Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DENGAN

MODEL PRECEDE-PROCEED DI RUMAH SAKIT JASA KARTINI


KOTA TASIKMALAYA

PROPOSAL

Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana kesehatan
Masyarakat dengan Peminatan Promosi Kesehatan

Oleh :

SHIVA RAHAYU

NPM 164101090

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Shiva Rahayu


NPM : 164101090
Peminatan : Promosi Kesehatan
Judul Proposal :ANALISIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
(PKRS) DENGAN MODEL PRECEDE-PROCEED DI
RUMAH SAKIT JASA KARTINI KOTA
TASIKMALAYA.

Proposal ini telah diperiksa oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, disetujui
untuk melaksanakan Ujian Proposal.

Tasikmalaya, Desember 2020

Telah Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.AsepSuryanaAbdurrahmat, S.Pd.,M.Kes Rian Arie Gustaman,SKM., M.Kes.

NIP. 196904231994031003 NIDN. 0425068202

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, karena dengan izin-Nya

pembuatan Proposal Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta

salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjunan kita Nabi

Muhammad S.A.W.

Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini adalah untuk memenuhi salah

satu tugas akhir Skripsi. Dalam menyusun proposal ini penulis banyak menerima

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu, diantaranya:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat serta kelancaran sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

2. Kedua orang tua tercinta (Ayah Tatang Rustandi dan Ibu Sarmani) yang telah

memberikan dorongan dan motivasi dalam berbagai aspek baik secara moril

maupun materil.

3. Adik dan Kakak (Anna Rosliana sari, Muqsit Arrouf dan Selly mega Puspita)

yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan proposal

ini.

4. Bapak Dr. Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd., M.Kes. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan serta sebagai pembimbing satu yang telah memberikan

arahan sehingga dapat terselesaikannya proposal ini tepat pada waktunya.

ii
5. Bapak Rian Arie Gustaman, S.KM., M.Kes selaku pembimbing dua yang

telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini.

6. Ibu Iseu Siti Aisyah, S.P., M.Kes selaku wali dosen yang telah memberikan

arahan dan dukungan selama masa perkuliahan, yang bersedia memberikan

peluang waktu untuk bermasyarakat melalui penelitian pengabdian yang ibu

lakukan, dan memberi semangat agar terselesaikannya proposal ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dan sebagian dari fakultas lain yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada saya agar mencapai gelar sarjana

di kampus Universitas Siliwangi, semoga ilmu yang saya dapatkan kelak bisa

bermanfaat bagi masyarakat serta di tempat kerja.

8. Seluruh Staff Administrasi dan Tata Usaha Fakultas Ilmu Kesehatan yang

telah memudahkan proses selama penyusunan proposal penelitian.

9. Pihak Rumah Sakit Jasa kartini yang telah meluangkan waktu dan membantu

penulis melakukan penelitian.

10. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa kartini yang telah bersedia

memberikan kesempatan bagi saya untuk melakukan penelitian di Rumah

Sakit, sebagai evaluasi untuk hasil penelitian yang telah dilakukan.

11. Raka Gustiawan sebagai teman berbagi kasih yang setia dan sabar menemani

sampai terselesaikannya proposal ini, terimakasih sudah mau berjuang

bersama. Salam sayang.

12. Sahabat seperjuanganku sejak OMBUS UNSIL, Dinda Amelinda Kania

(Kesmas) dan Alfiah Suna Maida (Teknik Sipil). Terimakasih banyak sudah

iii
menjadi yang terbaik selama ini, menjadi tempat berkeluh kesah dan

memberikan bantuan doa serta motivasi untuk terselesaikannya proposal ini.

13. Teman diskusi di kelas D sejak semester 1 di Fakultas, kaum perempuan

(Azizah, Aghnia, Dinda, Fahda, Farda, Hasna, Mira, Puthi, Yusi),

terimakasih sudah menerima pertemanan dan beradaptasi walaupun kadang

sedikit canggung bagi saya, kehilangan bukan berarti silaturahmi terputus,

semangat ya kalian semoga Allah selalu melindungi dimana kalian berada.

Aamiin.

14. Teman Praktek Belajar Lapangan 1 dan 2 (Asri, Winda, Dyah, Felicytia,

Ressa, Daru, Arya), terimakasih sudah menjadi tim yang kompak di kondisi

apapun selama satu atap, kalian terbaik, sayang kalian.

15. Teman KKN Bugel Ciawi (Candy, Dhea, Dinda, Elis, Fajar, Faisal, Fijar,

Galih, Ghea, Gina, Novrizal, Lutfi, Rani, Restu, Ridwan, Rini, Rizal, Utari,

Yusuf), terimakasih sudah menerima pertemanan dan menjadi bagian dari

sekian banyak mahasiswa lain yang memilih tempat untuk aktif di lapangan

bersama, kalian terbaik, sayang kalian.

16. Keluargaku GenBI Tasikmalaya, terimakasih karena bangga pernah menjadi

bagian dari kalian yang sampai saat ini selalu memberikan semangat untuk

menyelesaikan proposal penelitian ini

17. Sahabatku Ai Nurniaty dan Yulian Waniati, terimakasih sudah menjadi

bagian support sistem atas terselesaikannya penelitian ini. Sayang sekali.

18. Mira dan Dinda, teman berkeluh kesah dalam mengerjakan proposal

sekaligus support sistem, mir din makasih banyak ya, sayang kalian.

iv
19. Teman-Teman Fakultas Ilmu Kesehatan angkatan 2016 yang sama-sama

berjuang untuk menyelesaikan penelitian, terimakasih atas segala waktu dan

kebersamaan yang diciptakan kepada penulis.

Sadar akan banyaknya kekurangan dalam pembuatan proposal ini, maka

penulis mengharapkan kritik dan saran. Penulis berharap proposal ini dapat

berguna bagi para pembaca sekalian dan bisa dijadikan pengalaman untuk kita

semua. Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Tasikmalaya, Oktober 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

a) Tujuan Umum 5

b) Tujuan Khusus 5

D. Manfaat Penelitian 5

a) Bagi Institusi Pendidikan 5

b) Bagi Instansi 6

E. Ruang Lingkup Penelitian 6

1. Ruang Lingkup Masalah 6

2. Ruang Lingkup Metode 6

3. Ruang Lingkup Keilmuan 6

4. Ruang Lingkup Tempat 6

5. Ruang Lingkup Sasaran 6

vi
6. Ruang Lingkup Waktu 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

A. Konsep Promosi Kesehatan 8

1. Pendidikan dan Promosi Kesehatan 8

2. Promosi Kesehatan dan Perilaku 11

3. Visi dan Misi Promosi Kesehatan 12

4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan 13

B. Metode Promosi Kesehatan 16

1. Metode Pendidikan Individual 16

2. Metode Pendidikan Kelompok 16

3. Metode Pendidikan Massa 19

D. Rumah Sakit 20

E. Promosi Kesehatan Rumah Sakit 23

1. Definisi 23

2. Tujuan 24

3. Sasaran 24

4. Sumber Daya Promosi Kesehatan Rumah Sakit 25

5. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit 25

F. Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa Kartini 26

1. Tujuan Umum 26

vii
2. Tujuan Khusus 26

G. Standar Prosedur Operasional Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa

Kartini Kota Tasikmalaya 43

1. Pedoman Pelaksanaan Assesmen kepada Pasien dan Keluarga 43

2. Materi Tertulis Sebagai Pelengkap Edukasi dan Informasi yang

Disampaikan 44

3. Cara Penyampaian Informasi dan Edukasi kepada Pasien dan

Keluarga di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya 45

4. Memotivasi Pasien dan Keluarga untuk Bertanya dan Berperan Aktif

47

5. Verifikasi Pasien dan Keluarga dalam memahami Edukasi 47

6. Persyaratan dan Kompetensi Staf Rumah Sakit yang boleh

memberikan Edukasi 49

7. Pendokumentasian Penyuluhan/Edukasi Pasien dan Keluarga ke

dalam Rekam Medik 50

8. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PFE/Patient and Family Education)

Untuk Kesehatan Pasien yang Berkesinambungan 51

9. Pemberian Edukasi pada Pasien dengan Hambatan

(Pendengaran/Penglihatan/Kognitif/Fisik/Budaya/Emosi) 52

10. Sistem Penyeragaman Pencatatan Pendidikan Pasien 52

H. Kajian Kebutuhan Metode Promosi Kesehatan dengan Model PRECEDE-

viii
PROCEED 53

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................63

A. Kerangka Konsep 63

B. Definisi Istilah64

C. Jenis Penelitian 65

D. Informan Penelitian 66

E. Instrumen Penelitian 67

F. Prosedur Penelitian 67

G. Pengumpulan Data 69

H. Analisis Data 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. kerangka PRECED-PROCEED...........................................................56

Gambar 2. kerangka teori penelitian......................................................................62

Gambar 3. Kerangka Framework PRECEDE........................................................63

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Promosi Kesehatan adalah proses untuk membuat masyarakat mampu

meningkatkan status kesehatannya, baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial.

Menurut Keleher, et.al (2007) bahwa promosi kesehatan mewakili proses politik

dan sosial yang luas yang tidak hanya mencakup meningkatkan keterampilan dan

kemampuan individu, tetapi juga secara langsung mengubah kondisi lingkungan,

sosial dan ekonomi serta mengurangi dampak pada kesehatan masyarakat dan

individu.

Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

PERMENKES RI No. 44 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit bahwa PKRS merupakan proses memberdayakan pasien,

keluarga pasien, sumber daya manusia Rumah Sakit untuk berperan serta aktif

dalam proses asuhan untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta

menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju pencapaian derajat kesehatan yang

optimal.

Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit akan memberikan wawasan

baru bagi pasien atau keluarga pasien yang menerima materi dari penyuluh

kesehatan rumah sakit. Kesesuaian antara materi dengan kebutuhan responden

1
2

perlu diperhatikan agar tidak adanya kesalahpahaman penerimaan informasi guna

tercapainya tujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Upaya yang dapat

dilakukan untuk menyampaikan pesan kesehatan yaitu dengan melakukan

penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta memperkuat sumber daya manusia

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

hidup bersih dan sehat. Hal ini, dapat dilakukan melalui kesesuaian dengan

metode promosi kesehatan.

Terdapat tiga metode promosi kesehatan diantaranya metode promosi

individual, kelompok dan massa. Metode pendidikan individual merupakan cara

yang dilakukan secara perorangan agar informasi kesehatan dapat diterima oleh

petugas kesehatan, berupa bimbingan dan wawancara. Metode pendidikan

kelompok dilakukan dengan cara pembagian kelompok besar dan kecil.

Kelompok besar yaitu lebih dari 15 orang, berupa ceramah dan seminar.

