Anda di halaman 1dari 23

Nama : IDI CATURI

Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2010


Materi : Pengolahan Data DEM Menggunakan Perangkat Lunak
Global Mapper.

1. Pengertian Data DEM/DTM


Data DEM/DTM merupakan data representasi topografi atau elevasi dari
suatu area atau wilayah dengan basis piksel demi piksel dalam format raster.( Eddy
Prahasta, 2008 )

2. Langkah – langkah kerja Global Mapper


2.1 Membuka/Menampilkan File Data DEM/DTM
1. Untuk membuka file DEM/DTM, dapat menggunakan menu “File Open data
Files”, dengan menekan tombol “Open data Files” atau langsung menekan
tombol menubar besar “Open your own data files”

hingga muncul kotak dialog open seperti dibawah ini


2. Pada kotak dialog diatas khususnya pada combobox ”look in” arahkan pointer
filesnya ke direktori atau sub-direktori dimana data DEM disimpan.
3. Kemudian pilih files dalam format DEM setelah itu klik tombol “open”.
Makan akan muncul tampilan data DEM dalam bentuk model ketinggian
dijital seperti dibawah ini

2.2 Melihat Koordinat horisontal dan Ketinggian


Setelah files DEMnya dibuka dan ditampilkan, dengan cara menggeser posisi
kursornya, kita dapat melihat koordinat-koordinat horisontal (absis dan ordinat)
bersama dengan nilai ketinggianya / kedalamanya piksel demi piksel. Informasi
sangat bermanfaat untuk analisis atau pemilihan set atau lokasi objek akan nampak
pada statusbar aplikasi yang muncul dibagian bawah window utama. Walaupun
demikian untuk melihat koordinat-koordinat ini, perlu mode-mode yang tepat
sehingga posisi kursornya benar-benar menunjukan suatu lokasi piksel dengan akurat.
Mode-mode tersebut adalah “Measure Tool”,”3D path profile/line of sight
tool”.”view shed tool”, dan “Digitizer tool”.
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini ketinggianya dinyatakan dalam satuan feet.
Absis dan ordinat
Tinggi lintang
bujur
skala

2.3 Membuat Kontur


Untuk membuat kontur perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Munculkan layer data DEM yang akan dibuat konturnya.
2. Gunakan menu “File – Generate contoures” hingga muncul kotak dialog
“Contoures generation options”

3. Pada kotak dialog yang muncul diatas :


a) Ketikkan deskripsinya didalam texsbox “Description” misalkan “garis
kontur”
b) Ketkan nilai interval kontur misalkan “200” dan satuanya misalkan
dalam “meter”.
c) Aktifkan checkbox “Interpolate to fill small gaph in data”.
d) Aktifkan checkbox “Smooth contour lines/area to improve
appearance”.
e) Tekan tombol OK untuk menampilkan konturnya
Akan muncul seperti gambar dibawah ini :

2.4 Membuat Profil atau Line Of Sight


Analisis spesial lain yang umum dilakukan adalah terhadap DEM adalah
profil. Analisis ini erat kaitanya dengan perhitungan volume galian dan timbunan.
Berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan informasi
profil-profil diatas DEM secara interaktif :
1. Munculkan layer atau data DEM .
2. Aktifkan toolbar “3D path profile/line of sight tool” hingga kursor berubah
bentuk menjadi pointer.
3. Geser kursor dititik (vertex) awal dimana jalur profil akan dimulai, kemudian
klik tombol kiri mouse diposisi tersebut.
4. Geserlah titik vertex diposisi berikutnya, kemudian klik tombol kiri mouse
diposisi tersebut. Ulangi langkah ini hingga ke posisi terakhir, pada kondisi
ini klik tombol kanan mouse untuk menghentikan pendefinisian jalur profil
sekaligus memunculkan kotak dialog “path profil/line of sight”.
5. Pada kotak dialog (“path profile/line of sight”) :
a) Tekan tombol “Cut and Fill Volume “ untuk menghitung volume
galian dan timbunan.

b) Tekan tombol “line of sight” untuk mendapatkan informasi line of


sight-nya.

