ َفا‬،‫ش ْي ًئا َفشَقَّ َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ َمنْ َول َِي مِنْ أَ ْم ِر أ ُ َّمتِي‬،‫الل ُه َّم‬
“Ya Allah, siapa saja yang memimpin suatu perkara dari umatku, tetapi kemudian dia
memberatkan mereka, beratkanlah terhadapnya. Namun, siapa saja yang memimpin
suatu perkara dari umatku, lalu dia berlemah lembut kepada mereka, berlemah-
lembutlah kepadanya.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ]
Kaum muslimin dan muslimat,

Juga ketahuilah kedudukan para ulama yang merupakan pewaris para nabi dan
penegak kebaikan di tengah umat. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ف ل َِعالِ ِم َنا‬
ْ ‫ َو َي ْع ِر‬،‫ِير َنا‬
َ ‫صغ‬ َ ‫س مِنْ أ ُ َّمتِي َمنْ لَ ْم ُي ِجل َّ َك ِب‬
َ ‫ َو َي ْر َح ْم‬،‫ير َنا‬ َ ‫َل ْي‬
“Bukanlah dari umatku, orang yang tidak menghormati orang tuanya, (tidak) merahmati
orang mudanya, dan (tidak) mengenal hak orang berilmu di kalangan
kami.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Hâkim]
Juga beliau bersabda,

‫َخ ْي ُر ُك ْم َمنْ َت َعلَّ َم القُ ْرآنَ َو َعلَّ َم ُه‬


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkan (Al-
Qur`an).” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dari Utsman bin Affan]
Jamaah Shalat Id yang berbahagia,

Agungkanlah Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pelajarilah


kandungan ilmu dan kebaikan yang terdapat padanya.Amalkan segala tuntunan dan
syari’atnya.Itulah jalan kebahagian dan kesejahteraan umat Islam. Allah berfirman,
‫ش ُر ُه َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة‬ُ ‫ض ْن ًكا َو َن ْح‬ َ ‫ش ًة‬ َ ‫ض َعنْ ذ ِْك ِري َفإِنَّ لَ ُه َمعِي‬ َ ‫ َو َمنْ أَ ْع َر‬ .‫ش َقى‬ ْ ‫اي َفاَل َيضِ ل ُّ َواَل َي‬ َ َ‫َفإِ َّما َيأْتِ َي َّن ُك ْم ِم ِّني ُهدًى َف َم ِن ا َّت َب َع هُد‬
‫أ ْع َمى‬ َ
“Maka jika datang kepada kalian petunjuk daripada-Ku, barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan sengsara.Dan barangsiapa berpaling
dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” [Thâhâ: 123-124]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫سلَّ َطاللَّ ُه َعلَ ْي ُك ْم ُذالًّالَ َي ْن ِز ُع ُه َح َّتى َت ْر ِج ُعواإِلَى ِد ْينِ ُك ْم‬ َّ ِ‫إِ َذا َت َبا َي ْع ُت ْمبِا ْل ِع ْي َنة َِوأَ َخ ْذ ُت ْمأ َ ْذ َنا َبا ْل َب َق ِر َو َرضِ ْي ُت ْمب‬
َ َ‫الز ْرعِ َو َت َر ْك ُت ُما ْل ِج َهاد‬
“Apabila kalian telah berjual-beli dengan cara‘înah (salah satu bentuk riba), telah
mengambil ekor-ekor (baca: sibuk beternak) sapi, telah ridha dengan pertanian, dan
meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan suatu kehinaan kepada kalian.
Tidaklah Dia mencabut (kehinaan) itu, kecuali setelah kalian kembali kepada agama
kalian.”[Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan selainnya dari Ibnu Umar radhiyallâhu
‘anhumâ. Dishahihkan oleh Al-Albâny dengan beberapa jalurnya dalam Ash-
Shahîhah no. 11]
Wahai Hamba-hamba Allah!

Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam penciptaan dan kekuasaannya.

Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam kemurnian ibada kepada-Nya.

Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam seluruh nama dan sifat-Nya.

Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besardalam agama dan syari’at-Nya.

Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam ketentuan dan takdir-Nya.

