Anda di halaman 1dari 61

PERUBAHAN PONDASI

JEMBATAN GANTUNG
KEPULAUAN RIAU

PT. BANGUNA NATUNA PRATAMA


Jl. Raja Ali H., Tj. Pinang Timur, Bukit Bestari, Kota Tanjung
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG JEMBATAN GANTUNG


Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai
dengan perkembangan daerah yang bersangkutan, jembatan merupakan salah satu
sarana prasarana transportasi yang sangat menentukan dalam upaya menunjang
kelancaran lalu lintas dan meningkatkan aktifitas perekonomian di daerah yang mulai
berkembang. Oleh pembangunan jembatan baik kualitas maupun kuantitasnya
mempunyai arti penting untuk guna menunjang tercapainya program merupakan hal yang
sangat penting jembatan.

Jembatan yang merupakan bagian dari sistem jaringan transportasi darat mempunyai
peranan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan
nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan
rehablillasi serta fabrikasi konstruksi jembatan perlu diupayakan seefektif dan seefisien
mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat mencapai sasaran mutu jembatan
yang direncanakan. Manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan harus dilakukan
untuk menghindari terjadinya rekonstruksi yang harus dilakukan apabila ada bagian yang
tidak memenuhi stándar mutu yang diharapkan.

Para pemerhati Jembatan Indonesia yang terdiri dari Kalangan Pemerintahan,


Akademisi, Konsultan Perencana dan Pengawas, Kontraktor atau Pelaksana Fabrikasi
dan Supplier turut terlibat dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan yang
efektif, efisien dan berdaya guna sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan
teknologi.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan adalah untuk dapat
memberikan arahan dan pedoman terhadap pembangunan prasarana transportasi yang
berupa jembatan yang memenuhi stándar mutu dan berdaya guna sehingga dapat
menunjang strategi Pembangunan Wilayah di Pemerintah Daerah Kabupaten maupun
Propinsi.
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan cara penanganan yang efisien
dan efektif dalam pencapaian mutu jembatan yang memenuhi stándar.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN JEMBATAN
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui
sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah suatu
struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus
oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi
dan pembuang . Jalan ini yang melintang yang tidak sebidang dan lain-lain.
Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi
dan transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam
lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan
sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai
pada konstruksi yang mutakhir.
Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui
rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan
raya atau jalan kereta api.
Berikut beberapa jenis jembatan :
1. Jembatan diatas sungai
2. Jembatan diatas saluran irigasi/ drainase
3. Jembatan diatas lembah
4. Jembatan diatas jalan yang ada (fly over)
5. Jembatan Suspensi Sederhana
Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :
Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)
Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan,
berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang,
kendaraan, dll, kemudian menyalurkan pada bangunan bawah.
Konstruksi bagian atas jembatan meliputi :

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


1. Trotoar
2. Sandaran dan tiang sandaran
3. Peninggian trotoir (kerb)
4. Konstruksi trotoir
5. Lantai kendaraan dan perkerasan
6. Balok gelagar
7. Balok diafragma / ikatan melintang
8. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
9. Perletakan (tumpuan)
10. pylon
11. dll
Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures)
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya
untuk menerima beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan
ke pondasi, beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah.
Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi :
1. Pangkal jembatan (abutment) dan pondasi
2. Pilar jembatan (pier) dan pondasi

B. KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG


Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut
beberapa hal antara lain:
Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan
berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya.

1. Pemilihan Lokasi Jembatan Survei dan Investigasi


Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu
rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas
jalur rintangan.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi
setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan
kebutuhan lahan yang besar sekali.
Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya,
dan diusahakan mengikuti as jalan existing.

Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi yang
meliputi:
1. Survei tata guna lahan,
2. Survei lalu-lintas,
3. Survei topografi,
4. Survei hidrologi,
5. Penyelidikan tanah,
6. Penyelidikan geologi,
7. Survei bahan dan tenaga kerja setempat.
Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat rancangan teknis
yang menyangkut beberapa hal antara lain :
1. Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi
jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2. Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
3. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
4. Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi topografi, struktur
tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan perilakunya.

