Anda di halaman 1dari 23

 pengertian sinus, cosinus, tangen, cotangen, secan dan cosecan suatu sudut lancip

dalam segitiga siku-siku ABC

depan b
sin θ = ⇔ sin𝐵 =
miring c
samping a
cos θ = ⇔ cos𝐵 =
miring c
depan b
tan θ = ⇔ tan𝐵 =
samping a

sin θ
tan 𝜃 =
cos θ
1 cos θ
cot 𝜃 = =
tan θ sin θ
1
sec 𝜃 =
cos θ
1
csc 𝜃 =
sin θ
 Teorema 1.1
1. cos2 𝜃 + sin2 𝜃 = 1.
2. Jika cos 𝜃 ≠ 0, maka 1 + tan2 𝜃 = sec2 𝜃
3. Jika sin 𝜃 ≠ 0, maka 1 + cot2 𝜃 = csc2𝜃
4. sin(−𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(−𝜃) = cos 𝜃
5. sin ( 𝜋/2 − 𝜃) = cos 𝜃 dan
cos ( 𝜋/2 − 𝜃) = sin 𝜃
6. sin ( 𝜋/2 + 𝜃) = cos 𝜃 dan
cos (𝜋/2+𝜃) = − sin 𝜃
7. sin(𝜋 − 𝜃) = sin 𝜃 dan
cos(𝜋 − 𝜃) = − cos 𝜃
8.sin(𝜋 + 𝜃) = − sin 𝜃 dan
cos (𝜋 + 𝜃) = − cos 𝜃
9. sin ( 3𝜋/2 − 𝜃) = − cos 𝜃 dan
cos (3𝜋/2−𝜃) = − sin 𝜃
10. sin ( 3𝜋/2 + 𝜃) = − cos 𝜃 dan
cos (3𝜋/2 + 𝜃) = sin 𝜃
11. sin(2𝜋 − 𝜃) = − sin 𝜃 dan c
cos(2𝜋 − 𝜃) = cos 𝜃
12. sin(2𝜋 + 𝜃) = sin 𝜃 dan cos(2𝜋 + 𝜃) = cos 𝜃.
a. Aturan sinus dan cosinus
 Teorema 1.2 (Aturan Sinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
A B C
sin = sin = sin atau
a b c
a b c
= =
sin A sin B sin C
 Teorema 1.3 (Perluasan Aturan Sinus) Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
a b c
= = = 2𝑅
sin A sin B sin C
dengan 𝑅 merupakan jari-jari lingkaran luar segitiga
 Teorema 1.4 (Aturan Cosinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
𝑎2 = 𝑏2 + 𝑐2 − 2𝑏𝑐 cos 𝐴
𝑏2 = 𝑎2 + 𝑐2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑐2 = 𝑎2 + 𝑏2 − 2𝑎𝑏 cos 𝐶
b. Periode dan amplitudo fungsi trigonometri
Definisi 1.2
Sebuah fungsi 𝑓 dikatakan periodik jika terdapat sebuah bilangan positif 𝑝 sehingga 𝑓(𝑥
+ 𝑝) = 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐷𝑓. Nilai 𝑝 terkecil disebut periode.

Jika suatu fungsi periodik 𝑓 mencapai sebuah minimum dan maksimum maka kita dapat
mendefinisikan Amplitudo (𝑨) sebagai setengah jarak vertikal dari titik maksimum dan
minimum pada grafik 𝑓.

1. Invers Fungsi Trigonometri


Syarat cukup suatu fungsi mempunyai invers adalah fungsi tersebut injektif (satu-satu)

Teorema 1.5 Jika 𝑓 merupakan fungsi yang benar-benar monoton naik atau turun pada
domainnya maka 𝑓 mempunyai invers.
a. Invers fungsi sinus
𝑓 −1 ada dengan 𝑓 −1 (𝑥) = sin−1 𝑥.
Jelas 𝐷𝑓 = [− 𝜋/2 , 𝜋/2 ] dan 𝑅𝑓 = [−1,1]; sedangkan 𝐷𝑓 −1 = [−1,1] dan 𝑅𝑓 −1 = [− 𝜋/ 2
, 𝜋/2 ].
b. Invers fungsi cosinus
𝑓 −1 ada dengan 𝑓 −1 (𝑥) = cos−1 𝑥.
Jelas 𝐷𝑓 = [0, 𝜋] dan 𝑅𝑓 = [−1,1]; sedangkan 𝐷𝑓 −1 = [−1,1] dan 𝑅𝑓 −1 = [0, 𝜋].
c. Invers fungsi tan
𝑓 −1 ada dengan 𝑓 −1 (𝑥) = tan−1 𝑥.
Jelas 𝐷𝑓 = (− 𝜋/ 2 , 𝜋 /2 ) dan 𝑅𝑓 = ℝ; sedangkan 𝐷𝑓 −1 = ℝ dan 𝑅𝑓 −1 = (− 𝜋/2 , 𝜋/2).
d. Identitas invers fungsi trigonometri
1. Diberikan sin 𝜃 = x
Jelas 𝜃 = sin−1 𝑥.

cot(sin−1 𝑥) = √1−x2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.


x
2. Diberikan cos 𝜃 = 𝑥.
Jelas 𝜃 = cos−1 x

x
cot(cos−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1
√1−x2

3. Diberikan tan 𝜃 = 𝑥.
Jelas 𝜃 = tan−1 x

1
cot(tan−1 𝑥) = ,𝑥≠0
x
4. Diberikan sec 𝜃 = 𝑥.
1
Ingat bahwa sec−1 𝑦 = cos−1 ( ).
y
Jelas 𝜃 = sec−1 x

1
cot(sec−1 𝑥) = ,x<1
√ x 2−1
1
x>1
√ x 2−1
2. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri
Untuk sebarang dua sudut 𝛼 dan 𝛽 dengan
0 < 𝛼, 𝛽 < 90°, tidak berlaku sin(𝛼 + 𝛽) = sin 𝛼 + sin 𝛽 dan cos(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛼 + cos 𝛽

Teorema 1.6 (Identitas jumlah dan selisih sudut)


cos(𝛼 ± 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 ∓ sin 𝛼 . sin 𝛽
sin(𝛼 ± 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 ± cos 𝛼 . sin 𝛽
tan α ± tan β
tan(𝛼 ± 𝛽) =
1∓ tan α . tan β

