Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NURI ANNISA

NPM : 13014190020

RASIONALISASI DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF SOOCA RHFP


1. DATA SUBJEKTIF
 KEPUTIHAN SAAT IUD
Efek samping yang paling sering dirasakan oleh akseptor KB IUD adalah
keputihan (Leukorea). Proses peradangan terjadi karena alat kontrasepsi IUD
diletakkan di dalam rahim menyebabkan produksi cairan pada uterus meningk
at. Jika akseptor KB IUD tidak menjaga kebersihan alat kelaminnya, maka
akan memicu timbulnya bakteri pathogen, bakteri inilah yang menyebabkan
keputihan tidak normal atau disebut leukorea patologis (Nugroho T, 2012).
Masalah potensial yang terjadi pada KB IUD dengan keputihan apabila tidak
segera mendapatkan penanganan segera akan menjadi infeksi, vulvitis,
vaginitis dan vulvo vaginitis (Egan, 2007).
 EROSI SERVIKS SAAT IUD
Erosi pada akseptor KB IUD dapat terjadi karena benang IUD, perlekatan
logam polyetilen dengan posisi IUD yang tidak benar sehingga mempermudah
terjadinya pengelupasan selsuperfisialis, dimana sifat dasarnya mudah
terkelupas. Apabila lapisan seliniter kelupas, maka terjadilah erosi porsio yang
akan terjadi kronis, jika tidak didapatkan penanganan secara segera, karena
pengelupasan selsuperfisialis berakibat hilangnya sumber makanan borderline
sehingga tidak mampu memperoduksi asam laktak yang menyebabkan Ph
vagina akan menigkat, naiknya Ph vagina akan mempermudah kuman
pathogen tumbuh. Pasien dengan erosi portio pada umumnya datang pada
stadium lanjut, dimana dapatkan keluhan seperti keputihan disertai darah,
keputihan yang berbau, perdarahan berkelanjutan, dan disertai metastase
dimana stadium pengobatan ini memuaskan (Sarwono , 2006).

2. DATA OBJEKTIF
1. TERDAPAT MUKUS KEPUTIHAN DI VAGINA
Penyebab keputihan salah satunya disebabkan karena penggunaan
kontrasepsi yang mengandung hormonal, dalam pemakaian kontasepsi
hormonal keputihan meningkat sekitar 50% dibandingkan dengan bukan
pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin sering timbul dengan kadar
esterogen yang lebih tinggi. Alat genetalia terdapat mekanisme pertahanan
tubuh berupa bakteri yang menjadi kadar keasaman pH vagina. Normalnya
angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8-4,2, sebagian besar 95%
adalah jenis bakteri Lactobacillus dan selebihnya adalah bakteri patogen.
Keputihan akan timbul ketika kondisi asam turun maka bakteri Lactobacillus
memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan
pada vagina asam mengakibatkan Candida albicans dapat tumbuh dengan
subur di area vagina. (Syahlani, dkk, 2013).
Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi
peningkatan vaskularisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium
menjadi sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi
oleh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum sehingga
mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan. Hormon estrogen
dan progesteron juga menyebabkan lendir servik menjadi lebih encer sehingga
timbul keputihan selama proses ovulasi. Pada servik estrogen menyebabkan
mukus menipis dan basa sehingga dapat meningkatkan hidup serta gerak
sperma, sedangkan progesteron menyebabkan mukus menjadi tebal, kental,
dan pada saat ovulasi menjadi elastis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan
yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna
bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan
keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikiT.
2. BERCAK DARAH DI VAGINA
Efek samping spotting sebanyak 21,3 %, yaitu bercak darah yang
keluar setelah penggunaan alat kontrasepsi suntik hormonal yang mengandung
Progestin, akibat dari ketidakseimbangan hormon dalam tubuh terjadilah
pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan menyebabkan vena
menjadi rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal. perdarahan lokal yang
terjadi di endometrium menyebabkan keluarnya bercak-bercak darah.
faktor psikologi yang terganggu juga akan mempengaruhi produksi
hormone dalam tubuh sehingga dapat memicu terjadinya spotting dan
berlangsung lama karena terjadi hambatan pelepasan LH. Asupan gizi yang
kurang juga mempengaruhi terjadinya spotting, akseptor alat kontrasepsi
suntik yang mempunyai asupan gizi yang kurang, dapat menimbulkan
kerapuhan pembuluh darah kapiler akibat penambahan hormon sehingga
mengalami spotting.

