Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH WORKLIFE BALANCE DAN SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA

TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) DENGAN


KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi pada Tenaga Medis RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun)

Muhamad Salim

S1-Manajemen, STIE Putra Bangsa Kebumen

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh worklife balance, spiritualitas di


tempat kerja, terhadap organizational citizenship behavior melalui komitmen organisasi pada
tenaga medis RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Variabel bebas pada penelitian ini
adalah worklife balance dan spiritualitas di tempat kerja, sedangkan variabel terikatnya
adalah komitmen organisasi dan organizational citizenship behavior. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini adalah non probability sampling, dimana semua populasi dijadikan
sampel sebanyak 38 responden. Hipotesis diuji dengan bantuan program SPSS 23.0 for
windows. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan analisis jalur.
Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 substruktural I
sebesar 0,882 artinya 88,2% variabel komitmen organisasi dapat dipengaruhi oleh worklife
balance dan spiritualitas di tempat kerja dan 17,8% dipengaruhi variabel lain di luar model.
Sementara itu nilai Adjusted R2 substruktural II sebesar 0,939 artinya 93,9% variabel
organizational citizenship behavior dipengaruhi oleh worklife balance, spiritualitas di tempat
kerja, dan komitmen organisasi, serta 6,1% dipengaruhi variabel lain di luar model.
Berdasarkan hasil analisis jalur dan uji t yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
tingginya organizational citizenship behavior dipengaruhi oleh worklife balance, spiritualitas
di tempat kerja, dan komitmen. Sementara worklife balance dan spiritualitas di tempat kerja
bisa berpengaruh langsung terhadap organizational citizenship behavior serta komitmen
organisasi dapat dijadikan sebagai variabel intervening secara parsial.

Kata kunci : Worklife balance, spiritualitas di tempat kerja, komitmen organisasi,


organizational citizenship behavior
2

PENDAHULUAN dilakukan dengan rasa tanggung jawab demi


kemajuan organisasi.
Rumah Sakit sebagai salah satu Dalam manajemen sumber daya
fasilitas pelayanan kesehatan merupakan manusia, dikenal istilah Organizational
bagian dari sumber daya kesehatan yang Citizenship Behaviour. Istilah ini merupakan
sangat diperlukan dalam mendukung perilaku yang bukan merupakan merupakan
penyelenggaraan upaya kesehatan bagian dari tugas yang telah dipersyaratkan
masyarakat. Penyelenggaran pelayanan secara formal bagi seorang karyawan, tetapi
kesehatan di Rumah Sakit mempunyai secara keseluruhan mendorong fungsi efektif
karakteristik dan organisasi yang kompleks. organisasi. Dalam upaya peningkatan sumber
Terdapat beberapa jenis tenaga kesehatan daya manusia, untuk melaksanakan tugasnya
dengan perangkat keilmuannya masing- karyawan sering kali dihadapkan pada
masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu kondisi yang tidak menyenangan. Mereka
pengetahuan dan teknologi kedokteran yang harus senantiasa berhadapan dengan berbagai
berkembang pesat yang harus diikuti oleh tugas yang sifatnya mendesak dan dituntut
tenaga kesehatan dalam rangka pemberian untuk segera diselesaikan. Mereka dituntut
pelayanan yang bermutu, membuat semakin tidak hanya bekerja seperti yang ada pada
kompleksnya permasalahan dalam Rumah perspektif bekerja atau hanya sesuai dengan
Sakit. Oleh sebab itu, sumber daya manusia tugas-tugas resminya saja (Intra-role), tetapi
harus dikelola dengan baik sehingga mampu mereka diharapkan bekerja melebihi apa
untuk mencapai visi dan misi organisasi. yang seharusnya mereka lakukan dalam
RSU PKU Muhammadiyah tugasnya (Extra-role). Perilaku Extra-role
Kutowinangun merupakan organisasi yang tersebut sering disebut juga Organizational
memberikan pelayanan jasa kesehatan. Citizenship Behaviour (Robbins dan Coulter,
Sebuah rumah sakit dengan pelayanan prima 2013: 172-173).
selama 24 jam dan berfokus pada kebutuhan Menurut Organ (1988),
pasien. Untuk dapat menjadikan rumah sakit Organizational Citizenship Behavior (OCB)
dengan pelayanan yang memuaskan sesuai merupakan perilaku pilihan dan inisiatif
dengan visinya yaitu “menuju rumah sakit individual, tidak berkaitan dengan sistem
yang islami dengan pelayanan reward formal organisasi. Wujud perilaku
prima,profesional, terjangkau dengan tanpa OCB tersebut antara lain membantu rekan
mengesampingkan unsur sosial”, maka dalam timnya, secara sukarela melakukan
diperlukan sebuah kerjasama yang baik oleh pekerjaan ekstra, menghindari konflik yang
semua elemen yang terlibat dalam aktifitas tidak perlu diperdebatkan, memberi motivasi
organisasi termasuk tenaga medis khususnya rekan yang lain apabila mengalami kesulitan
perawat dan bidan. Sampai saat ini, jumlah dan sesekali mentolerir pekerjaan yang dapat
perawat dan bidan di RSU PKU menjadi beban, gangguan dan menyusahkan.
Muhammadiyah Kutowinangun berjumlah OCB secara tidak langsung dapat
38 orang. Berdasarkan wawancara peneliti meningkatkan kinerja indvidu bahkan kinerja
menemukan fenomena yang menarik, perusahaan dimana indvidu tersebut bekerja
dimana para karyawan merasa pentingya dan dianggap sebagai salah satu faktor yang
memberikan perhatian dan pertolongan pada paling penting yang mempengaruhi
karyawan lain serta bersedia mengerjakan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff &
pekerjaan di luar jobdesk-nya. Hal ini Mac Kenzie: 2006).
3