Teorema 1.7 (Identitas sudut ganda)


sin(2𝛼) = 2 sin 𝛼 . cos 𝛼
cos(2𝛼) = cos2 𝛼 − sin2 𝛽 = 2 cos2 𝛼 − 1 = 1 − 2 sin2 𝛼
2 tan α
tan(2𝛼) =
1−tan 2 α

Teorema 1.8 (Identitas setengah sudut)


α 1−cos a α 1−cos a
sin (
2
α
)=-
2√
1−cos a
V sin (
2
α
)=
2
1−cos a

cos (
2
)=-
2√ V cos (
2
)=
2 √
Teorema 1.9 (Identitas jumlah fungsi trigonometri)
x+ y x− y
sin 𝑥 + sin 𝑦 = 2 sin ( ) . cos ( )
2 2
x+ y x− y
cos 𝑥 + cos 𝑦 = 2 cos ( ) . cos ( )
2 2

Teorema 1.10 (Identitas perkalian fungsi trigonometri)


1
sin 𝑥 . sin 𝑦 = − [cos(𝑥 + 𝑦) − cos(𝑥 − 𝑦)]
2
1
cos 𝑥 . cos 𝑦 = [cos(𝑥 + 𝑦) + cos(𝑥 − 𝑦)]
2
1
sin 𝑥 . cos 𝑦 = [sin(𝑥 + 𝑦) + sin(𝑥 − 𝑦)]
2
a. Pengertian Fungsi
Definisi 2.1
Dipunyai himpunan 𝐴 dan 𝐵. Suatu fungsi 𝑓 dari himpunan 𝐴 ke 𝐵 merupakan pasangan
terurut 𝑓 ⊂ 𝐴 × 𝐵 sedemikian sehingga memenuhi:
(1) ∀𝑥 ∈ 𝐴 ∃ 𝑦 ∈ 𝐵 ∋ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑓 dan
(2) (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑓 dan (𝑥, 𝑧) ∈ 𝑓 ⇒ 𝑦 = 𝑧.
b. Jenis Fungsi
Berikut ini dikaji beberapa jenis fungsi, yang pertama jenis fungsi yang diklasifikasikan
menurut sifatnya.
(1) Fungsi injektif
Definisi 2.2
Misalkan fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan satu-satu atau injektif (injective) jika
untuk setiap dua unsur beda di A mempunyai peta yang beda. Definisi ini dapat
disajikan secara formal sebagai berikut: Fungsi 𝑓 dikatakan satu-satu: ∀ 𝑥1, 𝑥2 di 𝐴,
𝑥1 ≠ 𝑥2 ⟹ 𝑓(𝑥1) ≠ 𝑓(𝑥2)
(2) Fungsi surjektif
Definisi 2.3
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan pada atau surjektif (surjective) jika
𝑅𝑓 = 𝐵. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut: Fungsi 𝑓
dikatakan surjektif jika ∀ 𝑥 ∈ 𝐵, ∃𝑦 ∈ 𝐴 ∋ 𝑓(𝑦) = 𝑥
(3) Fungsi bijektif
Fungsi 𝑓: ℝ → ℝ dikatakan bijektif apabila fungsi 𝑓 merupakan fungsi injektif dan
sekaligus surjektif.

Jenis fungsi berdasarkan sifat kemonotonannya

(1) fungsi monoton


 Fungsi naik
Definisi 2.4
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan naik jika fungsi 𝑓 melestarikan
urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut: Fungsi 𝑓
dikatakan naik: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) < 𝑓(𝑦)
 Fungsi turun
Definisi 2.5
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan turun jika fungsi 𝒇 tak
melestarikan urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi 𝑓 dikatakan turun: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) > 𝑓(𝑦).
(2) fungsi tidak monoton.
 fungsi konstan

Berikutnya adalah jenis fungsi aljabar yang di antaranya adalah (a) fungsi linier, fungsi
kuadrat, fungsi kubik, dan seterusnya yang dikenal sebagai fungsi polinomial, (b) fungsi
rasional, dan (c) fungsi irrasional

(1) Fungsi polinomial mempunyai bentuk 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑛𝑥 𝑛 + . . . + 𝑎2𝑥 2 + 𝑎1𝑥 + 𝑎0,
pangkat tertingginya menunjukkan orde atau derajat dari fungsi polinomial
tersebut.
P( x )
(2) Fungsi rasional adalah suatu fungsi berbentuk 𝑓(𝑥) = dengan 𝑃(𝑥) dan 𝑄(𝑥)
Q(x)
adalah polinomial atau suku banyak dalam 𝑥 dan 𝑄(𝑥) ≠ 0
(3) Fungsi irrasional adalah fungsi aljabar yang mengandung faktor penarikan akar.
n
Bentuk umumnya 𝑓(𝑥) = √ g( x)dengan 𝑔(𝑥) > 0

Fungsi transenden yang lain dan yang akan dikaji adalah fungsi eksponen dan fungsi
logaritma

(1) Fungsi eksponen


Definisi 2.6
Diketahui 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 > 0 dan 𝑎 ≠ 1 fungsi 𝑓 ∶ ℝ → ℝ, dengan 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑥 disebut fungsi
eksponen
(2) Fungsi logaritma
Definisi 2.7 Diketahui 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 > 0 dan 𝑎 ≠ 1 fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, fungsi logaritma x
dengan basis a dilambangkan 𝑓(𝑥) = alog 𝑥, apabila berlaku hubungan 𝑥 = 𝑎 𝑓(𝑥)
c. Operasi pada Fungsi
Definisi 2.8
Misalkan 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi-fungsi dan 𝑘 suatu konstanta
(a) (𝑓 + 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
(b) (𝑓 − 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)
(c) 𝑘𝑔(𝑥) = 𝑘. 𝑔(𝑥)
(d) (𝑓. 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)
f f (x )
(e) ( ) (𝑥) = , 𝑔(𝑥) ≠ 0
g g ( x)
3. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
Definisi 2.9
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 ≠ ∅. Fungsi komposisi 𝑓 ∘ 𝑔 didefinisikan
sebagai
(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) = 𝑓[𝑔(𝑥)] ∀ 𝑥 ∈ 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓.
Definisi 2.10

Fungsi 𝑖: 𝐴 → 𝐵 dengan 𝐴 ⊂ 𝐵 disebut fungsi identitas apabila 𝑖(𝑥) = 𝑥, ∀𝑥 ∈ 𝐴.

