Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

“Prinsip-Prinsip dan Ciri-Ciri Evaluasi Hasil Belajar, Ranah Kognitif, Afektif,


dan Psikomotorik sebagai Obyek Evaluasi Hasil Belajar Serta Tujuan Belajar
Berdasarkan Taksonomi..”
Dosen Pengampu :
Amelia Vinayastri, S.Psi., M.Pd

Di susun Oleh :
Sufyan Abdul Latif ( 1901095030 )
Kelas : 5 B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PROF. DR. HAMKA
2021
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas

program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran

adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah

dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran

memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran

sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program

pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi

terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan

dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik, hasil evaluasi

program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan. Untuk

mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi. (Idrus, 2019)

Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalah

penting dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang

sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran

menjadi sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan,

menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu

memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya

akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi


peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan motivasi

untuk selalu meningkatkan kemampuannya.

1.2 Tujuan Penyusunan

1. Mengetahui prinsip – prinsip evaluasi hasil belajar

2. Mengetahui ciri – ciri evaluasi hasil belajar

3. Mengetahui ranah kognitif, afektif, dan psikomotor

4. Membuat contoh tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi


BAB II

Isi

2.1 Prinsip – Prinsip Evaluasi Hasil Belajar

Kontinuitas Kompeherensif Objektivitas Kooperatif Praktis

Gambar 1. Prinsip – Prinsip Umum Evaluasi

1. Kontinuitas

Evaluasi dalam pembelajaran bukan hanya dilakukan saat ujian tengah semester

atau akhir semester saja. Lebih dari itu, jika Bapak/Ibu Guru ingin melihat

perubahan nilai dari siswa harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya,

sejak dari tahap penyusunan rencana pembelajaran hingga pelaporannya tetap harus

dipantau secara kontinyu.

2. Komprehensif
Tidak jarang beberapa guru hanya fokus pada aspek kognitif dari siswanya.

Padahal, dua aspek lainnya yakni kognitif dan afektif turut berperan besar dalam

proses evaluasi pembelajaran. Sebagai guru memang tidak hanya dituntut

bagaimana siswa bisa paham sebuah materi. Guru juga dituntut bagaimana bisa

membentuk karakter siswa yang baik hingga bisa memiliki dampak positif di

kehidupannya. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran yang baik dilakukan dari

proses belajar hingga hasil belajar dari siswa.

3. Kooperatif

Sejatinya, proses evaluasi pembelajaran yang dilakukan harus berkoordinasi

dengan berbagai elemen yang turut andil dalam perkembangan siswa. Mulai dari

kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, hingga petugas

administrasi. Bahkan, sangat dianjurkan juga bekerjasama dengan siswa itu sendiri.

Mengapa? Karena ini bertujuan supaya seluruh elemen yang terlibat dalam evaluasi

pembelajaran merasa dihargai atas kerjasama yang dilakukan.

4. Objektif

Penilaian hasil dalam evaluasi belajar haruslah bersifat objektif. Artinya, faktor-

faktor subyektif seperti hubungan guru dengan siswa dan faktor perasaan karena

merasa tidak tega atau yang lainnya tidak boleh dimasukkan ke dalam evaluasi. Jika

siswa tersebut mendapat nilai yang kurang baik, berarti harus dimasukkan nilai

tersebut dengan pemberian catatan untuk memotivasi siswa dan pemberitahuan

kepada orang tua.

5. Praktis
Prinsip evaluasi pembelajaran harus bersifat praktis. Artinya, kegiatan tersebut

harus menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Pada prinsip ini sangat menekankan

kemudahan guru untuk menyusun instrumen penilaian yang mudah digunakan tidak

hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga memungkinkan digunakan oleh guru lain.

Seiring dengan kepraktisan tersebut, jangan sampai menghilangkan esensi evaluasi

pembelajaran itu sendiri yakni mencapai keoptimalan dari tujuan belajar. Telah

disampaikan sebelumnya bahwa model pembelajaran yang inovatif harus dinilai

secara inovatif pula. Penilaian tersebut biasa dikenal dengan asesmen. Alasan

mengapa pengajar menggunakan asesmen, karena asesmen dapat :

1.Mendiagnosis kelebihan dan kelemahan peserta didik

2.Memonitor kemajuan belajar peserta didik

3.Memberikan grade pada peserta didik

4.Memberikan batasan bagi efektivitas pengajaran

5.Mengevaluasi guru

6.Meningkatkan kualitas pengajaran

Berhubung penilaian/asesmen banyak ragamnya, maka penjabarannya dibatasi

hanya pada asesmen autentik dan asesmen portofolio.(Haryanto, 2020)

2.2 Ciri – Ciri Evaluasi Hasil Belajar

Adapun ciri-ciri dari evaluasi pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa bagian

antara lain:
a. Penilaian dilakukan secara tidak langsung

Maksudnya, jika seorang guru ingin mengetahui mana dari siswanya yang cerdas

atau kurang cerdas maka dalam evaluasi yang diukur bukanlah kecerdasan atau

kekurangan peserta didik, tetapi indikator atau hal-hal yang menandai bahwa

seseorang itu bisa disebut pandai dan kurang pandai.

b. Bersifat relative

Salah satu cirri evaluasi adalah bersifat relative karena nilai seorang siswa tidak

selalu konstan dari waktu ke waktu, tetapi bisa saja berubah-ubah.

c. Bersifat kuantitatif

Dalam evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pengukuran dengan

menggunakan simbol bilangan (angka) sebagai hasil untuk pengukurannya. Hasil

pengukuran berupa angka-angka ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan

kedalam kata-kata (kualitatif).

