Anda di halaman 1dari 10

Makalah Seminar Kerja Praktek

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK PEDESAAN


KABUPATEN WONOGIRI
CV. GRAHA REKHA

Febrian Nugroho Winarto1, Dr. Ir. Hermawan, DEA2


1 2
Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email : febrian.nugroho.13@gmail.com

Abstrak – Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting
dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini tentunya harus didukung oleh para pelaku
usaha penunjang tenaga listrik di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman,
andal, dan ramah lingkungan.
Ketersediaan listrik sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Namun, sayangnya masih
ada masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Mereka yang tinggal di daerah terpencil masih harus
menunggu lama untuk bisa menikmati listrik. Untuk itu, perlu diadakan pembangunan yang merata agar
seluruh daerah di Indonesia bisa menikmati listrik. Namun, pembangunan ini tidak akan berjalan dengan baik
tanpa adanya perencanaan yang baik pula. Perencanaan jaringan listrik pedesaan dilakukan dalam rangka
menyukseskan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat.
Kata kunci : jaringan, listrik, perencanaan

I. PENDAHULUAN karena itu, diharap selalu terjalin kerjasama


1.1. Latar Belakang yang harmonis antara badan usaha penyedia
Listrik merupakan komoditi utama untuk listrik maupun badan usaha jasa penunjang
pembangunan ekonomi dan peningkatan tenaga listrik dengan para stakeholders seperti
kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik PT. PLN (Persero) dan perusahaan-perusahaan
yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan listrik swasta sebagai penyedia tenaga listrik
merupakan unsur penting dalam menjalani roda dalam rangka pembangunan sarana dan prasara
perekonomian. Mengingat sebagai komoditi kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan energi
utama, maka ketersediaan listrik harus dijaga listrik yang semakin meningkat.
baik produksi maupun pasokannya. Sehingga
1.2. Maksud dan Tujuan
jaminan inilah sebagai bagian dari ketahanan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya
ekonomi kita harus selalu kita perhatikan.
kerja praktek ini adalah :
Gangguan listrik sekecil apapun, akan
 Pengenalan dari dekat keadaan yang
berdampak buruk pada tatanan sosial ekonomi
sebenarnya terjadi di lapangan
masyarakat. Listrik merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat kita.  Mendapatkan gambaran yang jelas
Pertumbuhan sektor ketenagalistrikan mengenai perencanaan jaringan distribusi
memberikan andil yang besar bagi per- dan mempelajari jenis-jenis konstruksi
tumbuhan ekonomi nasional, demikian pula JTM dan JTR 1Φ ( satu phasa
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan  Mengetahui lingkup kerja jasa kontraktor
memacu peningkatan kebutuhan tenaga listrik, listrik terhadap PT. PLN (Persero)
sehingga diperlukan peningkatan infrastriktur 1.3. Batasan Masalah
penyediaan tenaga listrik dari waktu ke waktu. Materi Kerja Praktek ini dibatasi tentang
Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang masalah Perencanaan Jaringan Distribusi
ketenagalistrikan mengamanatkan kepada yang meliputi survey & tracking,
pemerintah untuk menyediakan tenaga listrk perencanaan tiang dan konstruksinya dan
dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik perencanaan RAB (Rencana Anggaran
bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari Biaya).
Sabang sampai Merauke. Hal tersebut dapat
tercapai adanya dukungan dari seluruh II. DASAR TEORI
stakeholders di sektor ketenaga-listrikan baik 2.1. Sistem Distribusi
badan usaha penyedia listrik maupun badan Sistem distrbusi adalah suatu sistem jaringan
usaha jasa penunjang tenaga listrik. Oleh distribusi yang terdiri dari sejumlah peralatan
listrik (peralatan gardu, proteksi dan lain-lain)
dan orang yang berada di dalamnya yang 2. Trafo 3 phasa, dengan kapasitas 100, 160,
bekerja men-distribusikan energi listrik dari 225, 300, 500, 630, 800, 1000 dan 5000
Gardu Induk ke konsumen. kVA.
2. Recloser
Recloser berfungsi untuk meningkatkan
mutu keandalan karena adanya gangguan yang
bersifat sementara. Recloser biasanya dipasang