Definisi 2.11

Misalkan fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵. Jika terdapat fungsi 𝑔: 𝑅𝑓 → 𝐴 sehingga nilai-nilai 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑥, ∀𝑥


∈ 𝐴 maka fungsi 𝑔 disebut invers 𝑓 dan ditulis 𝑔 = 𝑓 −1 .

Teorema 2.1

Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 fungsi injektif, maka:

(a) fungsi 𝑓 −1 ada, dan

(b) 𝐷𝑓 −1 = 𝑅f

4. Limit Fungsi
a. Barisan dan limit barisan
Definisi 2.12
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat positif
atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan bagiannya.

Definisi 2.13
Barisan ⟨𝑎𝑛 ⟩ dikatakan:
(a) monoton naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 > 𝑎𝑛
(b)monoton tidak turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≥ 𝑎𝑛
(c) monoton turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 < 𝑎𝑛
(d)monoton tidak naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎

Definisi 2.14
Dipunyai barisan ⟨𝑎𝑛 ⟩. Barisan ⟨𝑎𝑛 ⟩ dikatakan konvergen ke L, ditulis nlim
→∞
an = 𝐿 jika
dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑁𝜀 > 0 sedemikian hingga |𝑎𝑛 − 𝐿| < 𝜀 jika 𝑛
> 𝑁𝜀
b. Limit Fungsi
Definisi 2.15
Nilai lim f (x ) = 𝐿 maksudnya adalah jika 𝑥 mendekati tetapi tidak sama dengan 𝑐, maka
x →c
𝑓(𝑥) mendekati 𝐿.

Definisi 2.16
Limit fungsi 𝑓 bernilai 𝐿 untuk 𝑥 → 𝑐 ditulis lim f (x ) = 𝐿, jika dan hanya jika untuk
x →c
setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sedemikian hingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀, jika 0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿, yaitu
0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 ⇒ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.

Teorema 2.2
Jika 𝑎 dan 𝑐 suatu konstanta real, maka lim
x →c
c =𝑐.

Teorema 2.3
Nilai limit suatu fungsi adalah tunggal, yaitu jika lim f (x ) = 𝐿 dan lim f (x ) = 𝑀, maka 𝐿
x→ a x→ a
=𝑀

Teorema 2.4
Dipunyai lim f ( x ) = 𝐿, lim g ( x) = 𝑀, dan 𝐾 sembarang bilangan real.
x→ a x→ a

(a) lim f ( x ) + 𝑔(𝑥)) = 𝐿 + 𝑀


x→ a

(b) lim K f (x) = 𝐾 ⋅ 𝐿


x→ a

(c) lim f (x ) ⋅ 𝑔(𝑥) = 𝐿 ⋅ 𝑀


x→ a
f (x) L
(d) lim = , jika 𝑀 ≠ 0
x→ a g(x ) M

Teorema 2.5
(a) Jika 𝑃𝑛(𝑥) suatu suku banyak dan 𝑎 ∈ ℝ, maka lim P n ( x) = 𝑃𝑛(𝑎).
x→ a
Pn (x )
(b) Jika 𝑓(𝑥) = , dengan 𝑃𝑛(𝑥) dan 𝑄𝑚(𝑥) masing-masing merupakan suku banyak
Qm (x)
Pn (x ) Pn (a)
berderajat 𝑛 dan 𝑚, 𝑎 ∈ 𝐷𝑓, dan 𝑄𝑚(𝑥) ≠ 0, maka lim ¿ = .
x→ a Qm ( x) Qm (a)

Teorema 2.6
Jika 𝑛 bilangan bulat positif dan lim
x→ a
¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka lim ¿ n f ( x)= n lim f ( x) = √n L .
x→ a √ √ x→ a

Teorema 2.7 Prinsip Apit


Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔, ℎ terdefinisi pada selang buka 𝐼 ⊂ ℝ bilangan real yang
memuat 𝑎. Jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 dan lim
x→ a
¿ 𝑓(𝑥)= 𝐿 = lim ¿ h(𝑥)
x→ a

maka lim
x→ a
¿ g(𝑥) = 𝐿.

c. Limit fungsi trigonometri


Teorema 2.8
(a) lim
x→ a
¿ sin 𝑥 = sin 𝑎

(b) lim
x→ a
¿ cos 𝑥 = cos 𝑎
(c) lim
x→ a
¿ tan 𝑥 = tan 𝑎

(d) lim
x→ a
¿ csc 𝑥 = csc 𝑎

(e) lim
x→ a
¿ sec 𝑥 = sec 𝑎

(f) lim
x→ a
¿ cot 𝑥 = cot 𝑎

Teorema 2.9
sin x
(a) lim ¿ =1
x →0 x
(b) lim ¿ 1−cos x = 0
x→ a x

Teorema 2.10 Akibat


(a) lim
x →0
¿ cos 𝑥 = 1
tan x
(b) lim ¿ =1
x →0 x
5. Limit Sepihak
Perhatikan fungsi 𝑓: ℝ − {0} → ℝ yang didefinisikan dengan
¿
𝑓(𝑥) = ¿ x∨ x ¿ .
¿
Fungsi 𝑓 dapat dinyatakan tanpa tanda nilai mutlak, yaitu 𝑓(𝑥) = ¿ x∨ x ¿ = −1, 𝑥 < 0
1, 𝑥 > 0
Definisi 2.17
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎,𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari
kanan adalah 𝐿, ditulis dengan
lim ¿ + 𝑓(𝑥) = 𝐿
+¿
x→ c ¿
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑐 < 𝑥 <
𝑐 + 𝛿.