Tataplah kehidupan ini dengan tatapan seorang hamba yang memahami keagungan
Rabb-Nya, pandangan seorang yang hatinya makmur dengan rasa takut kepada-Nya,
dan penghayatan seorang yang sangat menyadari bahwa dirinya akan kembali kepada
Allah.

َ‫س َبتْ َو ُه ْم اَل ُي ْظلَ ُمون‬ ٍ ‫َوا َّتقُوا َي ْو ًما ُت ْر َج ُعونَ فِي ِه إِلَى هَّللا ِ ُث َّم ُت َو َّفى ُكل ُّ َن ْف‬
َ ‫س َما َك‬
“Dan peliharalah diri kalian dari (adzab yang terjadi pada) hari yang, pada waktu itu,
kalian semua dikembalikan kepada Allah.Kemudian masing-masing diri diberi balasan
sempurna terhadap segala sesuatu yang telah mereka kerjakan, sedang sedikitpun
mereka tidak dianiaya (dirugikan).” [Al-Baqarah: 281]
Agungkan Allah yang telah memberi nikmat kehidupan agar engkau menggunakannya
sebagai jalan keselamatan yang mengantar kepada sorga.

َ ‫سوا هَّللا‬ ُ ‫ َواَل َت ُكو ُنوا َكالَّذِينَ َن‬ . َ‫س َما َقدَّ َمتْ ل َِغ ٍد َوا َّتقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما َت ْع َملُون‬
ٌ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َو ْل َت ْن ُظ ْر َن ْف‬
ُ َ ُ
َ‫س ُه ْم أولَئِ َك ُه ُم ا ْلفاسِ قون‬ ُ َ
َ ‫سا ُه ْم أ ْنف‬ َ
َ ‫فأ ْن‬َ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri.Mereka itulah orang-orang yang fasik.Tidaklah
sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-
penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” [Al-Hasyr: 18-19]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫ َو َعنْ َمالِ ِه مِنْ أَ ْين‬،ِ‫ َو َعنْ عِ ْل ِم ِه َم َاذا َع ِمل َ بِه‬،ُ‫ َعنْ ُع ْم ِر ِه فِي َما أَ ْف َناه‬:‫اَل َت ُزول ُ َقدَ َما َع ْب ٍد ْيو َم ا ْلقِ َيا َم ِة َح َّتى ُي ْسأَل َ َعنْ أَ ْر َب ٍع‬
ُ‫ َو َعنْ ِج ْس ِم ِه َف َيا أَ ْباَل ه‬،ُ‫س َب ُه َوفِي َما أ ُ ْن َف َقه‬
َ ‫ْاك َت‬
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga dia ditanya
tentang empat perkara: (1) tentang umurnya, pada hal apa dia habiskan, (2) tentang
ilmunya, bagimana dia beramal dengannya, (3) tentang hartanya, dari mana dia
dapatkan dan pada hal apa dia belanjakan (4) dan tentang jasadnya pada hal apa dia
usangkan.”[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ad-Darimy, Abu Ya’lâ, Al-Baihaqy dalam Al-
Madkhal dan selainnya dari Abu Barzah Al-Aslamy radhiyallahu ‘anhu.Lafazh hadits
milik Al-Baihaqy. Baca penshahihannya dalam Ash-Shahîhah no. 946 karya Syaikh Al-
Albâny]
Kaum muslimin dan muslimat!

Dari pengagungan kepada Allah pada hari ini dan hari-hari Tasyrîq dan simbol Islam
yang sangat agung adalah menyembelih hewan qurban sebagaimana dalam perintah
Allah,

