Anda di halaman 1dari 12

Pemilihan Supplier Rubber Parts Dengan Metode Analytical Hierarchy

Process Di PT.XYZ

Dino Rimantho1, Fathurohman2, Bambang Cahyadi3, Sodikun4


1,2,3,) Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri,
Universitas Pancasila
Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa – Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12640
Email: dino.rimantho@univpancasila.ac.id

Abstract

In order to facing an increasingly competitive world of manufacturing industry, it is necessary to select


appropriate suppliers to produce quality products at competitive prices. This requires producers to make
efficiency. Supplier selection is one way to make efficiency by considering several factors. In this
research, the ideal supplier selection is made on rubber component using AHP (Analytic Hierarchy
Process) method with three criteria factors that are considered important by the company such as,
production factor (48%), quality (40%), and price (12%). Furthermore, this study shows The TRHI as
suppliers with the largest value of 51.6% compared to other suppliers such as IKP (24.8%) and IRC
(23.6%).

Keywords: AHP, Competitive, Efficiency, Rubber, Supplier

Abstrak

Dalam menghadapi dunia industri manufaktur yang semakin kompetitif, diperlukan pemilihan supplier
yang tepat guna untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Hal ini
menuntut para produsen untuk melakukan efisiensi. Pemilihan supplier merupakan salah satu cara untuk
melakukan efisiensi dengan mempertimbangkan beberapa kepentingan. Pada penelitian ini dilakukan
pemilihan supplier yang ideal pada komponen rubber dengan menggunakan metode AHP (Analytic
Hierarchy Process) dengan tiga faktor kriteria yang dianggap penting oleh perusahaan yaitu faktor
produksi(48%), kualitas(40%), dan harga(12%). Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan supplier TRHI
dengan bobot nilai terbesar 51,6% dibanding supplier lainnya seperti IKP(24,8%) dan IRC(23,6%).

Kata kunci: AHP, Kompetitif, Efisiensi, Rubber, Supplier

Pendahuluan perakitan mobil di Indonesia, PT. XYZ


Supply chain merupakan suatu rangkaian mempunyai peranan penting dalam pemilihan
proses aliran yang terjadi di dalam dan diantara supplier lokal, sebagai contoh salah satu model
tahapan supply chain yang berbeda dan kendaraan mempunyai 85% kandungan lokal di
berkombinasi untuk memenuhi kebutuhan Indonesia (data PT. XYZ) dan sisanya supply
pelanggan atas suatu produk (Chopra dan dari Jepang, Thailand, dan India. Kondisi pasar
Meindl, 2001). Di dalam supply chain banyak yang kompetetitif, menuntut harga jual
bagian yang terlibat di dalamnya, baik secara kendaraan terjangkau untuk masyarakat. Hal ini
langsung ataupun tidak langsung dalam berdampak pada penekanan biaya baik di
memenuhi permintaan pelanggan. Tidak hanya dalam perusahaan ATPM maupun supplier.
hubungan antara sales dan customer, tetapi Pemilihan supplier menjadi bagian yang
juga hubungan antara bagian produksi, harus terkelola dengan baik dan terpancang di
warehouse, supplier, dealer, dan masih banyak supply chain, hubungan ini akan berpengaruh
bagian lain yang terkait. pada daya saing seluruh aktivitas supply chain.
Sebagai perusahaan Agen Tunggal Karena itu, permasalahan pemilihan supplier
Pemegang Merk (ATPM) yang melakukan menjadi salah satu isu penting untuk

