5. Pada menu yang baru di atas pilih “measure volume (cut and fill)” tekan
tombol “YES” hingga muncul kotak dialog “setup volume calculation
parameter” seperti dibawah ini.
7. Pada kotak dialog “Volume calculation” klik “OK” maka akan muncul kotak
dialog “modify feature info” yang memberikan informasi yang sama tetapi
lebih detail item-nya.
Segmen 1
Titik 1
Titik 2
Segmen 2
Titik 3
Jarak Azimut
segmen 2 segmen Absis Ordinat
Jarak Total Skala
5. Untuk menghentikan perhitungan jarak, atau keluar dari mode informasi jarak
ini, tekan tombol kanan mouse hingga muncul menu konteksnya kemudian
pilih “stop measuring”.
3. Pada kotak dialog “3D view” Nampak DEM dalam tampilan tiga dimensi.
4. Untuk merotasikan tampilannya dapat dilakukan dengan cara menekan toolbar
1. Representasi DEM/DTM
Pada umumnya DTM disajikan dalam tiga metode yaitu garis-garis kontur,
grid atau raster-raster grid dan TIN.
a) Garis – Garis Kontur
Garis-garis kontur atau isoline adalah garis-garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai (tertentu) ketinggian yang
sama (konstan). Metode ini merupakan bentuk representasi yang paling
familiar untuk permukaan tanah, baik dalam format analog maupun dijital.
Peta-peta garis kontur dengan interval tertenti ini banyak tersedia dalam skala
yang bervariasi, ( Eddy Prahasta, 2008 )
b) Grids
Grids merupakan struktur matrik yang digunakan untuk merekan relasi-relasi
topologi yang terdapat diantara titik-titik data secara implisit. Tetapi karna
struktur data grid ini serupa dengan struktur penyimpanan array computer
dijital, maka penanganan matrik ketinggian sangatlah sederhana. Selain itu
sebagai konsekuensi lain dari struktur ini, algoritma yang terkait dengan
permodelan DTM yang berbasiskan grid cenderung bersifat “straight
forward”. Meskipun demikian, dilain pihak, kerapatan titik-titik grid regular
ini, nampaknya belum dapat diadaptasikan secra penuh untuk memenuhi
kompleksitas relief permukaan bumi. Oleh karna itu diperlukan sejumlah
besar titik-titik dat untuk menyajikan permukaan tanah dengan tingkat akurasi
yang didinginkan.
Didalam konteks DTM sering pula digunakan terminology lattice untuk
merujuknya; yaitu interpretasi permukaan garis yang disajikan oleh sejumlah
titik sampel yang berukuran sama yang direpresentasikan terhadap titik yang
sama dan jarak sampling konstan yang sama pula dalam atah absis (x) dan
ordinat (y). setiap mesh point ini berisi nilai ketinggian (z) untutk lokasi yang
bersangkutan untuk merujuk pada nilai dasarnya. Sementara itu nilai-nilai
ketinggian permukaan untuk lokasi-lokasi yang terletak diantara mesh point
dapat ditaksir dengan menginterpolasikan beberapa nilai ketinggian milik
mesh point yang bersebelahan.
Didalam sebuah lattice, setiap mesh point menginterpretasikan sebuah nilai
ketinggian diatas permukaan, hanya saja nilai ini hanya berlaku dipusat sel-
grid yang bersangkutan. Jadi hal ini tidak tidak mengimplikasikan bahwa nilai
ketinggian tersebut milik keseluruhan area sel-grid terkait. Walaupun
demikian sisitem grid yang lain bias saja menganggap bahwa setiap sel-grid
merupakan sel bujur sangkar dengan nilai atribut ketinggian konstan. Artinya,
nilai ketinggianya akan mewakili keseluruhan area sel-grid yang bersangkutan
atau semua lokasi yang terdapat didalam setiap sel-grid yang bersangkutan
dianggap memiliki nilai ketinggian yang sama, ( Eddy Prahasta, 2008 )
3. Setelah muncul toolbar “open”, pilih data yang di simpan dalam bentuk
format excel, akan tampil kotak dialog “grid data”.
4. Pilih metode yang diinginkan misalnya “kriging”, kemudian isikan juga
output gridnya untuk menyimpan data gridnya setelah itu klik “OK”. Maka
akan muncul “surfer report” seperti ini
5. Tutup surfer report dan klik “save” untuk menyimpan hasil report.
4. Kemudian klik kanan mouse pilih properties akan keluar kotak dialog “map
contour properties” centang pada “smooth contour”, untuk menghaluskan
kontur
5. Setelah itu atur interval kontur dengan cara double klik “level”, kemudian
isikan interval contour yang diinginkan, kemudian klik “OK”
6. Atur juga view-nya, dengan cara klik view kemudian atur “field of view”
7. Kemudian klik “apply” lalu “OK” maka kontur akan jadi seperti gambar
dibawah ini
2.6 Membandingkan tiap metode griding berdasarkan hasil nilai residu dan standar
deviasi.
Langkah – langkah menghitung residual adalah sebagai berikut :
1. Gunakan menu “grid-residuals” hingga muncul kotak dialog “open grids”.
2. Pada kotak dialog “open grids”, arahkan pointer file ke direktori dimana file
grid yang akan dijadikan sebagai dasar hitungan residu berada.
3. Pada kotak dialog “open” yang kemudian terbuka, arahkan pointer ke file sub-
direktori dimana file datanya berada.
4. Akan muncuk kotak dialog “grid residual”, pilih “coloumn A: Absis” pada
combobox “X”, pilih “coloumn B: Ordinat” pada combobox “Y”, pilih
“coloumn C: Tinggi” pada combobox “Z”.
5. Tekan tombol “OK” untuk segera memulai proses perhitungan residuals yang
bersangkutan dan menampilkan hasilnya dalam dokumen tipe worksheet
surfer. Berikut adalah hasil nilai residual untuk metode kriging :
6. Pada kotak dialog residual blok smua, kemudian pilih menu “Data – satistic”,
kemudian centang pada kotak dialog standart deviasinya lalu klik “OK”
Maka akan keluar nilai Standar deviasinya seperti pada table dibawah ini :
Metode Kriging
X Y H Residuals
Number of values 315 315 314 313
Sum 215962863 2856204456 4566.983923 1.189796664
Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -1.98246298
Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 1.495284272
Range 934.981482 681.8795439 37.975 3.477747253
Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 0.003801267
Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.018996496
Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.333599069
Sebagai perbandingan, berikut adalah table residual dan nilai standar deviasi
lain yang dihasilkan dari kasus masukan file griding lain dan data yang sama.
a) Nilai residual dan standar deviasi metode inverse distance to a power.
Dari hasil table nilai residual dan standar deviasi diatas dapat disimpulkan
bahwa metode Nearest neighbor memiliki nilai standar deviasi yang paling kecil di
bandingkan dengan metode-metode yang lain. Sedangkan nilai standar deviasi
tertinggi ada pada metode inverse distance to a power.