‫صل ِّ ل َِر ِّب َك َوا ْن َح ْر‬ َ ‫َف‬


“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu, dan berqurbanlah.” [Al-Kautsar: 2]
Agungkan dan besarkanlah Allah dengan menyembelih hewan ternak yang baik dan
layak.Ingat bahwa ada beberapa cacat yang tidak diperbolehkan pada hewan qurban.
Standar cacat yang tidak diperbolehkan itu adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
salllam,
ُ ‫يض ُةا ْل َب ِّي ُن َم َر‬
‫ض َه َاوا ْل َع ْج َفا ُءالَّتِ ْيالَ ُت ْنق ِْي‬ َ ‫ا ْل َع ْر َجا ُءا ْل َب ِّي ُن َظلَ ُع َه َاوا ْل َع ْو َرا ُءا ْل َب ِّي ُن َع َو ُره‬
َ ‫َاوا ْل َم ِر‬
“Sembelihan pincang yang kepincangannya sangat tampak, sembelihan yang sebelah
matanya buta yang kebutaannya sangat tampak, sembelihan sakit yang sakitnya sangat
tampak, dan sembelihan kurus yang tidak berlemak (bersumsum).”[Diriwayatkan oleh
Malik, Ahmad, Imam Empat, dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Irwâ’ul
Ghalîl no. 1148]
Waktu penyembelihan bermula setelah pelaksanaan shalat ‘Id hingga matahari
terbenam pada hari ke-13 Dzulhijjah.

Perlu diketahui bahwa umur hewan udh-hiyyah sebagai berikut.


–          Untuk unta, yang telah mencukupi umur lima tahun dan mulai memasuki tahun
keenam.

–          Untuk sapi, yang telah mencukupi umur dua tahun dan mulai memasuki tahun
ketiga.
–          Untuk kambing yang bukan domba, yang telah mencukupi umur setahun dan
mulai memasuki tahun kedua.

–          Untuk domba jadza’, yang telah mencukupi umur enam bulan dan mulai
memasuki bulan ketujuh.
Berbuat baiklah kepada sesama kaum muslimin pada hari yang agung ini, karena
seorang mukmin adalah raga mukmin yang lainnya,

‫الس َه ِر َوا ْل ُح َّمى‬ َ ‫سائِ ُر ا ْل َج‬


َّ ِ‫س ِد ب‬ َ ‫اعى لَ ُه‬
َ َ‫ض ٌو َتد‬ ْ ‫س ِد إِ َذا ا‬
ْ ‫ش َت َكى ِم ْن ُه ُع‬ َ ‫َم َثل ُ ا ْلـ ُم ْؤ ِمنِينَ ف ِْي َت َوادِّ ِه ْم َو َت َرا ُح ِم ِه ْم َو َت َعا ُطفِ ِه ْم َم َثل ُ ا ْل َج‬
“Perumpamaan kaum mukminin dalam hubungan kasih sayang, rahmat, dan sikap
berlemah lembut di antara mereka bagaikan satu jasad.Apabila salah satu anggota
tubuhnya mengeluh (karena sakit), seluruh jasad akan turut merasakan keluhan itu
dengan tidak bisa tidur dan merasakan demam.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan
Muslim dari An-Nu’mân bin Basyir radhiyallahu ‘anhumâ]
Kita bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena hari Idul Adha atau hari An-Nahr
pada tahun ini (10 Dzulhijjah 1433H) jatuh pada hari jum’at.Hal tersebut karena pada
hari tersebut berkumpul dua keutamaan yang tidak terdapat pada hari-hari yang lainnya
dalam setahun, keutamaan hari An-Nahr dan keutamaan hari Jum’at.
Siapa yang telah menyaksikan shalat Id, gugur terhadapnya menghadiri shalat
Jum’at.Namun terhadap Imam Mesjid kewajiban untuk tetap menegakkan shalat Jum’at
agar dihadiri oleh siapa yang ingin menghadirinya.

Bagi mereka yang tidak menghadiri shalat Jum’at, boleh untuk shalat Zhuhur di
rumahnya.Kalau dia menghadiri Jum’at tentu lebih afdhal dan lebih selamat dari silang
pendapat ulama dalam masalah ini.

Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan kebaikan-Nya kepada kita semua dan
mengukuhkan kita di atas keislaman dan Sunnah Rasulullah di kehidupan dunia, di alam
kubur dan saat kita berdiri di depan-Nya mempertanggungjawabkan seluruh amalan.

‫سلَّ َم َت ْسلِي ًما َم ِزيدًا‬ َ ‫ار َك َعلَى َنبِ ِّي َنا ُم َح َّم ٍد َوآلِ ِه َو‬
َ ‫ص ْحبِ ِه َو‬ َ ‫صلَّى هللاُ َو َب‬ ِ ‫صال َِح اأْل َ ْع َم‬
َ ‫ َو‬،‫ال‬ َ ‫َت َق َّبل َ هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم‬

Anda mungkin juga menyukai