Anda di halaman 1dari 13

Gerakan Non-Blok Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia

Guru pengampu : Didin Hariyanto, S.Pd.

Disusun oleh :

Audry Aprillya Saputri (06)

XII MIPA 1

SMA NEGERI 1 TAYU

1
TAHUN AJARAN 2020/2021

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………..…………………….1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………....3

A. Latar Belakang………………………………………………………………...3

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..3

C. Tujuan…………………………………………………………………………4

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………………..5

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………………7

A. Latar Belakang Terjadinya Gerakan Non-Blok……………………………..;..7

B. Eksistensi Gerakan Non-Blok pasca Perang Dingin………………………….9

C. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok….…………………………..…..10

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..……..13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas aktif.

Berdasarkan politik tersebut, Indonesia dalam berhubungan dengan negara lain secara

aktif dan bebas dengan maksud tidak memihak blok manapun.

Pada era pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia cenderung memihak

blok Timur dan pada era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia cenderung

memihak blok Barat. Meskipun dengan kondisi tidak memihak blok manapun tersirat,

tapi Indonesia juga berhasil melaksanakan politik luar negeri bebas aktif yang

dibuktikan dengan Gerakan Non-Blok.

Dalam era globalisasi ini, perkembangan teknologi mempermudah komunikasi

Negara Indonesia dengan negara lain yang bisa dimanfaatkan Negara Indonesia untuk

melaksanakan politik luar negeri bebas aktifnya dengan mudah. Namun

perkembangan teknologi komunikasi tersebut layaknya pedang bermata dua bagi

politik luar negeri Indonesia. Jika digunakan dengan bijak, bangsa Indonesia dapat

melaksanakan politik luar negeri dengan asas bebas aktifnya, namun disisi lain hal

tersebut juga dapat mempengaruhi situasi politik di dalam Negera Indonesia.

Dengan adanya Gerakan Non-Blok menjadi bukti terlaksananya politik luar

negeri bebas aktif Indonesia dan juga sebagai ‘penanda’ bagi negara-negara lain

bahwa Indonesia bersifat netral dalam berorganisasi dengan negara lain.

B. Rumusan Masalah

3
1. Apa yang melatar belakangi Gerakan Non-Blok?

2. Bagaimana eksistensi Gerakan Non-Blok pasca Perang Dingin?

3. Bagaimana peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya Gerakan Non-Blok

2. Untuk mengetahui eksistensi Gerakan Non-Blok pasca Perang Dingin

3. Untuk mengetahui peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

4
BAB II

LANDASAN TEORI

“… Mestikah kita bangsa Indonesia, yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara

kita, hanya harus memilih antar pro-Rusia atau pro-Amerika? Apakah taka da pendirian yang

harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita? Pemerintah berpendapat bahwa pendirian

yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan politik

internasional, melainkan kita harus menjadi subjek yang menentukan sikap kita sendiri,

berhak memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya.

“…Perjuangan kita harus diperjuangkan di atas dasar semboyan kita yang lama: percaya akan

diri sendiri dan berjuang atas kesanggupan kita sendiri. Ini tidak berarti bahwa kita tidak akan

mengambil keuntungan dari pergolakan politik internasional. Memang tiap-tiap politik untuk

mencapai kedudukan negara yang kuat ialah mempergunakan pertentangan internasional

yang ada itu untuk mencapai tujuan nasional. Belanda berbuat begitu, ya segala bangsa

sebenarnya berbuat semacam itu apa sebab kita tidak akan melakukannya? Tiap- tiap orang di

antara kita tentu ada menaruh simpati terhadap golongan ini atau golongan itu, akan tetapi

perjuangan bangsa tidak bisa dipecah dengan menuruti simpati saja, tetapi hendaknya

didasarkan pada realitas, kepada kepentingan negara kita setiap waktu.”… (Mohammad

Hatta, Mendayung Antara Dua Karang” Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976)

Paragraf di atas merupakan kutipan pidato Mohammad Hatta di depan sidang-sidang

BP KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia) pada 2 September 1948. Mohammad

Hatta sebagai Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan,

memberikan keterangan kepada Badan Pekerja KNIP tentang kedudukan politik Negara
5
Indonesia saat itu. Indonesia mengalami banyak masalah. perundingan dengan Belanda yang

dimediasi oleh Komisi Tiga Negara dari PBB terancam gagal. Sementara itu, kaum oposisi

yang dipelopori Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin-Muso

telah menambah buruk situasi dan kondisi politik dalam negeri.