pada percabangan feeder utama dan feeder 3
phasa. Biasanya dikoordinasi dengan OCR di
Gardu Induk dan fuse cut out yang ada pada
Gambar 1. Line Diagram Sistem Distribusi sisi beban.
Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi 3. Lightning Arrester
Penangkal petir digunakan untuk
tenaga listrik adalah:
melindungi peralatan listrik dari gangguan
1. Gardu Induk Distribusi
tegangan lebih yang disebabkan oleh petir.
Transformator daya merupakan kom-
Penangkal petir biasanya dipasang pada Gardu
ponen utamanya, fungsinya menurunkan
Induk dan trafo distribusi yang menempel pada
tegangan tinggi menjadi tegangan distribusi
tiang distribusi.
primer.
4. Pentanahan
2. Jaringan Primer (Jaringan Tegangan
Pentanahan pada jaringan distribusi
Menengah)
berfungsi untuk mengalirkan arus gangguan ke
Adalah jaringan yang berfungsi untuk
tanah baik gangguan dari sistem maupun dari
menyalurkan energi listrik dari Gardu Induk
luar. Pentanahan ada bermacam – macam,
Distribusi ke transformator distribusi. Jaringan
yaitu:
distribusi primer atau jaringan distribusi
tegangan menengah memiliki tegangan sistem 5. Peralatan Proteksi
Peralatan yang dipakai pada jaringan
sebesar 20 kV.
distribusi adalah sebagai berikut :
3. Gardu Distribusi atau Transformator
Distribusi  Fuse Cut Out, sebagai pengaman arus
Gardu distribusi (Trafo distribusi) lebih yang bekerja dengan cara
berfungsi merubah tegangan listrik dari meleburkan elemen konduktifnya bila
jaringan distribusi primer menjadi tegangan dialiri arus yang melebihi ketentuan.
terpakai yang digunakan untuk konsumen dan  SSO (Saklar Seksi Otomatis), sebagai
disebut sebagai jaringan distribusi sekunder. pemutus arus gangguan secara otomatis.
Kapasitas transformator yang digunakan pada  PMT (Pemutus Daya), berfungsi sebagai
transformator distribusi ini tergantung pada pemutus suatu rangkaian listrik yang
jumlah beban yang akan dilayani dan luas dilengkapi dengan relay – relay untuk
daerah pelayanan beban. mendeteksi gangguan, antara lain gang-
4. Jaringan Sekunder (Jaringan Tegangan guan arus lebih dan dapat kembali seperti
Rendah) semula bila gangguan hilang (bila
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan dioperasikan secara otomatis).
distribusi tegangan rendah merupakan jaringan  Air Break Switch, berfungsi untuk mem-
tenaga listrik yang langsung berhubungan bebaskan sebagian line dari tegangan dan
dengan konsumen. Oleh karena itu besarnya dioperasikan secara manual.
tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 2.3. Perencanaan Jaringan Distribusi
adalah 220 V. Langkah – langkah yang dilaksanakan
2.2. Perlengkapan Sistem Distribusi dalam perencanaan jaringan distribusi adalah
1. Trafo Distribusi sebagai berikut :
Trafo yang dipakai pada sistem distribusi 1. Survei, Staking dan Penentuan Tinggi Tiang
adalah sebagai berikut : 2. Penentuan Jenis dan Ukuran Tiang serta
1. Trafo 1 phasa, dengan kapasitas 10, 15, 25 Konstruksinya
dan 50 kVA, dengan type CSP 3. Penentuan Isolator
(Completely Self Protecting) yang berarti 4. Pemilihan penghantar dan penentuan jarak
trafo lengkap dengan proteksi terletak antar kawat
pada body trafo. 5. Penentuan Penghantar yang ekonomis
6. Penentuan Andongan, Roling Span dan penghantar berisolasi penuh yang dipilin.
Clearance, dan Isolasi penghantar tiap Fasa tidak perlu di
7. Pemilihan Transformator. lindungi dengan pelindung mekanis. Berat
kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap
Selain memperhatikan langkah-langkah
pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton
diatas, hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penopangnnya.
perencanaan jaringan distribusi adalah
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan
pemilihan rute / jalur jaringan distribusi. Dalam
Menengah (SKTM)
pemilihan rute / jalur jaringan distribusi, ada
Konstruksi SKTM adalah konstruksi yang
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga
 Rute jaringan distribusi baru tidak boleh
listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih
menggangu jaringan eksisting (untuk
mahal untuk penyaluran daya yang sama.
meminimalkan pemadaman jaringan
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi
eksisting);
isolasi penghantar per Fase dan pelindung
 Memperhatikan clearance / jarak bebas mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang
terhadap saluran telepon kecuali pada biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam
daerah dimana saluran telepon ditanam di langsung adalah termurah bila dibandingkan
bawah tanah; dengan penggunaan konduit atau bahkan
 Penempatan tiang harus diperhatikan tunneling (terowongan beton).
terhadap kemungkinan pelebaran terhadap
jalan dimasa yang akan datang; 2.4.1.1. Indeks Standar Konstruksi
 Penempatan tiang harus memperhatikan Dalam menyusun suatu perencanaan
pula terhadap jalur-jalur pipa gas, air jaringan distribusi, perencana harus mengikuti
minum, pipa transmisi minyak, dan standar konstruksi yang siudah ditetapkan.
sebagainya; Standar konstruksi ini menyesuaikan jenis
 Pada daerah dengan jalan sangat lebar jaringan yang akan dibangun.
serta lingkungan yang padat harus 1. Standar Konstruksi JTM 1 Fasa
mempertimbangkan pembuatan jaringan Standar konstruksi JTM 1 fasa meliputi
distribusi kedua sisi jalan untuk konstruksi untuk tarikan lurus, belokan, dead
menghindari sambungan rumah yang end dan percabangan. Kode dari standar
terlalu panjang dan banyak (tidak teratur). konstruksi ini diawali dengan kode CA. Berikut
tabel kode dan keterangan dari standar
2.4. Standar Konstruksi konstruksi JTM 1 fasa.
2.4.1. Jaringan Tegangan Menengah 2. Konstruksi SUTM 1 Fasa – 3 Fasa
(JTM) Standar konstruksi SUTM 1 fasa dan 3
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik fasa meliputi konstruksi untuk tarikan lurus,
Tegangan Menengah dapat dikelompokkan belokan dan dead end. Kode dari standar
menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut : konstruksi ini diawali dengan kode CA.
1. Saluran Udara Tegangan Menengah 3. Konstruksi SUTM 3 Fase Single Circuit
(SUTM) Standar konstruksi SUTM 3 fasa single
Saluran Udara Tegangan Menengah circuit ini meliputi konstruksi untuk tarikan
(SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah lurus, belokan dan dead end. Kode dari standar
untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang konstruksi ini diawali dengan kode CC.
sama. Ciri utama jaringan ini adalah 4. Konstruksi SUTM 3 Fasa Double
penggunaan penghantar telanjang yang Circuit
ditopang dengan isolator pada tiang besi atau Standar konstruksi SUTM 3 fasa double
beton. circuit ini meliputi konstruksi untuk tarikan
2. Saluran Kabel Udara Tegangan lurus, belokan dan dead end. Kode dari standar
Menengah (SKUTM) konstruksi ini diawali dengan kode CC.
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan 5. Konstruksi Kelengkapan JTM
keandalan penyaluran tenaga listrik, peng- Standar konstruksi untuk kelengkapan
gunaan penghantar telanjang atau penghantar JTM meliputi konstruksi untuk perpanjangan
berisolasi setengah pada konstruksi jaringan tiang (tarikan lurus maupun belokan), kawat
Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, tarik, anchor, grounding, dan perlengkapan
dapat juga digantikan dengan konstruksi lainnya.
6. Konstruksi SKUTM 3 Fasa diatas penghantar udara yang
Standar konstruksi SKUTM 3 fasa bertegangan yang lebih rendah.
meliputi konstruksi untuk rise pole, tarikan 2.4.2. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
lurus, belokan, sambungan dan dead end. Kode Sistem Distribusi Tegangan Rendah
dari standar konstruksi ini diawali dengan kode merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga
KU. listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 KV
7. Konstruksi SKTM 3 Fasa dan langsung kepada para pelanggan tegangan
Standar konstruksi SKTM 3 fasa meliputi rendah. Jaringan distribusi tegangan rendah
konstruksi yang terkait dengan lokasi atau dimulai dari sumber yang disebut Gardu
peletakan jaringan dan konstruksi sambungan. Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR
Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan (Rak TR) keluar didistribusikan. Untuk setiap
kode KTM, PTM dan KTR. sirkit keluar melalui pengaman arus disebut
“penyulang / feeder”. Umumnya radius
2.4.1.2. Pekerjaan JTM 1 Fasa pelayanan berkisar 350 meter. Radius