2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data hasil survei
dan investigasi yang meliputi, antara lain :
1. Analisis data tanah.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa
pengujian sondir, SPT, boring, dsb. digunakan untuk mengetahui parameter tanah
dasar hubungannya dengan pemilihan jenis konstruksi fondasi jembatan.
2. Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat
hubungannya dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit).

3. Pemilihan Lokasi Jembatan


Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu
rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas
jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi
setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
1. Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak
menghasilkan kebutuhan lahan yang besar sekali.
2. Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk
sekitarnya, dan diusahakan mengikuti as jalan existing.
3. Pemilihan lokasi jembatan selain harus mempertimbangkan masalah teknis yang
menyangkut kondisi tanah dan karakter sungai yang bersangkutan, juga harus
mempertimbangkan masalah ekonomis serta keamanan bagi konstruksi dan
pemakai jalan.

4. Bahan Konstruksi Jembatan


Dalam memilih jenis bahan konstruksi jembatan secara keseluruhan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Biaya konstruksi,
2) Biaya perawatan,
3) Ketersediaan material,
4) Flexibilitas (konstruksi dapat dikembangkan atau dilaksanakan secara bertahap),
5) Kemudahan pelaksanaan konstruksi,
6) Kemudahan mobilisasi peralatan.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


BAB III
LANDASAN TEORI

Pengertian Pondasi Sumuran


Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi
tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang relatif
dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan komponen beton
dan batu belah sebagai pengisinya.
Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak,
yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton
bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.
Persyaratan Pondasi Sumuran
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang dipikul oleh
pondasi tersebut.
2. Penurunan yang terjadi harus sesuai dengan batas yang diijinkan (toleransi)
yaitu 1″ (2,54cm).
Alasan Menggunakan Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam perakteknya terdapat beberapa
kondisi yang dapat dijadikan alasan untuk penggunaannya, diantaranya adalah sebagai
berikut :
 Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis pondasi
langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya terlalu dalam &
lebar).
 Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat beton akan sulit
dilaksanakan karena air harus dipompa dan dibuang ke luar lubang galian.
 Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat untuk konstruksi yang
tanah kerasnya terletak 3-5 m.
 Pekerjaan galian tanah untuk pondasi dengan jumlah titik yang banyak
mengakibatkan boros akan waktu dan tidak efisien.
 Perubahan dari pondasi tiang pancang ke pondasi sumuran dapat mempercepat
pekerjaan mengingat cuaca yang sering hujan dan waktu yang semakit sedikit.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


Perhitungan Pondasi Sumuran
1. Kapasitas Daya Dukung Pondasi Sumuran

Pondasi berfungsi menyalurkan beban-beban terpusat dari bangunan bawah kedalam tanah
pendukung dengan cara demikian sehingga hasil tegangan dan gerakan tanah dapat dipikul oleh
struktur secara keseluruhan. Daya dukung pondasi harus lebih besar dari pada beban yang
dipikul oleh pondasi tersebut dan penurunan yang terjadi harussesuai batas yang diizinkan
(toleransi) yaitu 1” (2,54cm), daya dukung pondasi sumuran dapat ditentukan berdasarkan data-
data hasil penyelidikan tanah di laboratorium dan data hasil pelaksanaan Standard Penetration
Test.

Untuk pondasi yang berbentuk sumuran, Bowles menyarankan persamaan daya dukung dengan
nilai faktor - faktor daya dukung yang sama. Persamaan daya dukung Pondasi Sumuran
(Hardiyatmo, 2014) Persamaan daya dukungnya dinyatakan oleh :

3.1

3.2

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


3.9

3.10

Dc= D-2p ........................................................................................(3.11)


‫ = ܿܣ‬1/4‫ ݔ‬ᴫ ‫ܿܦ ݔ‬2 .......................................................................... (3.12)
‫ = ݃ܣ‬1/4‫ ݔ‬ᴫ ‫ܦ ݔ‬2............................................................................ (3.13)
‫ = ݏܣ‬1/4‫ ݔ‬ᴫ ‫ݏ݀ ݔ‬2 .......................................................................... (3.14)
‫ݑݐ݅ܽݕ ݈ܽݎ݅݌ݏ ݇ܽݎܽܬ‬
ܵ = 4‫ܿܦ( ݏܣ‬-݀‫)ݏ‬/‫ܿܦ‬2 ߩ‫ ݏ‬.................................................................(3.15)