Pada organisasi ini, para tenaga Timbulnya perilaku OCB berdampak


medis memberikan perhatian yang lebih positif bagi perusahaan/ organisasi yang
secara sukarela untuk tenaga medis lainnya antara lain disebabkan oleh komitmen
ataupun kepada pasien. Dalam keadaan organisasi (Luthans, 2006). Lebih lanjut,
darurat, perawat bersedia mengambil alih Luthans (2006) mendefinisikan komitmen
peran sebagai sopir ambulance, menyuapi organisasi sebagai keinginan kuat untuk tetap
pasien jika tidak ada keluarganya yang sebagai anggota organisasi tertentu;
menjaga,serta bersedia menunda waktu keinginan untuk berusaha keras sesuai
pulang dan membantu rekan kerja apabila dengan keinginan organisasi; dan keyakinan
dibutuhkan. Perawat dan Bidan yang ada tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan
berusaha untuk saling memahami situasi, organisasi.
kondisi, dan karakteristik rekan kerja satu Menurut Nagar (2012) Komitmen
dengan yang lain, meningkatkan komunikasi organisasional adalah tingkat dimana
agar tidak terjadi kesalah pahaman, dan karyawan yakin dan menerima tujuan
membangun rasa kekeluargaan dengan organisasi, serta berkeinginan untuk tetap
sesama rekan kerja agar dapat membina tinggal dengan organisasi tersebut.
hubungan yang baik. Mereka menyadari Komitmen organisasional menunjukkan
bahwa hubungan yang baik dengan rekan tingkat keyakinan dan loyalitas individu
kerja dapat mempererat kerja sama antar terhadap organisasinya atau intensitas
perawat dalam melayani seluruh pasien. seseorang untuk mengidentifikasi dirinya,
Perilaku prososial atau tindakan ekstra yang serta tingkat keterlibatannya dalam
melebihi deskripsi peran yang ditentukan organisasi (Indriyani dan Wisnu, 2011).
organisasi disebut sebagai OCB. Avolio et al. (2004), menyatakan bahwa
Perilaku OCB tidak serta merta komitmen organisasional adalah sikap yang
muncul tanpa ada faktor yang mencerminkan sejauh mana seorang individu
mempengaruhi. Organisasi dan individu mengenal dan terikat dengan organisasinya.
memliki peran yang besar dalam kemunculan Komitmen karyawan terhadap organisasi
perilaku tersebut. Organisasi dikatakan ditunjukan dengan keterlibatannya secara
berhasil dalam menumbuhkan perilaku OCB aktif dalam mencapai tujuan organisasi
apabila mengarahkan karyawan untuk tidak (Shinta, 2013). Keberhasilan organisasi dapat
hanya mengerjakan tugas pokonya saja, dicapai apabila karyawan dapat berperilaku
tetapi mau melaksanakan pekerjaan di luar positif terhadap diri mereka sendiri dan
tugas pokoknya, seperti bekerja sama dengan organisasi, melalui kejelasan tujuan,
sesama perawat atau bidan dalam menentukan peran karyawan, pemberdayaan
menyelesaikan suatu permasalahan, bersifat karyawan, otonomi di tempat kerja, kepuasan
aktif dan reaktif terhadap pekerjaan, kerja dan iklim kerja yang positif akan dapat
memberikan saran yang mendukung, mendorong prestasi, kreativitas dan
memberikan pelayanan ekstra kepada pasien, kemampuan karyawan sehiangga karyawan
serta mengunakan waktu kerjanya secara dapat bersikap positif terhadap organisasi
efektif. Dengan banyaknya hal positif yang (Arabiyat, 2011).
ada di organisasi ini, maka tenaga medis Kemunculan perilaku OCB didukung
yang ada merasa nyaman untuk tetap bekerja oleh komitmen organisasi perawat dan bidan.
di organisasi ini. Komitmen perawat dan bidan yang bekerja
di RSU PKU Muhammadiyah
4