Setelah persiapan lapangan selesai, pelayanan ini dibatasi oleh beberapa hal, antara
dilanjutkan tahap berikutnya yaitu Pemasangan lain :
JTM I Phasa yang terdiri dari :
 Susut Tegangan yang disyaratkan.
1. Pemasangan Tiang Beton untuk JTM /
 Luas penghantar jaringan.
jaringan
a. Penggalian lubang tempat dudukan  Distribusi pelanggan sepanjang jalur
Tiang Beton yang sebelumnya telah jaringan distribusi.
ditentukan titik-titik lokasi penempatan  Sifat daerah pelayanan (desa, kota)
Tiang.  Kelas pelanggan ( pada beban rendah,
b. Penanaman Tiang Beton sedalam 1,8 pada beban tinggi)
meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan
2. Pemasangan Konstruksi. diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.
Setelah Tiang Listrik didirikan, Penentuan besar susut tegangan ini terkait
dilanjutkan pemasangan konstruksi pada dengan kualitas pasokan dari PLN, atau dengan
tiap-tiap tiang termasuk peralatan kata lain merupakan kebijakan dari PLN.
pendukungnya. Pada sistem distribusi tegangan rendah
3. Pemasangan hantaran diatas tanah ada 3 sistem tegangan, yaitu:
Hal – hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Sistem 3 fasa (fasa tiga)
a. Jarak gawang 2. Sistem 2 fasa (fasa dua)
 Untuk daerah di luar pemukiman 3. Sistem 1 fasa ( fasa satu)
(JTM murni atau dengan JTR Semi
Underbuild atau SKUTM), berjarak 2.4.2.1. Standar Konstruksi
antara 60 – 80 m, andongan Tiang Penyangga Jaringan
maksimum 1.00 meter. Standar konstruksi yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
 Untuk daerah pemukiman (JTM
1. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang
murni atau dengan JTR Underbuild
Penyangga/ Penyangga
atau SKUTM), berjarak antara 35 -
2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah
50 m, andongan maksimum 1 m.
3. Pengaruh Kondisi Tanah
b. Jarak bebas : Minimum 6 m .
4. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang
Jarak bebas penyeberangan dan jarak
Penegang (Stake Pole)
bebas dengan pohon dan bangunan
5. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan
mengikuti PUIL dan Perda setempat
Tiang
yang berlaku.
6. Kekuatan Tiang Ujung
c. Pemasangan sejajar SUTM atau
7. Kekuatan Tiang Sudut
SKUTM dengan saluran
telekomunikasi tidak dibenarkan, bila Sistem Pembumian
1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :
tidak memungkinkan harus berjarak
a. Semua bagian konduktif terbuka pada
lebih dari 2,5 meter (PUIL760.B.4).
suatu instalasi harus dibumikan (PUIL).
d. Pemasangan penghantar udara untuk
b. Apabila jalur yang sama dipasang
tegangan yang lebih tinggi dipasang
SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3
tiang harus dipasang penghantar 2. Persilangan Dengan Kabel
pembumian yang dihubungkan dengan Telekomunikasi
penghantar netral (PUIL). Kabel telekomunikasi harus di bawah
c. Nilai resistansi pembumian setiap 200 penghantar udara tegangan rendah.
meter lintasan (5 gawang) tidak boleh a. TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter,
melebihi dari 10 Ohm (PUIL). Bersilang 0,3 meter
d. Petunjuk praktis semua nilai resistansi b. TAK BERISOLASI : Berjajar /
pembumian maksimal sebesar 5 Ω. bersilang 1 meter
e. Berdasarkan kekuatan mekanis luas 3. Jarak Antar Penghantar Telanjang
penampang minimum penghantar Jarak antara ini bergantung atas jarak titik
pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan tumpu jaringan (jarak gawang). Untuk jarak 6
terbuat dari tembaga. S/D 10 meter, maka jarak penghantar 20 cm,
f. Sambungan penghantar bumi dengan sedangakan ntuk jarak 10 S/D 40 meter jarak
elektroda bumi harus kuat secara penghantar 25 cm.
mekanis / elektris dan mudah dibuka 4. Jarak lendutan (SAG).
untuk dilakukan pengujian resistansi Diukur dari titik terendah sekurang-
pembumian. Klem pada elektroda pipa kurangnya :
harus memakai ukuran minimal 10  Jalan Umum 5 Meter (Penghantar Tak
Ohm dan dilindungi dari kemungkinan Berisolasi) dan 4 Meter (Penghantar
korosi. Berisolasi)
g. Penghantar bumi harus dilindungi  Halaman Rumah 5 Meter (Penghantar
secara mekanis kimiawi. Tak Berisolasi) dan 4 Meter
h. Elektroda batang dimasukkan tegak (Penghantar Berisolasi)
lurus ke dalam tanah. Panjangnya 5. Jarak Bebas