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN PONDASI SUMURAN

PERHITUNGAN PONDASI SUMURAN

DATA TANAH P= 75 Ton

φ
2 2
KEPADATAN TANAH C (kg/m ) CA (kg/m )
0
Lunak sekali/ sangat lunak <30 0 - 1.25 0 - 1.25
0 0
Lunak/ lepas 30 - 35 1.25 - 2.4 1.25 - 2.30
0 0
Agak kenyal/ agak padat 35 - 40 2.40 - 4.80 2.30 - 3.60
0 0
Kenyal/ padat 40 -45 4.80 - 9.60 3.60 - 4.60
0 0
Keras/ sangat keras 45 - 50 9.60 - 19.20 4.60 - 6.20

Data Nilai c
Sondir (qc) qc/20
N Spt N/10

DATA SONDIR
2
Tanggal Pengujian No Titik Kedalaman (m) Nilai qc (kg/cm )
07 Agustus 2021 1 Titik 1 (S1) 2.00 70.00
07 Agustus 2021 2 Titik 1 (S1) 2.00 70.00
07 Agustus 2021 3 Titik 2 (S2) 2.00 80.00
07 Agustus 2021 4 Titik 2 (S2) 2.00 80.00
08 Agustus 2021 5 Titik 3 (S3) 2.00 40.00
08 Agustus 2021 6 Titik 3 (S3) 2.00 40.00
08 Agustus 2021 7 Titik 4 (S4) 2.00 15.00
08 Agustus 2021 8 Titik 4 (S4) 2.00 15.00
08 Agustus 2021 9 Titik 5 (S5) 2.00 25.00
08 Agustus 2021 10 Titik 5 (S5) 2.00 25.00
08 Agustus 2021 11 Titik 6 (S6) 2.00 10.00
08 Agustus 2021 12 Titik 6 (S6) 2.00 10.00
Rata-rata 40.00

DATA DESIGN LAPANGAN DAN PERENCANAAN AWAL


Diameter Pondasi Sumuran 2.5 Meter
Kedalaman 2 Meter
2
Tekanan ujung konis rata-rata (qc)40.00 kg/cm
3
Berat volume tanah (ɣ) 18 kN/m 1.8
Sudut geser (φ)
0
40

Beban Tiang Menara 75 Ton


Qu = q u *Ab (ton)
Qu=(1,3.c.Nc+ ɣ *Z). Ab
2
Nilai Kohesi (c) 2 kg/cm
2
20 Ton/m

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


PT. BANGUN NATUNA PRATAMA
Berat Pondasi
2
W = 0,25 x π x D x ɣ Beton x h
D= 2.5
Dengan ɣ= 24
W : Berat fondasi sumuran (kN) h= 2
π : 22/7 π= 3.14
D : diameter fondasi (m) W= 376.8
ߛbeton : Berat isi beton (kN/m3)
h : Kedalaman fondasi (m)

Kd = 1.4125
Dengan D= 2.5
Kd = Faktor Kedalaman Pondasi B= 2
Kd = ( 1 + 0,33*‫ܦ‬/‫) ܤ‬ Qall = 0
= 1,55 > Kdmaks = 1,33
Maka digunakan Kdmaks = 1,33

Perhitungan tulangan fondasi V= 671


2. Menentukan nilai tekanan ultimit (Pult) W= 376.8
Pult = V1 + (Wx1,3) Pult = 1160.84
Dengan
Pult : Tekanan Ultimit (kN)
V : Gaya vertikal (kN)
W : Berat (kN)

3. Untuk menentukan nilai eksentrisitas dapat digunakan persamaan di bawah ini


݁= ‫ ݐ݈ݑܯ‬/ P‫ݐ݈ݑ‬ Mult = 1342
Dengan Pult = 1160.84
e : nilai eksentrisitas e = 1.156059405
Mult : Momen Ultimit (kNm)
Pult : Teknan Ultmit (kN)