KEPUTIHAN NORMAL DAN ABNORMAL


1. DEFINISI KEPUTIHAN
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita
( Wijayanti, 2009,p.52). Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak,
warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau lendir
ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Sasmiyanti & Handayani, 2008).
Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari
alat–alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005,p.271).
2. KLASIFIKASI KEPUTIHAN
1. Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang– kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Keputihan tidak selalu
mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak menunjukan bahaya lain.
Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi sebagai sistem pelindung
alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda berjalan dan saat anda
meakukan hubungan seksual. Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme
pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga kadar keasaman pH wanita. Cairan ini
selalu berada di dalam alat genital tersebut. Keasaman pada vagina wanita harus
berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri
menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95% sedangkan yang
lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen). Jika keadaan
ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang membuat
keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan
penyakit tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010, pp.134-135).
Menurut Wijayanti (2009, p.51)
keputihan normal ciri - ciri nya ialah : warnanya kuning, kadang-kadang putih kental,
tidak berbau tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb), keluar
pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan.

2. Keputihan tidak normal (patologis)

Penyebab paling penting dari keputihan patologi ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau (Sarwono, 2005, p.271) Keputihan yang tidak
normal ialah keputihan dengan ciri - ciri : jumlahnya banyak, timbul terus menerus,
warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt)
disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb)
(Wijayanti, 2009, p.51).
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di
dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan
keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini dapat
menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan
rasa pedih saat si penderita buang air kencing (Wijayanti, 2009,pp.52-53).

Keputihan patologis terjadi disebabkan oleh:


a. Infeksi Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini
dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi yakni:
 Jamur Candida albicans adalah jamur paling sering menyebabkan keputihan.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan infeksi jamur Candida sp. seperti
pemakaian obat antibiotika atau kortikosteroid yang lama, kehamilan,
kontrasepsi hormonal, penyakit diabetes mellitus, penurunan kekebalan tubuh
karena penyakit kronis, selalu memakai pakaian dalam ketat dan dari bahan
yang sukar menyerap keringat.
 Bakteri Bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah Gonococcus sp.
Clamydia trachomatis, Gardnerella sp. dan Treponema pallidum.
 Parasit Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas
vaginalis. Penularannya yang paling sering adalah dengan koitus.
 Virus Sering disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes
simplex. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa
rasa gatal.
b. Benda asing Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau
prolapse uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih. Selain itu bisa juga disebabkan
oleh sisa pembalut atau kapas yang tertinggal.
c. Neoplasma jinak Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi
karena pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
d. Kanker Gejala keputihan yang timbul ialah cairan yang banyak, berbau busuk, serta
terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang keluar disebabkan oleh tumor yang
masuk ke dalam lumen saluran genitalia kemudian tumbuh secara cepat dan abnormal,
serta mudah rusak sehingga terjadi pembusukan dan perdarahan. Biasanya darah keluar
sesudah hubungan seks atau setelah melakukan penyemprotan vagina/douching.
Keputihan abnormal ini disertai rasa tidak enak di perut bagian bawah, terjadi gangguan
haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat serta lesu, lemas dan tidak
bugar.
e. Menopause Pada wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang sehingga
lapisan vagina menipis/menjadi kering, menyebabkan gatal yang memicu untuk
terjadinya luka kemudian infeksi. Namun keputihan juga bisa muncul bercampur darah
(senile vaginitis).
3. Patogenesis keputihan
Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi
keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi
kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan
ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau
lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding
vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini
tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan vagina basa membuat kuman
penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina.
4. Faktor risiko keputihan
a. Faktor risiko keputihan yang menyebabkan infeksi jamur candida, antara
lain :
 Menggunakan obat antibiotik
 Menggunakan kontrasepsi oral
 Menderita kencing manis
 Kehamilan
 Menggunakan celana dalam ketat atau yang berbahan nilon
 Menggunakan bilasan vagina
 Mengkonsumsi makanan yang berkadar gula tinggi
 Kegemukan
5. Dampak keputihan
Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan sebagai berikut:
1. Gangguan psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan
kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak
percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
2. Penyakit infeksi pada alat kelamin
a) Infeksi vagina (vulvitis) diabetika Terdapat pembengkakan vagina, merah dan
terutama ada rasa gatal yan hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada
mereka yang berbadan relative gemuk. Pada pemeriksaan laboratorium di jumpai
penyakit kencing manis (diabetes mellitus)
b) Infeksi liang sanggama (vaginitis) Di dalam liang sanggama hidup bersama
bakteri saling menguntungkan beberapa bakteri yaitu basil doderlein, stafilokokus,
dan streptopkokus, serta basil difteroid. Secara umum gejala infeksi liang
sanggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan
(bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak merah
membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
c) Infeksi spesifik vagina Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi
trichmonas vaginalis, dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas,
gatal, dan rasa terbakar. Cara penularan utama dengan hubungan seksual.
Pengobatan dengan antibiotic metronidazole untuk suami dan istri secara
bersamaan. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini disebabkan
oleh jamur candida albicans. Candida albicans merupakan jamur yang
pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48-72 jam Keputihan yang berwarna putih,
bergumpal dan sangat gatal. Pada dinding vagina terdapat selaput yang melekat
dan bila dikorek mudah berdarah. Pengobatannya dengan mycostatin sebagai obat
minum atau dimasukkan ke dalam liang sanggama selama beberapa minggu dan
suaminya juga mendapat pengobatan.
d) Servisitis akuta Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai
salah satu infeksi hubungan seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan
persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus. Gejala infeksi ini
adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa
nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi ini dengan
memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan.
e) Servisitis menahun (kronis) Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita
yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala
infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi
perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan
pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai, pada mulut rahim luka local disembuhkan dengan cairan butyl tingtura,
cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter,
mendinginkannya (crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting
karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat
kelamin bagian atas.
f) Penyakit radang panggul (pelvic inflammantory disease) Merupakan infeksi alat
genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat
bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit
yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tandatandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,
mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan
pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan infeksi
genitalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk
memungkinkan keganasan.
3. Komplikasi
Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate sekitar
vulva. Keputihan yang sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari penyakit
radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
REFERENSI
1. Sulis, Rizka. 2013. Tinjauan Teori: Keputihan.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-. gdl-rizkasulis-5887-2-babii.pdf
2. Jeannira Widny Prabawati, Tri Maryani, Niken Meilani, and Jeannira Widny
Prabawati, Tri Maryani, Niken Meilani, and Jeannira Widny Prabawati, Tri Maryani,
Niken Meilani, (2019) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN REMAJA DI SMK YPKK 2 SLEMAN
TAHUN 2019. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2248/3/BAB%202-dikonversi.pdf

