Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA GLUKOSA

DARAH PADA KLIEN DIABETES MELITUS

Adi Antoni1, Delfi Ramadhini2,Febrina Angraini Simamora3


1,3
Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Univesitas Aufa Royhan
2
Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Univesitas Aufa Royhan

e-mail: adiantoni100@gmail.com

ABSTRACT
Progressive muscle relaxation (PMR) is a form of complementary therapy in the form of
relaxation. This study aims to look at the effect of PMR on the blood glucose levels of
diabetes mellitus clients. The research design used was quasi-experimental with one group
pre-test posttest only design. The sample in this study amounted to 25 people taken by
consecutive sampling. Blood glucose levels are measured using a glucometer. The results of
this study indicate that PMR can reduce blood glucose levels in patients with hyperglycemia
in diabetes mellitus. Before the intervention the average blood glucose level was 230.44 gr /
dl and after the intervention it was 187.77 gr / dl (p = 0.0001). the results of this study can be
used as an alternative for patients with diabetes mellitus as complementary therapy in
reducing blood glucose levels in patients with diabetes mellitus.

Keywords: progressive muscle relaxation. Blood glucose levels, diabetes mellitus

ABSTRAK
Relaksasi otot progresif (PMR) merupakan salah satu bentuk terapi komplementer dalam bentuk
relaksasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh PMR terhadap kadar glukosa darah klien
diabetes melitus. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan one group pre
test posttest only design. Sampel pada penelitian ini berjumlah 25 orang yang diambil dengan cara
consecutive sampling. Kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa PMR dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien dengan hiperglikemia
pada diabetes melitus. Sebelum intervensi rata-rata kadar glukosa darah sebesar 230,44 gr/dl dan
sesudah intervensi sebesar 187,77 gr/dl (p=0.0001). hasil penelitian ini dapat dijadikan alternative
bagi pasien diabetes melitus sebagai terapi komplementer dalam menurunkan kadar glukosa darah
pasien diabetes melitus.

Kata kunci: relaksasi otot progresif, kadar glukosa darah, diabetes melitus.