4. Nilai ρg = 0,01 ρg = 0.01

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


PT. BANGUN NATUNA PRATAMA
BAB V
HASIL DAN KESIMPULAN
Berdasarkan análisis perhitungan dengan landasan teori dan data lapangan yang
terlampir, dapat disimpulkan bahwa perubahan pondasi dari pondasi tiang pancang ke
pondasi sumuran tidak terjadi permasalahan. Beban aksial yang terjadi akibat menara
pylon diteruskan oleh pilecap menuju pondasi dengan dimensi pilecap 4,2 x 4,4 x 2,5
(satuan dalam meter) dengan kebutuhan tulangan lentur/ longitudinal 28148.67mm2
(Deform 16mm jarak 300 mm), dengan hal ini dapat ditarik sebuah jawaban bahwa
pondasi sumuran mampu menahan gaya aksial dari menara pylon sebesar 75Ton hal ini
dibuktikan dengan nilai Daya dukung sebesar 120.66 Ton, sementara beban menara
pylon hanya 75 ton. Analisis hitungan kekuatan pondasi serta kebutuhan tulangan pilecap
terlampir.

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


KONTRAKTOR JUDUL : NO LEMBAR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEKERJAAN : NAMA RUAS
PEMBANGUNAN JEMBATAN GANTUNG
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NO. RUAS/LINK DETAIL BLOK PYLON SKALA
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL KEPULAUAN RIAU
SATKER PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Jl. Adi Sucipto KM 10. No 11 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau PROVINSI KAB. TAHUN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEKERJAAN : NAMA RUAS KONTRAKTOR JUDUL : NO LEMBAR
PEMBANGUNAN JEMBATAN GANTUNG DI
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NO. RUAS/LINK SKALA
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL KEPULAUAN RIAU DETAIL BLOK PYLON
SATKER PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Jl. Adi Sucipto KM 10. No 11 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau PROVINSI KAB. TAHUN

A B C

3 3

2 2

1 1

A B C
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEKERJAAN : NAMA RUAS KONTRAKTOR
PEMBANGUNAN JEMBATAN GANTUNG DI
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
NO. RUAS/LINK
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL KEPULAUAN RIAU
SATKER PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Jl. Adi Sucipto KM 10. No 11 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau PROVINSI KAB.
LAMPIRAN

PT. BANGUN NATUNA PRATAMA


PERHITUNGAN PILECAP
BENTUK EMPAT PERSEGI PANJANG

A. DATA FONDASI FOOT PLAT

DATA TANAH
Kedalaman fondasi, Df = 2.00 m
Berat volume tanah, g= 18.00 kN/m3
Sudut gesek dalam, f= 34.00 
Kohesi, c= 0.00 kPa
Tahanan konus rata-rata (hasil pengujian sondir), qc = 40.00 kg/cm2
DIMENSI FONDASI
Lebar fondasi arah x, Bx = 4.40 m
Lebar fondasi arah y, By = 4.20 m
Tebal fondasi, h= 2.50 m
Lebar kolom arah x, bx = 2.00 m
Lebar kolom arah y, by = 2.00 m
Posisi kolom (dalam = 40, tepi = 30, sudut = 20) as = 40
BAHAN KONSTRUKSI
Kuat tekan beton, f c' = 20.0 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 420 MPa
Berat beton bertulang, gc = 24 kN/m3
BEBAN RENCANA FONDASI
Gaya aksial akibat beban terfaktor, Pu = 671.000 kN
Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 99.542 kNm
Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 108.645 kNm
B. KAPASITAS DUKUNG TANAH

1. MENURUT TERZAGHI DAN PECK (1943)

qu = c * Nc * (1 + 0.3 * B / L) + Df * g * Nq + 0.5 * B * Ng * (1 - 0.2 * B / L)


Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzaghi dan Peck (1943) :

c= kohesi tanah (kN/m2) c= 0.00 


Df = Kedalaman fondasi (m) Df = 2.00 m
g= berat volume tanah (kN/m3) g= 18.00 kN/m3
B= lebar fondasi (m) B = By = 4.20 m
L= panjang fondasi (m) L = By = 4.40 m
Sudut gesek dalam, f= 34.00 
f = f / 180 * p = 0.59341195 rad
a = e(3*p / 4 - f/2)*tan f = 4.01140898
Kpg = 3 * tan [ 45 + 1/2*( f + 33) ] = 72.4763059
2

