Disusun oleh:
1. Abdul Aziz S (K4419001)
2. Almas Hammam Firdaus (K4419011)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat
hidayah serta karunia-Nya sehingga tugas yang berjudul “ Lahirnya Negara
Maritim,Naval Power, dan Sea Power ” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok. Penulis menyadari makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
atas bantuan berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan membantu dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita Aamiin.
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia diperkirakan pada abad ke- 4 masehi mulai meninggalkan zaman Pra
sejarah. Ini ditandai dengan ditemukannya prasati Yupa. Hal tersebut lantas menjadikan
Indonesia memasuki babak baru dalam sejarah. Masyarakat mulai mengenal hal baru yakni
ajaran agama yaitu Hindu-Budha. Hindhu Budha sendiri berasal dari negara India. Indonesia
dan India sebenarnya sudah menjalin hubungan dagang jauh sebelum masuknya ajaran
Hindu-Budha. Ini dikarenakn faktor geografis Indonesia yang terletak diantara Asia barat dan
Asia Timur. Indonesia menjadi jembatan penghubung sekaligus wilayah singgahan negara-
negara barat yang ingin berdagang ke wilayah timur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaiman struktur pemerintahan Sriwijaya?
3. Siapa saja raja yang memerintah di kerajaan Sriwijaya?
4. Apa yang melatar belakangi runtuhnya kerajaan Sriwijaya?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Lima tahun kemudian, yaitu tahun 1918, G. Ceodes dengan menggunakan sumber-
sumber prasasti dan berita Cina berhasil menjelaskan bahwa kata Sriwijaya yang terdapat
didalam prasasti Kota Kapur adalah nama di sebuah kerajaan di Sumatra Selatan dengan
pusatnya di Palembang. Kerajaan ini didalam berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-fo-
she. Pendapat bahwa She-li-fo-she adalah sebuah kerajaan di pantai timur Sumatra Selatan, di
tepi sugai Musi, dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh Samuel Beal pada tahun
1884. Hanya di saat itu orang belum mengenal nama Sriwijaya.
Dari kerajaan Sriwijaya sendiri kita hanya memperoleh 6 buah prasasti. Prasasti tertua
yang ditemukan di kedukan bukit di Palembang. Angka tahunnya 682 M. Prasati ini berhuruf
Palawa dan berbahasa melayu tua.oleh sebab itu, berdirinya kerajaan Sriwijaya masih
menjadi misteri dikarenakan tidak banyaknya bukti yang ditemukan.
1. Sumber Cina
5
Kunjungan I-Tsing, seorang peziarah muda dari Cina pertama kali pada tahun 671 M.
Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari 1000 orang pendeta Buddha
di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Buddha tersebut sama dengan aturan dan
upacara yang dilakukan para pendeta Buddha di pusat ajaran agama Buddha, India. I-tsing
tinggal selama 6 bulan di Sriwjaya untuk belajar bahasa Sangksekerta, setelah itu ia
berangkat ke Nelanda, India. Setelah lama belajar di Nelanda, tahun 685 I-Tsing tadi kembali
ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Buddha dari
bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan
Sriwjaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.
Sumber Lokal:
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah
perjalanan suci dan Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000)
tentara dan 200 peti perbekalan serta 1213 tentara yang berjalan kaki. Sumber lain
menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukkan bumi jawa yang tidak setia kepada
Sriwijaya. Prasasti kota Kapur di temukan di pulau Bangka.
Prasasti ini berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama
Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukkan
Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, kerajaan Sriwijaya semakin makmur daerah yang
di maksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi.
Daerah itu sangat srategis untuk perdagangan.
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang perbuatan taman Srikesetra
atas perintah raja Dapunta Hyang.
Prasasti Berangka tahun 686 M itu di temukan di daerah pedalaman Jambi, yang
menunjukkan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
5. Prasasti Ligor
6
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang di
fungsikan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di selat Malaka.
6. Prasasti Nalanda
Prasati ini menyebutkan raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dari dinasti
Sailendra yang terusir dari jawa tengah akibat kekalahannya melawan kerajaan Mataram dari
dinasti Sanjaya. Dalam prasati itu, Balaputra dewa meminta kepada raja Nalanda agar
mengakui haknya atas kerajaan Sailendra. Disamping itu, prasasti ini juga menyebutkan
Baladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa
yang belajar di Nalanda.
Prasasti ini ditemukan disekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu
lempeng mendekati segi lima, ditasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk
mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) dibawahya. Menurut para
arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan
para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke
batu dan keluar dari cerat tersebut. sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti
seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, mka diduga kuat Palembang merupakan
pusat kerajaan Sriwijaya.