c) Gunakan menu “ options-select of position” untuk membuat profi dan


analisa LOS dari posisi awal yang berbeda ke posisi tujuan yang
berbeda
d) Gunakan menu “ options-select of position” untuk membuat profi dan
analisa LOS dari posisi awal yang berbeda ke posisi tujuan yang sama
e) Gunakan menu “options-set minimum displayed elevation” untuk
menentukan ketinggian dan kedalaman yang paling rendah di dalam
grafik atau diagram profilnya
f) Gunakan menu “options-set maximum displayed elevation” untuk
menentukan ketinggian dan kedalaman yang paling tinggi di dalam
grafik atau diagram profilnya
g) Gunakan menu “file – save bitmap (BMP) file” untuk menyimpan
grafik profil dan garis losnya secara permanen.
h) Gunakan menu “file – save BMP and display on main map view”
untuk menyimpan grafik profil dan garis losnya secara permanen
dalam file citra format BMP dan menampilkanya di atas DEM-nya.
i) Gunakan menu “file –save distance elevation file” untuk menyimpan
grafik profil secara permanen dalam file text.

j) Gunakan menu “file – XYZ file” untuk menyimpan grafik secara


permanen dalam bentuk text seperti dibawah ini.

k) Tekan tombol “OK’ untuk menutup kotak dialog.


2.5 Menghitung Volume Cut and Fill
Seiring dengan menghitung jaraj-jarak segmen, sebenarnya juga dapat
menghitung volume galian dan timbunan disepanjang segmen-segmen tersebut.
Berikut adalah langkah-langkah menghitung volume Cut and Fill :
1. Munculkan layer atau data DEM yang diperlukan sebagai referensi visual,
spasial, system koordinat, dan ketinggian atau kedalamannya.
2. Aktifkan toolbar ”measure tool” hingga kursor berubah bentuk menjadi
“croos-hair”
3. Tempatkan kursor diposisi titik awal dimana jalan akan dimulai, kemudian
klik tombol kiri mouse diposisi tersebut.
4. Tempatkan kursor diposisi titik berikutnya, kemudian klik tombol kiri mouse
pada posisi tersebut. Ulangi langkah ini hingga pada akhir titik vertex,
kemudian klik kanan mouse hingga muncul menu konteksnya.

5. Pada menu yang baru di atas pilih “measure volume (cut and fill)” tekan
tombol “YES” hingga muncul kotak dialog “setup volume calculation
parameter” seperti dibawah ini.

6. Pada kotak dialog tersebut aktifkan radio button “calculate cut-and-fill


volume along line feature”, kemudian ketikan nilai lebar jalur jalan beserta
satuannya.kemudian klik “OK” untuk mendapatkan hasil hitunganya, seperti
gambar dibawah ini.

7. Pada kotak dialog “Volume calculation” klik “OK” maka akan muncul kotak
dialog “modify feature info” yang memberikan informasi yang sama tetapi
lebih detail item-nya.

8. Tekan tombol “OK” untuk keluar kotak dialog.

2.6 Menghitung Jarak


Langkah – langkah yang di perlukan untuk menghitung jarak adalah sebagai
berikut :
1. Munculkan layer DEM yang diperlukan sebagai dasar perhitungan jarak diatas
monitor.
2. Aktifkan toolbar “measure tool” hingga kursor berubah bentuk menjadi
cross-hair.
3. Tempatkan kursor diposisi titik awal dimana jarak akan dimulai, kemudian
klik tombol kiri mouse diposisi tersebut.
4. Tempatkan kursor diposisi titik berikutnya dimna jarak akan dihitung,
kemudian klik tombol kiri mouse diposisi tersebut. Perhatikan informasi pada
statusbar-nya.

Segmen 1
Titik 1

Titik 2

Segmen 2

Titik 3

Jarak Azimut
segmen 2 segmen Absis Ordinat
Jarak Total Skala

5. Untuk menghentikan perhitungan jarak, atau keluar dari mode informasi jarak
ini, tekan tombol kanan mouse hingga muncul menu konteksnya kemudian
pilih “stop measuring”.