93
pembentukan efektivitas supply chain system. dipertimbangkan cukup banyak (Saaty, 1980).
Pemilihan supplier tidak hanya melihat pada AHP digunakan karena konsepnya sederhana,
harga. Banyak kriteria yang perlu diperhatikan, mudah dipahami, dan memiliki kemampuan
seperti kualitas yang baik, pengiriman tepat untuk mengukur kinerja yang berhubungan dari
waktu sampai dengan kapasitas produksi yang alternatif-alternatif supplier dalam bentuk
memadai (Singh et al, 2012). Namun kondisi matematis yang sederhana.
perusahan yang diteliti hanya berdasarkan
kriteria harga saja, adapun kriteria lain seperti Kajian Pustaka
quality, safety, dan environment kurang Supply Chain Management
diperhatikan. Dan hanya berdasarkan Supply Chain Management (SCM) adalah
pengalaman dari buyer dan management. Hal filosofi manajemen yang terus menerus
ini berdampak di aktivitas selanjutnya akan mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang
terjadi masalah. kompeten untuk digabungkan baik dalam
Banyaknya supplier yang bergerak di perusahaan maupun di luar perusahaan seperti
manufaktur, perusahaan PT. XYZ sebagai mitra bisnis yang berada dalam satu supply
Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) chain untuk memasuki sistem supply yang
dihadapkan pada beberapa alternatif supplier, berdaya saing tinggi dan memperhatikan
dimana setiap supplier memiliki kelebihan dan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada
kekurangan masing-masing. Hal ini menuntut pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi
kejelian ATPM untuk dapat menganalisa aliran produk, jasa, dan informasi untuk
supplier mana yang tepat dan layak untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer
diprioritaskan menjadi mitra bisnis. value) secara unik. Dengan memanfaatkan
Pemilihan supplier merupakan proses SCM, suatu perusahaan akan mendapatkan
yang panjang. supplier dievaluasi dalam manfaat (Pujawan, 2005).
beberapa kriteria seperti biaya, pengiriman,
kualitas dan lain-lain. Pada saat melakukan Analytic Hierarchy Process (AHP)
evaluasi dari beberapa kriteria sering terjadi Metode AHP merupakan proses
trade off seperti adanya supplier yang “rasionalitas sistemik”. Lebih lanjut, metode
menawarkan produk dengan kualitas yang AHP memungkinkan untuk mempertimbangkan
bagus tetapi pengirimannya tidak pasti (Singh suatu persoalan sebagai satu keseluruhan dan
et al, 2012). Semakin banyaknya kriteria yang mengkaji interaksi serempak dari berbagai
diinginkan perusahaan untuk memilih supplier komponen yang disusun secara berjenjang
membuat masalah semakin rumit, oleh karena (hirarkis) sehingga mudah dipahami dan
itu diperlukan suatu teknik pengambilan dianalisis. AHP dapat digunakan untuk
keputusan dalam pemilihan supplier. merangsang timbulnya gagasan untuk
Salah satu metode yang digunakan dalam melaksanakan tindakan kreatif, dan untuk
pengambilan keputusan adalah metode mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut.
Analytic Network Process (ANP) dapat Selain itu, untuk membantu para pemimpin
diusulkan sebagai alternatif metode menetapkan informasi apa yang patut
pengambilan keputusan yang lebih terstruktur. dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh
Studi yang dilakukan oleh Alfian dkk (2013) faktor-faktor relevan dalam situasi kompleks.
menerapkan metode ANP dalam memilih AHP juga dapat melacak ketidakkonsistenan
supplier yang memasok kertas. Lebih lanjut, dalam pertimbangan dan preferensi peserta,
penelitian tersebut menunjukkan keterkaitan sehingga para pemimpin mampu menilai mutu
setiap faktor dalam pengambilan keputusan pengetahuan para pembantu mereka dan
dan menghasilkan bobot nilai prioritas pada pemantapan pemecahan itu (Saaty dan Vargas,
seluruh faktor dalam pengambilan keputusan. 1993).
Selain metode ANP, terdapat metode Menurut Suryadi dan Ramdhani
lainnya yang dapat digunakan dalam (2002,h.131) kelebihan AHP dibanding metode
pengambilan keputusan, yaitu AHP (Analytic lain, diantaranya sebagai berikut. 1. Struktur
hierarchy proces). Teknik ini merupakan yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari
metode yang digunakan dalam proses kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria
pengambilan keputusan suatu masalah yang paling dalam. Kriteria menjadi level kedua
kompleks dengan aspek atau kriteria yang setelah sasaran (goal), yakni pemilihan