PENDAHULUAN dalam kurun waktu 25 tahun yaitu pada


Diabetes melitus (DM) merupakan salah tahun 2025 jumlah itu akan meningkat
satu noncammunicable diseases (NCDs) menjadi 350 juta orang. Jumlah penderita
yang menjadi masalah kesehatan dunia yang DM tahun 2013 berjumlah 382 juta orang
mengancam bagi kesehatan umat manusia (WHO, 2014). Jika tidak ada tindakan
pada abad 21 (WHO, 2014). Setiap tahun berarti yang dilakukan, jumlah ini
jumlah penderita diabetes melitus diperkirakan akan terus meningkat menjadi
mengalami peningkatan (Diabetes UK, 592 juta pada tahun 2035 (International
2011). Diabetes Federation [IDF], 2013). Di
World Health Organization (2012) Indonesia jumlah klien diabetes melitus
menyatakan jumlah penderita diabetes di diperkirakan akan menempati posisi kelima
atas 20 tahun berjumlah 150 juta orang, dan dunia pada tahun 2030 dengan jumlah
sebanyak 12,4 juta orang (Sudoyo et al., yang digunakan dengan cara consecutive
2009). sampling. Besar sampel dihitung dengan
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) menggunakan tabel power analysis sehingga
dikarakteristikan oleh adanya hiperglikemia, didapatkan 25 sampel. Alat yang digunakan
resistensi insulin, dan adanya pelepasan adalah glucometer. Pengukuran kadar
glukosa hati yang berlebihan (Sudoyo et al., glukosa darah dilakukan sebelum relaksasi
2009). otot progresif. Selanjutnya dilakukan
Diabetes melitus tipe 2 merupakan relaksasi otot progresif selama 2 kali sehari
penyakit swakelola, yang membutuhkan yaitu pada pagi dan sore hari. Pengukuran
energi baik fisik dan mental untuk post test dilakukan setelah relaksasi otot
menyelesaikan tugas-tugas manajemen diri progresif pada sore harinya. Penelitian ini
setiap hari yang diperlukan untuk menjaga dilakukan selama 1 minggu. Analisis data
kesehatan yang optimal. Semua tugas menggunakan uji paired t-test.
manajemen diri klien DMT2,
menggabungkan latihan fisik secara teratur HASIL DAN PEMBAHASAN
ke dalam rencana pengelolaan diabetes HASIL PENELITIAN
(PERKENI, 2015).
Tabel 1. Hasil Analisa KGD sebelum dan
Progressive Muscle Relaxation (PMR) sesudah relaksasi otot progresif (n=25)
merupakan salah tindakan mandiri Intervensi Mean SD P value
keperawatan (McCloskey et al., 2013). PMR Sebelum 230,44 9,66
0.0001
adalah salah satu teknik relaksasi berupa Sesudah 187,77 14,88
gerakan mengencangkan dan melemaskan
otot-otot tertentu untuk memberikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perasaan relaksasi secara fisik (Snyder & gejala fatigue sebelum dilakukan PMR pada
Lindquist, 2010). responden kelompok intervensi
PMR dalat digunakan sebagai terapi menunjukkan rata-rata 7,32 (SD=0,17).
komplementer pada berbagai keluhan Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata
penyakit kronis. Penelitian Antoni (2016) gejala fatigue awal (sebelum dilakukan PMR
menyebutkan bahwa PMR dapat pada kelompok kontrol) menunjukkan 7,27
menurunkan tingkat insomnia pada lansia. Gejala fatigue setelah dilakukan PMR
Selain itu, PMR dapat menurunkan gejala pada responden kelompok intervensi
keletihan pada klien diabetes melitus menunjukkan rata-rata 5,47 (SD=0,28).
(Antoni, 2016). Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata
Relaksasi otot progresif dapat gejala fatigue akhir (setelah periode PMR
menurunkan gejala fatigue dan kadar pada kelompok kontrol) menunjukkan 7,22
glukosa darah klien diabetes (Antoni, 2017). (SD=0,18).
Ghazavi, Talakoob, Abdeyazdan, Attari, dan
Joazi (2007) melakukan penelitian terhadap Tabel 2. Perbedaan Gejala Fatigue Sebelum
75 klien DMT2 menemukan bahwa latihan dan Sesudah Intervensi PMR pada
PMR dapat menurunkan kadar HbA1c Kelompok Intervensi dan Kontrol Klien
dengan menurunkan sekresi kortisol. DMT2 di Poli Endokrin RSUD Dr. Pirngadi
Mashudi (2011) menemukan bahwa PMR Medan (n=33)
dapat menurunkan kadar gula darah pada
Kelompok Gejala Mean t Sig
klien dengan DM tipe 2. Oleh sebab itu,
Fatigue
peneliti melakukan investigasi kembali Intervensi Sebelum 7,32 43,57 <0,001
terkait pengaruh PMR terhadap kadar Sesudah 5,47
klukosa darah pada pasien diabetes melitus. Kontrol Sebelum 7,27 1,73 0,093
Sesudah 7,22
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah kuasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
eksperimen dengan rancangan one group terdapat perbedaan gejala fatigue pada klien
pretest post test only design. Teknik sampel DMT2 sebelum dan sesudah intervensi.
Kelompok intervensi terdapat penurunan laki sebesar 63% (p=0,04). Koch et al.
gejala fatigue rata-rata 1,85 sedangkan pada (1999) dalam studi kualitatif mengemukakan
kelompok kontrol rata-rata 0,05. bahwa perempuan lebih mudah fatigue
Hasil uji statistik paired t-test karena perempuan memiliki rencana kerja
menunjukkan bahwa pada subjek kelompok yang terlalu banyak dan sering
intervensi terdapat perbedaan yang mengeluarkan semua energinya untuk
signifikan antara sebelum dan sesudah memenuhi kewajiban sosial.
dilakukan PMR terhadap gejala fatigue Peningkatan gejala fatigue juga berkaitan