Pada masa itu, Amerika dan Uni Soviet dalam perang dingin. Fraksi FDR PKI

dalamBP KNIP mendesak supaya RI memilih pihak Uni Soviet. Terkait dengan desakan

tersebut, Mohammad Hatta menyatakan bahwa Indonesia tidak memilih satu pihak,

melainikan memilih jalan sendiri untuk mencapai kemerdekaan. Sejak keterangan dari

Mohammad hatta tersebut, politik Indonesia disebut politik luar negeri bebas aktif. Bebas

artinya menentukan jalan sendiri, bersifat netral, tidak memihak pihak manapun; aktif artinya

ikut serta secara aktif dalam menciptakan perdamaian dunia dan bersahabat dengan semua

negara.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Gerakan Non-Blok

Perang Dingin antara blok timur dengan blok barat dimulai pada tahun 1947.

Perang Dingin adalah sebutan bagi suatu periode ketegangan politik dan militer

anatara Dunia Barat, yang dipimpin Amerika Serikat dan NATO sebagai sekutunya,

dengan Blok Timur, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara

satelitnya.

Istilah “dingin” digunakan karena perang tersebut tidak adanya pertempuran

secara langsung, tetapi mereka masing-masing mendukung konflik regional besar

yang dikenal sebagai perang proxy. Konflik tersebut didasarkan pada perjuangan

ideologis dan geopolitik untuk mendapatkan pengaruh global dari kekuatan. Doktrin

Mutually Assured Destruction (MAD) mencegah serangan pendahuluan oleh salah

satu dari keduanya.

Pada tahun 1954 dilangsungkan Konferensi Kolombo di Srilanka. Tahun

1955, Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan. KKA merupakan pemicu

berdirinya GNB. Dalam KAA, pemimpin dari 29 negara anggota mendeklarasikan

komitmen untuk tidak terlibat dalam konfrontasi blok barat dan blok timur.

Konferensi ini berhasil menyatukan kekuatan negara-negara dunia ketiga untuk

bersikap netral dalam menghadapi Perang Dingin pada saat itu. KAA juga

menghasilkan Dasasila Bandung.

7
Pada tanggal 1 sampai 6 September 1961, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

diadakan di Beogard, Yugoslavia. KTT ini ingin mengaplikasikan rumusan Dasasila

Bandung ke kehidupan nyata.

Gerakan Non-Blok didirikan oleh Joseph Broz Tito (Presiden Yugoslavia),

Soekarno (Presiden Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Pandit

Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Ghana).

Gerakan Non-Blok atau Non-Aligned Movement adalah suatu gerakan yang

bersifat netral daan tidak memihak blok barat ataupun blok timur saat terjadinya

Perang Dingin.

Sebab umum didirikannya GNB karena blok barat dan blok timur sama-sama

mengklaim ideologinya yang paling benar dan kecemasan di antara negara-negara

yang belum merdeka seperti Kamerun, Somalia, dan Rwanda. Disamping sebab

umum, adanya sebab khusus dengan didirikannya GNB adalah ditandatanganinya

Dokumen Brioni pada 1956 dan terjadinya Invasi Teluk Babi pada 1961.

Pada awal berdirinya, GNB beranggotakan 25 negara. Yang terdiri dari

Yugoslavia, Kuba, Siprus, 11 negara dari Asia yaitu : dan 11 negara dari Afrika.

Anggota-anggota penting diantaranya Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan,

Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa,

Republik Rakyat Tiongkok. Seiring berjalannya waktu GNB memiliki anggota lebih

dari 100 negara.

Menjadi anggota GNB memiliki prasyarat untuk bergabung. Syarat-syarat

tersebut adalah menganut politik bebas dan hidup berdampingan secara damai;

mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional, tidak menjadi anggota salah satu

pakta militer Amerika Serikat dan Uni Soviet.

8
Tujuan didirikannya GNB untuk menentang kolonialisme, politik apartheid,

dan rasisme serta meredakan ketegangan dunia sebagai akibat persaingan dan

permusuhan dua blok adidaya agar terciptanya suasana dunia yang aman dan damai

sehingga hubungan antar bangsa tetap berlangsung secara demokratis.