2.7 Exsport Data Grid ke AutoCad dan mengaplikasikannya ke dalam AutoCad


Langkah – langkah untuk meng-exsport data grid ke autocad adalah sebagai
berikut :
1. Munculkan layer data DEM untuk memulai langkah exsport data grid ke
autocad.
2. Buat kontur menggunakan generate contour pada menu file.
3. Klik menu “file-exsport DXF 3D file”,kemudian akan muncul kotak dialog
“DXF 3D face exsport options”, seperti gambar dibawah ini kemudian pilih
“vertical unit” lalu klik “ OK
4. Kemudian Aplikasikan ke dalam AutoCad seperti gambar dibawah ini :

2.8 Menampilkan Permukaan 3Dimensi


Untuk menampilkan DEM sebagai permukaan 3D, dapat di lakukan langkah –
langkah sebagai berikut :
1. Munculkan layer DEM yang bersangkutan kedalam window aplikasi.
2. Tekanlah tombol (button) “ show 3D view”, hingga muncul kotak dialog “3D
view”

3. Pada kotak dialog “3D view” Nampak DEM dalam tampilan tiga dimensi.
4. Untuk merotasikan tampilannya dapat dilakukan dengan cara menekan toolbar

kemudian drag kursor sesuai dengan keinginan yang diingin lihat.


Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2010
Materi : Membawa Data point Ke Surface Menggunakan Perangkat lunak
Golden surfer 8.0.

1. Representasi DEM/DTM
Pada umumnya DTM disajikan dalam tiga metode yaitu garis-garis kontur,
grid atau raster-raster grid dan TIN.
a) Garis – Garis Kontur
Garis-garis kontur atau isoline adalah garis-garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai (tertentu) ketinggian yang
sama (konstan). Metode ini merupakan bentuk representasi yang paling
familiar untuk permukaan tanah, baik dalam format analog maupun dijital.
Peta-peta garis kontur dengan interval tertenti ini banyak tersedia dalam skala
yang bervariasi, ( Eddy Prahasta, 2008 )

Contoh tampilan garis-garis kontur


Akurasi garis-garis kontur ini akan bergantung pada jenis data yang menjadi
masukannya : primer atau turunan. Jika garis-garis kontur ini didapatkan
secara langsung dari proses pengolahan foto udara sebgai data primer dengan
menggunakan perangkat stereo plotter, maka akurasi garis-garis konturnya
akan tinggi. Sementara jika garis-garis kontur dibuat berdasarkan titik-titik
data (x,y,z), maka posisi garis-garis kontur harus diinterpolasikan dari titik-
titik data tersebut. Walaupun demikian bentuk representasi permukaan dalam
bentuk garis-garis kontur ini memiliki “kelemahan”, yaitu permukaan yang
bersangkutan hanya dapat disajikan disepanjang garis-garis isoline tersebut.
Sementara anomal yang terdapat diantara garis-garis kontur tersebut tidak
dapat di perlihatkan. Ketika disajikan dalam bentuk hardcopy, setiap garis
kontur digambarkan sebagai bentuk garis kontinyu yang mengikuti interval
kontur disepanjang permukaan. Setiap garis kontur ini, secara teoritis terdiri
dari titik-titik sample yang jumlahnya tidak terbatas. Walaupun demikian
seorang operator yang mendijitasi peta kontur untuk menghasilkan DTM,
garis-garis kontur ini disamplingkan sehingga system komputernya tidak
dapat menyimpan semua titik yang terdapat disepanjang garis yang
bersangkutan. Oleh karena itu seorang operator hanya akan mendijitasi atau
memilih titik-titik vertex yang dianggap sudah representative, ( Eddy
Prahasta, 2008 )