94
database. Penentuan kriteria dilakukan vektor prioritas, atau relatif pentingnya
berdasarkan keputusan pimpinan atas elemen terhadap setiap sifat. Prioritas ini
masukan dari kepala divisi IT. 2. ditentukan berdasarkan pandangan para
Memperhitungkan validitas sampai dengan pakar atau pihak-pihak terkait yang
batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria berkompeten terhadap pengambilan
dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
keputusan. Konsistensi setiap level diperiksa, c. Konsistensi logis.
baik level kriteria (kriteria pemilihan) maupun Konsistensi berarti dua hal. Yang pertama,
level alternatif (perangkat lunak database). 3. bahwa pemikiran atau obyek yang serupa
Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan dikelompokan menurut homogenitas dan
output analisis sensitivitas pengambilan relevansinya. Yang kedua adalah intensitas
keputusan. Selain itu, AHP mempunyai relasi antar gagasan atau antar obyek yang
kemampuan untuk memecahkan masalah yang didasarkan pada satu kriteria tertentu, saling
multiobjektif dan multikriteria yang berdasar membenarkan secara logis. Proses ini
pada perbandingan preferensi dari setiap dengan jelas menunjukan bahwa segi
elemen dalam hirarki. Jadi, model ini kuantitatif merupakan dasar untuk
merupakan suatu model pengambilan mengambil keputusan yang sehat dalam
keputusan yang komprehensif situasi kompleks, dimana kita perlu
Penerapan AHP telah dilakukan di menetapkan prioritas dan melakukan
sejumlah penelitian. Sebagai contoh, di perimbangan.
Amerika Serikat dilakukan penerapan metode
AHP dalam pengelolaan merkuri (Randall et al., Prosedur AHP
2004). Implementasi metode AHP dalam Langkah-langkah atau prosedur yang harus
pengambilan keputusan pencegahan dilakukan dalam metode AHP untuk
kecelakaan kerja pada pekerja pengumpul pemecahan suatu masalah, yaitu :
sampah (Rimantho dan Cahyadi, 2016). 1. Definisikan persoalan dan rincian
Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Wang et pemecahan yang diinginkan
al., (2009) mengaplikasikan metode AHP dalam 2. Struktur hirarki dari sudut pandang
rangka untuk mengurangi kompleksitas sistem menyeluruh
pemilihan pengelolaan limbah padat. Selain itu, 3. Buatlah sebuah matrik banding
Rimantho dkk, (2015) mengusulkan metode berpasangan untuk kontribusi atau
AHP sebagai metodologi yang dapat diadopsi pengaruh setiap elemen yang relevan atas
untuk menilai berbagai alternatif daur ulang setiap kriteria yang berpengaruh yang
limbah elektronik. Metode AHP juga mampu berada setingkat diatasnya.
menyelesaikan masalah pada kalibarasi 4. Dapatkan semua pertimbangan yang
peralatan di industri farmasi (Rimantho, dkk., diperlukan untuk mengembangkan
2017). perangkat matriks dilangkah 3.
5. Setelah mengumpulkan semua data
Prisip Pokok AHP banding berpasangan, prioritas dicari dan
Dalam penggunaannya, AHP mengenal 3 konsistensi diuji.
(tiga) prinsip pokok (Saaty, 1980), yaitu : 6. Laksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua
a. Penyusunan hirarki. tingkat dan gugusan dalam hierarki itu.
Penyusunan realitas yang kompleks 7. Gunakan komposisi secara hierarkis
kedalam bagian yang menjadi elemen (sintesis) untuk membobotkan vektor-vektor
pokoknya secara hierarkis (berjenjang). prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria
b. Penentuan prioritas. 8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hieraraki.
Persepsi hubungan antara hal-hal yang
diamati,membandingkan hal yang serupa Penyusunan Struktur Hirarki
berdasarkan kriteria tertentu, dan Hierarki merupakan alat mendasar dari
membedakan kedua anggota pasangan itu pikiran manusia, melibatkan identifikasi
dengan menimbang intensitas preferensi elemen-elemen suatu persoalan,
mereka terhadap hal yang satu mengelompokan elemen-elemen itu kedalam
dibandingkan dengan yang lainnya. Hasil beberapa kumpulan yang homogen, dan
dari proses pembedaan ini adalah suatu menata kumpulan-kumpulan ini pada tingkat-