Lalu, memperjuangkan kebebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama

atas dasar persamaan derajat karena negara-negara anggota GNB juga berjuang untuk

mengatasi masalah ekonomi negara mereka sendiri. Selanjutnya, bertujuan untuk

meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota GNB yang dapat

mewujudkan kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju

terciptanya tatanan ekonomi dunia yang baru.

B. Ekstensi Gerakan Non-Blok Pasca Perang Dingin

G-77 merupakan perkumpulan 77 negara berkembang ynag didirikan pada

1964. Beberapa anggotanya antara lain Indonesia, Bolivia, Guyana, Brazil, dan lain-

lain. Sejak pertengahan 1970-an, GNB dan G-77 mengadakan serangkaian pertemuan

untuk membahas masalah ekonomi dunia. Kemudian terbentuklah tata ekonomi dunia

baru.

Pada intinya, Tata Ekonomi Dunia Baru mementingkan perbaikan aturan

dagang, peningkatan bantuan pembangunan, dan bertujuan untuk mendorong sistem

ekonomi internasional agar mendukung negara-negara dunia ketiga.

Pada 1989, pasca runtuhnya Tembok Berlin serta kekuatan militer dan politik

komunisme di Eropa Timur, muncul perdebatan mengenai relevansi GNB. Sebagian

besar anggota mengusulkan agar GNB berfokus pada tantangan-tantangan baru dunia

pasca Perang Dingin.

9
Sejak 1990-an GNB berfokus pada pembangunan ekonomi negara

berkembang, pengentasan kemisikinan, dan lingkungan hidup. lalu, sejak abad ke-21

GNB menghadapi tantangan-tantangan baru seperti terorisme, pelucutan senjata

pemusnahan massal, konflik intra dan antar negara.

C. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan asa politik luar negeri bebas aktif,

Indonesia bergabung dengan organisasi Gerakan Non-Blok sebagai perwujudan hal

tersebut. Peran Indonesia dalamGerakan Non-Blok sudah berawal sejak diadakannya

Konferensi Kolombo di Sri Lanka, yang diwakili oleh tokoh Ali Sastroamidjojo.

Indonesia menjadi salah satu negara pendiri Gerakan Non-Blok (GNB). Saat

kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia ditunjuk sebagai pemimpin GNB, yaitu

pada periode 1992-1995. Dalam Organisasi GNB, Indonesia pernah menjadi tuan

rumah KTT GNB ke-X pada 1-7 September 1992 di Jakarta dan Bogor. Hasil dari

KTT GNB ke-X adalah Jakarta Message yang berfokus pada kerja selatan-selatan.

Selama dipimpin Indonesia, GNB dinilai berhasil memainkan peran penting dalam

politik global.

Indonesia juga ikut meredam konflik gerakan separatis Moro di Filipina pada

tahun 1970-an. Gerakan ini berjuang demi kemerdekaan bangsa Moro yang meliputi

wilayah Mindanao, Palawan, dan Sulu.

Gerakan ini berawal dari konflik ynag berlangsung di Pulau Mindanao,

Filipina, pada tahun 1969 antara Pemerintah Filipina dan kelompok-kelompok

pemberontak Muslim Moro.

10
Lalu, Indonesia telah menjadi pihak yang mendapat pengakuan dari

pemerintah Filipina terhadap kesamaan keadaan sosial budaya dan politik. Karena hal

tersebut Indonesia dipercaya untuk meredakan konflik ini.

Indonesia juga dipercaya untuk meredakan konflik Kamboja dan Vietnam.

Konflik tersebut dimulai dengan invasi dan pendudukan Vietnam yang ingin

menyatukan kawasan Indocina dalam satu negara di bawah kekuasaan Vietnam serta

penurunan Khmer Merah dari kekuasaan pada tahun 1979.

Dalam konflik ini, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Jakarta Informal

Meeting (JIM). Hasilnya, Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan situsi di

Kamboja kembali damai.

11
BAB IV

PENUTUP

Indonesia memiliki politik luar negeri bebas aktif yang membuat kita memilih jalan

kita sendiri untuk terus maju dan berkembang. Dengan adanya politik luar negeri tersebut

Indonesia dapat menjalin hubungan yang demokratis dan harmonis dengan negara lain secara

regional maupun internasional. Indonesia pun diharapkan terus untuk berperan aktif dalam

keikutsertaan mewujudkan perdamaian dunia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, dkk. 2018. Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII. Jakarta :

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Non-Blok

https://sejarahlengkap.com/indonesia/peran-indonesia-dalam-gnb

13

Anda mungkin juga menyukai