disesuaikan dengan kebutuhan dengan Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak
memperhatikan resistansi tanah. berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan)
i. Prosedur instalasi pembumian PHB – a. Pada dasarnya tidak boleh
TR / Rak TR di gardu distribusi harus bersinggungan
memperhatikan jenis sistem pembu- b. Jarak yang dipersyaratkan 0,5 meter.
mian yang dianut (TT, TN, IT). Pada konstruksi saluran udara baik tak
2. Penghantar Pembumian dan Elektroda berisolasi ataupun berisolasi (twisted cable).
bumi Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah
a. Elektroda Bumi adalah penghantar Daerah setempat atau ketentuan departemen
yang ditanam dalam bumi dan yang memerlukan.
membuat kontak langsung dengan 6. Penghantar Udara Tak Berisolasi
bumi. Tegangan Rendah Diatas Atap Bangunan
b. Penghantar Bumi yang tidak berisolasi Instalasi penghantar adalah sedemikian
ditanam dalam bumi dianggap sebagai sehingga tidak menganggu perbaikan atap
bagian elektroda bumi. bangunan.
c. Umumnya elektroda bumi yang Jarak dengan bagian bangunan :
dipakai pada jaringan saluran udara  Minimal (1,5 meter dari bagian
tegangan rendah / menengah memakai bangunan termasuk antena, cerobong).
elektroda barang.  Minimal 2,5 meter (diluar jangkauan
d. Sebelum dipasang harus diteliti dulu tangan) dari balkon bordes, lorong,
berapa resitance jenis tanah. panggung yang dalam keadaan biasa
Sistem Penghantar dikunjungi umum.
1. Jenis Penghantar Udara 2.4.2.2. Konstruksi Jaringan
 Penghantak tidak berisolasi A3C, BCC, Berikut adalah jenis konstruksi jaringan
A2C , ACSR dalam sistem Jaringan Tegangan Rendah
 Pernghantar berisolasi (Jenis twisted (JTR):
cable yang umumnya dipakai NYM-T, 1. Konstruksi TR-1 (J5-T)
NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, Konstruksi J5-T merupakan konstruksi
NFA2X, NFA2XSEY-T (TWISTED saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR)
CABLE). yang menggunakan suspension small angle
assembly (penggantung untuk tiang sangga / III. ANALISA DAN PEMBAHASAN
tumpu). 1. Wilayah Perencanaan
Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan
Kabupaten Wonogiri, ada dua wilayah
perencanaan, yaitu :
 RT 1 Dusun Ngampel
 Dusun Sumur
2. Tahap Survei dan Tracking
Sebelum masuk dalam tahap perencanaan,
hal pertama yang dilakukan adalah melakukan
survei lapangan. Dalam tahap survei ini, ada
beberapa hal yang dilakukan untuk
Gambar 2. Konstruksi TR-1 (J5-T)
mendapatkan data :
2. Konstruksi TR-2. (J7-T) 1. Survei lokasi, untuk mengetahui kea-
Konstruksi J7-T merupakan konstruksi daan lokasi.
pemasangan SKUTR dengan sudut kurang dari 2. Wawancara, untuk mendapatkan gam-
45°, dengan menggunakan large angle baran awal dalam perencanaan jalur
assembly (penggantung untuk tiang jaringan.
belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut,
Data yang didapatkan ini djadikan
dimana pada tiang tersebut arah penghantar
pertimbangan untuk survei lanjutan, untuk
membelok dan arah gaya tarikan kawat
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
horizontal.
perencanaan jaringan listrik. Pada survei ini
didapatkan data sebagai berikut :
1. Data tracking GPS
2. Gambar perencanaan jalur jaringan
3. Gambar / foto kondisi daerah
4. Gambar / foto lokasi pemasangan tiang
Data utama pada perencanaan jaringan
listrik pedesaan ini adalah gambar. Ada dua
data gambar yang didapatkan selama survei,
yaitu gambar hasil tracking GPS dan gambar
Gambar 3. Konstruksi TR-2 (J7-T) manual sebagai data backup. Data gambar ini
harus sesuai dengan keadaan aslinya agar
3. Konstruksi TR-3 (J6-T) realisasi perencanaan bisa sesuai dengan
Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi
keadaan lokasi.
pemasangan SKUTR untuk tiang akhir atau
Tracking
tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel
Tracking merupakan penyusuran daerah
digunakan fixed dead-end clamp complete
jalur jaringan dari awal sampai ujung jaringan.
plastic strip (peralatan untuk penarik pada
Tujuannya adalah untuk mendapatkan data
tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap).
gambar sesuai dengan kondisi lokasi. Tracking
dilakukan dengan bantuan alat GPS Tracker.
Pada survei ini, alat yang digunakan adalah
GPS Tracker dengan merk etrex.