Definisi 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari
kiri adalah 𝐿, ditulis dengan
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿
−¿
x→ c ¿
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑐 − 𝛿 <
𝑥<𝑐

Teorema 2.11
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Nilai lim
x→ a
¿ 𝑓(𝑥) ada dan bernilai 𝐿 jika dan hanya
jika
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿 = lim ¿ 𝑓(𝑥)
−¿ +¿
x→ a ¿ x→ a ¿

6. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga


a. Limit Tak Hingga
Definisi 2.19
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim ¿ 𝑓(𝑥) = +∞ ⇔ ∀ 𝑀 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
x→ a

Definisi 2.20
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim ¿ 𝑓(𝑥) = −∞ ⇔ ∀𝑁 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) < 𝑁 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
x→ a

Teorema 2.12
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔: ℝ– {𝑎} → ℝ,
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿, dan lim ¿ g(𝑥)) = 0.
x→ a x→ a
(a) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0 +
f (x )
maka lim ¿ = +∞.
x→ a g ( x)
(b) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0 –
f (x )
maka lim ¿ = −∞.
x→ a g ( x)
(c) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0 +
f (x )
maka lim ¿ = −∞.
x→ a g ( x)
(d) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0 –
f (x )
maka lim ¿ = +∞
x→ a g ( x)

b. Limit di Tak hingga


Definisi 2.21
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim ¿ 𝑓(𝑥)= 𝐿 ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 ∋ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
x→+∞

Definisi 2.22
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim ¿ 𝑓(𝑥)= L ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑁 < 0 ∍ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 < 𝑁.
x→+∞

Teorema 2.13
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿.
Jika x→+∞ x→ ∞

Teorema 2.14
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿.
Jika x→−∞ x→−∞

Teorema 2.15
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka: (a) lim ¿ [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = 𝐾 + 𝐿,
Jika x→+∞ x→+∞ x→+∞
lim ¿ 𝐶. 𝑓(𝑥) = 𝐶 lim ¿ 𝑓(𝑥),
(b) x→+∞ x→+∞
lim ¿ [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿, dan
(c) x→+∞

lim ¿ f (x ) K
(d) x→+∞ = apabila L ≠ 0.
g ( x) L

Teorema 2.16
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka
Jika x→−∞ x→−∞
lim ¿ [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = 𝐾 + 𝐿,
(a) x→−∞
lim ¿ 𝐶. 𝑓(𝑥) = 𝐶. lim ¿ 𝑓(𝑥),
(b) x→−∞ x→−∞
lim ¿ [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿, dan
(c) x→−∞

lim ¿ f (x ) K
(d x→−∞ = apabila L ≠ 0.
g ( x) L

Teorema 2.17
lim ¿ 𝑓(𝑥) =
Jika terdapat M > 0 sehingga 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) untuk semua x > M dan x→+∞
lim ¿ℎ(𝑥) maka lim ¿𝑔(𝑥) = 𝐿.
𝐿 = x→+∞ x→+∞

7. Kekontinuan Fungsi
Definisi 2.23
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼. Fungsi 𝑓 dikatakn kontinu di titik 𝑐 jika dan hanya jika
lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
x →c

Berdasarkan definisi tersebut, ada tiga syarat untuk suatu fungsi dikatakan kontinu, yaitu
1. lim
x →c
¿ 𝑓(𝑥) ada,
2. 𝑓(𝑐) ada (yaitu 𝑐 ada dalam domain 𝑓), dan
3. lim
x →c
¿ 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).

Jika salah satu kondisi di atas tidak dipenuhi, maka dikatakan fungsi 𝑓 tidak kontinu di 𝑐.

Teorema 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Fungsi f dikatakan kontinu di titik a jika dan hanya
jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
|𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑎)| < 𝜀 apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.

Teorema 2.19
Jika fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔:𝐼 → ℝ, kontinu di titik 𝑎 ∈ 𝐼, dan 𝐾 suatu konstanta di ℝ maka fungsi-
fungsi:
a. 𝑓 + 𝑔
b. 𝐾 ⋅ 𝑓
c. 𝑓 ⋅ 𝑔, dan
f
d. apabila 𝑔(𝑎) ≠ 0 kontinu di titik a.
g

Definisi 2.24
a. Fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ dikatakan kontinu pada (𝑎, 𝑏) jika dan hanya jika 𝑓 kontinu di
setiap titik pada (𝑎, 𝑏).
b. Fungsi 𝑓:[𝑎, 𝑏] → ℝ dikatakan kontinu pada [𝑎, 𝑏] jika dan hanya jika f kontinu di setiap
lim ¿𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎) dan lim ¿ 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑏).
titik pada (𝑎, 𝑏), x→ +¿ −¿
a ¿ x→ a ¿
Teorema 2.20
Untuk setiap bilangan asli 𝑛 berlaku:
a. 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 kontinu pada 𝑅.
b. Jika fungsi 𝑔: ℝ → ℝ kontinu di titik 𝑎 maka 𝑓(𝑥) = [𝑔(𝑥)] 𝑛 juga kontinu di titik 𝑎.
8. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
a. Definisi Turunan
Definisi 3.1.
Gradien garis singgung grafik 𝑓 pada titik 𝑃(𝑐, 𝑓(𝑐)) didefinisikan dengan
(c +h)−f ( c)
𝑚 = lim ¿𝑓
h→ 0 h
apabila limit tersebut ada dan tidak bernilai ∞ atau −∞.

Definisi 3.2.
Turunan dari fungsi 𝑓 adalah fungsi 𝑓′ dengan
(x +h)−f (x)
𝑓 ′ (𝑥) = lim ¿𝑓
h→ 0 h
b. Teorema-teorema turunan
Teorema 3.1.
Jika 𝑓 ′ (𝑐) ada maka 𝑓 kontinu pada c

Teorema 3.2.
Dipunyai 𝑘 suatu konstanta real dan 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊂ ℝ. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑘 ∀𝑥 ∈ 𝐼 maka
d [f ( x )] d (k )
𝑓 ′ (𝑥) = = = 0 ∀𝑥 ∈ I
dx dx

Teorema 3.3.
Jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 maka
(𝑓 + 𝑔) ′ (𝑥) = 𝑓 ′ (𝑥) + 𝑔 ′ (𝑥) dan (𝑘. 𝑓) ′ (𝑥) = 𝑘. 𝑓 ′ (𝑥)
dengan 𝑘 sembarang bilangan real

Teorema 3.4.
Jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 maka
(𝑓. 𝑔) ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥). 𝑔 ′ (𝑥) + 𝑓 ′ (𝑥). 𝑔(𝑥) dan

f f '( x ). g( x )−f ( x) . g ' ( x)


( ) ′ (𝑥) = , dengan syarat 𝑔(𝑥) ≠ 0.
g [g ( x)]2
Teorema 3.5.
Jika 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 dengan 𝑛 bilangan bulat tak nol maka
d [x n ]
𝑓 ′ (𝑥) = = 𝑛𝑥 𝑛−1 .
dx