Kutowinangun dibuktikan dengan pelayanan di tempat kerja, yaitu fenomena yang bersifat
yang baik terhadap pasien, ramah dalam universal dimana organisasi mengakui
memberikan pelayanan, mayoritas perawat bahwa orang yang bekerja dalam suatu
dan bidan sudah bekerja diatas 3 tahun. organisasi perusahaan memiliki kehidupan
Komitmen organisasi sangat dibutuhkan di batiniah tumbuh karena kebermaknaan
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun pekerjaan bagi kehidupannya. Sebagai
agar perawat dan bidan yang bekerja mampu manusia maka orang memiliki pikiran dan
memberikan kontribusi lebih sehingga roh, dan selalu berusaha menemukan makna
pelayanan dapat lebih maksimal dan RSU dan tujuan hidup dalam pekerjaan mereka.
PKU Muhammadiyah Kutowinangun Spiritualitas di tempat kerja adalah sebuah
menjadi lebih maju. konsep yang membahas tentang kaitan
OCB dapat dipengaruhi oleh worklife aspek-aspek spiritualitas dengan lingkungan
balance (keseimbangan kehidupan kerja) dan kerja. Spiritualitas dalam pekerjaan bukan
workplace spirituality (spiritualitas di tempat tentang membawa agama ke dalam ranah
kerja). Keseimbangan kehidupan kerja dan pekerjaan, melainkan kemampuan karyawan
spiritualitas di tempat kerja menjadi suatu sebagai makhluk spiritual untuk
aspek penting yang dapat meningkatkan menghadirkan keseluruhan dirinya untuk
komitmen dan OCB dalam organisasi bekerja. Robbins (2008) menjelaskan bahwa
(Makiah, Asmoni, dan Nurmayanti, 2018). Spiritualitas di tempat kerja menyadari
Worklife balance adalah kemampuan bahwa manusia memiliki kehidupan batin
individu untuk mengelola dan menentukan yang tumbuh dan ditumbuhkan oleh
kehidupan sehari-hari mereka untuk pekerjaan yang bermakna yang berlangsung
mendapatkan rasio waktu untuk bekerja, dalam konteks komunitas. Organisasi yang
waktu untuk keluarga, waktu untuk teman, mendukung kultur spiritual mengakui bahwa
dan waktu yang tepat untuk diri sendiri manusia memiliki memiliki pikiran dan jiwa,
(Wongthongdee, 2009). berusaha mencari makna dan tujuan dalam
Worklife balance perawat dan bidan pekerjaan mereka, dan hasrat untuk
terlihat dari kinerja perawat dan bidan yang berhubungan dengan orang lain, serta
tidak terganggu dengan kondisi di luar kerja menjadi bagian dari sebuah komunitas.
dan mampu bekerja dengan profesional. Spiritualitas di tempat kerja bukan
Perawat dan bidan di RSU PKU membawa agama dalam pekerjaan, namun
Muhammadiyah Kutowinangun juga tidak kemampuan menghadirkan keseluruhan diri
mempermasalahkan sistem shift yang karyawan untuk bekerja. Spiritualitas di
diterapkan oleh pihak manajemen dan bisa tempat kerja dapat membawa karyawan lebih
menyesuaikan antara sistem shift yang efektif dalam bekerja, karena karyawan yang
diterapkan dengan tugas dan kewajiban di melihat pekerjaan mereka sebagai alat untuk
rumah dan masyarakat. Hal inilah yang meningkatkan spiritualitas akan
menunjukkan adanya Keseimbangan menunjukkan usaha yang lebih besar
kehidupan kerja dari perawat dan bidan di dibanding karyawan yang melihat
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. pekerjaannya hanya sebagai alat untuk
Selanjutnya, faktor yang memperoleh uang. Berdasarkan hasil
mempengaruhi OCB adalah spiritualitas di wawancara dengan kabag kepegawaian di
tempat kerja. Podsakoff, dkk (2000) RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun,
memberikan pengertian tentang spiritualitas perawat dan bidan memiliki spiritualitas di
5