Gambar 4. Konstruksi TR-3 (J6-T)


Gambar 5. GPS Tracker merk etrex
3. Tahap Perencanaan  A3
3.1. Penentuan Konstruksi Tiang Konstruksi pada belokan dengan sudut
Pada perencanaan listrik pedesaan, belokan 30° - 60°
penentuan lokasi tiang tidak selalu bisa  A4
mengikuti standar yang ada. Ada beberapa hal Konstruksi pada belokan dengan sudut
yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu : belokan 60° - 90°
1. Jarak dari jalan  A5
2. Kondisi geografis Konstruksi pada akhir / dead end
3. Kondisi di sekitar lokasi  J5
Tiang jaringan listrik memiliki bermacam- Konstruksi dengan menggunakan kawat
macam jenis sesuai dengan fungsi dan telanjang (dengan bolt machine) pada
penggunaannya. Macam – macam jenis tiang tarikan lurus dengan sudut 0° - 5°.
ini dapat dibedakan dengan menggunakan  J6-T
kode-kode tertentu yang menunjukkan Penggunaan konstruksi JTR dengan LVBC
spesifikasi khusus dari tiang tersebut. Kode- (kabel pilin udara) pada tarikan akhir / dead
kode ini akan dimunculkan dalam gambar end (sebagai pelindung ujung kabel.
perencanaan untuk membedakan spesifikasi  J7-T
dari konstruksi tiang yang akan dibangun. Penggunaan konstruksi JTR dengan LVBC
Dalam realisasi pembangunan, pemasangan (kabel pilin udara) untuk konstruksi pada
tiang sesuai dengan spesifikasi yang sudah tarikan belokan.
direncanakan, termasuk spesifikasi peralatan  CG 105/106
tambahan, seperti grounding, trafo, anchor dan Pemasangan trafo 1 fasa pada JTM 1 fasa
sebagainya. lurus (105) dan pada JTM 1 fasa dead end.
Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan  M5-9
Kabupaten Wonogiri ini, jenis tiang yang Perlengkapan konstruksi pada jaringan
digunakan adalah : tegangan menengah.
 C11-200E  M2-11
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian Perlengkapan pentanahan atau ground rod
11 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 200 type, dimana pentanahan menggunakan
daN. Digunakan untuk konstruksi tunggal (JTM batang elektroda yang ditanam dalam tanah.
only atau JTR only) maupun ganda (JTM dan  M2-12
JTR). Span maksimum sebesar 50 m untuk Perlengkapan pentanahan atau ground rod
konstruksi ganda dan 80 m konstruksi tunggal. type yang dipasang pada kawat netral.
 C9-200E  M2-12A
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 9 Perlengkapan pentanahan atau ground rod
meter, kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN. type yang dipasang pada kawat tarik (down
Tiang ini digunakan untuk konstruksi tunggal guy) dan anchor.
(JTR only). Span maksimum sebesar 60 m.  MJ 6-T
 C11-350E Konstruksi pada tarikan akhir / dead end
Tiang konstruksi beton dengan ketinggian sebagai pelindung ujung kabel dengan
11 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 350 konstruksi JTR menggunakan LVBC (kabel
daN. Kekuatan tiang direncanakan lebih besar pilin udara)
dikarenakan terdapat trafo distribusi. Tiang ini  F 1-2
digunakan untuk konstruksi tunggal (JTM only Perlengkapan anchor assemblies.
atau JTR only) maupun ganda (JTM dan JTR).  E 1-2
Span maksimum sebesar 50 m untuk konstruksi Perlengkapan down guy.
ganda dan 80 meter untuk konstruksi tunggal.
 A1 3.2. Pemilihan Kabel Saluran
Konstruksi pada tarikan lurus dengan sudut Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan
0° - 5°. Kabupaten Wonogiri ini, data pemilihan kabel
 A2 saluran adalah sebagai berikut :
Konstruksi pada tarikan ke kanan dengan 1. Lokasi : RT 1 Dusun Ngampel
sudut 5° - 30° Untuk JTM menggunakan kabel jenis
AAACS dengan ukuran 70 mm2, untuk
kabel fasa dan kabel jenis AAAC Dengan menggunakan rumus di atas maka
dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel dapat dihitung drop voltage pada lokasi
netral. perencanaan RT 1 Dusun Ngampel.
Untuk JTR menggunakan kabel jenis
Total beban (S) = 900 VA x 38 rumah
LVTC dengan ukuran 70 mm2, untuk
= 34.200 VA
fasa dan kabel berjenis sama dengan
Tegangan (VLL) 1 fasa = 220 V
ukuran 50 mm2, untuk kabel netral.
dengan cos θ = 0,8
2. Lokasi : Dusun Sumur
maka dapat dihitung, θ = arc cos 0,8
Untuk JTM menggunakan kabel jenis
= - 36,87° (lagging)
AAACS dengan ukuran 70 mm2, untuk
dan sin θ = 0,6
kabel fasa dan kabel jenis AAAC
sehingga,
dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel
arus (I) = | I | ∠θ
netral.
= |34200/220| ∠- 36,87°
3.3. Penentuan Trafo
= 155,45 ∠- 36,87° Ampere
Dalam penentuan lokasi trafo, perencana
harus memperhatikan total beban, persebaran Panjang saluran = 350 meter
beban dan lokasi dead end atau tiang JTR = 0,35 km
(Jaringan Tegangan Rendah) yang terakhir. Diketahui :
1. Total beban Konduktor (LVTC 70 mm2)
Letak trafo harus bisa memenuhi total Resistansi = 0,443 Ω/km (SPLN 42-10 : 1993)
beban yang ada sehingga lokasi trafo Induktansi = 0,467 mH/km (Standar IEC. 502)
harus bisa mencakup seluruh lokasi maka, dapat dihitung impedansi saluran
beban. Z = R + jωL
2. Persebaran beban = R + j 2π f L
Lokasi trafo harus berada di ujung awal = 0,443 + j 2 x 3,14 x 50 x (0,467 x 10-3)
tarikan JTR. Selain itu, penentuan = 0,443 + j 0,147
lokasi trafo ini juga harus = 0,467 ∠-18,36° Ω/km
mempertimbangkan penambahan beban
dan Zsaluran = 0,467 ∠-18,36° x 0,35
baru atau perluasan jaringan.
= 0,163 ∠-18,36° Ω
3. Lokasi Dead End
Sehingga dapat dihitung,
Maksimal tarikan tiang JTR dari trafo
ΔV = I x Z
adalah 7 tiang. Sehingga letak trafo
= (155,45 ∠- 36,87°) x (0,155 ∠-18,36°)
maksimal berjarak 7 tiang dari dead
end JTR. = 25,41 ∠- 55,23° Volt