95
tingkat yang berbeda. Pada dasarnya ada dua Nilai numerik yang dikenakan untuk
macam hirarki, yaitu hirarki struktural dan hirarki perbandingan di atas diperoleh dari skala
fungsional. Pada hirarki struktural, sistem yang perbandingan yang dibuat oleh Saaty (1993).
kompleks disusun ke dalam komponen-
Tabel 2. Skala Perbandingan Nilai
komponen pokoknya dengan urutan menurun Tingkat Definisi Keterangan
menurut sifat struktural mereka. Sedangkan, Kepentingan
hirarki fungsional menguraikan sistem yang 1 Sama Kedua elemen
kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya penting mempunyai
pengaruh yang
menurut hubungan esensial mereka. sama
Penyusunan prioritas dilakukan dengan 3 Sedikit Pengalaman dan
mencari bobot relatif antar elemen sehingga lebih penilaian sedikit
penting lebih memihak ke
diketahui tingkat kepentingan (preferensi) dari
satu elemen
tiap elemen dalam permasalahan secara dibandingkan
keseluruhan. Langkah pertama dalam dengan
menentukan susunan prioritas elemen adalah pasangannya
5 Lebih Pengalaman dan
dengan menyusun perbandingan berpasangan, penting penilaian sangat
yaitu membandingkan dalam bentuk memihak ke satu
berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub elemen
sistem hirarki dan kemudian ditransformasikan dibandingkan
dengan
dalam bentuk matriks untuk analisis numerik. pasangannya
Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki 7 Sangat Satu elemen sangat
dengan satu kriteria C dan sejumlah n elemen penting disukai dan secara
praktis dominasinya
di bawahnya, A1 sampai An, seperti terlihat pada
sangat nyata
gambar 1. dibandingkan
dengan elemen
pasangannya
9 Mutlak Satu elemen terbukti
C
lebih mutlak lebih disukai
penting dibandingkan
dengan
pasangannya pada
A1 A2 A3 ... An tingkat keyakinan
tertinggi
2,4,6,8 Nilai Diberikan bila
Gambar 1. Sub Sistem Hirarki tengah terdapat keraguan
Sumber: (Saaty, 1993) penilaian Antara
penilaian yang
berdekatan
Perbandingan antar elemen tersebut dibuat
Kebalikan aji = 1/aji
dalam bentuk matriks n x n atau matriks Sumber : Saaty (1993)
perbandingan berpasangan.
Nilai aij adalah nilai perbandingan elemen Ai Penilaian Perbandingan Multi Partisipan
terhadap elemenAjyang menyatakan hubungan Penilaian yang dilakukan oleh banyak
: seberapa jauh tingkat kepentingan Ai bila partisipan akan menghasilkan pendapat yang
dibandingkan dengan Aj, seberapa banyak berbeda satu sama lain. AHP hanya
kontribusi Aiterhadap kriteria C dibandingkan membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks
dengan Aj , seberapa jauh dominasi perbandingan. Oleh karena itu, Saaty (1993)
Aidibandingkan dengan Aj, seberapa banyak memberikan metode perataan jawaban
sifat kriteria C terdapat pada Ai dibandingkan partisipan dengan Geometric Mean. Geometric
dengan Aj (ihat tabel 1). Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan n partisipan melakukan perbandingan
C A1 A2 A3 …. An berpasangan, maka terdapat n jawaban (nilai)
A1 a11 a12 a13 ….. a1n numerik untuk setiap pasangan. Untuk
A2 a21 a22 a23 ….. a2n
mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai
A3 a31 a32 a33 ….. A3n
…. …. …. …. …. …. tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan
An an1 an2 an3 …. ann satu sama lain, kemudian hasil perkalian
Sumber : Saaty (1993) dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis

96
dapat dituliskan seperti persamaan berikut : Pengujian Konsistensi Hirarki

aij  z1  z 2  z3  ... z n  Prinsipnya adalah dengan mengalikan semua


1/ n
Pers. 1
nilai Consistency Index ( CI ) dengan bobot
suatu kriteria yang menjadi acuan pada suatu
Dimana : matriks perbandingan berpasangan dan
aij adalah nilai rata-rata perbandingan antara Ai kemudian menjumlahkannya. Jumlah tersebut
dengan Aj untuk n partisipan. dibandingkan dengan nilai yang didapat dengan
zi adalah nilai perbandingan antara kriteria Ai cara sama tetapi untuk suatu matriks random.
dengan Aj partisipan ke-i.
n adalah jumlah partisipan. Tabel 3. Nilai Random Indeks
Orde Matriks Random Indeks
Pengujian Konsistensi 1 0,00
Dalam persoalan pengambilan keputusan 2 0,00
penting untuk mengetahui betapa baiknya 3 0,58
konsistensi pengambil keputusan. Semakin 4 0,90
banyak faktor yang harusdipertimbangkan, 5 1,12
semakin sukar untuk mempertahankan 6 1,24
konsistensi, ditambah lagi adanya intuisi dan 7 1,32
faktor-faktor lain yang membuat orang mungkin 8 1,41
menyimpang dari kekonsistensian. 9 1,45
10 1,49
Meskipun demikian sampai kadar tertentu
Sumber : Saaty (1993)
perlu diperoleh hasil-hasil yang valid dalam
dunia nyata. Saaty mengajukan indeks
Hasil akhirnya berupa suatu parameter
konsistensi untuk mengukur seberapa besar
yang disebut dengan Consistency Ratio of
konsistensi pengambil keputusan dalam
membandingkan elemen-elemen dalam matrik Hierarchy ( CRH ), dengan persamaan sebagai
penilaian. Selanjutnya indeks konsisten berikut :
ditransfer sesuai dengan orde atau ukuran
matrik menjadi suatu rasio konsistensi. Rasio CIH ∑(CI x Bobot Kriteria)
konsistensi harus ≤ 10%, jika tidak CRH = = ∑(RI Pers. 4
RIH x Bobot Kriteria)
pertimbangan yang telah dibuat mungkin akan
acak dan perlu diperbaiki.
Pada matriks konsisten, secara praktis Analisis Sensitivitas
max=n, sedangkan pada matriks tak
Analisis sensitivitas dilakukan pada bobot
konsisten, setiap variasi dari aij akan membawa prioritas dari kriteria keputusan, yang dapat
perubahan pada nilai max. Deviasi max dari terjadi karena adanya perubahan
n merupakan suatu parameter Consistency kebijaksanaan sehingga pembuat keputusan
Index (CI), yang dinyatakan dengan: mengubah penilaiannya. Analisis sensitivitas
dapat memprediksi keadaan apabila terjadi
perubahan yang cukup besar. Misalnya terjadi
λmax − n
CI = Pers. 2 perubahan penilaian bobot prioritas karena
n−1
adanya perubahan kebijaksanaan sehingga
akan menyebabkan berubahnya urutan
Dari matriks random tersebut didapatkan juga prioritas alternatif dan berubah juga tindakan
nilai Consistency Index, yang disebut dengan yang perlu dilakukan.
Random Index (RI).
Dengan membandingkan CI dan RI maka METODE
didapatkan patokan untuk menentukan tingkat Penelitian ini dilakukan di PT.XYZ sebagai
konsistensi suatu matriks, yang disebut dengan perusahaan ATPM kendaraan roda empat.
Consistency Ratio (CR). Suatu matriks Objek penelitian dalam pembahasan ini adalah
perbandingan adalah dinyatakan konsisten jika pemilihan supplier pada rubber part. Data
nilai CR tidak lebih dari 0,10 (CR ≤ 0,10). diambil dengan proses pemungutan suara
(kuesioner) kepada kepala departemen dan staf
CI (𝐶𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) ahli di divisi purchasing, dimana pemilihan
CR = Pers. 3
RI (𝑅𝑎𝑛𝑑𝑜𝑚 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥) responden sebagai informan kunci didasarkan
pada pengalaman responden dalam mengambil
97
keputusan. Pengumpulan data pemilihan calon Sumber: data pengolahan
supplier dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu: Dari hasil kuesioner tahap pertama
a. Penyusuan kuesioner tahap 1, dalam kemudian dibuat struktu hierarki sebagaimana
gambar 2.
tahapan ini dilakukan pengumpulan
beberapa kriteria-kriteria yang Data yang didapatkan dari kuesioner
mempengaruhi keputusan pemilihan tersebut kemudian dibentuk ke dalam matriks
supplier dari hasil studi literatur, kemudian perbandingan berpasangan pada level faktor
dipilih kriteria yang dianggap sangat (level 1) dari kuesioner dapat dilihat pada tabel
penting untuk menentukan faktor kriteria 5 berikut:
dalam perhitungan AHP dengan cara Tabel 5. Matriks perbandingan berpasangan
menyebar kuesioner ke responden, pada level kriteria
responden yang dipilih pada tahap ini Pemilihan Kualitas Harga Produksi
supplier
adalah manajer yang sudah
Harga 1 7 1
berpengalaman kerja diatas sepuluh tahun. Harga 1/7 1 1/5
b. Penentuan kriteria pemilihan supplier, Produksi 1 5 1
tahap ini adalah hasil dari tahap 1 yaitu
kriteria-kriteria apa saja yang dianggap Hasil dari penilaian kuesioner yang diisi
penting dalam penentuan pemilihan oleh para responden kemudian digabungkan
supplier. untuk dihitung rataan geometrik (geometric
c. Penyusunan kuesioner tahap 2, pada tahap mean). Berikut adalah hasil dari penggabungan
ini dilakukan penyebaran kuesioner penilaian untuk setiap kriteria (level 1) :
penilaian pembobotan terhadap kriteria-
kriteria yang merupakan hasil dari Tabel 6. Penggabungan penilaian level kriteria
kuesioner tahap 1, responden yang dipilih Level Kriteria Responden
1 2 3
adalah staf ahli yang sudah bekerja diatas
Kualitas - Harga 5 1 5
dua tahun. 1 Harga – Produksi 1/5 1/5 1/5
d. Pengolahan data pada kuesiner tahap 2, Produksi – Kualitas 1 1 1
pada tahap ini dilakukan pengolahan data
dan analisis dari hasil kuesioner tahap 2
dengan menggunakan perhitungan AHP.