(t=43,57; p<0.001). Sedangkan pada dengan usia (Sheo et al., 2013). Semakin
kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bertambahnya umur akan semakin rentan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah terjadinya kelelahan (Singh, 2013). Hasil
dilakukan PMR terhadap gejala fatigue penelitian Sheo et al. (2013) terhadap 180
(t=1,73; p=0.093). klien DMT2 yang dilakukan di Korea
menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara
usia dengan gejala fatigue. Kelelahan akan
semakin dirasakan seiring bertambahnya
Tabel 3. Perbedaan Gejala Fatigue pada umur. Hal ini dikarenakan terjadinya
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol penurunan kekuatan dan ketahanan otot,
pada Klien DMT2 di Poli Endokrin RSUD sehingga kelelahan akan semakin meningkat
Dr. Pirngadi Medan (n=33) (Williams & Hopper, 2007).
Indeks massa tubuh juga berkaitan
Gejala fatigue klien Mean t Sig dengan peningkatan gejala fatigue (Fritschi,
DMT2 2008). Peningkatan kadar sitokin pro-
Kelompok intervensi 5,47 <0,001
Kelompok kontrol 7,22
-30,453 inflamasi (seperti yang terlihat pada individu
obesitas) merupakan faktor yang signifikan
Pengaruh PMR terhadap gejala fatigue dalam peningkatan fatigue (Pickup, Dphil, &
pada penelitian ini diidentifikasi dengan Ercpath, 2004). Penelitian Adeniyi et al.
membandingkan nilai akhir sirkulasi antara (2014) yang dilakukan di Nigeria terhadap
kelompok intervensi dan kontrol dengan 122 klien DMT2 didapatkan bahwa nilai
menggunakan analisa statistik independent rasio klien yang memiliki berat badan lebih
t-test. Berdasarkan analisa, ditemukan (overweight) adalah 2,41 kali lebih besar
bahwa terdapat perbedaan gejala fatigue mengalami keluhan fatigue daripada klien
yang signifikan antara kelompok intervensi yang memiliki IMT normal.
dan kontrol (t=-30,453; p<0.001). Drivsholm et al. (2005) mengemukakan
bahwa peningkatan gejala fatigue juga
PEMBAHASAN berkaitan erat dengan peningkatan kadar
Berdasarkan data awal, gejala fatigue glukosa darah. Kadar glukosa darah diatas
sebelum dilakukan PMR pada responden 200gr/dl meningkatkan keluhan fatigue yang
kelompok intervensi menunjukkan rata-rata dialami klien DMT2 (Warren et al., 2003).
7,32 (SD=0,17). Sedangkan pada kelompok PMR adalah salah satu teknik relaksasi
kontrol, rata-rata gejala fatigue awal yang didesain untuk membantu meredakan
menunjukkan 7,27 (SD=0,13). Fritschi ketegangan otot yang terjadi ketika sadar
(2008) mengemukakan bahwa fatigue (National Safety Council, 2003). Penelitian
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Demiralp et al. (2009), dari 27 klien kanker
indeks massa tubuh dan kadar glukosa yang dilakukan PMR dengan waktu 15
darah. Sheo et al. (2013) juga menambahkan menit (dilakukan sebelum dan sesudah
bahwa fatigue dipengaruhi oleh faktor usia kemoterapi) selama satu minggu didapatkan
dan jenis kelamin. penurunan skor gejala fatigue dengan rata-
Valentine et al. (2008) melakukan rata 4,03. Hal ini juga didukung oleh
penelitian terhadap 127 klien lansia yang penelitian Mashudi (2011) yaitu latihan
dilakukan di Cina menyatakan bahwa wanita PMR dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari
lebih besar mengalami fatigue daripada laki- mampu menurunkan kadar glukosa darah
klien DMT2.
Mekanisme kerja PMR dalam mengatasi keperawatan dalam mengaplikasikan
fatigue pada klien dengan DMT2 dikaitkan intervensi mandiri keperawatan berupa
dengan faktor fisiologis yaitu hiperglikemi. PMR.
PMR akan mengaktifkan saraf parasimpatis PMR dapat dilakukan dalam praktik
yang kemudian diteruskan ke hipotalamus. keperawatan baik di rumah sakit maupun
Selanjutnya, hipotalamus akan menurunkan pada praktik keperawatan mandiri untuk
stimulasi neuron-neurosekretori untuk membantu menurunkan gejala fatigue klien
melepaskan hormon CRH (Corticotropin DMT2.
Releasing Hormone) ke hipofisis anterior, Peneliti mengharapkan bagi penelitian
sehingga hipofisis anterior menghambat keperawatan agar dapat menjadi dasar untuk
pelepasan hormon ACTH mengembangkan penelitian selanjutnya
(Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam dengan lebih mempertimbangkan
sirkulasi. Hambatan pelepasan ACTH akan pengaturan ruang dan waktu pemberian
menghambat stimulasi korteks adrenal untuk intervensi PMR serta mempertimbangkan
mensekresi glukokortikoid (kortisol) serta pengukuran fatigue secara objektif.
pada medula adrenal yang menghasilkan
hormon katekolamin terutama epineprin dan DAFTAR PUSTAKA
norepineprin (Greenberg, 2002). Adeniyi, A. F., Ogwumike, O. O.,
Penurunan kerja epineprin pada pankreas Akinwonmi, A. O., & Fasanmade, A.
akan meningkatkan fungsi pankreas dalam A. (2014). Links between adiposity,
produksi insulin sehingga kerja insulin akan physical activity and self-reported
meningkat. Sedangkan hambatan sekresi fatigue in patients with type 2 diabetes
kortisol akan memiliki efek metabolik mellitus. International Journal
berupa peningkatan penyerapan dan Diabetes Developing Countries,