Teorema 3.6.
Turunan fungsi trigonometri diberikan berikut ini.
d (sin x)
(1) = cos 𝑥
dx
d (cos x )
(2) = − sin 𝑥
dx
d (tan x )
(3) 𝑑𝑥 = sec2 𝑥
dx
d (sec x)
(4) = sec 𝑥 .tan 𝑥
dx
d (csc x)
(5) = − csc 𝑥 . cot 𝑥
dx
d (cot x)
(6) = −csc2 x
dx
c. Aturan rantai
Teorema 3.7. Jika 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 dan 𝑓 mempunyai turunan di 𝑔(𝑥) maka
d [(f ∘ g)( x)] d [g ( x)]
𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑𝑥 = . = 𝑓 ′ [𝑔(𝑥)]. 𝑔 ′ (𝑥).
d [g ( x)] dx

Apabila 𝑦 = (𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) dan 𝑢 = 𝑔(𝑥) maka Teorema 3.7 dapat dituliskan


dy dy du
= . .
dx du dx
9. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
a. Turunan fungsi implisit
Fungsi yang nilai fungsinya disajikan dalam ruas yang berbeda yaitu 𝑦 = 𝑓(𝑥) disebut
fungsi eksplisit

Teorema 3.8.
m
Jika 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓(𝑥) = x n dengan 𝑚 dan 𝑛 bilangan bulat tak nol maka
m
n m m
𝑓 ′ (𝑥) = d [x ] = . x n −1
dx n
b. Turunan Fungsi Invers
Fungsi invers adalah sebuah fungsi yang apabila dikomposisikan dengan fungsi semula
akan menghasilkan fungsi identitas atau dapat dituliskan
𝑓 ∘ 𝑓 −1 = 𝑓 −1 ∘ 𝑓 = 𝐼 atau
(𝑓 ∘ 𝑓 −1 )(𝑥) = (𝑓 −1 ∘ 𝑓)(𝑥) = 𝑥.

Teorema 3.9.
Jika 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓 merupakan fungsi injektif maka 𝑓 mempunyai invers yaitu
𝑓 −1 :𝑅𝑓 → 𝐼 dengan 𝑅𝑓 menyatakan Range/daerah hasil f

Teorema 3.10.
Jika 𝑓 mempunyai turunan pada 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓 ′ (𝑥) ≠ 0 pada 𝐼 maka 𝑓 −1 mempunyai
turunan pada 𝑓(𝐼) dan dapat ditentukan dengan
1
1 dx
(𝑓 −1 ) ′ (𝑥) = atau = dy
f ' [f −1 ( x)] dy
dx

Teorema 3.11.
d (sin −1 x) 1
(𝑎) = , |𝑥| < 1
dx √1−x2
d (cos−1 x ) −1
(𝑏) = , |𝑥| < 1
dx √1−x2
d (tan −1 x ) 1
(𝑐) =
dx 1+ x2
−1
d (cot x) −1
(𝑑) =
dx 1+ x2
d (sec −1 x ) 1
(𝑒) = , |𝑥| > 1
dx ¿ x ∨√ x 2−1
d (csc −1 x) 1
(𝑓) = , |𝑥| > 1
dx ¿ x ∨√ x 2−1

10. Aplikasi Turunan


a. Nilai ekstrim
Definisi 3.3.
Diberikan fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑀 = 𝑓(𝑐) untuk suatu 𝑐 ∈ 𝐼.
(a) 𝑀 merupakan nilai maksimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐼.
(b) 𝑀 merupakan nilai minimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐼.
(c) Nilai maksimum dan minimum suatu fungsi disebut nilai ekstrim (mutlak) fungsi
tersebut

Definisi 3.4.

Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ .

(a) Jika terdapat suatu selang buka 𝐷 ⊂ 𝐼 yang memuat 𝑐 sehingga berlaku 𝑓(𝑐) ≥ 𝑓(𝑥)
∀𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑓(𝑐) disebut nilai maksimum relatif 𝑓.
(b) Jika terdapat suatu selang buka 𝐷 ⊂ 𝐼 yang memuat 𝑐 sehingga berlaku 𝑓(𝑐) ≤ 𝑓(𝑥)
∀𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑓(𝑐) disebut nilai minimum relatif 𝑓.

Definisi 3.5.
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼. Jika 𝑓 ′ (𝑐) = 0 atau 𝑓 ′ (𝑐) tidak ada maka 𝑐
disebut bilangan kritis 𝑓.

Teorema 3.12.

Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang tutup [𝑎, 𝑏] maka fungsi 𝑓 memiliki nilai minimum dan
maksimum mutlak.

Teorema 3.13.

Jika 𝑓 terdefinisi pada suatu selang 𝐼 yang memuat titik 𝑐. Jika 𝑓(𝑐) adalah suatu nilai
ekstrim maka 𝑐 haruslah merupakan bilangan kritis fungsi 𝑓 dan 𝑐 memenuhi salah satu
dari berikut ini.

(a) 𝑐 merupakan titik ujung 𝐼,


(b) 𝑐 merupakan titik stationer 𝑓 (𝑓 ′ (𝑐) = 0),
(c) 𝑐 merupakan titik singular 𝑓 (𝑓 ′ (𝑐) tidak ada)

Teorema 3.14. (Teorema Rolle)

Dipunyai fungsi 𝑓:[𝑎, 𝑏] → ℝ.

Jika

(1) 𝑓 kontinu pada [𝑎, 𝑏],


(2) 𝑓 mempunyai turunan pada (𝑎, 𝑏), dan
(3) 𝑓(𝑎) = 𝑓(𝑏) maka terdapat titik 𝑐 ∈ (𝑎, 𝑏) sehingga 𝑓 ′ (𝑐) = 0.

Teorema 3.15. (Teorema Nilai Rata-rata) Dipunyai fungsi 𝑓:[𝑎, 𝑏] → ℝ.

Jika 𝑓 kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑓 mempunyai turunan pada (𝑎, 𝑏) maka terdapat titik 𝑐 ∈
f (b)−f (a)
(𝑎, 𝑏) sehingga 𝑓 ′ (𝑐) =
b−a

b. Kemonotonan grafik fungsi


Definisi 3.6.
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ.
(a) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan naik pada 𝐼 apabila
∀𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝐼, 𝑥1 < 𝑥2 ⇒ 𝑓(𝑥1 ) < 𝑓(𝑥2)
(b) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan turun pada 𝐼 apabila ∀𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝐼, 𝑥1 < 𝑥2 ⇒ 𝑓(𝑥1) > 𝑓(𝑥2).