d. Sering terjadi kesalahan

Adapun sumber-sumber kesalahan biasanya terletak pada: Alat ukur (soal tes),

Pengukur/guru, Yang dinilai (Peserta didik), dan Situasi dimana penilaian

berlangsung.

e. Menggunakan satuan unit-unit

Mengenai satuan unit ini yang tepat, seperti sangat memuaskan, memuaskan, cukup

memuaskan, kurang memusakan, dan tidak memuaskan.(Djazari, 1956)


2.3 Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

1. Ranah Kognitif

Dalam (Magdalena et al., 2020) mengatakan Ranah ini meliputi kemampuan

menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan

dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan,

pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran

dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala

aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang

terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive) yaitu :

1. C1 (Pengetahuan/Knowledge)

2. C2 (Pemahaman/Comprehension)

3. C3 (Penerapan/Application)

4. C4 (Analisis/Analysis)

5. C5 (Sintesis/Synthesis)

6. C6 (Evaluasi/Evaluation)

2. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi

serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar

mengajar. Dalam hal ini ranah afektif digolongkan menjadi lima kategori yaitu :

1. Receiving/Attending/Penerimaan

2. Responding/Menanggapi

3. Valuing/Penilaian
4. Organization/Organisasi/Mengelola

5. Characterization/Karakteristik

3. Ranah Psikomotor

Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota

badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri

dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif. Kategori yang

termasuk dalam ranah ini adalah meniru, memanipulasi, pengalamiahan, dan

artikulasi. (Win, n.d.)

Kata kerja ranah kognitif


Kata kerja ranah afektif

Kata kerja ranah psikomotor


2.4 Contoh Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Taksonomi

1. Kognitif

Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang

diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat

rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat

analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat

kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan

lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.

Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan

ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban

atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.

2. Afektif

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya

menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah

afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya

dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru

terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam

ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: 1. Menerima (memperhatikan),

meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan

perhatian 2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,

merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan 3. Menghargai, meliputi


menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai 4.

Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan

abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai. Karakteristik suatu nilai, meliputi

falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku

siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering

digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala

Likert, dan Skala Beda Semantik.

3. Psikomotor

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.

Ryan dalam (Widodo, 2005) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat

diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik

selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti

pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk

mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah

pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Sementara itu Leighbody dalam (Widodo, 2005) berpendapat bahwa

penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat

dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-

urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca

gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau

ukuran yang telah ditentukan.


Seperti halnya dengan taksonomi yang lama, penggunaan taksonomi tujuan

pembelajaran yang baru ini juga sangat membantu guru dalam menyusun soal untuk

mengukur tingkat keberhasilan siswa. Dengan memperhatikan jenis pengetahuan

dan jenis proses kognitif guru akan lebih mudah dalam mengembangkan soal sebab

jenis pengetahuan dan proses kognitif yang dituntut sudah lebih jelas.

Paling tidak ada dua kelebihan taksonomi yang baru ini dalam kaitannya

dengan asesmen. Pertama, karena pengetahuan dipisah dengan proses kognitif, guru

dapat segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang belum diukur. Pengetahuan

prosedural dan pengetahuan metakognitif merupakan dua macam pengetahuan

yang dalam taksonomi yang lama kurang mendapat perhatian. Dengan

dimunculkannya pengetahuan prosedural, guru biologi (dan sains pada umumnya)

akan lebih terdorong mengembangkan soal untuk mengukur keterampilan proses

siswa yang selama ini masih sering terabaikan.

Kedua, taksonomi yang baru memungkinkan pembuatan soal yang

bervariasi untuk setiap jenis proses kognitif. Apabila dalam taksonomi yang lama,

hanya dikenal jenjang C1, C2, C3, dst., dalam taksonomi yang baru tiap jenjang

menjadi 4 kali lipat sebab ada 4 macam pengetahuan. Seorang guru yang membuat

soal jenjang C1, kini bisa memvariasikan soalnya, menjadi C1-faktual, C1-

konseptual, C1-prosedural, C1- metakognitif, dsb. Penjelasan lebih rinci tentang

bentuk dan contoh soal untuk tiap jenjang akan disajikan dalam tulisan yang lain.
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif Adalah

ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Secara hirarkhis tingkat hasil belajar

kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang tinggi dan rumit.

Domain/ Ranah kognitif ini dibagi menjadi 6 diantaranya pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif Adalah

internalisasi sikap yang menunjukan kearah pertumbuhan batiniyah dan terjadi bila

peserta didik sadar tentang nilai yang diterima kemudian mengambil sikap sehingga

menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menetukan tingkah laku.

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.


Daftar Pustaka

Djazari, M. (1956). dan Psikomotor ) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan

di Indonesia. 1–10.

Haryanto. (2020). Evaluasi pembelajaran; Konsep dan Manajemen. In UNY Press.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656343/penelitian/EVALUASI

PEMBELAJARAN.pdf

Idrus. (2019). EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L 1.

Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, 9(2), 920–935.

Magdalena, I., Fauzi, H. N., Putri, R., & Tangerang, U. M. (2020). Dan Akibat

Memanipulasinya. 2, 244–257.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran Ari Widodo Jurusan

Pendidikan Biologi FPMIPA – Universitas Pendidikan Indonesia Jl . Dr .

Setiabudhi 229 Bandung Email : widodo@upi.edu September 2005 Dari

penulis Furst , Hill dan Krathwohl ( 1956 ), sudah sejak lama digunak. 4,

61–69.

Win, A. (n.d.). Taksonomi bloom.

Anda mungkin juga menyukai