ANALISIS DATA
Pada kuesioner tahap 1, diambil 25 kriteria
pemilihan supplier dari hasil studi literatur,
kemudian disebar kuesioner tahap 1 dengan
jumlah 3 responden. Dari hasil kuesioner
tersebut dipilih kriteria dengan nilai rata-rata
diatas 4. Berikut adalah hasil kuesioner tahap 1

Tabel 4. Kriteria hasil kuesioner tahap 1


No Kriteria pemilihan supplier Kategori
1 Harga produk sesuai target Harga
2 Biaya investasi tooling sesuai Harga
target
3 Ketepatan waktu pengiriman Kualitas
4 Ketepatan jumlah pengiriman Kualitas
5 Prosentase produk NG Kualitas
terhadap jumlah produksi
6 Supplier tanggap terhadap Kualitas
konsumen
7 Memiliki kapasitas produksi Produksi
yang memadai
8 Memiliki jadwal produksi dan Produksi
realisasinya
9 Memiliki SOP dan check sheet Produksi Gambar 2. Hirarki keputusan pemilihan
10 Memiliki perlengkapan safety Produksi
supplier rubber parts
98
Berikut adalah contoh perhitungan dengan
geometric mean pada perbandingan pasangan
kualitas-harga adalah : R1= 5, R2=1, R3=5.
Dari ke tiga data tersebut kemudian dicari
rataan geometriknya menggunakan
persamaan:
aij  z1  z2  z3  ... zn 
1/ n
Dari hasil perhitungan, masing-masing
baris pada kolom [a] dibagi dengan nilai rata-
a  z1  z2  z3  ... zn 
1/ n
rata ( X bobot) untuk penentuan harga (D),
a  5 1  5  pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
1/ 3

a  2,92

Tabel 7. Geometric mean pada level kriteria


Pemilihan supplier Kualitas Harga Produksi
Kualitas 1.00 2.92 1.00
Kemudian, dihitung nilai rata-rata dari hasil
Harga 0.34 1.00 0.20
Produksi 1.00 5.00 1.00 perhitungan di atas :
Jumlah elemen pada matriks bobot kriteria
max 
N
Selanjutnya, melakukan perhitungan
Gometric Mean terhadap pasangan lain.
9,10
Setelah mendapatkan perataan jawaban max  = 3,03
dengan Geometric Mean Theory maka 3
pengujian berikutnya adalah konsistensi
matriks. Dengan nilai konversi, nilai diatas disebut
sebagai nilai Lamda maks (  max ), dan
Tabel 8. Total Geometric mean pada level
Consistensy Indeks (CI) dihitung dengan
kriteria
Pemilihan supplier Kualitas Harga Produksi
mengikuti rumus :
Kualitas 1.00 2.92 1.00
Harga 0.34 1.00 0.20  MAX  N 3,03  3
Produksi 1.00 5.00 1.00 CI    0,02
Jumlah 2.34 8.92 2.20 N 1 3 1

Setelah itu, melakukan perhitungan Untuk mendapatkan nilai Consistency Ratio


normalisasi bobot penilaian perbandingan (CR), bagi Consistensy Indeks (CI) dengan
berpasangan antar faktor sebagai berikut : Random Index (RI) lihat pada bab II, maka
untuk matrik 3 x 3 atau N=3, yaitu 0,58
Tabel 9. Normalisasi bobot penilaian pada CI
CR 
level kriteria RI
Pemilihan Kualitas Harga Produk Jumla X
supplier si h Bobot
Kualitas 0.43 0.33 0.45 1.21 0.40 0,02
Harga 0.15 0.11 0.09 0.35 0.12 CR   0,028
Produksi 0.43 0.56 0.45 1.44 0.48 0,58
Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00
Kemudian menghitung Consistency Ratio Nilai konsisitensi 0,028 atau sama dengan
(CR). Apabila Consistency Ratio (CR) lebih 2,8% dapat diterima karena lebih kecil dari 10%
kecil atau sama dengan 10% maka matriks dan sesuai dengan syarat konsisitensi yang
telah memenuhi syarat konsistensi ( Saaty, dikemukakan oleh Saaty.
1993: 91) untuk menghitung Consistency Ratio Langkah yang sama digunakan untuk
(CR). menghitung CR pada level sub-faktor hingga
Hasil perhitungan ini dapat dilihat seperti level alternatif tujuan. Pada level sub-faktor,
berikut ini : penulis menggunakan bantuan software expert
choice untuk menganalisis data hasil kuesioner.
Setelah melakukan pengujian Consistency
Ratio (CR) setiap matriks perbandingan
99
berpasangan, kemudian dilakukan pengujian
Consistency Ratio of Hierarchy (CRH). Tabel 12. Urutan alternatif tujuan sesuai bobot
Prinsipnya adalah dengan mengalikan semua prioritas
nilai Consistency Index (CI) dengan bobot suatu
kriteria yang menjadi acuan pada suatu matriks
perbandingan berpasangan dan kemudian
menjumlahkannya.
Suatu hirarki disebut konsisten bila nilai
CRH tidak lebih dari 0,10 (CRH ≤ 0,10).