b) Grids
Grids merupakan struktur matrik yang digunakan untuk merekan relasi-relasi
topologi yang terdapat diantara titik-titik data secara implisit. Tetapi karna
struktur data grid ini serupa dengan struktur penyimpanan array computer
dijital, maka penanganan matrik ketinggian sangatlah sederhana. Selain itu
sebagai konsekuensi lain dari struktur ini, algoritma yang terkait dengan
permodelan DTM yang berbasiskan grid cenderung bersifat “straight
forward”. Meskipun demikian, dilain pihak, kerapatan titik-titik grid regular
ini, nampaknya belum dapat diadaptasikan secra penuh untuk memenuhi
kompleksitas relief permukaan bumi. Oleh karna itu diperlukan sejumlah
besar titik-titik dat untuk menyajikan permukaan tanah dengan tingkat akurasi
yang didinginkan.
Didalam konteks DTM sering pula digunakan terminology lattice untuk
merujuknya; yaitu interpretasi permukaan garis yang disajikan oleh sejumlah
titik sampel yang berukuran sama yang direpresentasikan terhadap titik yang
sama dan jarak sampling konstan yang sama pula dalam atah absis (x) dan
ordinat (y). setiap mesh point ini berisi nilai ketinggian (z) untutk lokasi yang
bersangkutan untuk merujuk pada nilai dasarnya. Sementara itu nilai-nilai
ketinggian permukaan untuk lokasi-lokasi yang terletak diantara mesh point
dapat ditaksir dengan menginterpolasikan beberapa nilai ketinggian milik
mesh point yang bersebelahan.
Didalam sebuah lattice, setiap mesh point menginterpretasikan sebuah nilai
ketinggian diatas permukaan, hanya saja nilai ini hanya berlaku dipusat sel-
grid yang bersangkutan. Jadi hal ini tidak tidak mengimplikasikan bahwa nilai
ketinggian tersebut milik keseluruhan area sel-grid terkait. Walaupun
demikian sisitem grid yang lain bias saja menganggap bahwa setiap sel-grid
merupakan sel bujur sangkar dengan nilai atribut ketinggian konstan. Artinya,
nilai ketinggianya akan mewakili keseluruhan area sel-grid yang bersangkutan
atau semua lokasi yang terdapat didalam setiap sel-grid yang bersangkutan
dianggap memiliki nilai ketinggian yang sama, ( Eddy Prahasta, 2008 )

2. Langkah – langkah kerja Surfer


2.1 Membuat Grid
Langkah – langkah membuat grid adalah sebagai berikut :
1. Buka perangkat lunak surfer 8.0 untuk memulai membuat grid.
2. Klik menu grid pada toolbar, kmudian pilih data sehingga akan muncul
tampilang seperti dibawah ini

3. Setelah muncul toolbar “open”, pilih data yang di simpan dalam bentuk
format excel, akan tampil kotak dialog “grid data”.
4. Pilih metode yang diinginkan misalnya “kriging”, kemudian isikan juga
output gridnya untuk menyimpan data gridnya setelah itu klik “OK”. Maka
akan muncul “surfer report” seperti ini

5. Tutup surfer report dan klik “save” untuk menyimpan hasil report.

2.2 Membuat Kontur


Langkah – langkah Membuat kontur
1. Setelah membuat data grid selanjutnya data grid tersebut dapat di jadikan
untuk data membuat kontur.
2. Klik menu “map – contour map – new contour map” setelah itu akan muncul
kotak dialog “open grid” dan pilih data grid yang sudah dibuat tadi.

3. Klik “OK” maka akan muncul kontur seperti dibawah ini

4. Kemudian klik kanan mouse pilih properties akan keluar kotak dialog “map
contour properties” centang pada “smooth contour”, untuk menghaluskan
kontur

5. Setelah itu atur interval kontur dengan cara double klik “level”, kemudian
isikan interval contour yang diinginkan, kemudian klik “OK”
6. Atur juga view-nya, dengan cara klik view kemudian atur “field of view”

7. Kemudian klik “apply” lalu “OK” maka kontur akan jadi seperti gambar
dibawah ini

2.3 Membuat Wireframe


Berikut adalah langkah – langkah yang ditempuh untuk menampilkan wireframe :
1. Ketika aktif dokumen plot, gunakan menu “map-wireframe” hingga muncul
kotak dialog “open grid”.
2. Pada kotak dialog yang muncul, arahkan pointer file ke direktori dan sub-
direktori dimana file grid disimpan.
3. Tekan tombol “open” untuk menutup kotak dialok “open grid” dan segera
muncul wireframenya.