Sedangkan kelompok kecil yaitu kurang dari 15 orang, berupa diskusi kelompok,

curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, memainkan peran dan

permainan simulasi. Sedangkan Metode pendidikan massa dilakukan kepada

masyarakat dengan jumlah sasaran yang umum, tidak membedakan golongan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya. Dapat berupa ceramah umum, pidato, simulasi, tulisan di

majalah/koran dan Billboard. (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nenda Puspita Sari, dkk

(2018) tentang Gambaran Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)


3

di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan Banyuwangi diperoleh hasil

wawancara kepada Ketua PKRS menyebutkan bahwa “jelas, semua dimulai dari

lini dari depan IGD, dimulai dari sini setiap ruangan terdapat form dua isinya

tentang dokter namanya catatan terintegrasi, mulai dari dokter ada formnya

sendiri, ada perawat, ahli gizi, apoteker, sampe rehabilitasi”, tidak hanya pasien

dan keluarga pasien yang mendapat penjelasan informasi kesehatan tetapi kepada

masyarakat rumah sakit.

Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Fitri Nurdianna

(2017) dengan judul Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Universitas

Airlangga Surabaya diperoleh hasil wawancara kepada salah satu perwakilan

pengelola PKRS bahwa Rumah Sakit menyediakan instrumen kajian kebutuhan

pasien dan keluarga pasien serta terdapat evaluasi kegiatan promosi kesehatan

yang terbagi menjadi 2, yaitu evaluasi mandiri atau evaluasi yang dilakukan

individu baik individu tim PKRS atau yang memberikan informasi kesehatan.

Serta evaluasi yang dilakukan secara bersama baik dari tim PKRS, tim dokter dan

perawat yang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan pembahasan mengenai

perbaikan waktu penyuluhan, sarana dan prasarana, dan lain-lain.

Rumah Sakit jasa Kartini merupakan Rumah Sakit yang memiliki Unit

PKRS yang melakukan kegiatan promosi kesehatan rumah sakit baik dalam

gedung maupun luar gedung. Namun karena peneliti memiliki keterbatasan, maka

penelitian hanya berfokus pada PKRS dalam Gedung, pasien rawat jalan.

Berdasarkan observasi dan wawancara kepada Tim PKRS yang telah


4

dilakukan peneliti, Rumah Sakit Jasa Kartini memiliki Metode promosi kesehatan

yang digunakan di Rumah Sakit Jasa Kartini yaitu metode pendidikan individual,

diantaranya penyuluhan/bimbingan Konseling (Bedside Konseling), wawancara

dan metode pendidikan kelompok yaitu Ceramah. Disimpulkan bahwa terdapat

keluhan tentang pasien yang kurang memahami penyampaian materi sehingga

menyebabkan pasien atau keluarga pasien tidak terlalu memperhatikan

penyuluhan, selain itu keterbatasan penyuluh kesehatan yang memberikan

informasi kesehatan menjadi terhambat.

Informasi mengenai kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien maupun

keluarga pasien dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan tersebut yang ada

dalam program Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Teori Pendekatan PRECEDE-

PROCEED ini bertujuan untuk mengkaji masalah kesehatan yang dilakukan

secara bersamaaan dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk

mengatasi masalah kesehatan. Melalui Fase 1 sampai 4 yaitu Diagnosis Sosial,

Diagnosis Epidemiologi, Diagnosis Perilaku dan Lingkungan, Diagnosis

Pendidikan dan Organisasi dapat diketahui kajian kebutuhan promosi kesehatan

yang digunakan sebelum menentukan metode promosi kesehatan di rumah sakit.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui

”Analisis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dengan Model PRECEDE-

PROCEED di Rumah Sakit Jasa Kartini Kota Tasikmalaya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan


5

berikut adalah ”Bagaimanakah kajian kebutuhan metode promosi kesehatan pada

Promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Jasa Kartini Kota

Tasikmalaya?”

C. Tujuan Penelitian

a) Tujuan Umum

Menganalisis kajian kebutuhan metode promosi kesehatan pada promosi

kesehatan rumah sakit (PKRS) di Rumah sakit Jasa Kartini Kota

Tasikmalaya.

b) Tujuan Khusus

1. Mengetahui metode promosi kesehatan y a n g d i g u n a k a n o l e h

PKRS di Rumah Sakit Jasa Kartini Kota Tasikmalaya.

2. Menganalisis Diagnosis Pendidikan dan Organisasi yang dilakukan

oleh Rumah Sakit Jasa Kartini Kota Tasikmalaya.

3. Menganalisis Diagnosis Perilaku dan lingkungan yang dilakukan oleh

Rumah Sakit Jasa Kartini Kota Tasikmalaya.

4. Menganalisis Diagnosis Epidemiologi yang dilakukan oleh Rumah

Sakit Jasa kartini Kota tasikmalaya.

5. Menganalisis Diagnosis Sosial yang dilakukan oleh Rumah Sakit Jasa

kartini Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

a) Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai jembatan bagi mahasiswa untuk menuju jenjang dunia kerja.


6

Serta sebagai bentuk kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi

yang ditujukan untuk dunia kerja bagi mahasiswa.

b) Bagi Instansi

Untuk menjalin kerjasama yang baik antara instansi dengan perguruan

tinggi. Serta untuk memperoleh informasi tentang sikap dan kemampuan

profesional Sarjana Kesehatan Masyarakat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah mengenai metode promosi

kesehatan di Rumah Sakit Jasa Kartini Kota Tasikmalaya.

2. Ruang Lingkup Metode

Metode penelitian yang akan digunakan yaitu Deskriptif

kualitatif dengan wawancara In-depth Interview melalui observasi

lapangan.

3. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup keilmuan yang dibahas dalam penelitian ini

yaitu mengenai ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang

berhubungan dengan promosi kesehatan.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jasa Kartini Kota

Tasikmalaya.

5. Ruang Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah Tim PKRS di Rumah sakit Jasa


7

Kartini, Direktur Rumah Sakit, Pasien dan Keluarga pasien.

6. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu berkaitan dengan pelaksanaan penelitian

yang akan dilaksanakan pada bulan November 2021.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Promosi Kesehatan

1. Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan

masyarakat (health promotion) mempunyai dua pengertian. Pertama,

adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Menurut Level

and Clark yang menyatakan bahwa adanya 4 tingkat pencegahan

penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yaitu :

a) Health Promotion (peningkatan/promosi kesehatan)

b)Spesific Protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)

c) Early Diagnosis and Prompt Treatment (diagnosis dini dan

pengobatan segera)

d)Disability Limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya

kecacatan)

e) Rehabilitation (pemulihan)

Maka, promosi kesehatan dalam konteks ini berarti

peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, promosi

kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan,

mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain bahwa promosi

kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan

pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga

masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku


8
9

kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya

masyarakat mau berperilaku hidup sehat.

Pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar

masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Bergesernya

Pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak lepas dari

sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan masyarakat di

Indonesia, maupun secara praktik kesehatan masyarakat secara global.

Praktik pendidikan kesehatan pada tahun 90-an, terlalu menekan pada

perubahan perilaku masyarakat. Memberikan informasi kesehatan

melalui berbagai media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat

dengan harapan masyarakat mau melakukan hidup sehat. Namun,

kenyataannya perubahan terjadi sangat lambat sehingga dampak yang

terjadi pada perbaikan kesehatan sangat kecil.

Hasil studi yang dilakukan oleh WHO dan para ahli bahwa

pengetahuan masyarakat yang tinggi namun praktik yang rendah, yang

berarti perubahan peningkatan pengetahuan masyarakat tidak diimbangi

dengan perilaku. Maka, pendidikan belum memampukan masyarakat

untuk berperilaku hidup sehat tetapi dapat memaukan masyarakat untuk

berperilaku hidup sehat.

Pada tahun 1984, WHO merevitalisasi pendidikan kesehatan

dengan menggunakan istilah promosi kesehatan (health promotion).

Dengan istilah ini, memiliki batasan bahwa jika sebelumnya Pendidikan


10

kesehatan lebih diartikan sebagai upaya untuk perubahan perilaku

masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan, maka promosi

kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi

perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan tersebut. Serta

menekankan pada peningkatan kemampuan hidup sehat.

Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi

pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Lawrence

Green, 1984)

Sedangkan menurut Piagam Ottawa, promosi kesehatan

adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain sebagai upaya

yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan

promosi kesehatan ini mencakup dua dimensi yaitu ”Kemauan dan

Kemampuan” untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik

fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan

mewujudkan aspirasinya, kebutuhan dan mampu mengubah

lingkungannya yang mencakup lingkungan fisik, sosio budaya dan

ekonomi.

Batasan promosi kesehatan yang dirumuskan oleh Yayasan


11

Kesehatan Victoria, 1997 bahwa promosi kesehatan merupakan suatu

program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam

konteks masyarakatnya. Bukan hanya dari perubahan perilaku tetapi juga

perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan

lingkungan tidak akan efektif dan tidak akan bertahan lama.

2. Promosi Kesehatan dan Perilaku

Masalah kesehatan masyarakat, termasuk penyakit

ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan non-perilaku

(fisik, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya). Maka upaya

penanggulangan masalah kesehatan dapat ditujukan pada kedua faktor

tersebut. Upaya pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana

air bersih dan pembuangan tinja, penyediaan pelayanan kesehatan

merupakan upaya intervensi terhadap faktor fisik (non-perilaku).

Sedangkan upaya intervensi terhadap faktor perilaku dapat dilakukan

melalui dua pendekatan, yaitu :

1) Pendidikan (education)

Pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar mau

melakukan praktik untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatanannya.Perubahan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pada

pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran. Sehingga

perilaku diharapkan berlangsung lama dan menetap.

2) Paksaan atau tekanan (coercion)


12

Paksaan atau tekanan ini dilakukan kepada masyarakat agar

mereka melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Ini memang cepat dilakukan tetapi tidak lama karena

tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran untuk apa mereka

berperilaku sehat. Maka, dalam hal ini, pendekatan pendidikan

digunakan sebagai upaya untuk pemecahan masalah kesehatan

masyarakat melalui faktor perilaku

3. Visi dan Misi Promosi Kesehatan

a. Visi

1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah

penyakit, melindungi diri dari gangguan kesehatan dan

mencari pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit.

4. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan

kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajat

kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat

dinamis, tidak statis.

b. Misi

1. Advokat (advocate)

Kegiatan ini dilakukan pada pengambil keputusan dari berbagai

tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Bertujuan untuk

meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu


13

kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan

tersebut penting. Maka diperlukannya dukungan kebijakan dari

pemangku kebijakan.

2. Menjembatani (mediate)

Kegiatan ini berarti adanya perekat kemitraan di bidang pelayanan

kesehatan yang sangat penting untuk menangani masalah

kesehatan yang kompleks dan luas.

3. Memampukan (enable)

Kegiatan ini berarti masyarakan mau dan mampu memelihara

kesehatan serta meningkatkan kesehatannya. Dalam hal ini, secara

langsung melalui tokoh masyarakat tentang promosi kesehatan

harus memberikan keterampilan pada masyarakat agar mereka

mandiri di bidang kesehatan.