tempat kerja yang bagus, seperti saling Kerangka konseptual :


tolong-menolong antar sesama bidan dan
perawat, semangat dalam bekerja, dan
Worklife
dedikasi untuk pasien atas perannya sebagai Balance H3
sesama manusia. faktor yang paling dominan H1
dalam pembentukan spiritualitas di tempat
kerja adalah dari organisasi Muhammadiyah Komitmen
OCB
Organisasi H5
yang memang menekankan kepada semua
H2
anggota organisasi untuk mempunyai
Spiritualitas
spiritualitas yang baik. di Tempat
H4
Kerja

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
(postivisme). Pendekatan ini merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan penelitian yang bekerja dengan Data yang sudah diujikan dinyatakan
angka, datanya terwujud bilangan, dianalisis valid dan reliabel karena semua butir
menggunakan statistik untuk menjawab melebihi nilai r tabel dan nilai alpha.
pertanyaan atau pengujian terhadap hipotesis Sedangkan hasil pengaruh antara variabel
yang bersifat spesifik dan untuk melakukan bebas dan terikat di jelaskan sebagai berikut :
prediksi bahwa suatu variabel tertentu
mempengaruhi variabel lainya (Creswell, a. Koefisien regresi X1 sebesar 0,459
2010). Pendekatan kuantiitatif mendasarkan menunjukkan bahwa dengan adanya
kajian pada prinsip rasional empirik. Oleh variabel worklife balance akann
karena itu sebelum melakukan penelitian meningkatkan komitmen organisasi
para peneliti harus menemukan sebesar 0,459. Hal ini menunjukkan
permasalahan dan hipotesis untuk diuji bahwa semakin tinggi nilai koefisien
berdasarkan atas kriteria-kriteria yang worklife balance berarti komitmen
ditetapkan serta alat analisis yang akan organisasi RSU PKU Muhammadiyah
digunakan. Populasi dalam penelitian ini Kutowinangun semakin meningkat.
berjumlah 38 tenaga medis dan b. Koefisien regresi X2 sebesar 0,514
menggunakan sampel jenuh. Teknik analisis menunjukkan bahwa dengan adanya
data yang digunakan adalah uji instrumen variabel spiritualitas di tempat kerja akan
validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, meningkatkan komitmen organisasi
uji hipotesis, analisis jalur. Sedangkan r tabel sebesar 0,514. Hal tersebut menunjukkan
dalam penelitin ini 0,3202 dan t tabel dalam bahwa semakin tinggi nilai koefisien
penelitian ini 2,0281 dengan rumus dimana spiritualitas di tempat kerja berarti
jumlah variabel bebes di kurang dengan komitmen organisasi RSU PKU
jumlah responden. Muhammadiyah Kutowinangun semakin
meningkat.
c. Koefisien regresi X1 sebesar 0,300
menunjukkan bahwa dengan adanya
variabel worklife balance akann
meningkatkan OCB sebesar 0,300. Hal ini
6

menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai baik. Worklife balance berpengaruh


koefisien worklife balance berarti OCB di terhadap komitmen organisai pada tenaga
RSU PKU Muhammadiyah medis RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun semakin meningkat. Kutowinangun. Hal ini menunjukan
d. Koefisien regresi X2 sebesar 0,341 bahwa worklife balance dapat menstimuli
menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan komitemen orgaisasi tenaga
variabel spiritualitas di tempat kerja akan medis RSU PKU Muhammadiyah
meningkatkan OCB sebesar 0,514. Hal Kutowinangun.
tersebut menunjukkan bahwa semakin 3. Spiritualitas di tempat kerja berpengaruh
tinggi nilai koefisien spiritualitas di terhadap komitmen organisai pada tenaga
tempat kerja berarti OCB di RSU PKU medis RSU PKU Muhammadiyah
Muhammadiyah Kutowinangun semakin Kutowinangun. Hal ini menunjukan
meningkat. bahwa Spiritualitas di tempat kerja dapat
e. Koefisien regresi Y1 sebesar 0,363 menstimuli peningkatan komitemen
menunjukkan bahwa dengan adanya orgaisasi tenaga medis RSU PKU
variabel komitmen organisasi di tempat Muhammadiyah Kutowinangun.
kerja akan meningkatkan OCB sebesar 4. Worklife balance berpengaruh terhadap
0,363. Hal tersebut menunjukkan bahwa organizational citizenship behavior pada
semakin tinggi nilai koefisien komitmen tenaga medis RSU PKU Muhammadiyah
organisasi berarti OCB di RSU PKU Kutowinangun. Hal ini menunjukan
Muhammadiyah Kutowinangun semakin bahwa worklife balance dapat menstimuli
meningkat. peningkatan organizational citizenship
behavior driver pada tenaga medis RSU
PENUTUP PKU Muhammadiyah Kutowinangun.
5. Spiritualitas di tempat kerja berpengaruh
KESIMPULAN terhadap organizational citizenship
1. Komitmen organisasi berpengaruh behavior pada tenaga medis RSU PKU
terhadap organizational citizenship Muhammadiyah Kutowinangun. Hal ini
behavior pada tenaga medis RSU PKU menunjukan bahwa spiritualitas di tempat
Muhammadiyah Kutowinangun. Hal ini kerja dapat menstimuli peningkatan
menunjukan bahwa komitmen organisasi organizational citizenship behavior pada
dapat menstimuli peningkatan tenaga medis RSU PKU Muhammadiyah
organizational citizenship behavior Kutowinangun.
tenaga medis RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun. SARAN
2. Tingkat keseimbangan antara pekerjaan a. Komitmen organisasi pada RSU PKU
dan kehidupan pribadi tenaga medis RSU Muhammadiyah Kutowinangun sudah
PKU Muhammadiyah Kutowinangun baik. Perusahaan perlu meningkatkan
berada pada kategori tinggi. Artinya penerimaan terhadap nilai dan tujuan
meski karyawan merasa adanya aktivitas organisasi oleh karyawan, yaitu dengan
baik pekerjaan maupun kepentingan mempertahankan bimbingan rohani yang
pribadi yang mengganggu satu sama lain, diberikan oleh Persyarikatan
mereka masih dapat mengelola dengan Muhammadiyah.
7