2.4 Membuat Surface


Langkah – langkah yang ditempuh untuk membuat surface adalah sebagai
berikut :
1. Aktifkan dokumen plot, kemudian pilih menu “map – surface” hingga muncul
kotak dialog “open grid”.
2. Pada kotak dialog yang muncul, arahkan pointer file ke direktori dan sub-
direktori dimana file grid disimpan.
3. Tekan tombol “open” untuk menutup kotak dialok “open grid” dan segera
muncul tampilan defauld surface yang bersangkutan.
2.5 Membuat Cut and Fill
Berikut adalah langkah – langkah yang bias ditempuh untuk menghitung cut
and fill :
1. Ketika dokumen plot-nya aktif, gunakan menu “grid-volume” hingga muncul
kotak dialog “open grid”.
2. Pada kotak dialog “open grid”, arahkan pointer file ke direktori dimana file
gridnya berada. Kemudian klik “open” hingga muncul kotak dialog “grid
volume”.
3. Pada kotak dialog “grid volume”, aktifkan radio button “grid file” pada frame
“upper surface” dan mengaktifkan radio button “constant Z =” pada frame
“lower surface”, kemudian pada textbox yang terdapat pada frame “lower
surface” isikan ketinggian permukaan datar yang akan dijadikan sebagai
referensi.
4. Tekan tombol “OK” untuk mendapatkan hasil report 2.

2.6 Membandingkan tiap metode griding berdasarkan hasil nilai residu dan standar
deviasi.
Langkah – langkah menghitung residual adalah sebagai berikut :
1. Gunakan menu “grid-residuals” hingga muncul kotak dialog “open grids”.
2. Pada kotak dialog “open grids”, arahkan pointer file ke direktori dimana file
grid yang akan dijadikan sebagai dasar hitungan residu berada.
3. Pada kotak dialog “open” yang kemudian terbuka, arahkan pointer ke file sub-
direktori dimana file datanya berada.
4. Akan muncuk kotak dialog “grid residual”, pilih “coloumn A: Absis” pada
combobox “X”, pilih “coloumn B: Ordinat” pada combobox “Y”, pilih
“coloumn C: Tinggi” pada combobox “Z”.
5. Tekan tombol “OK” untuk segera memulai proses perhitungan residuals yang
bersangkutan dan menampilkan hasilnya dalam dokumen tipe worksheet
surfer. Berikut adalah hasil nilai residual untuk metode kriging :

6. Pada kotak dialog residual blok smua, kemudian pilih menu “Data – satistic”,
kemudian centang pada kotak dialog standart deviasinya lalu klik “OK”
Maka akan keluar nilai Standar deviasinya seperti pada table dibawah ini :

Metode Kriging
X Y H Residuals
Number of values 315 315 314 313
Sum 215962863 2856204456 4566.983923 1.189796664
Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -1.98246298
Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 1.495284272
Range 934.981482 681.8795439 37.975 3.477747253
Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 0.003801267
Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.018996496
Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.333599069
Sebagai perbandingan, berikut adalah table residual dan nilai standar deviasi
lain yang dihasilkan dari kasus masukan file griding lain dan data yang sama.
a) Nilai residual dan standar deviasi metode inverse distance to a power.

Metode Inverse Distance of a Power


X Y H Residuals
Number of values 315 315 314 313
Sum 215962863 2856204456 4566.983923 -11.44304832
Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -3.746960247
Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 2.34528278
Range 934.981482 681.8795439 37.975 6.092243028
Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 -0.03655926
Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.07743219
Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.862699795

b) Nilai residual standar deviasi metode minimum curtavure


Metode Minimum Curtavure
X Y H Residuals
Number of values 315 315 314 313
Sum 215962863 2856204456 4566.983923 15.42376982
Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -1.96271081
Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 2.862446925
Range 934.981482 681.8795439 37.975 4.825157733
Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 0.04927722
Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.008314031
Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.510973427

c) Nilai residual dan standar deviasi metode nearest neighbor

Metode Nearest Neighbor


X Y H Residuals
Number of values 315 315 314 313
Sum 215962863 2856204456 4566.983923 -13.48658398
Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -2.875291823
Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 1.394718204
Range 934.981482 681.8795439 37.975 4.270010027
Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 -0.043088128
Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0
Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.326635132

Dari hasil table nilai residual dan standar deviasi diatas dapat disimpulkan
bahwa metode Nearest neighbor memiliki nilai standar deviasi yang paling kecil di
bandingkan dengan metode-metode yang lain. Sedangkan nilai standar deviasi
tertinggi ada pada metode inverse distance to a power.

Anda mungkin juga menyukai