4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Ilmu yang menjadi cakupan promosi kesehatan dikelompokkan

menjadi 2 bidang, yaitu :

a. Ilmu perilaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk

perilaku manusia, terutama psikologi, antropologi dan sosiologi.

b. Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku pembentukan

dan perubahan perilaku diantaranya: pendidikan, komunikasi,

manajemen, kepemimpinan, dan sebagainya.

Selain itu, promosi kesehatan didasarkan pada dimensi dan tempat

pelaksanaannya yaitu dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan dan


14

dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan atau tatanan.

1) Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan

kesehatan.

a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah orang sehat dengan

tujuan mampu meningkatkan kesehatannya.

b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah kelompok yang

beresiko tinggi misalnya ibu hamil dan menyusui, perokok, obesitas,

dan sebagainya. Dengan tujuan untuk mencegah kelompok tersebut

agar tidak jatuh sakit.

c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah penderita penyakit.

Dengan tujuan agar pasien mampu mencegah penyakit tersebut agar

tidak parah.

d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah penderita yang

baru sembuh dari penyakitnya. Dengan tujuan agar penderita segera

pulih kembali serta mengurangi kecacatan kesehatan seminimal

mungkin.

2) Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat

pelaksanaan).

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga


15

Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, tempat untuk

mempengaruhi perubahan pada lingkup kecil. Sasaran pelaksanaan

kegiatan ini yaitu orang tua terutama ibu yang berperan dalam

meletakkan dasar perilaku sehat pada anak- anaknya.

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga artinya tempat

untuk meletakkan dasar perilaku pada anak. Peran guru penting untuk

mampu mempengaruhi murid berperilaku sehat.

c. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Tempat kerja merupakan tempat dimana orang dewasa memperoleh

nafkah untuk kehidupan keluarganya melalui produktivitas kerjanya.

Maka, diperlukan adanya upaya promosi kesehatan untuk menjamin

keselamatan para pekerja agar dapat bekerja secara produktif.

d. Promosi kesehatan di tempat umum

Tempat umum yaitu tempat dimana orang berkumpul pada waktu

tertentu, misalnya pasar, terminal bus, statsiun, dll. Diperlukan upaya

promosi kesehatan sebagai bentuk dukungan untuk memfasilitasi

pengunjung dalam upaya meningkatkan kesehatannya.

e. Promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Tempat pelayanan kesehatan seperti : rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dll merupakan tempat

yang strategis untuk dilakukannya upaya promosi kesehatan. Maka,

mereka akan mudah menerima informasi kesehatan yang ada di


16

lingkungan sekitar dengan dukungan beberapa media seperti poster

untuk memudahkan pengunjung membaca informasi terkait

kesehatan.

B. Metode Promosi Kesehatan

1. Metode Pendidikan Individual

Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat

individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina

seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar penggunaan metode ini adalah karena setiap individu

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan

dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan

ini, diantaranya :

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

Dengan cara ini, kontak klien dengan petugas lebih intensif.

Setiap masalah yang dimiliki klien dapat diteliti serta dibantu

penyelesaiannya, yang akan berdampak pada perubahan

perilaku klien akibat dari kesadaran serta pengertian menerima

perilaku tersebut.

b. Wawancara (Interview)

Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara klien dan petugas kesehatan untuk menggali

informasi.
17

2. Metode Pendidikan Kelompok

Memilih metode pendidikan kelompok, dilihat dari besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok

kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung dari besarnya sasaran

pendidikan. Bentuk pendekatan ini, diantaranya :

a. Kelompok Besar.

Kelompok besar dikatakan apabila jumlah peserta

penyuluhan lebih dari 15 orang.

a) Ceramah

Metode ini baik digunakan untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah. Ada hal yang harus

diperhatikan pada metode ini yaitu mengenai: pertama,

persiapan yang dilakukan oleh penceramah harus

menguasai materi yang akan diberikan serta alat bantu yang

digunakan. Kedua, pelaksanaan yang dilakukan oleh

penceramah harus menguasai sasaran ceramah dengan

melakukan sikap dan penampilan yang meyakinkan,

suara yang jelas, pandangan yang tertuju kepada seluruh

peserta, berdiri di depan, serta menggunakan alat bantu.

b) Seminar

Metode ini digunakan untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah keatas. Seminar merupakan


18

suatu penyajian dari ahli tentang topik yang dianggap

penting dan biasanya dianggap hangat di kalangan

masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Kelompok kecil dikatakan apabila jumlah peserta

kurang dari 15 orang.

a) Diskusi Kelompok

Ditujukan agar semua kelompok dapat bebas berpartisipasi

dalam diskusi maka formasi duduk diatur agar mereka

berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain.

b)Curah pendapat (Brain storming)

Metode ini modifikasi dari metode diskusi kelompok yang

pada prinsipnya sama. Bedanya pimpinan kelompok

memancing dengan satu masalah untuk kemudian

didiskusikan.

c) Bola salju (Snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2

orang) untuk diberikan suatu pertanyaan atau masalah.

Setelah 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu

untuk kemudian berdiskusi dan mencari pemecahan

masalahnya. Kemudian tiap pasangan yang sudah berjumlah

4 orang bergabung dengan pasangan lain dan seterusnya

sampai terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.


19

d)Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)

Kelompok dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dengan

diberi suatu masalah yang sama atau tidak sama dengan

kelompok lain. Untuk kemudian hasilnya didiskusikan

kembali serta dicari kesimpulannya.

e) Memainkan peran (Role play)

Metode ini beberapa anggota ditunjuk sebagai pemegang

peran tertentu untuk memainkan peran sebagaimana

memperagakan bagian dari yang diberikan.

f) Permainan simulasi (simulation game)

Metode ini gabungan dari role play dengan diskusi

kelompok. Pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan seperti monopoli.

3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini digunakan untuk memberikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Karena sasaran

pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan yang disampaikan

harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

massa tersebut. Biasanya pendekatan ini digunakan untuk menggugah

kesadaran terhadap suatu inovasi dan belum begitu diharapkan untuk

perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini diantaranya :


20

a. Ceramah umum (public speaking), pada acara tertentu

misalnya Hari Kesehatan Nasional.

b. Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik

TV maupun radio.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas

kesehatan lain tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan.

d. Sinetron Dokter Sartika dalam acara TV pada tahun 1990-an

merupakan bentuk pendekatan pendidikan massa.

e. Tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel

maupun tanya jawab tentang kesehatan dan penyakit.

f. Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster dan

sebagainya.

C. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan tempat kerja dimana terdapat karyawan,

orang sakit, pengunjung, alat medis dan non medis. Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/MENKES/III/2010 bahwa

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

pelayanan kesehatan untuk observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan,

rehabilitas medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana

kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan


21

dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus

menginap.

Pelayanaan rawat jalan adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran.

Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah

pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk

rawat inap. Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang

diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal

rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien

serta dirumah perawatan.

Pelayanan gawat darurat adalah intensif care unit. Unit kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit

Gawat Darurat. Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan unit

gawat darurat (UGD) tersebut dapat beraneka macam, namun yang lazim

ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.

Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya

pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan

pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai

tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan paramedik, sebagai tempat

penelitian dan pengembangan risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana

yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaraan kesehatan

lingkungan rumah sakit sesuain dengan persyaratan kesehatan.

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit yaitu :

1. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,


22

2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis

tambahanan,

3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

4. Melaksanakan pelayanan medis khusus,

5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

7. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

9. Melaksanakan pelayananan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat

tinggal (observasi),

10. Melaksanakan pelayanan rawat inap,

11. Melaksanakan pelayanan administratif,

12. Melaksanakan pendidikan bidan, perawat dan nakes lain,

13. Membantu pendidikan tenaga medis umum,

14. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

15. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

16. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit

yang di indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan khusus, kelas a,b,c,d.

Berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana daerah. Perubahan kelas rumah

sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang

ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen

pelayanan medik.
23

D. Promosi Kesehatan Rumah Sakit

1. Definisi

Promosi Kesehatan Rumah Sakit atau PKRS adalah proses untuk

memberdayakan pasien, keluarga pasien, sumber daya manusia rumah

sakit, pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah sakit untuk

berperan serta aktif dalam proses asuhan untuk mendukung perubahan

perilaku dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan

menuju pencapaian derajat kesehatan yang optimal. (Permenkes No.44

Tahun 2018).

Penyelenggaraan PKRS telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan No. 004 Tahun 2012 tentang petunjuk teknis promosi

kesehatan rumah sakit. Berdasarkan kebijakan nasional Promosi kesehatan

yang ada pada Permenkes No. 74 Tahun 2015 tentang upaya peningkatan

kesehatan dan pencegahan penyakit, promosi kesehatan dilaksanakan

dalam bentuk pengembangan kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan, penciptaan lingkungan yang kondusif, penguatan gerakan

masyarakat, pengembangan kemampuan individu dan penataan kembali

arah pelayanan kesehatan.

Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 tingkatan pencegahan

meliputi pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga mampu

meningkatkan kesehatannya, tingkat preventif, promotif, kuratif, dan

rehabilitatif. Rumah sakit wajib menyelenggarakan PKRS, dengan prinsip

paradigma sehat, kesetaraan, kemandirian, keterpaduan dan


24

kesinambungan.

2. Tujuan

a. Memberi acuan kepada Rumah Sakit dalam Penyelenggaraan PKRS

b. Mewujudkan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang

dapat melindungi pasien dalam mempercepat kesembuhannya, tidak

mengalami sakit berulang karena perilaku yang sama dan

meningkatkan perilaku hidup sehat

c. Mewujudkan rumah sakit yang dapat memberikan informasi dan

edukasi kepada keluarga pasien agar mampu mendampingi pasien

dalam proses penyembuhan dan mencegah pasien tidak mengalami

sakit berulang, menjaga dan meningkatkan kesehatannya serta

menjadi agen perubahan dalam hal kesehatan.

d. Mewujudkan rumah sakit yang memberikan informasi dan edukasi

kepada pengunjung rumah sakit agar mampu mencegah penularan

penyakit dan berperilaku hidup sehat.

e. Mewujudkan rumah sakit sebagai tempat kerja yang sehat dan aman.

f. Mewujudkan rumah sakit yang dapat meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat rumah sakit.

3. Sasaran

a. Pemerintah pusat dan daerah

b. Kepala direktur rumah sakit

c. SDM rumah sakit

d. Pasien
25

e. Keluarga pasien

f. Pengunjung rumah sakit

g. Masyarakat sekitar rumah sakit

h. Pemangku kepentingan kesehatan.

4. Sumber Daya Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2018 bahwa yang termasuk Sumber Daya Manusia

Rumah Sakit adalah semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik

tenaga maupun tenaga. Sedangkan untuk tenaga pengelola PKRS dapat

melibatkan dokter, perawat, bidan dan tenaga khusus promosi kesehatan

yang berkompeten dan sesuai dengan jumlah kapasitas tempat tidur rumah

sakit. Dengan jumlah tempat tidur (TT) <100 minimal 2 orang, TT 101-

300 minimal 4 orang, TT 301-700 minimal 6 orang dan TT >700

minimal 10 orang.

5. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018

meliputi :

a. Rumah Sakit memiliki regulasi promosi kesehatan.

b. Rumah sakit melaksanakan assessment promosi kesehatan bagi pasien,

keluarga pasien, SDM rumah sakit, pengunjung rumah sakit dan

masyarakat sekitar rumah sakit.

c. Rumah sakit melaksanakan intervensi promosi kesehatan.


26

d. Rumah sakit melaksanakan monitoring dan evaluasi promosi

kesehatan.

E. Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa Kartini

Rumah Sakit Jasa Kartini tidak hanya berfokus pada upaya

curative dan rehabilitative, namun juga melakukan revitalisasi

pelayanan kesehatan dengan tidak hanya kepada orang sakit tetapi pada

orang sehat dengan membentuk suatu unit koordinasi/panitia PKRS yang

berperan dalam upaya promotif dan preventif. Dengan tujuan sebagai

berikut :

1. Tujuan Umum

Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rangka memecahkan masalah-

masalah kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik masalah-

masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial

(mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas tertentu).

2. Tujuan Khusus

a. Setiap pasien rawat inap, pasien rawat jalan, penunggu pasien dan

pegawai rumah sakit tahu, mau dan mampu ber-PHBS.

b. Menilai adanya lingkungan rumah sakit aman, nyaman, bersih dan

sehat, kondusif untuk ber-PHBS.

c. Meningkatnya kesempatan dan kemudahan masyarakat rumah

sakit memperoleh informasi tentang kesehatan.

d. Meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien tentang penyakitnya,


27

sehingga mempunyai keinginan untuk mempercepat pemulihan

serta berupaya untuk mencegah terserang kembali penyakit yang

sama.

e. Bagi keluarga pasien tertanam pemahaman yang mendorong

seluruh keluarga untuk memberikan dukung baik moril maupun

materil kepada pasien dalam upaya penyembuhan penyakitnya.

f. Diperolehnya gambaran tentang informasi yang dibutuhkan oleh

pasien, keluarga, pengunjung, serta masyarakat di sekitar Rumah

Sakit Jasa Kartini.

g. Meningkatkan daya dan peran serta komunitas Rumah Sakit Jasa

Kartini dalam mencegah atau mengatasi masalah kesehatan yang

dihadapinya.

h. Menjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk optimalisasi

pelaksanaan kegiatan PKRS Rumah Sakit Jasa Kartini.

Berikut ini merupakan kegiatan pokok dan rincian kegiatan

Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa Kartini :

1) Kegiatan Pokok

a. Promosi Kesehatan Dalam Gedung

1) Promosi kesehatan di ruang pendaftaran/ruang informasi

2) Promosi kesehatan di rawat jalan

3) Promosi kesehatan di rawat Inap

4) Promosi kesehatan di penunjang medik

5) Promosi kesehatan di instalasi farmasi


28

6) Promosi kesehatan di laboratorium

7) Promosi kesehatan di radiologi

8) Promosi kesehatan di gizi

9) Promosi kesehatan di tempat-tempat umum di dalam rumah sakit

10) Promosi kesehatan bagi karyawan RS

b. Promosi Kesehatan Luar Gedung

1) Promosi kesehatan di tempat ibadah

2) Promosi kesehatan di tempat parkir

3) Promosi kesehatan di taman rumah sakit

c. Promosi Kesehatan Klient Sehat

1) Senam sehat

2) Penyelenggaraan seminar awam

3) Penyelenggaraan acara rekreasi

2) Rincian Kegiatan

a. Promosi Kesehatan Dalam Gedung

1) Promosi kesehatan di ruang pendaftaran/ruang informasi

a) Penyediaan leaflet (brosur)

b) Penyediaan layanan informasi digital

2) Promosi kesehatan di rawat jalan

a) Pelaksanaan penyuluhan

b) Penyediaan leaflet

3) Promosi kesehatan di rawat Inap

a) Penyediaan gambar/foto/poster
29

b) Pelayanan bed side konseling & konseling kelompok

c) Penyediaan poster dan banner di ruang tunggu

d) Penyuluhan pembesuk/ keluarga

4) Promosi kesehatan di penunjang medik

a) Promosi kesehatan di instalasi farmasi

1. Penyediaan leaflet

2. Penyediaan banner

b) Promosi kesehatan di laboratorium

1. Penyediaan poster

2. Penyediaan leaflet

c) Promosi kesehatan di radiologi

1. enyediaan poster

2. Penyediaan leaflet

d) Promosi kesehatan di gizi

1. Penyediaan poster

2. Penyediaan leaflet

3. Pelayanan konseling gizi

5) Promosi kesehatan di tempat-tempat umum di dalam rumah sakit

a) Penyediaan gambar dan foto di dinding lift pasien dan

pengunjung

b) Penyediaan foto di selasar rumah sakit

c) Penyediaan xbanner

d) Penyediaan majalah kesehatan


30

6) Promosi kesehatan bagi karyawan RS

a) Peringatan hari-hari besar kesehatan

b) Penyuluhan keselamatan kerja

c) Lomba-lomba lain terkait kesehatan

d) Pelatihan in house training media PKRS dan Teknik presentasi

yang baik bagi pengelola PKRS dan karyawan di unit-unit

tertentu yang berkaitan dengan PKRS.

e) Pelatihan managemen PKRS bagi pengelola PKRS

b. Promosi Kesehatan Luar Gedung

1) Promosi kesehatan di tempat ibadah

2) Promosi kesehatan di tempat parkir

a) Penyediaan poster

b) Penyediaan spanduk

3) Promosi kesehatan di taman rumah sakit

4) Promosi kesehatan di sekolah, puskesmas, posyandu, atau di daerah

sekitar rumah sakit

c. Promosi kesehatan klient sehat

1) Senam sehat

2) Penyelenggaraan seminar awam

3) Penyelenggaraan acara rekreasi

Berikut ini merupakan cara melaksanakan kegiatan Promosi


31

Kesehatan di Rumah sakit Jasa Kartini :

a. Promosi Kesehatan Dalam Gedung

1) Promosi kesehatan di ruang pendaftaran/ruang informasi

a) Penyediaan leaflet

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan pembuatan leaflet ke bagian umum

3. Mendistribusikan leaflet ke ruang pendaftaran

4. Monitoring dan evaluasi

b) Penyediaan layanan informasi digital

1. Panitia PKRS membuat program informasi layanan untuk di

tayangkan

2. Membuat surat pengajuan pengadaan televisi untuk informasi

layanan

3. Menentukan tempat strategis yang banyak di lalui pengunjung

4. Monitoring dan evaluasi

2) Promosi kesehatan di rawat jalan

a) Pelaksanaan penyuluhan

1. Persiapan tempat

2. Persiapan SAP dan materi penyuluhan

3. Persiapan pemateri dan media penyuluhan

4. Persiapan alat pendukung

b) Penyediaan leaflet

1. Panitia PKRS membuat desain


32

2. Membuat surat pengajuan pembuatan leaflet ke bagian umum

3. Mendistribusikan leaflet di ruang rawat jalan

4. Monitoring dan evaluasi

3) Promosi kesehatan di rawat Inap

a) Pelayanan konseling (bedside)

1. Persiapan materi

2. Persiapan pemateri dan media

b) Penyediaan gambar/foto/poster

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan pembuatan gambar/foto/poster ke

bagian umum

3. Mendistribusikan gambar/foto/poster yang sudah siap pajang di

beberapa tempat strategis di ruang rawat inap

4. Monitoring dan evaluasi

c) Pelayanan konseling kelompok

1. Persiapan materi

2. Persiapan pemateri dan media

3. Persiapan tempat

4. Persiapan audiens

d) Penyediaan poster dan banner di ruang tunggu

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan pembuatan poster dan banner ke