penggunaan glukosa oleh banyak jaringan 34(3), 144-149. doi:10.1007/s13410-
(Timby & Smith, 2010). 013-0175-6.
Hambatan kortisol juga menurunkan
metabolisme glukosa melalui Dayapoglu, N., & Tan, M. (2012).
gluconeogenesis sehingga asam amino, Evaluation of the effect of progressive
laktat, dan piruvat tidah diubah menjadi relaxation exercises on fatigue and
glukosa darah yang akhirnya akan sleep quality in patients with multiple
menurunkan kadar glukosa darah (Tortora & sclerosis. The Journal Of Alternative
Derrickson, 2009). Penurunan And Complementary Medicine,
gluconeogenesis akan menurunkan 18(10), 983-987. doi:
metabolisme anaerob sehingga terjadi 10.1089/acm.2011.0390.
penurunan penumpukan asam laktat yang
menumpuk di otot dan di pembuluh darah Demiralp, M., Oflaz, F., & Komurcu, S.
karena adanya penurunan konsentrasi ion H+ (2010). Effects of relaxation training
di dalam intraselular. Kondisi ini juga akan on sleep quality and fatigue in patients
menurunkan gejala fatigue yang dialami with breast cancer undergoing
(Timby & Smith, 2010). adjuvant chemotherapy. Journal of
Clinical Nursing, 19, 1073-1083. doi:
SIMPULAN DAN SARAN 10.1111/j.1365-2702.2009.03037.x.
SIMPULAN Diabetes UK (2011). Diabetes in the UK
PMR berpengaruh secara bermakna 2011/2012: key statistics on diabetes.
terhadap penurunan gejala fatigue klien Diperoleh dari
DMT2, nilai p<0.001. http://www.diabetes.org.uk
%2Fdocuments%2 Freports%2
SARAN Fdiabetes-in-the-uk-2011-12.pdf.
PMR dapat dilakukan pada praktik
pembelajaran khususnya terapi Drivsholm, T., Olivarius, N., Nielsen, A. B.,
komplementer dalam perkuliahan sehingga & Siersma, V. (2005). Symptoms,
meningkatkan keahlian mahasiswa
signs and complications in newly and its treatment. Clinicial Journal of
diagnosed type 2 diabetic patients, Oncology Nursing, 11(1), 99-113.
and their relationship to glycaemia, doi:10.1188/07.CJON.99-113.
blood pressure and weight.
Diabetologia, 48(2), 210-214. doi:10. Morsch, C. M., Goncalves., L. F., & Barros,
1007/s00125-004-1625-y E. (2006). Health-related quality of
life among haemodialysis patients
Fritschi, C. (2008). Fatigue in women with relationship with clinical indicators,
type 2 diabetes. Diperoleh dari http:// morbidity and mortality. Journal of
search.proquest.com/file=pdf/UMI- Clinical Nursing, 15(4), 498-504.
3345531.pdf. doi: 10.1111/j.1365-
2702.2006.01349.x.
Ghazavi, Z., Talakoob, S., Abdeyazdan, Z.,
Attari, A., & Joazi, M. (2007). Effect National Safety Council (2003). Manajemen
of massage therapy and muscle Stress. Jakarta: EGC.
relaxation on glycosylated
hemoglobin in diabetic children. North American Nursing Diagnoses
Shiraz E-Medical Journal, 9(1), 11- Assessment (2012). Nursing
16. diagnoses: definitions and
classification. NANDA International
Greenberg, S. S. (2002). Comprehensive 2012-2014. Oxford: Wiley-Blachwell.
stress management. (7th ed). New Ltd.
York: The McGraw-Hill Companies.
Pickup, J. C., Dphil., & Ercpath. (2004).
International Diabetes Federation (2013). Inflammation and activated innate
International diabetes federation immunity in the pathogenesis of type
managing older people with type 2 2 diabetes. Diabetes Care, 27(3), 813-
diabetes global guideline. Diperoleh 23.
dari http://www.idf.org/diabetes-
evidence-demands-real-action-un- Sheo, Y. M., Hahm, J. R., Kim, T. K., &
summit-non-communicable-diseases. Choi, W. H. (2013). Factors affecting
fatigue in patients with type ii
Koch, T., Kralik, D., & Sonnack, D. (1999). diabetes mellitus in korea. Asian
Women living with type II diabetes: Nursing Research, 9, 60-64.
The intrusion of illness. Journal of doi:10.1016/j.anr.2014.09.004.
Clinical Nurs, 8(6), 712-722.
Singh, R. (2013). Understanding Fatigue in
Mashudi (2011). Pengaruh progressive Persons with Type 2 Diabetes: A
muscle relaxation terhadap kadar Mixed Methods Study. Diperoleh
glukosa darah pasien diabetes mellitus dari: http:/search.proquest.com.
tipe 2 di rumah sakit umum daerah
raden mataher jambi. Diperoleh dari Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., &
http://lontar.ui.ac.id/file=pdf/abstrak- Cheever, K. H. (2010). Brunner &
20281698.pdf. Suddarth’s Textbook of medical-
surgical nursing. (12th ed).
McCloskey, T. H., et al. (2013). Nursing Philadelphia: Lippincott Williams &
Interventions Classification (Nic). (6th Wilkins.
ed). Elsevier Mosby-Year Book. Inc.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010).
Mitchell, S. A., Beck, S. L., Hood, L., Complementary & alternative
Moore, K., & Tanmer, E. R. (2007). therapies in nursing. (6th ed). New
Putting evidence into practice: York: Spinger Publishing Company.
evidence based intervention for
fatigue during and following cancer
Sudoyo, A, W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Williams, L. S., & Hopper, P. D. (2007).
Simadibrata, M & Setiati, S. (2009). Understanding medical surgical
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. nursing. (3rd ed). Philadelphia: Davis
Jakarta: Interna Publishing. Company.