4. Penyusunan RAB Dari perhitungan diatas, didapatkan drop


Tahap akhir dari perencanaan listrik voltage sebesar 25,41 Volt (11,55%). Drop
pedesaaan Kabupaten Wonogiri ini adalah voltage dari perhitungan diatas melewati batas
penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB). toleransi tegangan dari PLN (10% dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB) berisi rincian tegangan kerja).
dana yang dibutuhkan dalam realisasi Perhitungan diatas tidak bisa dijadikan sebagai
pembangunan jaringan listrik yang sudah acuan karena tidak memperhitungkan
direncanakan. persebaran beban. Berikut adalah perhitungan
drop voltage saluran dengan memperhitungkan
5. Perhitungan Drop Voltage Saluran persebaran beban.
Besarnya nilai drop voltage dapat dihitung
dengan persamaan berikut : Diketahui persebaran beban adalah sebagai
berikut :
 Tiang JTR ke-2 melayani 6 rumah
dengan nilai Z adalah :  Tiang JTR ke-3 melayani 5 rumah
 Tiang JTR ke-4 melayani 4 rumah
dimana : ΔV = nilai drop voltage (Volt)  Tiang JTR ke-6 melayani 13 rumah
I = nilai arus (Ampere)  Tiang JTR ke-7 melayani 10 rumah
Z = impedansi (Ohm)
R = resistansi (Ohm) Total beban (S) dihitung dengan persamaan :
L = induktansi (H) S = 900 VA x jumlah pelanggan
Tegangan (VLL) 1 fasa = 220 V IV. PENUTUP
dengan cos θ = 0,8 4.1. Kesimpulan
maka dapat dihitung, θ = arc cos 0,8 1. Kabupaten Wonogiri masih memiliki
= - 36,87° (lagging) daerah yang belum bisa menikmati
arus (I) = | I | ∠θ listrik, yaitu RT 1 Dusun Ngampel dan
= | S/V | ∠ θ Dusun Sumur yang terletak di
maka, dapat dihitung drop voltage pada Kecamatan Karangtengah.
perencanaan jaringan RT 1 Dusun Ngampel : 2. Dalam perencanaan jaringan distribusi
perlu melakukan survei lokasi untuk
Drop voltage pada tiang JTR ke-2
Total beban (S) = 900 VA x 6 rumah mengetahui keadaan sebenarnya di
= 5400 VA lapangan karena hasil perencanaan
Tegangan (VLL) 1 fasa = 220 V tidak selamanya bisa sesuai teori
dengan θ = - 36,87° (lagging) sehingga data yang didapatkan bisa
sehingga, benar – benar menjadi acuan ketika
realisasi pembangunan nantinya.
arus (I) = | S/V | ∠θ
3. Pemilihan spesifikasi dari tiang
= | 5400/220 | ∠- 36,87°
menyesuaikan dengan kondisi jalur
= 24,545 ∠- 36,87° Ampere
jaringan, yang ditunjukkan dengan
Panjang saluran = 100 meter kode – kode yang ada pada gambar
= 0,1 km perencanaan. Begitu pula spesifikasi
Diketahui : peralatan pendukung lainnya.
Konduktor (LVTC 70 mm2) 4. Hal – hal yang harus diperhatikan
Resistansi = 0,443 Ω/km (SPLN 42-10 : 1993) dalam penentuan lokasi trafo antara
Induktansi = 0,467 mH/km (Standar IEC. 502) lain total beban, persebaran atau
maka, dapat dihitung impedansi saluran distribusi beban dan letak dead end
Z = R + jωL atau tiang JTR yang paling akhir.
= R + j 2π f L 5. Drop voltage pada jaringan RT 1
= 0,443 + j 2 x 3,14 x 50 x (0,467 x 10-3) Dusun Ngampel sebesar 25,41 Volt
= 0,443 + j 0,147 (11,55%) dengan beban terpusat di
= 0,467 ∠-18,36° Ω/km ujung jaringan. Sedangkan apabila
memperhatikan persebaran beban,
dan Zsaluran= 0,467 ∠-18,36° x 0,1
rincian nilai drop voltage adalah
= 0,0467 ∠-18,36° Ω
sebagai berikut : pada tiang JTR ke-3
Sehingga dapat dihitung,
nilai drop voltage sebesar 1,43 Volt
ΔV = I x Z
(0,65%). Pada tiang JTR ke-4 nilai
= (24,545 ∠- 36,87°) x (0,0467 ∠-18,36°)
drop voltage sebesar 1,528 Volt
= 1,146 ∠- 55,23° Volt
(0,69%). Pada tiang JTR ke-6 nilai
Dengan cara perhitungan yang sama, maka drop voltage sebesar 7,45 Volt
didapatkan hasil sebagai berikut : (3,39%). Pada tiang JTR ke-7 nilai
Tabel 1. Tabel hasil perhitungan drop voltage drop voltage sebesar 6,67 Volt
Tiang Jarak Jumlah Total Drop Voltage (3,03%). Pada perencanaan ini, drop
ke- (km) Pelanggan Daya(VA) (Volt) (%) voltage dipengaruhi oleh panjang
1 (JTR) 0,05 0 rumah 0 0 0 saluran dan besar beban total yang
2 (JTR) 0,10 6 rumah 5.400 1,146 0,52
dilayani karena persebaran beban yang
tidak merata.
3 (JTR) 0,15 5 rumah 4.500 1,43 0,65
6. Dalam penyusunan RAB, harga dari
4 (JTR) 0,20 4 rumah 3.600 1,528 0,69
masing – masing item harus sesuai
5 (JTR) 0,25 0 rumah 0 0 0 dengan harga yang ada di pasaran agar
6 (JTR) 0,30 13 rumah 11.700 7,45 3,39 dapat diketahui biaya sebenarnya dalam
7 (JTR) 0,35 10 rumah 9.000 6,67 3,03 realisasi pembangunan nantinya
Pada perencanaan ini, drop voltage dipengaruhi 4.2. Saran
oleh panjang saluran dan besar beban total yang 1. Perlu ditingkatkannya sarana dan
dilayani karena persebaran beban yang tidak prasarana pendukung yang lebih
merata. memadai dalam perencanaan jaringan
distribusi listrik pedesaan sehingga BIODATA PENULIS
tahap survei dapat berjalan dengan
lancar. Febrian Nugroho Winarto
2. Perlu adanya kerjasama yang baik (21060110120002) lahir di
antara semua instansi yang terkait, baik Semarang, 13 Februari
dalam perencanaan maupun dalam 1992. Telah menempuh
realisasi pembangunan nantinya agar pendidikan di SDN Taman
pembangunan dapat terlaksana dengan Maluku Semarang, SMP
baik karena listrik sudah menjadi Negeri 2 Semarang, SMA
kebutuhan bagi masyarakat, termasuk Negeri 2 Semarang dan saat
masyarakat di RT 1 Dusun Ngampel ini sedang menempuh
dan Dusun Sumur Kabupaten pendidikan S1 di Teknik Elektro Universitas
Wonogiri. Diponegoro Semarang.