Kedatuan diartikan sebagai wawasan Datu (tuan rumah) tempat tinggal, tepat emas di
simpan dan hasil bumi sebagai wilayah yang harus dijaga. Kedatuan ini dikelilingi oleh
Vanwa, yang bisa dianggap sebagai wilayah kota dari Sriwijaya yang di dalamnya
terkandung Vihara untuk tempat beribadah masyarakat.
7
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Maharaja atau Dapunta Hyang. Selanjutnya juga
terdapat putra mahkota yang disebut Yufaraja yang puta mahkota kedua disebut Pratiyufaraja.
Istilah tersebut banyak dijelaskan dalam prasasti telaga batu.
2. Raja Dharmasetu
3. Raja Balaputradewa
Cerita mengenai raja Balaputradewa diketahui dari catatan prasasti Nalanda. Raja
Balaputradewa menjabat sekitar abad ke-9. Balaputradewa merupakan keturunan dari raja
Sailendra yaitu putra dari raja Samaratungga dengan Dewitara dari kerajaan Sriwijaya.
8
Pada masanya kerajaan Sriwijaya berkembang pesat. Sriwijaya merupakan pusat
agama Buddha di Asia Tenggara. Ia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan
India seperti Cola dan Nalanda.
Pada masa kekuasaanya kerajaan Sriwijaya iserang oleh kerajaan Cola dari India yang
dipimpin oleh Rajendra Cola. Serangan tersebut berhasil merebut kekuasaan Sriwijaya dari
raja Wijayatunggawarman, dan akhirnya raja Wijayatunggawarman ditahan oleh raja
Rajendra. Tapi pada masa kekuasaan raja Kulo Tungga 1 kerajaaan Cola, raja
Wijayatunggawarman kemudian dibebaskan.
Kerajaan Sriwijaya juga mengenakan bea cukai atas setiap kapal yang melewati dua
selat tersebut. sriwijaya mengumpulkan kekayaan dari jasa pelabuhan dan gudang
perdagangan, khususnya pasar Cina dan India
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri
Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan juga peduli terhadap
rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah, kerajaan Sriwijaya berhasil
menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi hampir seluruh Asia Tenggara.
9
Kerajaan Sriwijya saat itu bahkan terkenal dengan armada laut paling kuat dalam
sejarah bangsa Indonesia. Dalam sebuah prasasti disebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri
Jayanaga melakukan ekpansi selama 8 tahun dengan 20.000 pasukan. Tujuan dari ekspansi
adalahutnuk memperluas daerah kerajaan dan berhasil membuat Sriwijaya menjadi makmur.
G. Masa Kemunduran/Keruntuhan
Pada akhir abad ke-13 M, kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini
disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.
1. Faktor Politik
Dari arah Timur, kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan kerajaan Singasari,
yang pada waktu itu diperintah oleh raja Kertanegara. Kerajaan Singasari yang bercita-cita
memnguasai seluruh wilayah Nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah Barat yang dikenal
dengan istilah Pamalayu. Dalam ekspedisi ini, kerajaan Singasari mengadakan pendudukan
terhadap kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan
kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.
2. Faktor ekonomi
Dengan faktor politik dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M, kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Pelembang. Kerajaan
Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 13 M.
10
Kejayaan kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai awal abad ke-11. Sebagiamana
telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan
tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya dengan kerajaan Cola (India menjadi buruk).
Pada tahun 1024 M, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun
1030. Banyak kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. tidaklah
heran kalau peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terbatasnya sumber yang ditemukan, membuat awal berdirinya kerajaan Sriwijaya masih
menjadi pertanyaan sampai saat ini. Penelitian terus dilakukan oleh sejarawan untuk
mengungkap asal mula Sriwijaya. Yang paling terdekat adalah didalam berita Cina dikenal
dengan sebutan She-li-fo-she. Pendapat bahwa She-li-fo-she adalah sebuah kerajaan di pantai
timur Sumatra Selatan, di tepi sugai Musi, dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh
Samuel Beal pada tahun 1884. Hanya di saat itu orang belum mengenal nama Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan Kerajaan yang kuat dalam hal kemaritiman. Ini
dibuktikan dengan wilayahnya yang strategis dan merupakan pusat perdagangan nasional dan
internasional. Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan kerajaan Sriwijaya menjadi
pusat dari Agama Budha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama budha berkembang di
12
Sriwijaya adalah Agama Budha Mahayana. Salah satu tokoh yang terkenal adalah
Dharmakirti.
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada akhir abad ke 11. Ini
dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kejayaan kerajaan Sriwijaya semakin
pudar mulai awal abad ke-11. Sebagiamana telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan
hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya dengan
kerajaan Cola (India menjadi buruk). Pada tahun 1024 M, Cola menyerang Sriwijaya.
Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak kapal Sriwijaya tenggelam dan
hancur akibat peperangan tersebut. tidaklah heran kalau peperangan itu melemahkan
angkatan laut Sriwijaya.
Referensi
Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta. 1984.
Balai Pustaka.
13