b. Worklife balance dalam penelitian ini Commitment: Mediating Role of


memberikan efek yang positif terhadap Psychological Empowerment and
OCB. Pihak RSU PKU Muhammadiyah Moderating Role of Structural
Kutowinangun perlu memelihara worklife Distance”. Journal of
balance dengan cara mempertahankan organizational behavior, 25 (8):
sistem penjadwalan yang adil. 951-968.
c. Spiritualitas di tempat kerja dalam
penelitian ini memberikan efek yang Baihaqi, M., Sunuharyo dan Widyo. 2018.
positif terhadap OCB. Manajemen perlu “Pengaruh On The Job
meningkatkan nilai-nilai spiritual dalam Embeddedness Terhadap
organisasi, transmisi nilai-nilai spiritual Organiation Citizenship Behavior
dalam rencana bisnisnya dan rencana (OCB) dan Kinerja Karyawan”.
pribadi, rancangan manajer sumber daya Jurnal Administrasi Bisnis (JAB),
manusia dalam penerapan dukungan dan Vol. 60, No. 3.
dorongan kepada karyawan. Bitner, Mary Jo, Zeithaml, Valarie A. 1996.
d. Organizational citizenship behavior pada Services Marketing. Edisi 1. Boston.
RSU PKU Muhammadiyah MCGraw-Hill.
Kutowinangun sudah baik menurut
responden. Manajemen perlu Creswell, J. W. (2010). Research design:
meningkatkan perilaku karyawan yang pendekatan kualitatif, kuantitatif,
mau memberikan toleransi ketika ada dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka
suatu keadaan yang kurang baik di dalam Pelajar.
organisasi, sehingga tercipta iklim yang
Federation of International Gynaecologist
positif diantara karyawan, sehingga antar
and Obstetri Tian (FIGO).1991.
karyawan akan lebih kompak untuk
bekerja sama sehingga tercipta Fry, L. W. & Matherly, L. L. 2003.
lingkungan kerja yang nyaman. “Spiritual Leadership and
Organizational Performance: An
Exploratory study”. Artikel tidak
DAFTAR PUSTKA
diterbitkan. Tarleton State
Arabiyat, Bashir, balqaa, Al Al-Saleem, and University.
Basma Issa Tlelan. 2011. “The
Hudson. 2005. The Case for Work-Life
extent
Balance. 20:20 Series. E-book The
of application of the principles of
Case for Work/Life Balance:
the organizational justice and its
Closing the Gap Between Policy
relationship to the organizational
and Practice.
commitment of the faculty members
at the university of Jordan”. Hutcheson, Peggy G. 2012. Work-Life
International Journal of Human Balance Book 1. E-books. U.S.A
Resource Studies,1(2): 52-59. copyright: IEEE-USA.
Avolio, B. J., Zhu W., Koh, W., and Bhatia, Indriyani, Etty dan Haryono, Wisnu, P.C.
P. 2004. “Transformational 2011. “Pengaruh Budaya Organisasi
Leadership and Organizational dan Kepuasan Kerja terhadap
8

Kinerja Karyawan dengan Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber


Komitmen Daya Manusia Edisi 10. Jakarta:
Organisasional sebagai Variable Erlangga
Intervening pada Workshop SMK
Katolik Santo Mikael”. Jurnal STIE Mowday, R.T., Porter, L.W., & Steers, R.M.
AUB. 1(1):21-45. (1982). “Employee-organization
linkages: The psychology of
Jurkiewicz, C. L & Giacalone, R. A. 2004. “ commitment, absenteeism, and
A Values Framework the Impact of turnover”. New York: Academic
Workplace Spirituality on Press.
Organizational Performance”
Journal of Business Ethics. 49 (2): Nagar, K. 2012. “Organizational
129-142. Commitment and Job Satisfaction
among
Kazemipour, F., Amin, S. M., & Pourseidi, Teachers during Times of Burnout”.
MD. B. (2012). “Relationship Vikalpa: The Journal for Decision
Between Workplace and Markets, 37(2): 1-18.
Organizational Citizenship Behavior
Among Nurses Through Mediation Notoatmodjo, Soekidjo (2003).
of Affective Organizational Pengembangan Sumber Daya
Commitment”, Journal of Nursing Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Schoolarship, Vol. XLIV (3): 1-9. Organ, D. W. 1988. “Organizational
Kurniawan, Albert. 2015. “Pengaruh Citizenship behavior: The good
Komitmen Organisasi Terhadap soldier syndrome”. Lexington, MA:
Organizational Citizenship Behavior Lexington Books.
(OCB) PT X Bandung”. Jurnal
Manajemen, Vol.15, No.1. . 1990. “The Motivational Basis of
Organizational Citizenship
Luthans, F. 2006. Prilaku Organisasi, Edisi Behavior”. Research in
Sepuluh, Yogyakarta: Penerbit Organizational Citizenship
Andi. Behaviour, 12, 23-72.

Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1997). . 2006. “Oganizational Citizenship


“Commitment in the workplace: Behaviour : Its Nature, Attecedents,
theory, reserch and application”. and consequences”. SAGE
Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Publication.
Pawar, B. S. 2009. “Some of the Recent
Milliman, John., Chaplewski, Andrew J. And Organizational Behaviour Cocept as
Ferguson, Jeffery. 2003. Precursors to Workplace
“Workplace Spirituality and Spirituality”. Journal Business
Employee Work Attitudes”. Journal Ethics. 88, 245-261.
of Organizational Change
Management-Vol 16, No 4, pp 426- Podsakoff, P. M., Ahearne, M., &
427. MacKenzie, S. B. (1997).
9

“Organizational Citizenship Kepuasan Kerja Karyawan dan


Behaviour and The Quantity and Komitmen Organisasional pada PT.
Quality of Work Group KPM”. Jurnal manajemen, Strategi
Performance”. Journal of Applied Bisnis, dan Kewirausahaan,
Psychology, 17 (4), 287-297. 7(2):116-125.

Robbins, Stpehen P. 2006. Perilaku Weckstein, Stacey Hoffer. 2008. How To


Organisasi. Edisi kesepuluh. Practice The Art Of Life Balance. E-
Jakarta: PT Indeks Kelompok book. Copyright: Stacey Weckstein
Gramedia. Hoffer.

Robbins, Stephen dan Timothy A. Judge. Widyarini, Nilam.2015. “Kajian Spiritualitas


2008. Perilaku Organisasi Edisi ke- di Tempat Kerja pada Konteks
12. Jakarta: Salemba Empat. Organisasi Bisnis”. Jurnal
Psikologi, Volume 42, No. 1, April
Schermerhorn, John D., James G Hunt, 2015: 1 – 14
Richard N Osborn (2005).
Organiizational Beaviour, John Wongthongdee, S. (2009). “Work-Life
Willey and Son Inc. balance/Work-life Effectiveness.
9th Document of Damrong
Sloat, K. C. M, 1999. “Organizational Rajanupab Institute of Research and
Citizenship: Does Your Firm Inspire Development, Office of the
To Be “Good Citizenship”? Permanent Secretary for Interior
Professional Safety, Vol 44 (4). Ministry of Interior, Fiscal year
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan 2009”. Bangkok: Damrong
Pengembangan Kompetensi SDM Rajanupab Institute of Research and
(Teori, Dimensi Pengukuran, dan Development.
implementasi dalam Organisasi). World Health Organization (WHO).1992.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yanti, P.E.T. dan Supartha, I.W.G. 2017.
Peraturan Pemerintah. UU Nomor 44 Tahun “Pengaruh Komitmen
2009 Tentang Rumah Sakit. Organisasional dan Kepuasan Kerja
Shinta, D. K. 2013. “Pengaruh Gaya Terhadap Organizaional Citizenship
Kepemimpinan Transformasional Behavior (OCB)”. E-Jurnal
terhadap Manajemen Unud, Vol. 6, No. 2,
2017: 721-747.

Anda mungkin juga menyukai