Teorema 3.16.
Dipunyai 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑓 ′ (𝑥) ada untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 kecuali mungkin di titik-titik
ujungnya.

i. Jika 𝑓 ′ (𝑥) > 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka grafik 𝑓 naik pada 𝐼.
ii. Jika 𝑓 ′ (𝑥) < 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka grafik 𝑓 turun pada 𝐼.

Teorema 3.17. (Uji Turunan Pertama)

Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼 suatu bilangan kritis untuk 𝑓. Jika 𝑓 ′ (𝑥) ada
pada selang (𝑐 − ℎ, 𝑐 + ℎ) untuk suatu ℎ > 0 kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri maka 𝑓(𝑐)
ekstrim relatif jika dan hanya jika tanda 𝑓 ′ (𝑥) berganti tanda di 𝑥 = 𝑐.

Secara khusus dinyatakan sebagai berikut:

(1) Jika 𝑓 ′ (𝑥) > 0 untuk 𝑥 < 𝑐 dan 𝑓 ′ (𝑥) < 0 untuk 𝑥 > 𝑐 maka 𝑓(𝑐) suatu
maksimum relatif.
(2) Jika 𝑓 ′ (𝑥) < 0 untuk 𝑥 < 𝑐 dan 𝑓 ′ (𝑥) > 0 untuk 𝑥 > 𝑐 maka 𝑓(𝑐) suatu minimum
relatif.
(3) Jika 𝑓 ′ (𝑥) tidak berganti tanda di 𝑥 = 𝑐 maka 𝑓(𝑐) bukan suatu maksimum
ataupun minimum relatif.
c. Kecekungan grafik fungsi
Definisi 3.7.
Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, 𝑓 kontinu pada 𝐼, dan 𝑓 ′ (𝑥) ada pada 𝐼 kecuali mungkin di
titik-titik ujungnya.
(a) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓 ′ merupakan fungsi naik
pada 𝐼.
(b) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓 ′ merupakan fungsi turun
pada 𝐼.

Teorema 3.18.

Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, 𝑓 kontinu pada 𝐼, dan 𝑓 ′ (𝑥) ada pada 𝐼 kecuali mungkin di
titik-titik ujungnya.

(a) Grafik 𝑓 cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓 ′′(𝑥) > 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik
ujung 𝐼.
(b) Grafik 𝑓 cekung ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓 ′′(𝑥) < 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan
titik ujung 𝐼.

Teorema 3.19. (Uji Turunan Kedua)

Dipunyai fungsi 𝑓:𝐼 → ℝ,𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Jika 𝑓′(𝑥) dan 𝑓 ′′(𝑥) ada pada 𝐼 maka:

(a) 𝑓′′(𝑎) < 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu maksimum relatif 𝑓,


(b) 𝑓′′(𝑎) > 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu minimum relatif 𝑓,dan
(c) 𝑓 ′′(𝑎) = 0 ⇒ tidak ada kesimpulan

11. Antiturunan
a. Konsep Antiturunan
Definisi 4.1 Dipunyai 𝐹:𝐼 ⟶ 𝑅 dan 𝑓:𝐼 ⟶ 𝑅. Jika 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝐹
disebut suatu anti turunan 𝑓 pada selang 𝐼.

Teorema 4.1
x r +1
Jika 𝑟 sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka ∫ 𝑥𝑟𝑑𝑥 = +C
r +1

Teorema 4.2
∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶 dan ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥= sin 𝑥 + C

Teorema 4.3 (Kelinieran)


Dipunyai 𝑓 dan 𝑔 fungsi-fungsi yang mempunyai turunan dan 𝐾 suatu konstanta. Untuk 𝑓
dan 𝑔 berlaku aturan berikut.
1. ∫𝐾𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐾 ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥,
2. ∫[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥,
3. ∫[𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 − ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑x

Teorema 4.4
Diberikan 𝑓 fungsi yang diferensiabel dan 𝑟 bilangan rasional dengan 𝑟 ≠ −1, maka:
∫[𝑓(𝑥)] 𝑟𝑓 ′ (𝑥) 𝑑𝑥 = ¿ ¿ + 𝐶, C konstanta
b. Teorema Penggantian dan Integral Parsial
Teorema 4.5 (Penggantian)
Dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔 ⊂ 𝐼 dengan 𝐼 adalah suatu selang. Jika 𝑓
terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥), maka ∫ 𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔 ′ (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] + 𝐶.