bagian umum
33

3. Mendistribusikan poster dan banner yang sudah siap pajang di

beberapa tempat strategis di ruang tunggu

4. Monitoring dan evaluasi

e) Penyuluhan pembesuk/ keluarga

1. Persiapan tempat

2. Persiapan audiens

3. Persiapan SAP dan materi penyuluhan

4. Persiapan pemateri dan media penyuluhan

5. Persiapan alat pendukung

4) Promosi kesehatan di penunjang medik

a) Promosi kesehatan di instalasi farmasi Penyediaan poster, leaflet,

banner dan gambar

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan ke bagian umum

3. Mendistribusikan media tersebut di beberapa tempat strategis di

instalasi farmasi

4. Monitoring dan evaluasi

b) Promosi kesehatan di laboratorium Penyediaan poster dan leaflet

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan ke bagian umum

3. Mendistribusikan media tersebut di beberapa tempat strategis di

laboratorium
34

4. Monitoring dan evaluasi

c) Promosi kesehatan di radiologi Penyediaan poster dan leaflet

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan ke bagian umum

3. Mendistribusikan media tersebut di beberapa tempat strategis di

radiologi

4. Monitoring dan evaluasi

d) Promosi kesehatan di gizi

1. penyediaan poster dan leaflet

a) Panitia PKRS membuat desain

b) Membuat surat pengajuan ke bagian umum

c) Mendistribusikan media tersebut di beberapa tempat strategis

di instalasi farmasi

d) Monitoring dan evaluasi

2. Pelayanan konseling gizi

a) Persiapan materi dan pemateri

b) Persiapan media

c) Pelaksanaan konseling

d) Dokumentasi & Evaluasi

5) Promosi kesehatan di tempat-tempat umum di dalam rumah sakit

a) Penyediaan gambar dan foto di dinding lift pasien dan pengunjung

1. Menentukan gambar dan foto yang ingin di update

2. Membuat desain
35

3. Mengajukan pembuatan foto dan gambar ke bagian umum

4. Pemasangan

5. monitoring dan evaluasi

b) Penyediaan foto dan banner di selasar rumah sakit

1. Panitia PKRS membuat desain

2. Membuat surat pengajuan ke bagian umum

3. Mendistribusikan media tersebut di beberapa selasar rumah sakit

4. Monitoring dan evaluasi

c) Penyediaan majalah kesehatan

1. Membuat TOR dan proposal

2. Mengajukan TOR dan proposal

3. Melakukan pertemuan

4. Pembuatan majalah

5. Pendistribusian

6. Monitoring dan evaluasi

6) Promosi kesehatan bagi karyawan RS

a) Peringatan hari-hari besar kesehatan

1. Membuat TOR dan proposal

2. Mengajukan TOR dan proposal ke direksi

3. Berkoordinasi dengan unit terkait

4. Melakukan pertemuan untuk pembahasan teknis acara kegiatan

b) Penyuluhan keselamatan kerja

1. Persiapan tempat
36

2. Persiapan audien

3. Persiapan SAP dan materi penyuluhan

4. Persiapan pemateri dan media penyuluhan

5. Persiapan alat pendukung

6. Dokumentasi dan evaluasi

c) Lomba-lomba lain terkait kesehatan

1. Menentukan tema perlombaan, bisa disesuaikan dengan hari –

hari besar nasional

2. Membuat TOR dan proposal

3. Mengajukan TOR dan proposal ke direksi

4. Berkoordinasi dengan unit terkait

5. Melakukan pertemuan untuk pembahasan teknis acara kegiatan

6. Melaksanakan kegiatan

7. Evaluasi kegiatan

8. Membuat laporan

d) Pelatihan in house training media PKRS dan teknik presentasi yang

baik bagi tim edukator

1. Mengkoordinasikan rencana kegiatan dengan bagian diklat

2. Merumuskan waktu pelaksanaan dan narasumber

3. Mensosialisasikan kepada tim edukator mengenai waktu dan

tempat pelaksanaan

4. Melaksanakan kegiatan

5. Melaksanakan evaluasi kegiatan


37

6. Membuat laporan hasil kegiatan

e) Pelatihan management PKRS bagi pengelola PKRS

1. Menentukan instansi penyelenggara

2. Berkoordinasi dengan bagian diklat

3. Membuat pengajuan pelatihan ke direksi

4. Membuat laporan pelatihan

b. Promosi Kesehatan Luar Gedung

1) Promosi kesehatan di tempat ibadah Penyuluhan kesehatan

a) Persiapan izin surat menyurat

b) Persiapan tempat

c) Persiapan SAP dan materi penyuluhan

d) Persiapan pemateri dan media penyuluhan

e) Persiapan alat pendukung

f) Dokumentasi dan evaluasi

2) Promosi kesehatan di tempat parkir Penyediaan poster dan banner

a) Panitia PKRS membuat desain

b) Membuat surat pengajuan ke bagian umum

c) Mendistribusikan media tersebut di beberapa tempat strategis di

tempat parkir

d) Monitoring dan evaluasi

3) Promosi kesehatan di taman rumah sakit

a) Menentukan kegiatan dan waktu yang akan dilaksanakan

b) Berkoordinasi dengan unit-unit terkait


38

c) Melakukan pertemuan dengan unit-unit terkait

d) Melaksanakan kegiatan

e) Membuat laporan

4) Promosi kesehatan di sekolah, puskesmas, posyandu, atau di daerah

sekitar rumah sakit

a) Persiapan surat menyurat izin prinsip

b) Persiapan tempat

c) Persiapan audiens

d) Persiapan SAP dan materi penyuluhan

e) Persiapan pemateri dan media penyuluhan

f) Persiapan alat pendukung

g) Dokumentasi dan evaluasi

c. Promosi Kesehatan Klient sehat

1) Senam sehat

a) Melaksanakan kegiatan senam

b) Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan

c) Evaluasi kegiatan

2) Penyelenggaraan seminar awam

a) Menentukan tema seminar, bisa disesuaikan dengan hari–hari besar

nasional

b) Membuat TOR

c) Mengajukan proposal ke direksi

d) Berkoordinasi dengan unit terkait


39

e) Melakukan pertemuan untuk pembahasan teknis acara kegiatan

f) Melaksanakan kegiatan seminar

g) Evaluasi kegiatan

h) Membuat laporan

3) Penyelenggaraan acara rekreasi

a) Menentukan waktu dan tempat

b) Melakukan pertemuan

c) Membuat proposal kegiatan

d) Melaksanakan kegiatan

e) Evaluasi kegiatan

f) Membuat laporan

Berikut ini merupakan sasaran kegiatan Promosi Kesehatan Rumah

Rakit pada tahun 2019 di Rumah Sakit Jasa Kartini :

a. Pasien

1) Rawat inap

a) Konseling perorangan (bedside conseling) tercapai >80% pada

tahun 2019

b) Pelayanan konseling kelompok tercapai >80% pada tahun 2019

c) Ketersediaan media promosi kesehatan tercapai >80% pada tahun

2019

2) Rawat jalan

a) Pelayanan konsultasi tercapai >70% pada tahun 2019

b) Pelaksanaan penyuluhan tercapai >80% pada tahun 2019


40

c) Penyediaan leaflet tercapai >100% pada tahun 2019

b. Keluarga pasien

1) Penyuluhan kesehatan pada keluarga pasien rawat inap tercapai >70%

pada tahun 2019

2) Penyuluhan kesehatan pada keluarga pasien rawat jalan tercapai >70%

pada tahun 2019

3) Ketersediaan media leaflet tercapai >100% pada tahun 2019

c. Pengunjung

1) Penyuluhan kesehatan pada pengunjung rumah sakit tercapai >80%

pada tahun 2019

2) Ketersediaan media promosi kesehatan tercapai >100% pada tahun

2019

d. Karyawan di Rumah Sakit Jasa Kartini

1) Lomba kebersihan ruangan tercapai >80% pada tahun 2019

2) Penyuluhan keselamatan kerja tercapai >80% pada tahun 2019

3) Lomba-lomba lain terkait kesehatan tercapai >80% pada tahun 2019

4) Pelatihan in house training teknik presentasi yang baik bagi tim

edukator tercapai >80% pada tahun 2019

5) Pelatihan management PKRS bagi pengelola PKRS tercapai >100%

pada tahun 2019

6) Pelatihan in house training pembuatan media bagi pengelola PKRS

dan karyawan di unit-unit tertentu yang berkaitan dengan PKRS

tercapai >80% pada tahun 2019


41

e. Masyarakat yang tinggal atau berada di sekitar RS Jasa Kartini

1) Senam sehat tercapai >80% pada tahun 2019

2) Penyelenggaraan seminar awam tercapai >80% pada tahun 2019

3) Penyelenggaraan acara rekreasi tercapai >80% pada tahun 2019

Berikut ini merupakan Pemantauan dan Evaluasi serta Pelaporan kegiatan

PKRS Rumah Sakit Jasa Kartini :

a. Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan

Pemantauan dan Evaluasi dilakukan berdasarkan standar PKRS.

Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan dari masukan (input), proses

dan keluar (output). Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari PKRS yang telah

diselenggarakan.

1) Indikator masukan (input)

a) Masukan yang perlu diperhatikan adalah berupa komitmen

pengelola PKRS dan seluruh jajaran Rumah Sakit

b) Adanya sarana dan peralatan promosi kesehatan sesuai standar

c) Adanya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan seluruh kegiatan

2) Indikator proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi

PKRS untuk pasien (rawat jalan, rawat inap, pelayanan penunjang), PKRS

untuk klient sehat an PKRS Luar Gedung Rumah Sakit. Indikator yang

digunakan meliputi:

a) Sudah dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling dan

lain-lain) dengan frekuensi sesuai target


42

b) Kondisi media yang digunakan harus dalam keadaan masih bagus

3) Indikator keluaran (output)

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus.

4) Indikator dampak

Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya PKRS yaitu

berubahnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien-pasien klient rumah

sakit, serta terpeliharanya lingkungan rumah sakit dan dimanfaatkannya

dengan baik semua pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit.

b. Pelaporan

1) Pelaporan dilakukan setelah kegiatan program dilaksanakan

2) Setiap akhir tahun panitia PKRS membuat laporan evaluasi pelaksanaan

kegiatan tahun depan

Berikut ini merupakan Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan

PKRS Rumah Sakit Jasa Kartini :

1) Pencatatan dan Pelaporan

Panitia PKRS mencatat, membuat laporan, menganalisa,

melakukan evaluasi dan tindak lanjut serta membuat rekomendasi kepada

Direktur Rumah sakit Jasa kartini Tasikmalaya.

2) Evaluasi Kegiatan

Evaluasi program PKRS Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya

dilaksanakan setiap akhir tahun untuk melihat pencapaian sasaran dan

perencanaan kegiatan tahun 2020.


43

F. Standar Prosedur Operasional Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa

Kartini Kota Tasikmalaya

1. Pedoman Pelaksanaan Assesmen kepada Pasien dan Keluarga (PFE)

Panduan bagi petugas kesehatan yang digunakan dalam

melaksanakan assesmen pada pasien dan keluarga. Unit terkait yaitu

Bidang Pelayanan Keperawatan, Medis dan Penunjang Medis.

Berdasarkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya

No:035A/PD/007-100/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Panitia

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini

Tasikmalaya) bahwa :

1. Sebelum petugas kesehatan melakukan pendidikan kesehatan terlebih

dahulu harus diawali dengan assesmen kebutuhan kepada pasien dan

keluarganya

2. Assesmen yang dilakukan kepada pasien dan keluarga terdiri dari :

a. Keyakinan nilai-nilai pasien dan keluarga

b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang

digunakan

c. Emosional dan motivasi

d. Keterbatasan fisik dan kognitif

e. Kesediaan pasien untuk menerima motivasi

3. Pada kondisi pasien dan keluarga yang mempunyai keterbatasan

tingkat pendidikan yang rendah, maka penjelasan diberikan hal-hal


44

yang bersifat umum dan dapat dimengerti oleh pasien dan

keluarganya

4. Pasien yang mempunyai keterbatasan bahasa perlu didampingi

petugas yang mempunyai kemampuan bahasa yang sama

5. Pasien yang mempunyai keterbatasan fisik (pendengaran) edukasi

diberikan dengan tulisan, gambar, bahasa isyarat, jika perlu

didampingi keluarga yang mengerti penjelasan secara lengkap

6. Pasien yang mempunyai keterbatasan penglihatan informasi / edukasi

diberi penjelasan secara lisan sesuai tingkat pendidikannya, jika perlu

didampingi keluarga yang mengerti penjelasan secara lengkap

7. Pasien yang memiliki hambatan emosional informasi / edukasi harus

didampingi oleh keluarga jika perlu diberi dukungan oleh tim

psikologi

8. Edukasi yang berkaitan dengan nilai-nilai kepercayaan perlu

mempertimbangkan keyakinan dan agama yang dianut

9. Temuan assesmen digunakan untuk membuat rencana pendidikan

kesehatan

10. Hasil assesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien

2. Materi Tertulis Sebagai Pelengkap Edukasi dan Informasi yang

Disampaikan

Bukti tertulis sebagai bukti pemberian edukasi telah diberikan

kepada pasien dan keluarga, informasi verbal perlu diperkuat dengan

materi secara tertulis terkait dengan kebutuhan pasien dan konsisten


45

dengan pilihan pembelajaran pasien dan keluarga pasien. Unit terkait yaitu

Bidang Pelayanan Keperawatan, Medik dan Ppenunjang Medis.

Berdasarkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya

No:035A/PD/007-100/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Panitia

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini

Tasikmalaya) bahwa :

1. Pendidik membuat satuan penyuluhan sebelum memberikan

pendidikan kesehatan

2. Pendidik memberikan materi penyuluhan sesuai kebutuhan pasien dan

keluarga

3. Pendidik melakukan evaluasi tentang materi pendidikan kesehatan

yang telah diberikan

4. Pendidik memberikan materi edukasi dalam bentuk leaflet sebagai

bukti penyuluhan / pendidikan kesehatan

3. Cara Penyampaian Informasi dan Edukasi kepada Pasien dan

Keluarga di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya

Mekanisme/alur pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga di

Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya, dengan tujuan sebagai pedoman

bagi petugas kesehatan yang akan memberikan edukasi serta pasien dan

keuarga mendapatkan edukaksi sesuai dengan kebutuhan dan memberikan

pelayanan kesehatan yang paripurna. Unit terkait Bidang Pelayanan

Keperawatan, Meds dan Penujang Medis. Berdasarkan Peraturan Direktur

Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-100/V/2018


46

tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa :

1. Petugas melakukan assesmen kebutuhan pendidikan pasien

2. Petugas melakukan persiapan untuk melakukan pendidikan kesehatan

3. Petugas menentukan metoda, media sesuai dengan sasaran promosi

kesehatan

4. Setelah melakukan pendidikan kesehatan, petugas harus melakukan

evaluasi

5. Alur PENKES : TERLAMPIR

PENGKAJIAN
KEBUTUHAN PASIEN

PERSIAPAN PELAKSANAAN
PENDIDIKAN PERORANGAN

PELAKSANAAN PERORANGAN
KELOMPOK DENGAN PENYAKIT SAMA

EVALUASI
PELAKSANAAN
PENDIDIKAN
Metode Penyuluhan :
1. Diskusi
2. Demonstrasi
3. Ceramah
4. Simulasi
5. Observasi
6. Praktek langsung (PL)
47

4. Memotivasi Pasien dan Keluarga untuk Bertanya dan Berperan Aktif

Petugas memberikan edukasi untuk mendorong pasien dan

keluarga bertanya serta memberikan pendapatnya dalam berpartisipasi

terhadap penatalaksanaan penyakitnya. Unit Terkait Bidang Pelayanan

Keperawatan, Medik dan Penunjang Medis. Berdasarkan Peraturan

Direktur Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-

100/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa :

1) Sebelum memberikan edukasi, petugas yang diberi tugas melihat data

karakteristik pasien

2) Edukasi diberikan sesuai kemampuan dan kemauan serta kebutuhan

pasien dan keluarga

3) Pasien dan keluarga diminta bertanya secara bebas dan mengajukan

pendapatnya tentang edukasi yang diberikan

4) Apabila pasien dan keluarga belum biasa mengambil suatu keputusan

untuk tata laksana tertentu (seperti operasi), petugas diminta

menjelaskan kembali lebih detil dan dengan bahasa sederhana,

sehingga mengerti dan memahami keuntugan dan kerugian bila

tindakan tersebut tidak dilakukan

5) Bila diperlukan, pasien dan keluarga diminta melakukan

simulasi/demonstrasi ulang (untuk penggunaan alat medis)

5. Verifikasi Pasien dan Keluarga dalam memahami Edukasi

Edukasi adalah proses atau upaya seseorang dalam memberikan


48

pengajaran atau pelatihan tentang suatu hal. Verfikasi pasien dan keluarga

dalam memahami edukasi adalah mengevaluasi apakah edukasi yang telah

diberikan sudah dimengerti dan dipahami serta dapat digunakan oleh pasien

dan keluarga. Unit terkait yaitu Instalasi Rawat Jalan dan Inap. Berdasarkan

Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-

100/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan Rumah

Sakit (PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa :

1. Persiapan

a. Identitas

b. Peralatan sesuai dengan kebutuhan pendidikannya

2. Pelaksanaan

3. Ucapkan salam kepada pasien dan keluarga : “Assalamu’alaikumwr.wb

Bapak / Ibu ?”

1) Menyebutkan nama petugas rumah sakit , “ Saya… akan

memberikan informasi pendidikan tentang penyakit dan rencana

tindak lanjutnya”

2) Educator memberikan informasi berupa pendidikan atau edukasi

tentang penyakitnya, rencana pengobatan, dan rencana pemeriksaan

penunjang dan rencana tindaklanjut.

3) Educator dapat menerangkan tentang informasi yang diberikan

kepada pasien dan atau keluarga pasien atau memutar video / gambar

sesuai dengan kebutuhan pendidikan

4) Apabila ada keluhan terhadap penyakit yang diderita pasien, maka


49

educator dapat menjelaskan dan mendidik pasien tentang keluhan

tersebut

5) Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk bertanya jika masih

ada yang kurang jelas. “ bagaimana Bapak / Ibu, apakah apa yang

ingin ditanyakan atau diulang kembali penjelasannya?”

6) Pasien dan keluarga diminta mengulang edukasi yang telah diberikan

“maaf Bapak / Ibu, coba tolong ulang penjelasan yang telah kami

sampaikan”

7) Apabila pasien dan keluarga sudah mengerti edukasi yang telah

diberikan oleh petugas edukator, maka pasien atau keluarga pasien

tanda tangan formulir yang sudah disediakan (formulir catatan

informasi edukasi)

6. Persyaratan dan Kompetensi Staf Rumah Sakit yang boleh

memberikan Edukasi

Pemberi edukasi yang telah menjalani pendidikan/penyuluhan

tentang kesehatan dan suatu masalah kesehatan agar tersampaikannya

materi penyuluhan yang tepat, konsisten, komprehensif dan efektif kepada

pasien dan keluarga pasien. Unit terkait Unit PKRS dan seluruh petugas

Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya. Berdasarkan Peraturan Direktur

Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-100/V/2018

tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa : Pasien dan

keluarganya menerima penyuluhan dari petugas kesehatan yang telah


50

menjalani pendidikan kesehatan dan atau telah menerima pelatihan atau

penyuluhan singkat mengenai kesehatan

7. Pendokumentasian Penyuluhan/Edukasi Pasien dan Keluarga ke

dalam Rekam Medik

Penyuluhan mengenai pengetahuan yang diperlukan selama proses

perawatan selama pasien dirawat, dipindahkan ketempat lain atau

dipulangkan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

yang akan dibutuhkan pasien dan keluarganya untuk membuat keputusan

perawatan, berpartisipasi dalam perawatan dan melanjutkan perawatan

dirumah serta dapat melakukann penilaian untuk memahami kebutuhan

edukasi setiap pasien dan keluarganya. Unit terkait yaitu Rekam Medis,

Bidang Pelayanan Rumah Sakit dan Keperawatan. Berdasarkan Peraturan

Direktur Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-

100/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa :

1. Assesmen kebutuhan pasien dan keluarganya

2. Terdapat sistem pencatatan penyuluhan pasien dan keluarganya yang

seragam dalam Rekam Medik Rumah Sakit

3. Untuk merencanakan penyuluhan pada pasien dan keluarganya harus

menilai :

1) Kepercayaan dan nilai- nilai yang dianut pasien dan keluarganya

2) Kemampuan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa.

3) Hambatan emosional dan motivasi


51

4) Keterbatasan fisik dan kognitif

5) Kemauan pasien untuk menerima informasi

6) Hasil assesmen digunakan untuk merencanakan penyuluhan

terhadap pasien dan keluarga

8. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PFE/Patient and Family Education)

Untuk Kesehatan Pasien yang Berkesinambungan

Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

tindak lanjut untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang

berkesinambungan seteah pulang perawatan Rumah Sakit. Unit terkait

yaitu PKRS, Instalasi Rawat Jalan dan Inap, Hemodialisa, Keotheraphy

dan komunitas terkait. Berdasarkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa

Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-100/V/2018 tentang Pedoman

Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS Di Rumah

Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa :

1. Pasien dan keluarga pasien menerima penyuluhan dan pelatihan untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan mereka secara berkesinambungan atau

untuk mencapai sasaran kesehatan mereka

2. Rumah Sakit mengidentifikasi dan membangun hubungan kerjasama

dengan sumber daya masyarakat yang mendukung pendidikan tentang

pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan dan pencegahan

penyakit

3. Apabila ada indikasi sesuai kondisi penyakit pasien, pasien dirujuk

pada sumber daya yang tersedia dalam masyarakat.


52

9. Pemberian Edukasi pada Pasien dengan Hambatan

(Pendengaran/Penglihatan/Kognitif/Fisik/Budaya/Emosi)

Hambatan adalah faktor atau keadaan yang membatasi,

menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran/pelaksanaan suatu

kegiatan, dengan tujuan mengatasi kendala yang terjadi saat akan

diberikan edukasi kepada pasien. Unit terkait yaitu Rekam Medik, Komite

Medik/SMF dan Bidang Keperawatan. Berdasarkan Peraturan Direktur

Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya No:035A/PD/007-100/V/2018

tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya) bahwa :

1. Melakukan assesmen kebutuhan edukasi kepada pasien dan keluarga

dan melakukan pengkajian hambatan yang terjadi pada pasien.

2. Bagi pasien yang mempunyai keterbatasan secara fisik edukasi

diberikan dengan tulisan, gambar, bahasa isyarat, jika perlu didampingi

oleh keluarga.

3. Evaluasi dan verifikasi pemberian edukasi diklarifikasi melalui

keluarga yang mendampingi.

4. Hasil assesmen dan edukasi di dokumentasikan dalam rekam medis

pasien.

10. Sistem Penyeragaman Pencatatan Pendidikan Pasien

Merupakan laporan tertulis mengenai penyuluhan

pengetahuan/pendidikan yang diberikan kepada pasien dan keluarga

selama proses perawatan sampai pasien dipulangkan, dengan tujuan


53

sebagai bukti tertulis bahwa terdapat edukasi yang diberikn kepada

pasien, dapat dijadikan aspek legal dalam hukum, sebagai standart

pemberian edukasi yang diberikan kepada pasien. Unit terkait yaitu

Bidang Pelayanan Keperawatan, Medik dan Penunjang Medis.

Berdasarkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya

No:035A/PD/007-100/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Panitia

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS Di Rumah Sakit Jasa Kartini

Tasikmalaya) bahwa :

1. Dokumentasikan secara lengkap semua penyuluhan yang telah

diberikan kepada pasien dan keluarganya.

2. Lakukan penandatangan dalam setiap pencatatan

3. Tulislah dengan jelas dan rapi

4. Gunakan ejaan dan kata-kata serta tata bahasa medis yang tepat dan

umum

5. Gunakan alat tulis yang terlihat jelas seperti tinta untuk menghindari

terhapusnya catatan ( tidak boleh menggunakan tipe-ex)

6. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian

7. Catat nama pasien dan nomor rekam medic dalam setiap halaman

8. Hindari penilaian negatif terhadap pasien

G. Kajian Kebutuhan Metode Promosi Kesehatan dengan Model PRECEDE-

PROCEED

Proses pengkajian kebutuhan metode promosi kesehatan dimulai dari

pegkajian kualitas hidup, masalah kesehatan, masalah perilaku, faktor


54

penyebab sampai keadaan internal dan eksernal. Output dari pengkajian ini

adalah pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-lain.

Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan

memberikan beberapa pertanyaan , yaitu tentang:

1. Apa yang ingin saya ketahui?

2. Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?

3. Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?

4. Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?

5. Apa kesempatan saya disini untuk melakukan tindakan dengan informasi

ini?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna utuk mengetahui tentang :

1. Kebutuhan individu

2. Riwayat komunitas

3. Pandangan masyarakat

4. Identifikasi kebutuhan promosi kesehatan

Model PRECEDE-PROCEED ini dikembangkan oleh Green (1980)

yang digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang

dikenal dengan kerangka PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, dan

Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). PRECEDE

merupakan kerangka untuk mengenal masalah kebutuhan pendidikan sampai

pengembangan program. Pada tahun 1991, Green menyempurnakan model ini

menjadi PRECEDE-PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory, and

Organizational Contructs in Educational and Environmental Development).


55

PRECEDE merupakan Singkatan dari Predisposing, Reinforcing &

Enabling Construct in Ecosystem Educational Diagnosis and Evaluation,

merupakan satu model dalam pengembangan perencanaan (fase diagnosis,

prioritas masalah dan penetapan tujuan) dari kegiatan promosi

kesehatan.Menurut Green, identifikasi masalah kesehatan ditetapkan dengan

menggunakan kerangka PRECEDE, fase 1 sampai fase 4, sedangkan untuk

kajian kebutuhan metode promosi kesehatan ini hanya sampai fase 4 yaitu

Diagnosis pendidikan dan Organisasi.


56

PRECEDE

Phase 4 Phase 3
Phase 5 Phase 2 Phase 1
Educational and Behavioral and
Administrasi & Epidemiological Social
Organizational Enviromental
Policy Diagnosis Diagnosis diagnosis
Diagnosisi Diagnosis

HEALTH
PROMOTION
Predisposing
factor
Health
Educatio
n
Reinforcin Behavior
g factor and
lifestyle
Health Quality
of life

Policy
Regulation Enabling Environment
Organizatio factor
n

Phase 7 Phase 9
Phase 6 Phase 8
Process Outcome
Implementation Impact Evaluation
Evaluation Evaluation

PROCEED

Gambar 1. kerangka PRECED-PROCEED


57

Berikut ini langkah-langkah PRECEDE-PROCEED :

a. Fase 1. Diagnosis Sosial

Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap

kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat

untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Penilaian dapat dilakukan atas

dasar data sensus ataupun statistik yang ada maupun dengan cara

mengumpulkan data langsung dari masyarakat. Bila data langsung

dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat

dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci, forum

yang ada di masyarakat, Focus Group Discussion (FGD), nominal group

process dan survei.

b. Fase 2. Diagnosis Epidemiologi

Diagnosis epidemiologi yaitu dengan melakukan identifikasi terkait

dengan masalah kesehatan, dengan berdasarkan data yang ada baik lokal,

regional maupun nasional, faktor yang berkaitan dengan kualitas hidup

seseorang atau masyarakat. Maka, pada fase ini mengetahui kelompok

mana atau siapa yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin,

lokasi dan suku), untuk kemudian diidentifikasi bagaimana pengaruh

akibat dari masalah tersebut (motralitas, mordibitas, disability, tanda dan

gejala yang timbul) dan bagaimana cara untuk menanggulangi masalah

tersebut (imunisasi, perawatan/pengobatan, perubahan lingkungan

maupun perilaku). Informasi ini penting untuk menentukan prioritas

masalah.
58

c. Fase 3. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Diagnosis perilaku dan lingkungan ini mengidentifikasi masalah perilaku

yang mempengaruhi masalah kesehatan serta diidentifikasi masalah

lingkungan baik fisik dan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang atau masyarakat. Pada fase ini harus dibedakan masalah

perilaku yang dapat dikontrol secara individual dan yang harus dikontrol

oleh institusi.

Langkah dalam diagnosis perilaku adalah:

1) Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab timbulnya

masalah kesehatan

2) Identifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah

kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan

perawatan/pengobatan. Sedangkan untuk faktor lingkungan yang

harus dilakukan adalah dengan mengeliminasi faktor non perilaku

yang tidak dapat diubah, seperti faktor genetik dan demografis

3) Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan pengaruhnya

terhadap masalah kesehatan

4) Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkina

untuk diubah

5) Menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.

Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi

status kesehatan seseorang digunakan identifikasi perilaku seperti :

pemanfaatan pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, pola makan,


59

kepatuhan, upaya pemeliharaan kesehatan sendiri. Sedangkan indikator

lingkungan dapat berupa : keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan

kesehatan.

d. Fase 4. Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau

masyarakat dapat dilihat dari faktor : Predisposing factor (pengetahuan,

sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini

seseorang), Enabling factor (faktor lingkungan yang memfasilitasi

seseorang dan Reinforcing factor (Dokter, Perawat, Petugas Kesehatan,

tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang

keputusan serta orang yang paling berpengaruh untuk mendorong

seseorang berperilaku).

e. Fase 5. Diagnosis Administrasi dan Kebijakan

Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan

yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan

program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga

penilaian yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta

hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan

identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional

yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat

mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.


60

f. Fase 6. Implementasi

Implementasi disini merupakan tahap pengimplementasian program

kesehatan berdasarkan data yang diperoleh melalui diagnosis yang telah

dilakukan sebelumnya atau sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan

setelah melakukan perencanaan kesehatan.

g. Fase 7. Evaluasi Proses

Evaluasi proses yang dilakukan untuk menentukan apakah program yang

dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.

h. Fase 8. Evaluasi Dampak

Evaluasi dampak ini mengukur efektifitas program terkait dengan tujuan

antara serta perubahan dalam faktor pedisposisi, pemungkin dan penguat.

i. Fase 9. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil ini mengukur perubahan dalam hal tujuan keseluruhan dan

perubahan manfaat kesehatan dan keuntungan sosial atau kualitas hidup.

Artinya menentukan hasil dari program itu dalam jangka panjang terlihat

pada perubahan kualitas hidup masyarakat.

Karakteristik munculnya masalah pada kebutuhan Promosi kesehatan:

1) Ungkapan verbal, hal ini biasanya dinyatakan dengan ungkapan

ketidaktahuan, ketidakmauan dan atau ketidakmampuan dari

seseorang/ klien dalam menjalani kesehatan.

2) Tidak akurat mengikuti instruksi ,

3) Tidak akurat dalam satu uji ,

4) Perilaku yang tidak sesuai


61

Faktor-faktor yang berhubungan dengan munculnya masalah kebutuhan promosi

kesehatan:

1) Kurang terpapar informasi

2) Salah tafsir

3) Terbatas pengetahuan

4) Tidak tertarik

5) Tidak familiar
62

B. Kerangka Teori
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes in Educational Diagnosisi and Evaluation)

Fase 5 Fase 4 Fase 3 Fase 2 Fase 1


Diagnosis Administrasi Diagnosis Pendidikan Diagnosis Perilaku Diagnosis Diagnosis Sosial
dan Kebijakan dan Organisasi dan lingkungan Epidemiologi

Perilaku : 1. Faktor Predisposisi


a. Pengetahuan
Promosi Kesehatan 1. Pengetahuan : Assesmen kebutuhan
b. Sikap
pasien dan keluarga, Edukasi pasin dan
c. Karakter
Metode
keluarga, Motivasi pasien dan keluarga
Individu, usia,
Promosi
2. Sikap : Verifikasi pasien dan
jenis kelamin,
kesehatan Kualitas hidup
keluarga paham edukasi
1. pekerjaan,
Sanitasi
1. Individu pasien,
3. Tindakan : Cara penyampaian keluarga
pendidikan.
lingkungan
2. Kelompok informasi d.2.pasien meningkat
Kepercayaan
Adanya dan
3. Massa meningkat
nilai-nilai. melalui
Non Perilaku : 2. Faktor pasien dengan
Penguat: Direktur
pendidikan
penyakit
RS,kesehatan
Ketua PKRS,
Syarat kompentensi pemberi yang
informasi,
menular.
Sekretaris PKRS, Ketua
Dokumentasi Kegiatan, diberikan.
3. Pendidikan
PHBS.
PPK, pasien dan
pasien dan keluarga, keluarga
Pencatatan pasien
3. Faktor Pemungkin
pendidikan pasien dan keluarga, Edukasi : Unit
pasien dengan hambatanPKRS.

Fase 6 Fase 7 Fase 8 Fase 9


Implementasi Evaluasi Proses Evaluasi Dampak Evaluasi Hasil

PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Enviromental Development)

Gambar 2. Bagan kerangka teori penelitian yang dimodifikasi dari Green(1980), Notoatmodjo(2010:301)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes in Educational Diagnosisi and Evaluation)

Perilaku :
1. Pengetahuan : Assesmen kebutuhan 1. Faktor Predisposisi
pasien dan keluarga, Edukasi pasin a. pengetahuan
dan keluarga, Motivasi pasien dan b. Karakter Individu,
Kualitas hidup 1.Sanitasi lingkungan keluarga usia, jenis kelamin,
pasien, keluarga 2. Sikap : Verifikasi pasien dan pekerjaan,
2.Adanya pasien Metode
pasien meningkat keluarga paham edukasi pendidikan.
dengan penyakit Promosi
3. Tindakan : Cara penyampaian c. Kepercayaan dan
meningkat melalui menular. kesehatan
informasi nilai-nilai.
pendidikan 3.PHBS. 2. Faktor Penguat : Direktur 1. Individu
kesehatan yang Non Perilaku : RS, Ketua PKRS, 2. Kelompok
diberikan.
Sekretaris PKRS, Ketua 3. Massa
Syarat kompentensi pemberi
PPK, pasien dan
informasi, Dokumentasi Kegiatan,
keluarga pasien
Pendidikan pasien dan keluarga, 3. Faktor Pemungkin : Unit
Pencatatan pendidikan pasien dan PKRS.
keluarga, Edukasi pasien dengan
hambatan

Gambar 3. Framework PRECEDE yang diaplikasikan pada Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jasa Kartini.

63
64

B. Definisi Istilah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan di bab sebelumnya,

maka dapat disusun definisi istilah sebagai berikut:

1. Metode Pendidikan Individu ini merupakan cara untuk membina perilaku

baru atau membina seseorang karena setiap individu mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan perilaku

tersebut. Diantaranya, bimbingan dan penyuluhan serta wawancara.

2. Metode Pendidikan Kelompok ini merupakan cara yang harus dilihat dari

besar kecilnya kelompok sasaran agar efektifitas dari metode tersebut

dapat sesuai. Diantaranya, kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok

besar terdiri dari ceramah dan seminar. Sedangkan kelompok kecil terdiri

dari diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok

kecil, memainkan peran, dan permainan simulasi.

3. Metode Pendidikan Massa ini merupakan cara yang tepat untuk digunakan

kepada masyarakat karena bersifat umum dan tidak membedakan golongan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat

Pendidikan dan sebagainya. Diantaranya, ceramah umum, pidato, simulasi,

sinetron Dokter Sartika, tulisan di majalah dan Billboard.