Nc = 1/ tan f * [ a2 / (2 * cos2 (45 + f/2) - 1 ] =


Faktor kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi :
52.637
Nq = a2 / [ (2 * cos2 (45 + f/2) ] = Nc * tan f + 1 = 36.504
Ng = 1/2 * tan f * [ Kpg / cos2 f - 1 ] = 35.226
Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzaghi :
qu = c*Nc*(1+0.3*B/L) + Df*g*Nq + 0.5*B*Ng*(1-0.2*B/L) = 1374.01 kN/m2
Kapasitas dukung tanah, qa = qu / 3 = 458.00 kN/m2

2. MENURUT MEYERHOF (1956)

Kapasitas dukung tanah menurut Meyerhof (1956) :


qa = qc / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ]2 * Kd ( dalam kg/cm2)
dengan, Kd = 1 + 0.33 * Df / B harus  1.33

2
qc = tahanan konus rata-rata hasil sondir pada dasar fondasi ( kg/cm )
B = lebar fondasi (m) B = By = 4.20 m
Df = Kedalaman fondasi (m) Df = 2.00 m
Kd = 1 + 0.33 * Df / B = 1.15714286 < 1.33
 diambil, Kd = 1.15714286
Tahanan konus rata-rata hasil sondir pada dasar fondasi, qc = 40.00 kg/cm2
2
qa = qc / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ] * Kd = 1.610 kg/cm2
2
Kapasitas dukung ijin tanah, qa = 161.01 kN/m

3. KAPASITAS DUKUNG TANAH YANG DIPAKAI

Kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi dan Peck : qa = 458.00 kN/m2


Kapasitas dukung tanah tanah menurut Meyerhof : qa = 161.01 kN/m2
Kapasitas dukung tanah yang dipakai : qa = 161.01 kN/m2
C. KONTROL TEGANGAN TANAH

Luas dasar foot plat, A = Bx * By = 18.4800 m2


Tahanan momen arah x, W x = 1/6 * By * Bx2 = 13.5520 m3
Tahanan momen arah y, W y = 1/6 * Bx * By2 = 12.9360 m3
Tinggi tanah di atas foot plat, z = Df - h = -0.50 m
Tekanan akibat berat foot plat dan tanah, q = h * gc + z * g = 51.000 kN/m2
Eksentrisitas pada fondasi :
ex = Mux / Pu = 0.1483 m < Bx / 6 = 0.7333 m (OK)
ey = Muy / Pu = 0.1619 m < By / 6 = 0.7000 m (OK)
Tegangan tanah maksimum yang terjadi pada dasar fondasi :
qmax = Pu / A + Mux / W x + Muy / W y + q = 103.053 kN/m2
qmax < qa  AMAN (OK)
Tegangan tanah minimum yang terjadi pada dasar fondasi :
2
qmin = Pu / A - Mux / W x - Muy / W y + q = 71.566 kN/m
qmin > 0  tak terjadi teg.tarik (OK)

D. GAYA GESER PADA FOOT PLAT

1. TINJAUAN GESER ARAH X

Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 0.075 m


Tebal efektif foot plat, d = h - d' = 2.425 m
Jarak bid. kritis terhadap sisi luar foot plat, ax = ( Bx - bx - d ) / 2 = -0.012 m
Tegangan tanah pada bidang kritis geser arah x,
qx = qmin + (Bx - ax) / Bx * (qmax - qmin) = 103.143 kN/m2
Gaya geser arah x, Vux = [ qx + ( qmax - qx ) / 2 - q ] * ax * By = -2.735 kN
Lebar bidang geser untuk tinjauan arah x, b = By = 4200 mm
Tebal efektif footplat, d=
bc = bx / by =
2425 mm
Rasio sisi panjang thd. sisi pendek kolom, 1.0000
Kuat geser foot plat arah x, diambil nilai terkecil dari Vc yang diperoleh dari pers.sbb. :
Vc = [ 1 + 2 / bc ] * √ fc' * b * d / 6 * 10-3 = 22774.352 kN
Vc = [ as * d / b + 2 ] * √ fc' * b * d / 12 * 10-3 = 95254.632 kN
Vc = 1 / 3 * √ fc' * b * d * 10-3 = 15182.902 kN
Diambil, kuat geser foot plat,  Vc = 15182.902 kN
Faktor reduksi kekuatan geser, f =
f * Vc =
0.75
Kuat geser foot plat, 11387.176 kN
Syarat yang harus dipenuhi,
f * Vc ≥ Vux
11387.176 > -2.735  AMAN (OK)