Teorema 4.6 (Integral Parsial) Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai
turunan pada selang buka 𝐼, maka ∫𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.
c. Teknik Pengintegralan
1) Teknik pengintegralan yang diperoleh dari turunan maupun integral.
No Teknik pengintegralan
1. ∫ 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝐶
2. ∫𝐾 𝑑𝑥 = 𝐾 ⋅ 𝑥 + 𝐶, dengan 𝐾 suatu konstanta
3. ∫𝐾 ⋅ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐾 ⋅ ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥, 𝐾 suatu konstanta
4. ∫[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥
x n+1
5. ∫ 𝑥 𝑛 𝑑𝑥 = +𝐶
n+1
dx
6. ∫ = ln|𝑥| + 𝐶 = ln 𝐶 |𝑥|
x
7. ∫ 𝑒𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒𝑥 + 𝐶
ax
8. ∫ 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = + 𝐶 dengan 𝑎 > 0, dan 𝑎≠1
ln a
9. ∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶
10. ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶
11. ∫ sec2 𝑥 𝑑𝑥 = tan 𝑥 + 𝐶
12. ∫ csc2 𝑥 𝑑𝑥 = − cot 𝑥 + 𝐶
13. ∫ sec 𝑥 ⋅ tan 𝑥 𝑑𝑥 = sec 𝑥 + 𝐶
14. ∫ csc 𝑥 ⋅ cot 𝑥 𝑑𝑥 = − csc 𝑥 + 𝐶
15. ∫ tan 𝑥 𝑑𝑥 = − ln|cos 𝑥| + 𝐶= ln|sec 𝑥|+𝐶
16. ∫ cot 𝑥 𝑑𝑥 = ln|sin 𝑥| + 𝐶
17. ∫ sec 𝑥 𝑑𝑥 = ln|sec 𝑥 + tan 𝑥| + C
18. ∫ csc 𝑥 𝑑𝑥 = ln|csc 𝑥 − cot 𝑥| + C
dx
19. ∫ 2 = sin−1 𝑥 + 𝐶 = − cos−1 𝑥 + C
√1−x
dx −1 −1
20. ∫ 2 = tan 𝑥 + 𝐶 = − cot 𝑥+C
1+ x
dx −1
21. ∫ = sec−1 |𝑥| + 𝐶 = − csc |𝑥| + C
¿ x ∨√ x 2−1
du u u
22. 2 2∫ = sin−1 ( ) + 𝐶=− cos−1 (
𝑎 )+C
√ a −u a a
du 1 u 1 u
23. ∫ 2 2 = tan−1 ( )+𝐶=− cot−1 ( )+C
a +u a a a a
du 1 u 1 u
24. ∫ 2 2 = sec−1 ( )+𝐶=− csc−1 ( )+C
u √ u −a a a a a
2) Integral Fungsi Trigonometri
a) Integral bentuk ∫ sin𝑛 𝑥 𝑑𝑥 atau ∫ cos𝑛 𝑥 𝑑x
b) Integral bentuk ∫ sin𝑚 𝑥 ⋅ cos𝑛 𝑥 𝑑
c) Integral bentuk ∫ cos 𝑚 𝑥 ⋅ sin 𝑛 𝑥 𝑑𝑥, ∫ cos 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 𝑑𝑥, dan ∫ sin 𝑚 𝑥 ⋅ sin 𝑛 𝑥
𝑑x
d) Integral bentuk ∫ tan𝑚 𝑥 ⋅ sec𝑛 𝑥 𝑑x
3) Integral Fungsi Rasional
p (x)
Fungsi 𝑓(𝑥) = dengan 𝑝(𝑥) dan 𝑞(𝑥) masing-masing merupakan
q(x)
polinomial/suku banyak disebut fungsi rasional.
12. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
a. Deret dan Notasi Sigma
Teorema 4.7
n
(1) ∑ c = 𝑛. 𝑐 untuk sebarang konstanta 𝑐,
i=1
n n
(2) ∑ c . 𝑎𝑖 = 𝑐.∑ ai
i=1 i=1
n n n
(3) ∑ ¿¿ 𝑎𝑖 + 𝑑. 𝑏𝑖 ) = 𝑐.∑ a𝑖 + 𝑑.∑ bi
i=1 i=1 i=1
b. Jumlah Riemann
Definisi 4.2
Dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup. Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang [𝑎, 𝑏] adalah sebarang
himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 }, dengan
𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛 = b
Definisi 4.3
Dipunyai 𝑓:[𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi untuk selang [𝑎, 𝑏], dan 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ].
Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖𝑥. Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk 𝑓 pada selang [a,b].
13. Integral Tertentu
a. Integral Tertntu
Definisi 4.4
Dipunyai fungsi 𝑓:[𝑎, 𝑏] → ℝ.
n
Jika lim ∑ f (t i ). ∆ 𝑥 ada, maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara Riemann pada
𝑖
‖ P ‖ →0 i=1

selang [𝑎, 𝑏].


Selanjutnya ditulis
n b

lim ∑ f (t i ). ∆ 𝑥 = ∫ f ( x )𝑑x
‖ P ‖ →0 i=1
𝑖
a
disebut integral tertentu (integral Riemann) fungsi 𝑓 dari 𝑎 ke 𝑏.
b. . Teorema-teorema Integral Tertentu
Definisi 4.5
b
(1) Jika 𝑓(𝑎) terdefinisi maka ∫ f ( x )𝑑x = 0.
a
b b b
(2) Jika 𝑎 > 𝑏 dan ∫ f ( x )𝑑x terdefinisi, maka ∫ f ( x )𝑑x = − ∫ f ( x )𝑑x.
a a a

Teorema 4.8
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], maka 𝑓 terintegral secara Riemann pada selang
[𝑎, 𝑏].

Teorema 4.9
b n

∫ d( x) = ‖ lim
P ‖ →0
∑ ∆i x = 𝑏 − 𝑎
a i=1

Teorema 4.10
b n

∫ Kdx = lim ∑ K . ∆ i x = K(𝑏 – 𝑎)


‖ P ‖ →0 i=1
a

Teorema 4.11 (Kelinearan)


Jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏], maka fungsi-fungsi (𝑓 + 𝑔) dan 𝐾.
𝑓 dengan 𝐾 konstanta terintegralkan, yaitu:
b b b
(1) ∫ ¿ ¿ + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ f ( x ) + ∫ g( x) 𝑑𝑥, dan
a a a
b b
(2) ∫ K . 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐾. ∫ f ( x )𝑑𝑥
a a
Teorema 4.12 (Sifat Penjumlahan Selang)
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada suatu selang yang memuat 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 maka
b c c

∫ f ( x )𝑑𝑥 = ∫ f ( x )𝑑𝑥 + ∫ f ( x )𝑑𝑥


a a b
tanpa memperhatikan urutan 𝑎, 𝑏, dan 𝑐.

Teorema 4.13
Jika 𝑓 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada selang [𝑎, 𝑏] maka
b

∫ f ( x )𝑑𝑥 ≥ 0.
a

Teorema 4.14
Jika 𝑓 dan 𝑔 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) pada [𝑎, 𝑏] maka
b b

∫ f ( x )𝑑𝑥 ≤ ∫ g( x)𝑑𝑥.
a a

Teorema 4.15
Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], 𝑚 = min f ( x ), dan 𝑀 = max f ( x ), maka
a ≤ x ≤b a ≤ x ≤b
b
𝑚(𝑏 − 𝑎) ≤ ∫ f ( x )𝑑𝑥 ≤ 𝑀(𝑏 − 𝑎).
a

1) Teorema Dasar Kalkulus 1: Pendiferensialan Integral Tertentu terhadap Batas


Atasnya

Teorema 4.16 (Teorema Dasar Kalkulus 1) Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥
suatu titik dalam [𝑎, 𝑏], maka
b
d ∫ f (t)dt
a = 𝑓(𝑥)
dx

Teorema 4.17 (Teorema Nilai Rata-rata untuk Integral)


Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan maka terdapat suatu bilangan 𝑐 antara 𝑎 dan 𝑏
sedemikian hingga
b b
1
𝑓(𝑐) =
b−a ∫ f (t )dt atau ∫ f (t) t
a a
= 𝑓(𝑐)(𝑏 − 𝑎)

Teorema 4.18 (Teorema Substitusi dalam Integral Tertentu)