Timby, B. K., & Smith, N. E. (2010). World Health Organization (2012).


Introductory medical-surgical Diabetes. Geneva: World Health
nursing. (10th ed). Ney York: Organization, 2012. Diperoleh
Lippincott Williams & Wilkins. dari:http://www.who. int/mediacentre/
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). factsheets/ fs312/ en/ index.html.
Principles of anatomy and
th World Health Organization (WHO) (2014).
physiology (12 ed). USA: John Noncommunicable disease country
Wiley & Sons, Inc. profiles. Diperoleh dari
Valentine, R. J., McAuley, E., Vieira, V. J., http://www.who.int/nmh/publications/
Baynard, T., Hu, L., Evans, E. M., & ncd-profiles-2014/en/.
Woods, J. A. (2008). Sex differences
in the relationship between obesity, C-
reactive protein, physical activity,
depression, sleep quality and fatigue
in older adults. Brain, Behavior, and
Immunity, 23, 643–648.
doi:10.1016/j.bbi.2008.12.003.

Warren, R. E, Deary, I. J., & Frier, B. M.


(2003). The symptoms of
hyperglycaemia in people with
insulin-treated diabetes: Classification
using principal components analysis.
Diabetes Metabolism Research and
Reviews, 19(5), 408-414.
doi: 10.1002/ dmrr.396.

Weijman, I., Kant, I., Swaen, G. M., Ros,


W. J. G., Rutten, G. E. H. M.,
Schaufeli, W. B., Schabracq, M. J., &
Winnubst, J. A. M. (2004). Diabetes,
employment and fatigue-related
complaints: A comparison between
diabetic employees, “healthy”
employees, and employees with other
chronic diseases. Journal Occupation
Environment Medicine, 46(8), 828-
836. doi:10.1097/01.jom.
0000135605.62330.ca.

Wenzel, J., Utz, S. W., Steeves, R., Hinton,


I., & Jones, R. (2005). "Plenty of
sickness" descriptions by merica
mericans living in rursal areas with
type 2 diabetes. Diabetes Educator,
37(1), 98-107.

Anda mungkin juga menyukai