2. TINJAUAN GESER ARAH Y

Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 0.085 m


Tebal efektif foot plat, d = h - d' = 2.415 m
Jarak bid. kritis terhadap sisi luar foot plat, ay = ( By - by - d ) / 2 = -0.108 m
Tegangan tanah pada bidang kritis geser arah y,
qy = qmin + (By - ay) / By * (qmax - qmin) = 103.859 kN/m2
Gaya geser arah y, Vuy = [ qy + ( qmax - qy ) / 2 - q ] * ay * Bx = -24.812 kN
Lebar bidang geser untuk tinjauan arah y, b = Bx = 4400 mm
Tebal efektif footplat, d=
bc = bx / by =
2415 mm
Rasio sisi panjang thd. sisi pendek kolom, 1.0000
Kuat geser foot plat arah y, diambil nilai terkecil dari Vc yang diperoleh dari pers.sbb. :
Vc = [ 1 + 2 / bc ] * √ fc' * b * d / 6 * 10-3 = 23760.458 kN
Vc = [ as * d / b + 2 ] * √ fc' * b * d / 12 * 10-3 = 94861.830 kN
Vc = 1 / 3 * √ fc' * b * d * 10-3 = 15840.306 kN
Diambil, kuat geser foot plat,  Vc = 15840.306 kN
Faktor reduksi kekuatan geser, f =
f * Vc =
0.75
Kuat geser foot plat, 11880.229 kN
Syarat yang harus dipenuhi,
f * Vc ≥ Vux
11880.229 > -24.812  AMAN (OK)
3. TINJAUAN GESER DUA ARAH (PONS)

Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 0.085 m


Tebal efektif foot plat, d = h - d' = 2.42 m
Lebar bidang geser pons arah x, cx = bx + 2 * d = 4.415 m
Lebar bidang geser pons arah y, cy = by + 2 * d = 4.415 m
Gaya geser pons yang terjadi,
Vup = ( Bx * By - cx * cy ) * [ ( qmax + qmin ) / 2 - q ] = -36.753 kN
Luas bidang geser pons, Ap = 2 * ( cx + cy ) * d = 42.649 m2
Lebar bidang geser pons, bp = 2 * ( cx + cy ) = 17.660 m
Rasio sisi panjang thd. sisi pendek kolom, bc = bx / by = 1.0000
Tegangan geser pons, diambil nilai terkecil dari fp yang diperoleh dari pers.sbb. :
f p = [ 1 + 2 / bc ] * √ f c ' / 6 = 2.236 MPa
fp = [ as * d / bp + 2 ] * √ fc' / 12 = 2.784 MPa
f p = 1 / 3 * √ f c' = 1.491 MPa
Tegangan geser pons yang disyaratkan, fp = 1.491 MPa
Faktor reduksi kekuatan geser pons, f =
f * Vnp = f * Ap * fp * 10 = 47682.92
0.75
3
Kuat geser pons, kN
Syarat : f * Vnp ≥ Vup
47682.920 > -36.753  AMAN (OK)
f * Vnp ≥ Pu
47682.920 > 671.000  AMAN (OK)
E. PEMBESIAN FOOTPLAT