4. Diagnosis perilaku dan lingkungan dapat dilihat dari perilaku pasien dan

keluarga pasien tahu, mau dan mampu untuk meningkatkan kesehatannya

melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk menangani masalah


65

kesehatan yang terjadi. Maka, lingkungan rumah sakit yang tercipta

menjadi nyaman dan sehat serta adanya edukasi yang diberikan oleh

petugas untuk mempengaruhi berperilaku hidup bersih.

5. Diagnosis pendidikan dan organisasi dapat dilihat dari beberapa faktor

yaitu: faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, usia, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan dan norma yang diyakini. Enabling factor

yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi seseorang, program rumah

sakit dan pelayanan rumah sakit. Reinforcing faktor yaitu petugas

kesehatan, perawat, dokter, dan keluarga pasien.

C. Jenis Penelitian

Penelitian Kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2016)

Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan

penemua-penemuan yang tidak diperoleh dengan menggunakan prosedur

statistik. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-

orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat mengenali


66

subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari

(Bogdan dan Taylor 2002, dalam Martha dan Kresno 2016:2).

D. Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

yaitu purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016:218) purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang

apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2016:219) ciri-ciri khusus sampel purposive yaitu

emergent sampling design (sementara), serial selection of sample units

(menggelinding seperti bola salju (snow ball), continuous adjustment or

‘focusing’ of the sample (disesuaikan dengan kebutuhan) dan selection to the

point of redundancy (dipilih sampai jenuh). Berdasarkan pertimbangan tersebut,

maka akan dilakukan wawancara mendalam (indepth interview) sebanyak satu

kali terhadap:

1. Informan utama yaitu Tim PKRS sebagai pelaksana promosi kesehatan rumah

sakit.

2. Informan Triangulasi yaitu Direktur Rumah Sakit, Pasien dan Keluarga

Pasien sebagai upaya untuk menilai keabsahan data pada proses

pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara mendalam.


67

E. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri. Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, melakukan analisis data, menafsirkan data, dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono, 2016:222).

Instrumen lain yang digunakan pada saat pengumpulan data adalah

pedoman wawancara (interview guide) dan lembar ceklis. Pedoman

wawancara digunakan untuk pengumpulan data melalui wawancara

mendalam yang kemudian dibantu dengan alat perekam suara berupa

handphone, kamera dan alat tulis.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan

deskriptif. Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan melalui suatu

wawancara mendalam antara peneliti dan informan, karena sumber data

utama berada dalam penelitian ini berasal dari percakapan mendalam antara

peneliti dan informan. Sebelum melakukan wawancara peneliti perlu

mengetahui kondisi lapangan sebenarnya untuk membantu merencanakan

pengambilan data. Tahapan-tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan

dalam Basrowi (2008) terdiri dari tiga tahapan (Martha dan Kresno, 2016:47).
68

1. Tahap pra-lapangan

a. Menyusun rancangan penelitian

b. Memilih lapangan/daerah penelitian

c. Mengurus perijinan

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

e. Memilih dan memanfaatkan informan

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

g. Persoalan etika penelitian

2. Tahap kegiatan lapangan

a. Memahami latar penelitian

b. Mengetahui batas-batas hubungan antara peneliti dan informan

c. Menjelaskan lama penelitian

d. Memperhatikan etika penelitian

e. Mempelajari bahasa daerah tempat penelitian

f. Mencatat semua informasi dan data yang ditemui

3. Tahap analisis

Pengolahan dan analisis data penelitian kualitatif dilakukan

semenjak peneliti masih mengumpulkan data di lapangan. Data yang

telah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan

harus segera dianalisis. Setelah pengolahan data, selanjutnya dilakukan

interpretasi atau penafsiran data. Penafsiran data adalah upaya untuk

memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap
69

hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian

dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan

teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan

(Tohirin, 2012 dalam Martha dan Kresno 2016:51).

G. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer pada penelitian ini berasal dari hasil data yang bersumber

dari informan yang dilakukan dengan wawancara mendalam serta

observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data yang

mendukung data primer baik secara langsung maupun tidak langsung

seperti dokumen rumah sakit yang menunjang penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik untuk pengambilan data dalam penelitian

ini, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan informan. Menurut

sterberg dalam Sugiyono (2016), wawancara merupakan pertemuan


70

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi

dan fenomena yang terjadi.

Jenis wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara semi

terstruktur atau wawancara mendalam (indepth Interview), meskipun

peneliti menyusun pedoman wawancara tetapi dalam pelaksanaannya

wawancara dilakukan lebih bebas. Tujuannya untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang di wawancara

akan diminta keterangan tentang Kajian kebutuhan promosi kesehatan

yang dilakukan di Rumah Sakit Jasa kartini. Wawancara mendalam

akan dilaksanakan kepada informan utama dan informan triangulasi.

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

lazim digunakan untuk penelitian kualitatif. Observasi berupa kegiatan

dengan menggunakan panca indera baik penglihatan, penciuman,

maupun pendengaran untuk memperoleh informasi yang diperlukan

untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi dapat berupa

aktivitas, kejadian, peristiwa, obyek, kondisi atau suasana tertentu dan

perasaan emosi seseorang.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi dan


71

kondisi kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dengan cara

melihat kebutuhan metode promosi kesehatan yang dilakukan untuk

kepentingan Promosi Kesehatan Rumah Sakit yang ada di Rumah

Sakit Jasa Kartini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 44 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan

Promosi Kesehatan Rumah Sakit menggunakan instrumen lembar

ceklis.

Jenis observasi yang akan dilakukan adalah observasi terus

terang atau tersamar, dimana dalam pengumpulan data peneliti akan

terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan

pengumpulan data untuk penelitian. Ini berarti informan mengetahui

sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti, tetapi dalam suatu

saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal

ini ditujukan untuk menghindari jika data yang dicari merupakan data

yang dirahasiakan.(Sugiyono, 2016:228).

c. Studi Dokumen

Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen karena

dokumen dapat memberikan informasi tentang situasi yang tidak dapat

diperoleh langsung melalui observasi maupun wawancara. Jenis

dokumen yang akan dievaluasi seperti Program Kerja Panitia Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Rumah Sakit Jasa Kartini serta

dokumen Standar Prosedur Operasional lainnya.


72

d. Studi literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori dan konsep

yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Teori dan

konsep ini terkait dengan teori pengambilan keputusan pemilihan

metode promosi kesehatan dan promosi kesehatan rumah sakit. Studi

literatur ini didapatkan baik dari penelitian-penelitian terdahulu,

maupun dari peraturan perundang-undangan, informasi jurnal, berita

media masa dan sumber literatur lainnya.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Indepth Interview (wawancara mendalam) adalah salah satu metode

yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan

keterangan atau informasi secara lisan dari informan, atau bercakap-

cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).

b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan ke absahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data.

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan bersamaan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Ini merupakan bagian yang sangat penting dalam metode
73

ilmiah karena untuk memberikan arti dan makna dari suatu informasi.

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiono (2016), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

(Sugiono, 2016:247). Pada tahap ini merupakan proses dimana peneliti

perlu melakukan telaah awal terhadap data-data yang dikumpulkan dengan

cara melakukan pengujian data dalam kaitannya dengan fokus penelitian.

2. Penyajian data (data display) yaitu penyajian data dalam bentuk teks

naratif, tabel, grafik, dan sejenisnya (Sugiono, 2016:249). Pada tahap ini

sebagai upaya peneliti memaparkan dan menyajikan data secara jelas yang

dapat berupa gambar, grafik, tabel atau semacamnya.

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing / verification) yaitu penyajian

data yang dikemukakan dan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. (Sugiyono,

2016:252). Pada tahap ini verifikasi data dengan melakukan konfirmasi

untuk memperjelas pemahaman yang telah dibuat sebelumnya kemudian

menarik kesimpulan.
74

DAFTAR PUSTAKA
Anis Sofi Hidayati. 2016. Gambaran Pelaksanaan Promosi Kesehatan pada
Instalasi Rawat Jalan ditinjau dari pendekatan Precede-Proceed fase lima
dan enam (Studi kualitatif di Rumah Sakit Paru jember). Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
Agnes, Syamsulhuda, dan Zahroh. 2016. Pelaksanaan Kegiatan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II
Semarang. Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Diponegoro.
Budiman. 2015. Buku Ajar Isu Tatanan Kesehatan Masyarakat. PT. Refika
Aditama. Bandung..
Chintya, Reynaldy, Ayu dan Jayanti. 2015. Penerapan Promosi Kesehatan (PKRS)
di Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga
Banyuwangi.
Fitri Nurdianna. 2017. Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit.
Martha, Evi dan Kresno, Sudarti. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk
Bidang Kesehatan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Nenda, Dian dan Ayu. 2015. Gambaran Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah
sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan
Banyuwangi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan seni. Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Standar Prosedur Operasional. Pedoman Pelaksanaan Assesmen kepada Pasien dan
Keluarga (PFE). Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya
No: 035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Panitia
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Materi Tertulis sebagai Pelengkap Edukasi dan
Informasi yang disampaikan. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini
Tasikmalaya No: 035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan
Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Cara Penyampaian Informasi dan Edukasi kepada
Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya. Peraturan
Direktur Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya No: 035A/PD/007-
100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS).
75

Standar Prosedur Operasional. Memotivasi Pasien dan Keluarga untuk Bertanya


dan Berperan aktif. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini
Tasikmalaya No: 035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan
Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Verifikasi Pasien dan Keluarga dalam memahami
Edukasi. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya No:
035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional.Persyaratan dan Kompetensi taff Rumah Sakit yang
boleh memberikan Edukasi. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini
Tasikmalaya No: 035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan
Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Pendokumentasian Penyuluhan/Edukasi Pasien dan
Keluarga ke dalam Rekam Medik. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa
kartini Tasikmalaya No: 035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman
Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PFE/Patient and
Family Education) untuk Kesehatan pasien yang berkeninambungan.
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya No:
035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Pemberian Edukasi pada Pasien dengan Hambatan
(Pendengaran/Penglihatan/Kognitif/Fisik/Budaya/Emosi). Peraturan
Direktur Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya No: 035A/PD/007-
100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS).
Standar Prosedur Operasional. Sistem Penyeragaman Pencatatan Pendidikan
Pasien. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jasa kartini Tasikmalaya No:
035A/PD/007-100/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Panitia Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. ALVABETA,
cv. Bandung.
Susilowati, Dwi 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta Selatan: Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Trisnowati, Heni. 2018. Perencanaan Program Promosi Kesehatan. ANDI
(Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Widowati, Asih. 2018. Kesehatan & Keselamatan Kerja Rumah Sakit. CV. Trans
Info Media. Jakarta Timur.
76

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mendalam Informan Utama

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam Informan Triangulasi

Lampiran 4. Lembar Ceklis

Lampiran 5. Lembar Validasi Bahasa

Lampiran 6. Lembar Validasi Konten

Anda mungkin juga menyukai