Anda di halaman 1dari 3

A.

    Hakekat Hukum Internasional


Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan dan
ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan subjek-
subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional. Definisi hukum internasional
yang diberikan oleh para pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti oppenheim dan brierly,
terbatas pada negara sebagi satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek hukum
lainnya.
Namun dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad 20 dan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian
meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional, kelompok-kelompok supranasional, dan gerakan-pembebasan pembebasan
nasional. Bahkan, dalam hal tertentu, hukum internasional juga diberlakukan terhadap individu-
individu dalam hubungannya dengan negara-negara.

Hakekat Hukum Internasional dibagi menjadi dua pandangan, yaitu:


1. Pandangan yang menganggap hukum Internasional itu hanyalah moral internasional; dan
2. Pandangan yang menganggap hukum Internasional itu merupakan suatu produk hukum
yang mengatur masyarakat Internasional.

Hakekat dan dasar berlakunya hukum Internasional didasarkan pada beberapa teori yang
perlu untuk diperkenalkan, dipelajari dan difahami terkait dengan perkembangan hukum
internasional. Menurut Scobbie teori memiliki fungsi untuk memformulasikan atau memberikan
bimbingan bagi seseorang untuk berpikir terhada hal-hal yang bersifat praktis.

B.    Teori Dasar Berlakunya Hukum Internasional


Teori Positvisme
Teori positvisme di bagi menjadi kehendak negara dan kehendak negara bersama-sama.
Teori-teroi yang mendasarkan berlakunya hukum internasional itu pada kehendak negara (teori
voluntaris) ini merupakan pencerminan dari teori kedaulatan dan aliran positivisme yang
menguasai alam pikiran dunia ilmu hukum di Benua Eropa-terutama Jerman pada bagian kedua
abad ke-19.
a. Kehendak Negara
Aliran lain mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional itu atas kehendak negara
itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Menurut mereka, pada dasarnya negaralah
yang merupakan sumber segala hukum, dan hukum internasional itu mengikat karena negara itu
atas kemauan sendiri mau tunduk pada hukum internasional. Aliran ini yang menyadarkan teori
mereka pada falsafah Hegel yang dahulu mempunyai pengaruh yang luas di Jerman. Salah
seorang yang paling terkemuka dari aliran ini adalah George Jellineck yang terkenal dengan
“Selbst-limitation-theorie”-nya. Seorang pemuka lain dari aliran ini ialah Zorn yang berpendapat
bahwa hukum internasional itu tidak lain daripada hukum tata negara yang mengatur hubungan
luar suatu negara (auszeres Staatsrecht). Hukum internasional bukan sesuatu yang lebih tinggi
yang mempunyai kekuatan mengikat di luar kemauan negara.
Kelemahan teori-teori ini ialah bahwa mereka tidak dapat menerangkan dengan
memuaskan bagaimana caranya hukum internasional yang tergantung dari kehendak negara
dapat mengikat negara itu. Bagaimanakah kalau suatu negara secara sepihak membatalkan
niatnya untuk mau terikat oleh hukum itu? Teori ini juga tidak dapat menjawab pertanyaan
mengapa suatu negara baru, sejak munculnya dalam masyarakat internasional sudah terikat oleh
hukum internasional lepas dari mau tidak maunya ia tunduk padanya. Juga adanya hukum
kebiasaan tak terjawab oleh teori-teori ini. Berbagai keberatan tersebut dicoba diatasi oleh aliran
lain dari teori kehendak negara yang hendak menyadarkan kekuatan mengikat hukum
internasional pada kemauan bersama.

b. Kehendak Negara Secara Bersama-sama


Triepel berusaha membuktikan bahwa hukum internasional itu mengikat bagi negara, bukan
karena kehendak mereka satu per satu untuk terikat, melainkan karena adanya satu kehendak
bersama, yang lebih tinggi dari kehendak masing-masing negara, untuk tunduk pada hukum
internasional. Kehendak bersama negara ini, yang berlainan dengan kehendak negara yang
spesifik tidak perlu dinyatakan, dinamakannya “Vereainbarung”. Vereinbarungstheorie ini
mencoba menerangkan sifat mengikat hukum kebiasaan (customary law) dengan mengatakan
bahwa dalam hal demikian kehendak untuk terikat diberikan secara diam-diam (impleid).
Dengan melepaskannya dari kehendak individual negara dan mendasarkannya pada kemauan
bersama (“Vereinbarung”), Triepel mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional pada
kehendak negara tetapi membantah kemungkinan suatu negara melepaskan dirinya dari ikatan itu
dengan suatu tindakan sepihak.
Segi lain dari teori kehendak diatas, yang pada hakekatnya hendak mengembalikan
kekuatan mengikatnya hukum internasional itu pada kehendak (atau persetujuan) negara untuk
diikat oleh hukum internasional ialah bahwa teori-teori ini pada dasarnya memandang hukum
internasional sebagai hukum perjanjian antara negara-negara.
Di sinsi teori kehendak mempunyai titik pertemuan dengan teori alami tentang perjanjian.
Menurut ajaran hukum alami yang klasik, hukum itu mengikat sekedar orang-orang (individu)
mau terikat olehnya. Diterapkan pada masyarakat internasional yang pada waktu itu merupakan
masyarakat antarnegara, teori ini sampailah pada kesimpulan yang sama dengan aliran teori
kehendak.
Kesukaran teori-teori yang hendak menerangkan hakekat hukum (yaitu kekuatan dasar
mengikat hukum itu) berdasarkan kehendak subyek hukum ialah bahwa dasar pikiran ini tidak
bisa diterima. Kehendak manusia saja tidak mungkin merupakan dasar kekuatan hukum yang
mengatur kehidupan. Sebab kalau demikian ia bisa melepaskan diri dari kekuatan mengikat
hukum dengan menarik kembali persetujuannya untuk tunduk pada hukum internaasional
menghendaki adanya suatu hukum ataau norma sebagai sesuatu yang telah ada terlebih dahulu,
dan berlaku lepas dari kehendak negara (aliran obyektivitas).

REFERENSI INTERNET
Yuliana177912. (2017). Hukum dan teori dasar berlakunya hukum. [Daring]
Tersedia: http://yuliana177912.blogspot.com/2017/07/hukum-dan-teori-dasar-berlakunya-
hukum.html. [2021, 24 Oktober].

REFERENSI BUKU

Anda mungkin juga menyukai