3. PRATIWI, A. T. I. Y. A. (2019, November 21). http://poltekkes.aplikasi-


akademik.com/xmlui/handle/123456789/694. HUBUNGAN PEMAKAIAN
KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK DENGAN KEJADIAN
KEPUTIHAN PADA AKSEPTOR KB DI KLINIK PRATAMA NIAR MEDAN
TAHUN 2018. http://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/694.

4. Marhaeni, G. A. (2016). Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Denpasar.


Jurnal Skala Husada , 13, 30–38.
https://doi.org/file:///C:/Users/ACER/Downloads/67-280-1-PB%20(5).pdf

5. Umiyah, A. (2018). Journals Of Ners Community. TINJAUAN MEDIS DAN FIQH


TENTANG KEJADIAN SPOTTING PADA PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI
SUNTIK 3 BULAN, Prodi DIII Kebidanan FIK Universitas Ibrahimy Situbondo.
Volume 09, 197–204.
https://doi.org/http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=864008&val=13838&title=KEJADIAN%20SPOTTING%20PADA
%20PENGGUNA%20ALAT%20KONTRASEPSI%20SUNTIK%203%20BULAN
%20MENURUT%20PERSPEKTIF%20MEDIS%20DAN%20FIQIH%20%20DI
%20BPM%20FITRIYAH%20AMd%20Keb%20DESA%20SUMBER%20ANYAR
%20TAHUN%202018#:~:text=Spotting%20yaitu%20bercak%20darah
%20yang,keluarnya%20dari%20urat%20yang%20terputus.

6. Cahyani, H., & Irmawati. (2015). ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR IUD
DENGAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN
2015. http://digilib.unisayogya.ac.id/1937/1/HUSNI
%20CAHYANI_201210105100_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.

7. Ekayani, N. P. K. (2014). HUBUNGAN PENGGUNAAN KB IUD DENGAN EROSI


PORSIO DI POLI KB DAN KANDUNGAN RSUP NTB TAHUN 2012-2013. Jurnal
Kesehatan Prima, Volume 8, 1316–1321. https://doi.org/https://poltekkes-
mataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/6.-Karunia-Ekayani-1316-1321-1.pdf

8.

Anda mungkin juga menyukai