DAFTAR PUSTAKA Semarang, Januari 2014


[1] AKLI DPD Jateng, Pedoman Standar
Mengetahui,
Konstruksi Jaringan Listrik Distribusi,
Dosen Pembimbing
Semarang, PLN dan Asosiasi Kontraktor
Listrik Indonesia, 1992
[2] Guntoro, Hanif, “Sistem Distribusi
Tenaga Listrik” http://dunia-
listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-
distribusi-tenaga-listrik.html Dr. Ir. Hermawan, DEA
NIP 1966002231986021001
[3] Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem
Tenaga Listrik, Yogyakarta, Graha Ilmu,
2006
[4] SPLN 42-10, Kabel Pilin Udara
Tegangan Pengenal 0,6/1 KV (NFAZX-
T/NFA2X/NF2X), 1993
[5] SPLN 72, Spesifikasi desain untuk
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
1987
[6] Suhadi, “Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah”
http://www.crayonpedia.org/mw/JARIN
GAN_DISTRIBUSI_TEGANGAN_RE
NDAH_-_SUHADI
[7] Utis, Kang, “Profil Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Wonogiri”
http://bukupintarkabupatenwonogiri.blog
spot.com/2013/02/profil-kecamatan-
karangtengah-kabupaten.html
[8] Wonogiri, KPDE Kabupaten, “Website
Pemerintah Kabupaten Wonogiri”
http://www.wonogirikab.go.id/home.php
?mode=content&id=166

Anda mungkin juga menyukai