Jika 𝑔 mempunyai turunan kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑓 kontinu pada daerah nilai 𝑔
maka
b g (b)

∫ f (𝑔(𝑥))𝑔′(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ f (u)𝑑𝑢
a g (a)

dengan 𝑢 = 𝑔(𝑥).
2) Teorema Dasar Kalkulus 2
Teorema 4.19 (Teorema Dasar Kalkulus 2) Jika 𝑓(𝑥) kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝐹(𝑥)
b
sebarang anti turunan 𝑓(𝑥), maka ∫ f ( x )dx = 𝑭(𝒃) – 𝑭(𝒂). Selanjutnya ditulis 𝐹(𝑏) –
a

b
𝐹(𝑎) = [𝐹(𝑥)]
a
Teorema 4.20
Jika 𝑓 fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = 𝑓(𝑥) , maka:
a a

∫ f ( x) dx = 2 ∫ f ( x )dx dan
−a 0
jika 𝑓 fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = − 𝑓(𝑥), maka
a

∫ f ( x) dx = 0.
−a
14. Aplikasi Integral
a. Luas Daerah pada Bidang Datar
Definisi 4.6
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk
semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X. Jika L adalah luas daerah D, maka
b
𝐿 = ∫ f (x )dx
a

Definisi 4.7
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥)
untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas daerah D, maka
𝐿 = Definisi 4.7 Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan
𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas daerah D, maka
b
𝐿 = ∫ ¿ ¿ − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥
a

Teorema 4.21
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 yang kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan
𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], sumbu X, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas daerah D,
maka
b
𝐿 = − ∫ f ( x )dx
a

Teorema 4.22
Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi 𝑓, garis 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan
b
sumbu X maka 𝐿 = ∫ ¿ f (x)∨¿ dx ¿ .
a

b. Volume Benda Putar


1) Metode Cakram
Bangun partisi untuk selang [𝑎, 𝑏].
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ].
Volume cakram ke-i adalah
𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )] 2 . ∆𝑖𝑥
n
Jadi 𝑉 = lim ∑ π [𝑓(𝑡 )] .∆ 𝑥 𝑖
2
𝑖
‖ p ‖→ 0 i=1
b
= 𝜋 ∫ [f (x )]2𝑑𝑥.
a
2) Metode Cincin
Buat partisi untuk selang [𝑎, 𝑏] pada sumbu 𝑋.
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ].
Tulis 𝑉𝑖 : volume cincin ke-𝑖
Jelas 𝑉𝑖 = 𝜋.[𝑔(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖𝑥 − 𝜋.[ℎ(𝑡𝑖 )]2. ∆𝑖𝑥
= 𝜋.[[𝑔(𝑡𝑖)]2 − [ℎ(𝑡𝑖)]2]. ∆𝑖𝑥
n
Jadi 𝑉 = lim ∑ π .[[𝑔(𝑡 )] 𝑖
2
− [ℎ(𝑡𝑖)]2]. ∆𝑖𝑥.
‖ p ‖→ 0 i=1
b
= 𝜋 ∫ ¿ ¿ 2 − [ℎ(𝑥)]2]𝑑𝑥
a
3) Metode Sel Silinder (Kulit Tabung)
Bangun partisi untuk selang [𝑎, 𝑏].
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ] dengan 𝑡𝑖 berada tepat di tengah subselang [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ].
xi+ xi −1
Jadi 𝑡𝑖 = atau 2𝑡𝑖 = 𝑥𝑖 + 𝑥𝑖−1.
2
Tulis 𝑉𝑖 : volume silinder ke-i.
Jelas 𝑉𝑖 = 𝜋. 𝑥𝑖 2 . 𝑓(𝑡𝑖 ) − 𝜋. 𝑥2𝑖−1 . 𝑓(𝑡𝑖 )
= 𝜋. 𝑓(𝑡𝑖 )(𝑥2𝑖 − 𝑥2𝑖−1 )
= 𝜋. 𝑓(𝑡𝑖 )(𝑥𝑖 + 𝑥𝑖−1) (𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1)
= 𝜋. 2𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆𝑖𝑥
= 2𝜋.𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆𝑖𝑥.
n
Jadi 𝑉 = 2𝜋. lim ∑ t i. 𝑓(𝑡 )∆ 𝑥 𝑖 𝑖
‖ p ‖→ 0 i=1
b
= 2𝜋 ∫ x f ( x ) dx.
a

c. Panjang Busur Suatu Grafik Fungsi


Jadi panjang busur grafik 𝑓 dari titik 𝑃0(𝑎, 𝑓(𝑎)) sampai titik 𝑃𝑛(𝑏, 𝑓(𝑏)) adalah
n
𝐽 = lim ∑ √ 1+¿ ¿ ¿ ¿. ∆ 𝑥 𝑖
‖ p ‖→ 0 i=1

b
=∫ √ 1+¿ ¿ ¿
a
d. Luas Permukaan Benda Putar
Jadi
n
𝑆 = lim ∑ π ⋅ [𝑓(𝑥 ) + 𝑓(𝑥𝑖)] √ 1+¿ ¿ . ∆𝑖𝑥
𝑖−1
‖ p ‖→ 0 i=1

n
= lim ∑ 2 𝑓(𝑡 ). √ 1+¿ ¿ . ∆ 𝑥
𝑖 𝑖
‖ p ‖→ 0 i=1

b
= 2𝜋 ∫ f ( x ) √ 1+¿ ¿ ¿
a

materisulit

Fungsi Triogonometri

1. Pembuktian sifat-sifat fungsi trigonometri pada teorema dengan gambar


2. Periode dan amplitudo fungsi trigonometri
3. Menentukan invers fungsi trigonometri
4. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri

Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi

1. Kekontinuan Fungsi
2. Fungsi Transenden

Turunan dan Aplikasi Turunan

1. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers


2. Kemonotonan dan kecekungan grafik

Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral

Aplikasi integral

Miss konsep

Fungsi Triogonometri

1. Pembuktian sifat-sifat fungsi trigonometri pada teorema dengan gambar


2. Periode dan amplitudo fungsi trigonometri
3. Menentukan invers fungsi trigonometri
4. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri
Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi

1. Kekontinuan Fungsi
2. Fungsi Transenden

Turunan dan Aplikasi Turunan

1. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers


2. Kemonotonan dan kecekungan grafik

Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral

Aplikasi integral

Anda mungkin juga menyukai