1. TULANGAN LENTUR ARAH X

Jarak tepi kolom terhadap sisi luar foot plat, ax = ( Bx - bx ) / 2 = 1.200 m


Tegangan tanah pada tepi kolom,
qx = qmin + (Bx - ax) / Bx * (qmax - qmin) = 94.466 kN/m2
Momen yang terjadi pada plat fondasi akibat tegangan tanah,
Mux = 1/2 * ax2 * [ qx + 2/3 * ( qmax - qx ) - q ] * By = 148.753 kNm
Lebar plat fondasi yang ditinjau, b = By = 4200 mm
Tebal plat fondasi, h= 2500 mm
Jarak pusat tulangan thd. sisi luar beton, d' = 75 mm
Tebal efektif plat, d = h - d' = 2425 mm
Kuat tekan beton, f c' = 20 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 420 MPa
Modulus elastis baja, Es = 2.00E+05 MPa
Faktor distribusi teg. beton, b1 = 0.85
rb = b1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy ) = 0.0202381
Faktor reduksi kekuatan lentur, f =
Rmax = 0.75 * rb * fy * [1-½*0.75* rb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ] =
0.80
5.180
Mn = Mux / f = 185.941 kNm
Rn = Mn * 106 / ( b * d2 ) = 0.00753
Rn < Rmax  (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan,
r = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 -  {1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) } ] = 0.0000
Rasio tulangan minimum, rmin = 0.0025
Rasio tulangan yang digunakan,  r = 0.0025
As = r * b * d = 25462.50 mm
2
Luas tulangan yang diperlukan,
Diameter tulangan yang digunakan, D 16
s = p / 4 * D2 * b / As =
mm
Jarak tulangan yang diperlukan, 33 mm
Jarak tulangan maksimum, smax = 200 mm
Jarak tulangan yang digunakan,  s= 33 mm
Digunakan tulangan, D 16 30
As = p / 4 * D2 * b / s = 28148.67
-
Luas tulangan terpakai, mm2

2. TULANGAN LENTUR ARAH Y

Jarak tepi kolom terhadap sisi luar foot plat, ay = ( By - by ) / 2 = 1.100 m


Tegangan tanah pada tepi kolom,
qy = qmin + (By - ay) / By * (qmax - qmin) = 94.807 kN/m2
Momen yang terjadi pada plat fondasi akibat tegangan tanah,
Muy = 1/2 * ay2 * [ qy + 2/3 * ( qmax - qy ) - q ] * Bx = 131.248 kNm
Lebar plat fondasi yang ditinjau, b = Bx = 4400 mm
Tebal plat fondasi, h= 2500 mm
Jarak pusat tulangan thd. sisi luar beton, d' = 85 mm
Tebal efektif plat, d = h - d' = 2415 mm
Kuat tekan beton, f c' = 20 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 420 MPa
Modulus elastis baja, Es = 2.00E+05 MPa
Faktor distribusi teg. beton, b1 = 0.85
rb = b1* 0.85 * fc’/ fy * 600 / ( 600 + fy ) = 0.0202381
Faktor reduksi kekuatan lentur, f =
Rmax = 0.75 * rb * fy * [1-½*0.75* rb * fy / ( 0.85 * fc’ ) ] =
0.80
5.180
Mn = Muy / f = 164.061 kNm
Rn = Mn * 106 / ( b * d2 ) = 0.00639
Rn < Rmax  (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan,
r = 0.85 * fc’ / fy * [ 1 -  {1 – 2 * Rn / ( 0.85 * fc’ ) } ] = 0.0000
Rasio tulangan minimum, rmin =
r=
0.0025
Rasio tulangan yang digunakan,  0.0025
Luas tulangan yang diperlukan, As = r * b * d = 26565.00 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 16
s = p / 4 * D2 * b / As =
mm
Jarak tulangan yang diperlukan, 33 mm
Jarak tulangan maksimum, smax = 200 mm
Jarak tulangan yang digunakan,  s= 33 mm
Digunakan tulangan, D 16 30
As = p / 4 * D2 * b / s =
-
Luas tulangan terpakai, 29489.08 mm2

3. TULANGAN SUSUT

Rasio tulangan susut minimum, rsmin = 0.0014


Asx = rsmin* d * Bx = 14259.000 mm
2
Luas tulangan susut arah x,
Asy = rsmin* d * By = 14876.400 mm
2
Luas tulangan susut arah y,
Diameter tulangan yang digunakan,  12 mm

Jarak tulangan susut arah x, sx = p / 4 * 2 * By / Asx = 33 mm


Jarak tulangan susut maksimum arah x, sx,max = 200 mm
Jarak tulangan susut arah x yang digunakan,  sx = 33 mm
Jarak tulangan susut arah y, sy = p / 4 *  * Bx / Asy =
2
33 mm
Jarak tulangan susut maksimum arah y, sy,max = 200 mm
Jarak tulangan susut arah y yang digunakan,  sy = 33 mm
Digunakan tulangan susut arah x,  12 - 30
Digunakan tulangan susut arah y,  12 - 30

Anda mungkin juga menyukai