Tabel 10. Nilai Consistency Index (CI)

Kriteria X bobot CI CIH


Pemilihan supplier 1.00 0.016 0.016
Rubber Parts
Kualitas 0.403 0.026 0.010
Harga 0.116 0.000 0.000
Produksi 0.481 0.017 0.008
Total 0.035

Tabel 11. Random Index of Hierarchy (RIH)


Kriteria X bobot RI RIH
Pemilihan supplier 1.00 0.580 0.058
Rubber Parts
Kualitas 0.403 0.900 0.363 Tahap terakhir adalah menghitung bobot
Harga 0.116 0.000 0.000 prioritas pemilihan alternatif supplier, yang juga
Produksi 0.481 0.900 0.433
Total 1.375 dihitung bobot lokal dan bobot globalnya, yang
merupakan perkalian antara bobot lokal
supplier dengan bobot yang ada di level
atasnya.
Setelah didapat CIH dan RIH maka dapat
diketahui Consistency Ratio of Hierarchy (CRH) Tabel 13. Hasil perhitungan bobot prioritas
perhitungannya sebagai berikut : pemilihan alternative

CIH 0,035
CRH    0,025
RIH 1,375

Nilai Consistency Ratio of Hierarchy (CRH)


sebesar 0,025 lebih kecil dari 0,1, maka dapat
dikatakan bahwa hirarki yang dibuat telah
konsisten karena sesuai dengan syarat yang di
kemukakan Saaty.
Setelah data yang diperoleh telah
dinyatakan konsisten, maka dapat ditentukan
urutan alternatif tujuan sesuai dengan bobot
prioritas.

Untuk mendapatkan bobot alternatif,


kalikan bobot global dengan nilai masing-
masing alternatif, sehingga diperolah sebagai
berikut:

100
Tabel 14. Hasil perhitungan bobot global

Gambar 4. Performance Sensitivity dari


Alternatif Tujuan

Setelah itu, dari masing-masing faktor dinaikan


atau diturunkan tergantung dari kebijakan
manajemen perusahaan, maka dilakukan
analisa terhadap faktor kualitas, harga, dan
Secara global prioritas pertama untuk produksi.
pemilihan supplier hose fuel adalah supplier Berikut perubahan bobot pada kriteria kualitas
TRHI dengan bobot 0,516 kemudian supplier dinaikan 10%
IKP dengan bobot 0,248 dan terakhir supplier
IRC dengan bobot 0,236. Tabel 15. Hasil perubahan bobot kriteria
Analisis sensitivitas dilakukan pada bobot kualitas
prioritas dari kriteria keputusan, yang dapat
terjadi karena adanya perubahan
kebijaksanaan sehingga pembuat keputusan
mengubah penialaiannya.
Model analisis AHP dapat digunakan untuk
mengetahui kecenderungan pemihan alternatif
tujuan berdasarkan perubahan pada setiap
kriteria pemilihan supplier. Berikut adalah
gambar Dinamic Sensitivity dari Alternatif
Tujuan
Berikut perubahan bobot pada kriteria harga
dinaikan 10%.

Tabel 16. Hasil perubahan bobot kriteria harga

Gambar 3. Dinamic Sensitivity dari Alternatif


Tujuan

Berikut adalah gambar Performance Sensitivity


dari Alternatif Tujuan Berikut perubahan bobot pada kriteria produksi
dinaikan dan diturunkan 10%.

101
Tabel 17. Hasil perubahan bobot kriteria TOPSIS, ANP, dan metode lainnya agar
kualitas pemilihan supplier benar-benar ideal dapat
tercapai. Selain itu, perlu diteliti untuk semua
supplier yang terpilih pada produk yang sudah
berjalan agar efisiensi perusahaan dapat
tercapai

DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Ignatius A. Sandy, Hanif Fathurahman
(2013). Penggunaan Metode Analytic
Network Process (ANP) dalam Pemilihan
Supplier Bahan Baku Kertas pada PT
Mangle Panglipur, Jurnal Rekayasa Sistem
Dari analisis sensitvitas pada kriteria,
Industri Vol. 2, No.1.
diketahui bahwa perubahan kebijakan dari Chopra, S., Meindle, P., (2001). Supply Chain
kriteria produksi dan kualitas, tidak akan Management : Strategy, Planning, and
mengubah supplier yang terpilih, yaitu TRHI, Operation. Prentice Hall,
namun ketika kebijakan faktor harga dinaikan D. Rimantho, B.Cahyadi. (2016). “Six Sigma
lebih dari 30%, maka supplier IKP yang terpilih. MethodApproach in the Prevention of
Bagaimana pun keadaanya supplier TRHI Occupational Accidents on the Solid
Waste Collector in South Jakarta.” ARPN
mempunyai bobot diatas 50% sehingga
Journal of Engineering and Applied
perubahan kebijakan kriteria yang tidak Sciences, Vol.11(16), pp. 10014-22.
signifikan tidak merubah TRHI sebagai supplier D. Rimantho, T.A.Rahman, B.Cahyadi., (2017).
yang terpilih. “Application of six sigma and AHP in analysis
of variable lead time calibration process
KESIMPULAN DAN SARAN instrumentation”. In AIP Conference
Proceedings, Vol.1813(1), 040004,
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi http://dx.doi.org/10.1063/1.4975969
keputusan pemilihan supplier pada komponen Heywood, J, Brian., (2015). The Outsourcing
hose fuel ada tiga faktor yaitu faktor kualitas Dilemma: The Search for Competitiveness,
dengan bobot 0,403 yang terdiri dari empat sub- Prentice Hall.
faktor yaitu ketepatan waktu pengiriman 0,41, Lin, Tseng Cheng., Wen, Wu Yen., Ting, Yu
Ling,. (2007). The Evaluation of Decision
ketepatan jumlah pengiriman 0,23, Persentase Factors in Logistic Outsourcing, International
Produk NG terhadap jumlah produksi (defect Conference on Logistics, Shipping and Port
ratio) 0,16, dan supplier tanggap terhadap Management.
konsumen 0,2. Faktor yang kedua yaitu faktor Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain
harga dengan bobot 0,116 yang terdiri dari dua Management, Guna Widya, Surabaya.
sub-faktor yaitu harga produk sesuai target 0,78 Randall, P., Brown, L., Deschaine, L., Dimarzio,
J., Kaiser, G., Vierow, J., (2004). Application
dan Biaya investasi tooling sesuai target 0,22.
of the analytic hierarchy process to compare
Dan faktor yang terakhir yaitu faktor produksi alternatives for the long term management of
dengan bobot tertinggi 0,481 yang terdiri dari surplus mercury. J. Environ. Manage. 71, 35-
empat sub-faktor yaitu memiliki kapasitas yang 43.
memadai 0,22, memiliki jadwal produksi dan Rimantho, D., Cahyadi B., Dermawan D.,
realisasinya 0,39, memiliki SOP dan check (2015). Application Analytic Hierarchy
sheet 0,23 serta memliki perlengkapan safety Process (AHP) by utilizing the Expert Choice
as a tool in decision-making: a case study of
0,16.
e-waste management in Surabaya,
Dalam pemilihan supplier sebaiknya Indonesia, Terdapat pada:
dilakukan keterlibatan beberapa bagian terkait https://www.researchgate.net/publication/27
tidak hanya bagian purchasing, seperti bagian 9959950_APPLICATION_ANALYTIC_HIER
enginering, quality dan produksi. ARCHY_PROCESS_AHP_A_CASE_STUD
Penelitian yang dilakukan masih belum Y_OF_EWASTE_MANAGEMENT_IN_SUR
sempurna. Masih banyak hal yang dapat ABAYA_INDONESIA?ev=prf_pub (diakses
pada: 25 April 2015).
dikembangkan dan diperbaiki untuk Singh, Ravendra et al., (2012). Supplier
menjalankan penelitian ini. Untuk penelitian Selection By Technique of Order Preference
berikutnya dapat menggunakan metode by Similaruty to Ideal Solution (TOPSIS)
102
Method for Automotive Industry.
International Journal of Advance Technology
& Engineering Research (IJATER).
Saaty T. L., (1980). The Analytical Hierarchy
Process: Planning, Priority Setting,
Resource Allocation, McGraw-Hill Book
Company, United States of America.
Saaty, Thomas L. & Luis G. Vargas. (1993).
Models, Methods, Concept & Aplications of
the Analytic Hierarchy Process. Internationel
Series in Operations Research &
Management Science. Second Edition.
Springer. New York.
Suryadi, Kadarsah, Ali Ramdhani., (2002).
Sistem Pendukung Keputusan : Suatu
Wacana Struktural Idealisasi dan
Implementasi Konsep Pengambilan
Keputusan. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Wang, G., Qin, L., Li, G., Chen, L., (2009).
Landfill site selection using spatial
information technologies and AHP: a case
study in Beijing, China. J. Environ. Manage.
90, 2414-2421.

103
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally left blank

104

Anda mungkin juga menyukai